Share

Rencana Masa Depan

Author: atavya
last update Last Updated: 2023-02-10 19:00:03

Meeting berlangsung selama hampir dua jam. Begitu selesai, semua orang pun saling berpamitan, hendak kembali ke pekerjaan masing-masing, kecuali aku dan Farhan.

Pria itu benar-benar menahan langkah ini untuk kembali ke kantor, malah ia juga dengan entengnya meminta izin pada timku agar aku diizinkan tinggal. Mereka yang memang sudah mengetahui hubungan kami sebagai suami istri pun sama sekali tidak keberatan.

“Mau ke mana?” tanyaku saat pria itu menggandeng tangan ini menuju area parkir kantor, di mana mobilnya berada.

“Sudah, ikut aja! Gak bakalan aku culik istri sendiri,” seloroh Farhan yang kubalas dengan memutar kedua bola mata malas.

Kupikir kami akan berbicara di sekitar kantornya saja, tapi ternyata aku salah. Farhan terus menyusuri jalanan menggunakan mobilnya, hingga beberapa menit kemudian sampailah ke sebuah area perumahan.

Lokasinya justru tak terlalu jauh dari kantorku, bahkan jika berjalan kaki pu

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Sama-Sama Keras Kepala

    “Rencanaku pada awalnya adalah membawamu ke sini setelah lahiran, tapi sebaiknya dipercepat,” ujar Farhan mengajakku naik ke lantai dua.Pak Taufiq, pemilik lama rumah ini sudah lebih dulu pergi. Pertemuan kami hari ini juga dimaksudkan untuk serah terima kunci, meski Farhan telah melunasi rumah ini sejak beberapa waktu sebelumnya.“Apa Nayla sudah tahu?” tanyaku mengekor di belakangnya.“Belum,” jawab pria itu singkat. “Dia belum setuju.”“Aku pun begitu,” sahutku cepat membuat pria itu berbalik menatapku datar.Ia terdiam tanpa menimpali, tetapi pandangannya mengunci mataku lekat. Memang benar yang orang katakan jika sosok yang kita jumpai saat masih pacaran bisa menjadi sangat berbeda ketika sudah menikah.Begitulah yang kurasakan saat menatap Farhan saat ini. Dulu ia tak pernah menatapku setajam ini, bahkan saat aku kukuh ingin berkarir sebelum menikah hingga berakhir pada putus

    Last Updated : 2023-02-10
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Sumber Keuangan Farhan

    “Terus, kapan mau belanja interior?” tanya Farhan lagi.“Uangmu banyak, ya, Han?” Aku balik bertanya setengah menyindir.Baru saja ia kami melakukan program bayi tabung yang memakan biaya hingga ratusan juta, belum lagi harga rumah ini yang kutaksir di atas satu milyar meskipun kosongan, karena lokasinya yang strategis. Bahkan sempat kulihat beberapa bagian rumah juga baru direnovasi. Lalu sekarang ia menawari membeli interior yang pasti merogoh kocek hingga puluhan juta.Aku memang tidak pernah tahu bagaimana kondisi keuangan Farhan. Bahkan saat ia memberi nafkah bulanan yang angkanya hampir setara dengan gajiku sebulan pun aku tak pernah penasaran.Padahal, jika dipikir-pikir ia hanyalah seorang manajer. Gajinya mungkin tak jauh beda denganku. Tidak mungkin juga ‘kan ia memberikan sebagian besar gajinya padaku, meskipun Nayla sendiri juga stabil secara ekonomi?“Kalau cuma untuk menghidupi Kamu, Nayla, da

    Last Updated : 2023-02-10
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Siapa Mereka?

    Keputusanku masih tetap sama, kami harus berpisah sesuai tenggat waktu. Kenapa aku harus berbagi dan menjadi yang kedua untuknya, jika aku masih bisa menjadi yang pertama dan satu-satunya untuk pria lain?Meski aku tak secantik atau seseksi Nayla, bahkan statusku nanti berubah menjadi janda, tapi aku tak terlalu buruk. Meski tak bergelimangan rupiah, setidaknya aku bisa menjadi satu-satunya ratu di istana dan hati suamiku.Hanya itu yang kuinginkan. Nayla pun pasti mengharapkan hal serupa. Aku masih berharga dan layak untuk dicintai tanpa harus diduakan.Sunyi kembali mengisi kabin mobil yang mulai berebut jalan dengan mobil lain. Kuhela napas panjang dan berat. Aku tidak suka kemacetan, melelahkan.Farhan menyadari keluhanku. Diulurkannya tangan kiri yang kini bertengger di atas kepalaku. Dibelainya rambut ini pelan dan sesekali ia melemparkan senyum simpul.“Sabar!” ujarnya terdengar lembut.“Kok ambil jalur yang in

    Last Updated : 2023-02-11
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Makan Malam yang Salah

