Share

Bab 26

Author: Ayara
"Siapa yang menyuruhmu?" Aku menyilangkan tangan di depan dada dan berusaha terlihat percaya diri. "Aku sudah bilang, orang yang bersalah harus tanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Aku nggak butuh permintaan maafmu."

Mikael menggertakkan giginya, lalu menunjuk pada Venus dan berkata, "Dia, dia yang ngasih aku uang untuk buat foto-foto palsu itu."

Venus terkejut. Wajahnya langsung pucat pasi dan buru-buru menyangkal, "Kamu nuduh sembarangan!"

Matanya sudah berkaca-kaca. Setelah berkata demikian, dia berbalik menatapku, "Inez, aku tahu kamu selalu membenciku, tapi kenapa kamu dan dia harus kerja sama untuk memfitnahku?"

Aku mengangkat alis sedikit. Kenapa ceritanya ini malah jadi aku yang memfitnah dia? Dia mau berbalik menyerangku?

Namun, aku punya cara untuk membuktikan kebenaran.

Aku memalingkan kepala menatap Mikael dengan senyuman kecil di bibirku, "Mikael, sekarang Venus bilang aku fitnah dia, itu artinya dia bilang kamu yang buat fitnah."

"Kalau kamu nggak punya bukti untuk m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 27

    Aku memutar mata, malas menanggapi siapa pun.Setelah kembali ke asrama, aku melihat Evelyn masih berbaring di tempat tidurnya.Mungkin karena aura kekesalanku terlalu kuat, Evelyn bangkit dari tempat tidurnya, lalu mendekatiku dan memandangku dengan saksama. "Kamu kenapa?""Nggak kenapa-kenapa." Aku menjatuhkan diri ke tempat tidur dengan Lelah dan menutup mata, seakan-akan merasa ingin segera meninggalkan dunia ini dengan damai.Evelyn berjalan mendekat dan menarikku dari tempat tidur. "Bangun, mana mungkin nggak ada apa-apa? Aura marahmu itu cukup buat membangkitkan iblis jahat dari kubur."Melihat tatapan Evelyn yang penuh perhatian, akhirnya aku bangkit dari tempat tidur dan mulai menceritakan semua yang terjadi hari ini.Emosiku yang menumpuk memang membutuhkan tempat untuk disalurkan dan Evelyn bisa menjadi pendengar setiaku dengan senang hati.Setelah menceritakan semua yang terjadi, aku mulai menyadari ada sesuatu yang aneh.Evelyn tampak sangat marah. "Ini gimana ceritanya bi

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 28

    Evelyn menghela napas panjang. "Kerja di kafe ini penuh drama, mending kamu berhenti saja, deh. Kalau berhenti, biar aku yang tanggung semuanya. Kita nggak perlu terima perlakuan semacam ini."Entah kenapa, ucapan Evelyn membuatku teringat pada situasi di rumah Keluarga Faslim. Aku dulu sudah bertekad, kalau ada kesempatan, aku pasti akan membawa ibuku keluar dari rumah itu. Oleh karena itu, aku tidak bisa menyerah begitu saja.Aku menggeleng. "Bos di kafe ini sangat pengertian, gajinya per jam lumayan tinggi, dan jadwalnya fleksibel. Evelyn, aku benar-benar butuh pekerjaan ini."Melihat tekadku, Evelyn menyerah untuk membujukku. "Kalau begitu, besok biar aku yang gantikan kamu di kafe. Kamu istirahat aja."Aku menatap Evelyn dengan rasa haru, lalu memeluknya dan bersandar di bahunya. "Evelyn, terima kasih ya. Nanti kalau gajian, aku pasti traktir kamu makan besar.""Ah, sudahlah." Evelyn tertawa sambil mendorongku pelan. "Inez, menurutmu, Mikael besok masih bakal datang ke kafe nggak?

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 29

    Aku tersenyum kecil sambil mengambil jaket Evelyn dan berniat untuk melemparkannya kembali padanya. Namun, ponselku tiba-tiba berdering.Ketika kulihat layarnya, nama yang terpampang membuatku tertegun. Orang yang menelepon adalah Aiden."Siapa itu?" Evelyn menjulurkan lehernya untuk mengintip. Begitu melihat nama Aiden, dia langsung menatapku dengan sorot mata penuh rasa ingin tahu. Aku sedikit ragu sambil bertukar pandangan dengannya."Angkat, dong." Evelyn mendorong lenganku pelan. "Cepat angkat!""Sepertinya nggak perlu deh," jawabku berat."Nggak perlu gimana? Aiden sudah banyak bantu kamu. Coba pikir, kalau nggak ada dia, apa kamu bisa keluar dari masalah kemarin?"Mendengar ucapannya, aku merasa keraguanku memang tidak pada tempatnya. Akhirnya, aku menekan tombol menerima panggilan.Namun, begitu panggilan tersambung, entah kenapa aku mendadak kehilangan suara. Rasanya seperti pita suaraku ketinggalan. Aku sama sekali tidak bisa membuka mulut.Di ujung telepon sana juga sama, ha

