“Semuanya, bubar.” Asisten Aiden melangkah maju dan membubarkan semua orang, lalu berbalik untuk menghadap Monica dan berkata, “Bu Monica, aku akan ambil alih pekerjaanmu. Sebaiknya kamu lakukan serah terima pekerjaan secepatnya, lalu pergi ke departemen humas untuk tangani prosedur pengunduran diri.”Ekspresi Monica terlihat sangat suram. Dia menatapku dengan terkejut, lalu keterkejutan itu perlahan-lahan berubah menjadi kecemburuan dan amarah.“Putri Keluarga Faslim benar-benar hebat.” Monica membereskan barangnya sambil menyeka air mata. Dia juga tidak berhenti mengomel, “Kenapa? Apa mempermainkan rakyat jelata seperti kami begitu menyenangkan?”“Kamu jelas-jelas tahu aku menyukai Pak Aiden dan nggak suka sama semua wanita di sisi Pak Aiden. Sebagai adiknya, kamu malah nggak mengatakan apa-apa. Sekarang, kamu pasti merasa bangga, ‘kan? Kamu merasa aku sangat memalukan, ‘kan?”Omelan Monica benar-benar membuatku merasa kesal. Aku langsung berdiri dan berseru lantang, “Kamu sering le
Setelah berjalan keluar dari kantin dengan sedih, aku makin merindukan Evelyn. Tidak peduli aku ini Inez yang bucin atau Inez adiknya Aiden, hanya Evelyn seorang yang memperlakukanku dengan sama. Aku benar-benar sudah tidak sabar untuk pulang kerja dan menceritakan masalah hari ini kepadanya.“Inez, Pak Aiden mencarimu.”Aku mengiakannya, lalu berjalan masuk ke kantor Aiden dengan tampang murung. Entah kenapa, ada sebagian sisi diriku yang menolak untuk bertemu dengan Aiden, tetapi ada juga sebagian sisi yang ingin bertemu dengan Aiden. Intinya, aku merasa sangat bertentangan dan juga tidak tahu apa yang sudah terjadi pada diriku sendiri.Setelah tiba di depan pintu kantor Aiden dengan langkah berat, aku menarik napas dalam-dalam dan hendak mengetuk pintu. Namun, sebelum sempat melakukannya, pintunya sudah terbuka.“Buat apa kamu berdiri di depan pintu?” Aiden menatapku, lalu kembali ke meja kerjanya dengan kening berkerut.“Pak Aiden.” Aku mengikutinya, tetapi merasa agak serbasalah.
Setelah memaki diriku sendiri dalam hati, aku mengesampingkan pemikiran tidak masuk akal itu dan berjalan keluar dari kantor Aiden. Rekan kerjaku sudah membereskan barang mereka dan hendak pulang. Dulu, pada saat-saat seperti ini, semua orang akan bergegas pulang. Hari ini, mereka semua malah menyimpan barang dengan sangat lambat dan tidak berhenti melirik ke arah pintu kantor.Begitu melihatku masuk, para rekan kerjaku segera menunduk. Aku melirik semua orang, lalu kembali ke mejaku tanpa suara dan mulai menyimpan barang-barangku.“Inez.” Rekan kerjaku yang duduk di seberangku bertanya sambil tersenyum, “Pak Aiden mencarimu ... untuk bahas masalah promosimu?”Aku merasa sangat terkejut dan mengira mereka sudah menguping.“Nggak kok.” Aku menggeleng.“Serius?” Tatapan para rekan kerjaku dipenuhi dengan kecurigaan.“Serius. Kalian dengar dari siapa?”“Oh. Waktu kamu baru pergi tadi, Darren langsung datang. Dia bilang, dia hanya gantikan posisi Monica untuk sementara. Ke depannya, harus