    “Hai!” sapa gadis itu begitu ringan.Mataku membelalak saat identitas kedua orang itu berhasil kukenali. Maka tak heran jika selanjutnya responku mungkin terkesan agak berlebihan.“Yura!” pekikku menyambut kehadiran kedua orang yang menghampiri kami.Gadis itu tersenyum lalu kami segera berpelukan seperti biasa. Tak lupa pula tawa sumringah dan antusias menyelimuti pertemuan malam ini.“Yura aja yang disapa? Kakaknya enggak?” tegur pria yang tadi datang bersama Yura, gadis yang masih berada di tahun keduanya di sebuah universitas swasta.Kami mengurai pelukan lalu menatap pria itu dengan senyum kecil. “Masih belum puas disapa sepanjang hari di kantor, Bos?” tanyaku bercanda.Pria itu memang bosku di kantor, Tristan namanya. Ia adalah tipe bos yang membaur dengan para karyawannya. Namun, ada sedikit perbedaan untukku.Tak bisa dikatakaan baper, karena kenyataannya kami memang lebih dari s

    Last Updated : 2023-02-11
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Prinsip Hubungan Ala Zahira

    Kedua kakak beradik itu melenggang pergi, semakin menjauh. Sesekali berbalik menatapku yang juga masih menatap kepergian keduanya. Lambaian tangan pun menjadi tanda perpisahan, begitu pula seutas senyum yang mengiasi bibir.“Sana kalau mau ikut!”Seruan Farhan mengalihkan perhatianku. Terdengar datar dan ketus, bahkan saat kami kembali bertatapan, ia memberikan sorot tajam dari mata yang sekelam malam tersebut. Moodnya tiba-tiba memburuk.“Boleh?” tanyaku bernada menggoda.“Ira!” sergah pria itu menggeram.Tatapannya semakin tajam, tapi malah membuat senyumku makin lebar. Ada rasa tak mampu terdeskripsikan dalam dada saat melihat kilat tidak suka dari mata Farhan. Aku berharap dia cemburu.“Seneng Kamu disamperin mantan sama adiknya?” tanya Farhan mengunci mataku.“Biasa saja,” jawabku tak acuh sembari mengedikkan bahu.Pria itu mendengkus seraya menyesap m

    Last Updated : 2023-02-12
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Menjenguk Anak dalam Kandungan

    “Maaf kalau menyinggung, tiba-tiba aku ingat sesuatu. Dulu Dina sering curhat sama aku kalau dia gak akur sama Nayla. Kok bisa?”“Sampai sekarang pun mereka masih seperti orang asing, karena prinsipmu beda sama Nayla.” Farhan menganggukkan kepala lemah.“Prinsip apa?” tanyaku.“Tadi yang Kamu bilang, pernikahan itu adalah bersatunya dua keluarga, sementara untuk Nayla, dia gak peduli meskipun ada anggota keluarga yang gak suka, karena nantinya kamilah yang menjalani kehidupan rumah tangga,” ungkapnya seraya menghela napas panjang. “Bahkan dia juga gak berusaha mengenalkanku pada papanya, kecuali saat menikah dulu. Papa dan ibun sudah pisah sejak Nayla kecil dan dia gak pernah mau membahas tentang papanya setiap kali kutanyai. Katanya ‘yang penting kita sudah direstui’ begitu.”Kukatupkan bibir rapat-rapat tanpa menimpali kalimat panjang Farhan. Takut menyinggung. Memang banyak orang y

    Last Updated : 2023-02-12
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Usaha Mempertahankan Pernikahan

    Seiring hari semakin berlalu, Farhan semakin menunjukan keinginannya mempertahankan poligami ini. Jika dulunya setiap larangan Nayla untuk mendekatiku selalu dituruti, kini tidak lagi. Meski diiringi adu mulut dan kericuhan, tetapi jelas terlihat usahanya untuk membuat dua wanita dalam satu rumah ini menerima kehadiran satu sama lain.Bagai memiliki anak kembar, segala sesuatu yang Farhan berikan selalu sama. Mulai dari nafkah, perhatian, hingga waktu. Pembagian hari untuk kami pun diterapkan berselang seling. Bukan tiga hari dengan Nayla, tiga hari denganku, lalu kosong satu hari seperti lirik sebuah lagu Jawa. Penerapan selang-seling juga supaya tidak ada celah kekosongan tersebut.“Jadi, begini rasanya digilir?” selorohku di suatu malam saat tiba giliran Farhan menghabiskan waktu denganku.Pria yang tengah duduk di atas ranjang sempitku itu mendengkus. “Digilir. Udah kayak berita-berita kriminal aja.”“Nayla belum pulang?&

    Last Updated : 2023-02-13
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Nayla Terluka