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 30

    Aku sama sekali tidak menyangka Aiden memintaku bertemu hanya untuk membicarakan hal ini. Jadi, aku sempat tertegun sejenak. Sampai akhirnya Aiden menoleh ke arahku.Aku mendongak dan menatapnya dengan wajah bingung. Matanya terlihat tenang, tanpa emosi sedikit pun. Mungkin dia menyuruhku tinggal di tempatnya karena takut aku mengalami sesuatu yang merepotkan dirinya.Bagaimanapun juga, dia adalah seorang bos besar yang waktunya sangat berharga. Mana ada waktu untuk terus-terusan mengurus hal kecil seperti ini.Namun, aku tetap menggeleng. "Nggak usah. Aku bakal lebih hati-hati waktu pulang dan pergi kerja."Di matanya, sepertinya ada kilatan kekecewaan. Namun itu hanya sekilas, begitu cepat hingga aku tidak yakin benar apakah itu memang rasa kecewa. Sebelum aku bisa memastikan, ekspresinya sudah kembali tenang."Kenapa kamu nggak pulang saja ke vila Keluarga Faslim?" Aku memiringkan kepala sedikit dan menatapnya."Nggak mau." Nada bicaranya agak kesal setelah penolakanku.Aku bisa mem

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 31

    "Paman minta tolong sama aku." Aku menundukkan kepala, lalu melanjutkan dengan pelan, "Aku juga ingin kamu kembali ke rumah.""Kenapa?""Aku ...." Aku meremas ujung bajuku dan mencoba menyusun kata-kata. "Paman sudah sangat lemah, kesehatannya semakin buruk. Kamu anaknya satu-satunya. Aku pikir, sebaiknya kamu kembali untuk tinggal bersamanya.""Kalau kamu mau dengar saranku, mungkin aku akan mempertimbangkannya," kata Aiden tanpa berpikir panjang.Aku menatapnya dengan kaget.  Di tengah asap rokok yang memenuhi ruangan mobil, ekspresinya sulit terbaca.Namun, yang sakit adalah Raffi dan bagiku, Aiden menggunakan situasi ini untuk bernegosiasi terkesan sangat kekanak-kanakan. "Kamu sebegitu enggannya untuk pulang ke rumah Keluarga Faslim?" Aiden melempar puntung rokoknya keluar jendela, suaranya terdengar sangat lembut.Aku menundukkan kepala lebih dalam. "Bukan karena nggak mau, tapi ... aku memang nggak pantas ada di sana."Mataku mulai terasa panas, suaraku serak hingga aku memilih

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 32

    Tiba-tiba, aku merasa orang seperti Mikael jauh lebih menakutkan dibandingkan Aiden."Kalau nggak bisa, gimana kalau kita lapor polisi saja?" Wajah Evelyn agak pucat. "Ini 'kan seperti penguntit. Menakutkan sekali."Aku menenangkan diri untuk berpikir beberapa saat. Kemudian, aku menolak saran Evelyn. "Nggak usah deh. Kejahatan Mikael paling-paling cuma bisa buat dia dipenjara setengah bulan.""Terus, gimana?" Evelyn hampir menangis karena cemas."Musuh ada di kegelapan, kita nggak bisa melihatnya. Kita cuma bisa hadapi dengan berani," kataku sambil menggertakkan gigi. "Kita hadapi semua dengan tenang. Daripada menunggu mati, lebih baik kita mengambil tindakan."Keesokan paginya, pelanggan pertama yang datang ke kafe adalah orang yang paling tidak ingin kutemui. Mikael membawa sarapan di tangannya sambil tersenyum menghampiriku."Inez, maafin aku soal kejadian kemarin. Aku ... aku cuma datang untuk minta maaf hari ini."Aku memegang kain lap. Tanpa mengangkat kepala, aku menyahut, "Per