“Lagian ....” Evelyn mendekatiku dengan misterius, lalu berkata, “Kalau kamu nggak manfaatkan kesempatan ini, kamu tahu akan tersebar gosip seperti apa di kantor?”Aku langsung tersadar, lalu mengerutkan kening dengan kesal, “Aiden mengungkapkan statusku secara terang-terangan terlalu ....”“Terlalu apa?” Evelyn mengerutkan keningnya dan menatapku sambil berujar, “Inez, menurutku, kamu terlalu ingin jaga jarak sama dia sampai kamu kehilangan akal sehat. Kalau dia nggak ungkapkan statusmu, kamu akan dapat status rendahan lain.”“Apa?”“Kekasih Aiden yang menghalalkan segala cara untuk naik jabatan!”Begitu mendengar ucapan Evelyn yang terlalu blak-blakan, aku pun tersedak air.“Uhuk! Uhuk!” Aku terbatuk hingga wajah dan telingaku merah.Evelyn meletakkan jeruk yang dipegangnya, lalu memukul-mukul punggungku sambil berkata, “Buat apa kamu begitu bersemangat? Menurutku, Aiden sedikit banyaknya menaruh sedikit perasaan terhadapmu. Dari kamu mulai bekerja di Grup Faslim, gerak-geriknya suda
‘Kapitalis memang seperti itu, selalu diam-diam mengamati siapa yang pertama pulang kerja.’ Aku mengeluh dalam hati.Aku berusaha sekuat tenaga memperkuat citra Aiden sebagai kapitalis yang kejam di hatiku, supaya perasaan yang muncul di hatiku akibat Aiden bisa lenyap.‘Aiden itu kapitalis kejam,’ gumamku dalam hati, ‘Kapitalis kejam nggak akan punya perasaan apa pun terhadap anak magang. Yang ada di benaknya cuma bagaimana menguras tenagaku, lalu mencari kesempatan untuk menendangku keluar tanpa memberiku kompensasi. Kemudian, dia akan merekrut anak magang baru untuk disiksa lagi.”“Apa yang lagi kamu katakan?” Aiden mengerutkan keningnya.“Aku lagi berpikir kamu itu kapitalis yang kejam.” Aku keceplosan.Aiden langsung menoleh menatapku dengan tatapan tidak percaya. Saat ini aku menyadari diriku sudah keceplosan, malah melontarkan isi pikiranku. Aku pun segera mengalihkan pandanganku. Aku kedengaran suara dengus dingin Aiden. Dari suara dengusan itu tersirat makna hinaan dan tidak
Hanya saja, dari kondisinya, aku bisa menyadari bahwa dia tidak senang dan tidak leluasa berada di rumah ini. Aku pun menyantap makanan tanpa berbicara. Baru saja aku menyelesaikan makananku, ponselku berdering. Aku melihat nomor asing itu, lalu mengangkat panggilan di depan mereka bertiga. “Halo?”Saat panggilan diakhiri, pandangan Aiden sudah beralih ke ponselnya.“Siapa?” tanya Lydia dengan penuh perhatian, “Aku dengar ada kata agen properti?”Aku mengangguk.“Apa?” Raffi langsung memelototi Aiden. “Kita punya begitu banyak rumah. Kenapa kamu … malah suruh Inez untuk sewa rumah? Bagaimana kamu jadi seorang kakak?”“Paman Raffi! Paman Raffi!” Aku memotong ucapan Raffi, “Semua ini … bukan salah Kak Aiden. Aku sendiri yang mau cari rumah. Nggak mungkin aku selalu merepotkan Kak Aiden.”“Kenapa malah merepotkan?” ujar Raffi dengan kesal, “Kita semua satu keluarga.”“Aku setuju dengan kata-kata Inez,” ucap Lydia, “Aiden sudah bantuin Inez buat dapat pekerjaan. Dia sudah cukup merepotkan
“Aku ….” Aku tertegun sejenak. Wajahku seketika merona.Iya! Apa yang sedang aku pikirkan? Aiden bisa menaikkan jabatanku juga demi menghadapi Raffi saja. Mana mungkin dia membuka lowongan kerja asisten pribadi khusus buat aku? Aku sungguh malu dengan aku yang terlalu percaya diri.“Pertanyaan kedua.” Aku menarik napas dalam-dalam. “Kalung itu … jelas-jelas bukan dari perusahaan, melainkan peninggalan ibumu. Kenapa kamu … suruh aku memakainya?”Suaraku terdengar sangat kecil. Aku sedang mengujinya. Sebenarnya yang aku permasalahkan bukan soal Aiden memberiku kalung, melainkan riwayat dari kalung itu. Aiden tidak menyangkal omongan Monica. Itu berarti apa yang dikatakan Monica itu benar? Kalung itu memang ditujukan kepada calon istri Aiden.Aku tidak tahu jawaban apa yang ingin kudengar. Setelah melontarkan pertanyaan itu, tiba-tiba aku merasa tidak tenang dan juga panik. Sepertinya aku takut dengan jawaban yang akan diberikan Aiden. Aku takut kenyataan akan sama seperti yang aku pikirk