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 33

    "Datang." Aku melepaskan jaket dan teringat pada ekspresi Mikael. Seketika, aku merasa jijik."Apa yang dia bilang?" Evelyn si tukang makan, berhenti sejenak dan tampak penuh penantian."Jarang ada yang bisa membuatmu lupa makan." Aku tertawa kecil.Mendengar ucapanku, Evelyn langsung menoleh dan mengangkat piringnya. Sambil makan, dia menatapku dan mendesak, "Cepat cerita, aku sudah nggak sabar!""Dia minta maaf." Aku mengganti piama. "Dia bilang dia berharap aku memaafkannya.""Kamu memaafkannya?" Evelyn terlihat sangat terkejut, suaranya tiba-tiba melambung tinggi."Nggak dong." Aku menghela napas dengan tidak berdaya. "Tapi, Mikael nggak mungkin mengundurkan diri dan kami akan bertemu setiap hari. Jadi, aku nggak bisa menganggapnya musuh."Saat ini, ponselku berbunyi. Aku melihat layar dan ternyata adalah nomor yang tidak dikenal. Setelah mengernyit, aku akhirnya menekan tombol terima."Halo.""Inez, ini aku." Suara Rowan terdengar di ujung telepon. Aku hampir mengakhiri panggilan.

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 34

    Aku hanya bisa memutar bola mata dengan kesal. Tiga orang yang paling tidak kusukai akhirnya berkumpul juga hari ini."Inez, aku ...." Suara Venus terdengar terisak-isak dan sedih. "Aku yang menyuruh Rowan telepon kamu."Baiklah. Setelah ini, aku akan memasukkan nomor ini ke daftar nomor penipuan dan memblokirnya."Inez, aku ... aku khilaf, aku sudah salah. Aku mengajakmu makan untuk minta maaf. Kuharap kamu bisa maafin aku." Suara Venus tetap dipenuhi tangisan.Kebetulan, aku paling tidak suka ada orang yang berbicara dengan nada menangis. Orang seperti ini tidak ada bedanya dengan orang gila di mataku. Berpura-pura lemah dan menyedihkan adalah cara untuk memaksa orang lain menjadi lebih kuat, melindunginya, atau memaafkannya. Bukankah ini mirip dengan pemaksaan?"Nggak perlu." Suaraku dingin. "Aku nggak akan bahas apa saja yang sudah kamu lakukan. Tapi, tolong kamu dan Rowan, jangan pernah muncul lagi dalam hidupku. Setidaknya, jangan muncul di hadapanku."Setelah itu, aku menutup te

Latest chapter

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 100

    “Dasar berengsek!” Regan melangkah maju, lalu menampar Jonathan. “Sudah aku bilang berapa kali, ubah sikap hidung belangmu!”“Aku ….” Jonathan mengangkat kelopak matanya untuk menatapku. “Aku juga nggak tahu kalau dia itu adiknya Pak Aiden. Kalau Pak Aiden menikahi kakak, gimana kalau aku menikah dengan Bu Inez saja?”Ucapan yang dilontarkan Jonathan sangat mengejutkan. Hal itu membuat orang merasa benar-benar tidak berdaya, seakan-akan ingin menghajarnya. Namun, ketika kepikiran menghajarnya malah hanya akan berujung pada masalah hukum, semua orang pun mengurungkan niatnya untuk memukulnya.“Nggak boleh!” Empat suara terdengar serempak.“Kamu kira kamu siapa? Malah ingin menikahi adiknya Pak Aiden? Apa kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu?” Kening Regan berkerut.“Jonathan, bisa nggak kamu berpikir dulu sebelum bicara?” Risca sungguh kehabisan kata-kata.“Inez memang bukan adik kandungku, tapi aku sangat menjaganya.” Tiba-tiba Aiden mendekatiku. “Aku berharap dia bisa bersama orang y

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 99

    “Siapa yang membuat cewek cantik bersedih?”Aku menoleh. Ketika melihat orang yang berjalan kemari, tiba-tiba aku merasa hidupku semakin terpuruk lagi.Malah ada Jonathan di sini, dia bagai seekor burung merak yang sedang mengepakkan sayapnya saja. Dia melangkah maju dengan penuh percaya diri, lalu berhenti di hadapanku. “Kenapa cewek secantik kamu malah bersedih?”Aku menatap gerakan mesum Jonathan dengan risi, tapi dia spontan tersenyum.Sepertinya pembagian gen ketiga anak Keluarga Kusnadi tidak merata. Risca pandai bersosialisasi, cerdas, dan cekatan. Bahkan Andre yang selalu diremehkan oleh mereka berdua, sebenarnya juga cukup cerdik. Satu-satunya yang berbeda itu adalah Jonathan, dia tidak ada bedanya dengan orang bodoh.Anthony mendekatiku dan mengulurkan tangannya berniat menyentuh wajahku. Aku segera menghindar ke belakang. Tatapanku penuh dengan rasa jijik. “Pak Anthony, tolong jaga sikapmu.”Jonathan gagal menyentuhku. Dia menatap tangannya yang berhenti di udara dengan terk

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 98

    “Tentu saja.” Regan berkata dengan santai, “Keluarga Kusnadi sudah lama berkecimpung di dunia bisnis dan berhasil menjadi yang terdepan di industri ini berkat kekuatan kami. Aku tahu selama ini Pak Aiden selalu membeli bahan langka dari Negara Arkava dengan harga tinggi. Tapi kebetulan sekali, Grup Kusnadi juga memiliki material itu.”Darren yang duduk di sebelahku tiba-tiba tertawa kecil dengan nada mengejek. “Omong kosong!”“Kenapa?” Aku baru saja memasuki Grup Faslim, masih belum berhubungan soal suplai bahan.“Material langka yang kita beli memang hanya dimiliki Negara Arkava. Material-material ini justru dibutuhkan dalam riset kami. Oleh karena itu, setiap tahun kami harus membeli bahan baku senilai ratusan miliar dari Negara Arkava.”“Sebanyak itu?” Aku merasa syok.“Sudah tergolong sedikit.” Darren menurunkan kelopak matanya. “Orang-orang Negara Arkava itu benar-benar nggak punya prinsip dalam berbisnis. Mereka sering ingkar janji. Harga yang mereka berikan kepada kita bahkan 10

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 97

    Aiden menjadi bintang utama dalam perjamuan malam ini. Regan terus menyanjungnya. Dia bertanya soal bisnis Aiden, lalu bertanya soal kehidupan pribadi Aiden. Hanya saja, tidak sekali pun dia mengungkit soal kerja sama.Aku dan Darren duduk di ujung, di area yang tidak diperhatikan orang-orang. Semuanya sungguh sesuai dengan harapanku. “Pak Aiden, kamu juga sudah nggak muda lagi. Apa kamu sudah punya kekasih?” tanya Regan secara tiba-tiba.Aku langsung menghentikan gerakan tanganku yang sedang mengambil makanan. Aku ingin mendengar jawaban Aiden.Namun setelah menunggu beberapa saat, aku tidak dapat mendengar suara Aiden. Aku spontan mengangkat kepalaku ingin melihat ekspresinya.Siapa sangka, saat aku mengangkat kepalaku, kebetulan tatapanku berpapasan dengan tatapan Aiden. Pada saat itu, aku langsung menundukkan kepalaku. Pikiranku sangat kacau. Kenapa Aiden melihatku?Terlintas lagi masalah itu di benakku. Aku segera mengambil sepotong daging dan mengunyahnya, berlagak tidak mengeta

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 96

    “Ergh ….” Kali ini Darren tidak mengedipkan matanya lagi. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menekan mode speaker. “Pak Aiden, apa … kamu sudah mendengarnya?”“Emm.” Terdengar suara tawa Aiden dari ujung telepon. “Nggak usah nyanyi ataupun nari, dia terlalu kaku. Nggak enak untuk dipandang.”Aku ….Aiden memang pintar dalam menyindir. Selalu saja bisa menusuk hatiku. Mulutnya memang berbisa sekali.“Nggak usah siapin apa-apa. Cukup datang menjemputku saja.” Setelah panggilan diakhiri, aku langsung melihat ke pria kurang ajar itu. “Darren!”Darren melepaskan headset bluetooth-nya, lalu segera melangkah mundur. “Semua ini bukan salahku. Aku sudah beri isyarat kepadamu. Kamu sendiri yang nggak tangkap.”Pada jam 7 esok pagi, aku sudah mempersiapkan diri untuk muncul di bandara Kota Manthana. Aku datang menjemput bosku dengan tidak puas.Aiden menggerek koper berwarna hitam, lalu melangkah kemari dengan santai.Ketika Aiden melewati sisiku, dia melepaskan kacamata hitamnya, lalu berkata, “S