Aiden berdiri di hadapanku sembari melihat penampilanku. Tiba-tiba dia tertawa.Wajahku yang tadinya sudah merona pun semakin merona lagi. Aku merasa malu hingga ingin mencari lubang untuk bersembunyi.Aiden melangkah maju, lalu mengambil koper di tanganku, memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Kemudian, dia melepaskan tas ransel ukuran besar dan kecilku, memasukkannya ke dalam mobil.Aku benar-benar merasa canggung.“Padahal tubuhmu kecil, ternyata tenagamu besar juga.” Inilah penilaian Aiden terhadapku. Kemudian, disusul dengan penilaian kedua. “Ternyata hartamu selama 4 tahun masa kuliah sebanyak ini.”Ucapan yang kedengaran biasa-biasa itu malah sangat mematikan bagiku. Aku pun duduk di bangku samping pengemudi. Hingga saat ini, aku masih berpikir bagaimana caranya aku bisa mengembalikan citraku di hadapannya.“Setelah aku mengantarmu ke sana, apa kamu bisa menaikkan semuanya sendiri?” Tiba-tiba Aiden bertanya, “Nanti aku masih ada rapat.”Hatiku langsung terasa plong. Aku langsun
“Dasar berengsek!” Regan melangkah maju, lalu menampar Jonathan. “Sudah aku bilang berapa kali, ubah sikap hidung belangmu!”“Aku ….” Jonathan mengangkat kelopak matanya untuk menatapku. “Aku juga nggak tahu kalau dia itu adiknya Pak Aiden. Kalau Pak Aiden menikahi kakak, gimana kalau aku menikah dengan Bu Inez saja?”Ucapan yang dilontarkan Jonathan sangat mengejutkan. Hal itu membuat orang merasa benar-benar tidak berdaya, seakan-akan ingin menghajarnya. Namun, ketika kepikiran menghajarnya malah hanya akan berujung pada masalah hukum, semua orang pun mengurungkan niatnya untuk memukulnya.“Nggak boleh!” Empat suara terdengar serempak.“Kamu kira kamu siapa? Malah ingin menikahi adiknya Pak Aiden? Apa kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu?” Kening Regan berkerut.“Jonathan, bisa nggak kamu berpikir dulu sebelum bicara?” Risca sungguh kehabisan kata-kata.“Inez memang bukan adik kandungku, tapi aku sangat menjaganya.” Tiba-tiba Aiden mendekatiku. “Aku berharap dia bisa bersama orang y
“Siapa yang membuat cewek cantik bersedih?”Aku menoleh. Ketika melihat orang yang berjalan kemari, tiba-tiba aku merasa hidupku semakin terpuruk lagi.Malah ada Jonathan di sini, dia bagai seekor burung merak yang sedang mengepakkan sayapnya saja. Dia melangkah maju dengan penuh percaya diri, lalu berhenti di hadapanku. “Kenapa cewek secantik kamu malah bersedih?”Aku menatap gerakan mesum Jonathan dengan risi, tapi dia spontan tersenyum.Sepertinya pembagian gen ketiga anak Keluarga Kusnadi tidak merata. Risca pandai bersosialisasi, cerdas, dan cekatan. Bahkan Andre yang selalu diremehkan oleh mereka berdua, sebenarnya juga cukup cerdik. Satu-satunya yang berbeda itu adalah Jonathan, dia tidak ada bedanya dengan orang bodoh.Anthony mendekatiku dan mengulurkan tangannya berniat menyentuh wajahku. Aku segera menghindar ke belakang. Tatapanku penuh dengan rasa jijik. “Pak Anthony, tolong jaga sikapmu.”Jonathan gagal menyentuhku. Dia menatap tangannya yang berhenti di udara dengan terk