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 95

    Tatapanku tertuju pada diri Andre. Aku sedang berusaha mencari tahu bagaimana Andre yang sebenarnya.Mungkin tatapanku terlalu kelihatan. Tiba-tiba Andre menyembunyikan ekspresi percaya dirinya, melainkan menatapku dengan mencemberutkan wajahnya. “Inez, jangan-jangan … kamu merasa aku sangat menyeramkan?”“Kenapa?” Aku sungguh kaget dengan pemikiran Andre.“Emm ….” Andre bagai seorang pria yang sangat pemalu. Dia menggaruk kepalanya. “Kamu merasa aku itu bermuka 2.”Aku melihat sendiri bagaimana sosok Andre ditindas waktu itu. Jadi, aku pun merasa salut terhadap Andre.“Bagaimana mungkin?” Aku tersenyum tipis. “Aku hanya akan merasa kamu sangat pemberani.”Aku mengatakan dengan tulus, tetapi sepertinya Andre masih tidak percaya. Dia bertanya lagi, “Benarkah? Apa benar kamu merasa seperti itu? Inez, pemikiranmu sangat penting bagiku.”Lantaran sikap Andre terlalu ramah, aku pun merasa agak bingung. “Kenapa?”“Karena ….” Andre tersenyum dengan canggung. “Aku menganggapmu sebagai teman te

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 94

    Senyuman di wajah Regan tidak kelihatan lagi. Dia menurunkan kelopak matanya. Setelah berpikir beberapa saat, dia mengangkat kepalanya untuk menatap kami. “Kalau begitu, aku terus terang saja sama kalian. Masalah ini masih bisa didiskusikan, tapi aku nggak ingin diskusi sama kalian. Kalau Pak Aiden bisa datang langsung ke sini dan aku bisa melihat ketulusan hati kalian, bisa jadi transaksi ini bisa dilanjutkan.”Sejak keluar dari ruangan Regan, suasana hatiku dan Darren terasa penat.“Untung saja ada kamu yang bertanya secara langsung, barulah kita tahu apa yang dia inginkan. Sebelumnya aku pernah berbicara beberapa kali dengan Pak Regan, tapi dia selalu mengalihkan pembicaraan. Aku juga nggak tahu bagaimana menghadapinya lagi.”Ini pertama kalinya aku merasa kegagalan dalam pekerjaanku. Suasana hatiku juga tidak bagus. “Si Regan ini memang licik sekali.”“Semuanya juga tahu, tapi apa lagi yang bisa kita lakukan?” Darren menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada bercanda, “Kalau

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 93

    Kedua mataku berkilauan. “Benarkah?”“Tentu saja benar.” Nada bicara Evelyn terdengar arogan. “Ibuku terus suruh aku pulang untuk mengunjunginya.”Saat penerbangan ke Kota Manthana, Darren menjelaskan secara ringkas mengenai kondisi di sana.“Sekarang satu-satunya yang bisa menyuplai bahan baku polimer yang kita butuhkan adalah Grup Kusnadi. Pemilik Grup Kusnadi, Regan Kusnadi, adalah target utama kunjungan kita kali ini.”Keluarga Kusnadi di Kota Manthana? Hatiku langsung berdebar. Tidakkah semuanya terlalu kebetulan?“Apa alasan rekan kerja sebelumnya nggak berhasil mendapatkan orderan?” tanya aku dengan nada menguji.“Kondisi agak rumit.” Darren mengerutkan sedikit keningnya. “Mengenai detailnya, aku juga belum mengatakannya dengan jelas, tapi ada yang bisa aku pastikan, Pak Regan sengaja persulit kita.”“Kenapa?” Aku merasa syok. “Bukannya kalau harganya cocok, transaksi bisa dijalankan?”“Dunia bisnis nggak segampang yang kamu kira.” Darren menghela napas. “Bahan baku polimer kita

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 92

    “Kamu ….” Aku menatap ekspresi dingin di wajah Aiden. Tiba-tiba hatiku terasa penat. Aku juga tidak tahu ada apa dengan diriku, hanya saja aku malah ingin menangis.Aku membalikkan tubuhku berjalan meninggalkan ruangan Aiden. Aku berdiri di depan pintu sembari menarik napas dalam-dalam. Kemudian, aku melihat sekilas pintu ruangan yang sudah tertutup rapat.“Dasar manusia nggak punya hati!” sindir aku dengan nada sinis.Setelah kembali ke ruang kerjaku, suasana hatiku masih terasa tidak bagus. Hanya saja, rekan kerjaku malah kelihatan sangat bersemangat. “Astaga! Coba kalian lihat ada berita heboh apa hari ini!”“Apa?” Leila bagai takut ketinggalan berita saja, langsung berdiri di tempat.“Grup Canata bangkrut!”“Apa?” Kali ini, aku tidak bisa bersikap tenang lagi. Aku segera berjalan ke belakang Ariana, lalu menatap ke layar komputernya.“Grup Canata terungkap menjual produk nggak memenuhi standar. Selain itu, Lucas dari Grup Canata, membangun bisnisnya dengan dukungan istrinya. Sekara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status