“Tentu saja.” Regan berkata dengan santai, “Keluarga Kusnadi sudah lama berkecimpung di dunia bisnis dan berhasil menjadi yang terdepan di industri ini berkat kekuatan kami. Aku tahu selama ini Pak Aiden selalu membeli bahan langka dari Negara Arkava dengan harga tinggi. Tapi kebetulan sekali, Grup Kusnadi juga memiliki material itu.”Darren yang duduk di sebelahku tiba-tiba tertawa kecil dengan nada mengejek. “Omong kosong!”“Kenapa?” Aku baru saja memasuki Grup Faslim, masih belum berhubungan soal suplai bahan.“Material langka yang kita beli memang hanya dimiliki Negara Arkava. Material-material ini justru dibutuhkan dalam riset kami. Oleh karena itu, setiap tahun kami harus membeli bahan baku senilai ratusan miliar dari Negara Arkava.”“Sebanyak itu?” Aku merasa syok.“Sudah tergolong sedikit.” Darren menurunkan kelopak matanya. “Orang-orang Negara Arkava itu benar-benar nggak punya prinsip dalam berbisnis. Mereka sering ingkar janji. Harga yang mereka berikan kepada kita bahkan 10
Aiden menjadi bintang utama dalam perjamuan malam ini. Regan terus menyanjungnya. Dia bertanya soal bisnis Aiden, lalu bertanya soal kehidupan pribadi Aiden. Hanya saja, tidak sekali pun dia mengungkit soal kerja sama.Aku dan Darren duduk di ujung, di area yang tidak diperhatikan orang-orang. Semuanya sungguh sesuai dengan harapanku. “Pak Aiden, kamu juga sudah nggak muda lagi. Apa kamu sudah punya kekasih?” tanya Regan secara tiba-tiba.Aku langsung menghentikan gerakan tanganku yang sedang mengambil makanan. Aku ingin mendengar jawaban Aiden.Namun setelah menunggu beberapa saat, aku tidak dapat mendengar suara Aiden. Aku spontan mengangkat kepalaku ingin melihat ekspresinya.Siapa sangka, saat aku mengangkat kepalaku, kebetulan tatapanku berpapasan dengan tatapan Aiden. Pada saat itu, aku langsung menundukkan kepalaku. Pikiranku sangat kacau. Kenapa Aiden melihatku?Terlintas lagi masalah itu di benakku. Aku segera mengambil sepotong daging dan mengunyahnya, berlagak tidak mengeta
“Ergh ….” Kali ini Darren tidak mengedipkan matanya lagi. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menekan mode speaker. “Pak Aiden, apa … kamu sudah mendengarnya?”“Emm.” Terdengar suara tawa Aiden dari ujung telepon. “Nggak usah nyanyi ataupun nari, dia terlalu kaku. Nggak enak untuk dipandang.”Aku ….Aiden memang pintar dalam menyindir. Selalu saja bisa menusuk hatiku. Mulutnya memang berbisa sekali.“Nggak usah siapin apa-apa. Cukup datang menjemputku saja.” Setelah panggilan diakhiri, aku langsung melihat ke pria kurang ajar itu. “Darren!”Darren melepaskan headset bluetooth-nya, lalu segera melangkah mundur. “Semua ini bukan salahku. Aku sudah beri isyarat kepadamu. Kamu sendiri yang nggak tangkap.”Pada jam 7 esok pagi, aku sudah mempersiapkan diri untuk muncul di bandara Kota Manthana. Aku datang menjemput bosku dengan tidak puas.Aiden menggerek koper berwarna hitam, lalu melangkah kemari dengan santai.Ketika Aiden melewati sisiku, dia melepaskan kacamata hitamnya, lalu berkata, “S
Tatapanku tertuju pada diri Andre. Aku sedang berusaha mencari tahu bagaimana Andre yang sebenarnya.Mungkin tatapanku terlalu kelihatan. Tiba-tiba Andre menyembunyikan ekspresi percaya dirinya, melainkan menatapku dengan mencemberutkan wajahnya. “Inez, jangan-jangan … kamu merasa aku sangat menyeramkan?”“Kenapa?” Aku sungguh kaget dengan pemikiran Andre.“Emm ….” Andre bagai seorang pria yang sangat pemalu. Dia menggaruk kepalanya. “Kamu merasa aku itu bermuka 2.”Aku melihat sendiri bagaimana sosok Andre ditindas waktu itu. Jadi, aku pun merasa salut terhadap Andre.“Bagaimana mungkin?” Aku tersenyum tipis. “Aku hanya akan merasa kamu sangat pemberani.”Aku mengatakan dengan tulus, tetapi sepertinya Andre masih tidak percaya. Dia bertanya lagi, “Benarkah? Apa benar kamu merasa seperti itu? Inez, pemikiranmu sangat penting bagiku.”Lantaran sikap Andre terlalu ramah, aku pun merasa agak bingung. “Kenapa?”“Karena ….” Andre tersenyum dengan canggung. “Aku menganggapmu sebagai teman te
Senyuman di wajah Regan tidak kelihatan lagi. Dia menurunkan kelopak matanya. Setelah berpikir beberapa saat, dia mengangkat kepalanya untuk menatap kami. “Kalau begitu, aku terus terang saja sama kalian. Masalah ini masih bisa didiskusikan, tapi aku nggak ingin diskusi sama kalian. Kalau Pak Aiden bisa datang langsung ke sini dan aku bisa melihat ketulusan hati kalian, bisa jadi transaksi ini bisa dilanjutkan.”Sejak keluar dari ruangan Regan, suasana hatiku dan Darren terasa penat.“Untung saja ada kamu yang bertanya secara langsung, barulah kita tahu apa yang dia inginkan. Sebelumnya aku pernah berbicara beberapa kali dengan Pak Regan, tapi dia selalu mengalihkan pembicaraan. Aku juga nggak tahu bagaimana menghadapinya lagi.”Ini pertama kalinya aku merasa kegagalan dalam pekerjaanku. Suasana hatiku juga tidak bagus. “Si Regan ini memang licik sekali.”“Semuanya juga tahu, tapi apa lagi yang bisa kita lakukan?” Darren menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada bercanda, “Kalau
Kedua mataku berkilauan. “Benarkah?”“Tentu saja benar.” Nada bicara Evelyn terdengar arogan. “Ibuku terus suruh aku pulang untuk mengunjunginya.”Saat penerbangan ke Kota Manthana, Darren menjelaskan secara ringkas mengenai kondisi di sana.“Sekarang satu-satunya yang bisa menyuplai bahan baku polimer yang kita butuhkan adalah Grup Kusnadi. Pemilik Grup Kusnadi, Regan Kusnadi, adalah target utama kunjungan kita kali ini.”Keluarga Kusnadi di Kota Manthana? Hatiku langsung berdebar. Tidakkah semuanya terlalu kebetulan?“Apa alasan rekan kerja sebelumnya nggak berhasil mendapatkan orderan?” tanya aku dengan nada menguji.“Kondisi agak rumit.” Darren mengerutkan sedikit keningnya. “Mengenai detailnya, aku juga belum mengatakannya dengan jelas, tapi ada yang bisa aku pastikan, Pak Regan sengaja persulit kita.”“Kenapa?” Aku merasa syok. “Bukannya kalau harganya cocok, transaksi bisa dijalankan?”“Dunia bisnis nggak segampang yang kamu kira.” Darren menghela napas. “Bahan baku polimer kita
“Kamu ….” Aku menatap ekspresi dingin di wajah Aiden. Tiba-tiba hatiku terasa penat. Aku juga tidak tahu ada apa dengan diriku, hanya saja aku malah ingin menangis.Aku membalikkan tubuhku berjalan meninggalkan ruangan Aiden. Aku berdiri di depan pintu sembari menarik napas dalam-dalam. Kemudian, aku melihat sekilas pintu ruangan yang sudah tertutup rapat.“Dasar manusia nggak punya hati!” sindir aku dengan nada sinis.Setelah kembali ke ruang kerjaku, suasana hatiku masih terasa tidak bagus. Hanya saja, rekan kerjaku malah kelihatan sangat bersemangat. “Astaga! Coba kalian lihat ada berita heboh apa hari ini!”“Apa?” Leila bagai takut ketinggalan berita saja, langsung berdiri di tempat.“Grup Canata bangkrut!”“Apa?” Kali ini, aku tidak bisa bersikap tenang lagi. Aku segera berjalan ke belakang Ariana, lalu menatap ke layar komputernya.“Grup Canata terungkap menjual produk nggak memenuhi standar. Selain itu, Lucas dari Grup Canata, membangun bisnisnya dengan dukungan istrinya. Sekara