    “Astaga!”Sejenak Farhan terperanjat, tapi tak butuh waktu lama hingga ia kembali meletakkan telapak tangannya di atas perutku. Meski terhalang oleh baju tidur, tetap saja gerakan bayi ini mampu ia rasakan.Ini adalah pertama kalinya pria itu merasakan pergerakan janin di dalam perutku. Biasanya pergerakan itu terjadi saat Farhan jauh dariku, sehingga aku tidak sempat memanggilnya untuk ikut merasakan. Nayla pun belum pernah menyaksikan momen ini. Aku bagaikan pencuri yang jauh lebih dulu merasakan keberadaan anak mereka, bahkan menikmatinya.Sayang, momen-momen seperti ini justru membuatku seperti merasa menumbuhkan ikatan batin dengan anak ini.“Dia gerak,” ujar Farhan dengan kedua sudut bibir yang terkembang.Mata pria itu berbinar, menunjukkan antusiasmenya yang tak mampu dibendung. Ia bahkan menempelkan pipinya pada perutku yang tertutup piyama satin sembari mengusapnya lembut. Ada rasa agak geli, tapi kubiarkan saja di

    Last Updated : 2023-02-13

Latest chapter

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Pengakuan Dosa - SELESAI

    “Nay,” panggil mbak Zahira bernada prihatin. Ia juga mengusap bahuku yang bergetar menahan perih yang sedang kualami. “Ini adalah hukuman untukku setelah begitu jahat pada kalian, Mas, Mbak. Aku minta maaf, aku menyesal,” timpalku yang semakin tidak tahu malu mengucapkan maaf bertubi pada keduanya. “Semua pasti ada hikmahnya,” balas mbak Zahira menenangkanku. “Kenapa kalian baik sekali dan tidak membalasku? Aku malu,” ungkapku kemudian. “Kami tidak membalas bukan berarti tidak pernah marah atau sakit hati padamu, Nay, tapi kami juga bukan Tuhan yang bisa mengadili kesalahan orang lain. Memang berat, tapi kami belajar untuk ikhlas. Dendam hanya membuat hati terbebani,” jelas Mas Farhan dengan tatapan teduhnya. Aku mengangguk setuju, karena memang itulah yang kurasakan saat dulu bertubi-tubi menyakiti mereka dengan dalih sakit hati. Tak ada keuntungan yang kudapat selain gana-gini, itu pun sekarang sudah hilang dicuri orang. “Mas, aku mau membuat pengakuan,” ujarku kemudian sambi

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Maaf yang Akhirnya Terucap

    “Ayo masuk! Barusan Nayla dicek sama perawat, Alhamdulillah katanya sudah semakin baik,” ujar papa menyambut dua tamu yang kian mendekat pada brankar. Aku memejamkan mata, pura-pura tidur. Masih belum siap rasanya bertemu dengan mereka. Rasa bersalah dan malu beruntun menghantam bahkan sejak sebelum melihat pasangan itu. “Nay, ini ada Farhan sama Zahira,” ujar papa sambil menepuk bahuku. “Papa tahu Kamu gak tidur, ayo disapa! Bukannya Kamu mau minta maaf sama mereka?” bisiknya tepat di telinga hingga mau tidak mau aku pun membuka kelopak mata. Mereka, dua orang yang sudah sangat kusakiti demi bisa bersatu dengan kak Dion. Tak sanggup rasanya menunjukkan wajah ini. Namun, aku sangat yakin jika mereka datang bukan untuk menambah penderitaanku. Mas Farhan, mbak Zahira, jika aku tidak salah menilai, mereka bukanlah sosok pendendam. Bahkan saat aku bertubi menyakiti, mereka tak pernah membalas. Bisa-bisanya aku menyakiti orang sebaik mereka. “Kami baru tahu semalam kalau Kamu mengalami

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Titik Terendah

    “Ayo, sesuap lagi terus obatnya diminum biar cepat pulih!”Papa mengulurkan sendok berisi bubur khas rumah sakit dengan tangan tuanya. Kerutan di kulit itu baru kusadari telah bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Betapa abainya aku selama ini pada satu-satunya pria yang benar-benar tulus mencintaiku tanpa syarat. Salah paham bahkan membuatku sempat membenci dan menjauhinya.Selama hampir satu bulan dirawat di rumah sakit pasca kecelakaan di Puncak yang kupikir akan merenggut nyawa ini, papa tak sehari pun absen menjagaku. Bahkan Ibun yang kupikir selalu ada untukku belum tentu setiap hari menjenguk. Datang pun paling hanya satu dua jam, lalu pergi lagi.“Sudah kenyang, Pa, langsung minum obat saja,” tolakku menutup mulut.“Sekali lagi!” desak pria berusia kepala enam dengan sebagian rambut memutih tersebut.Kuhela napas panjang sambil mengerucutkan bibir tanda protes. Namun, papa tidak luluh hingga akhirny

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Inikah Akhir Hidupku?

    Tak terasa sehari sudah aku berkutat dengan desain pakaian untuk koleksi terbaru. Pukul delapan malam aku baru sampai rumah yang kak Dion beli sebelum kami menikah. Beberapa lampu sudah tampak menyala memberikan penerangan. Mobil kak Dion juga sudah berada dicarport.Tumben, biasanya aku yang lebih dulu sampai di rumah, karena ia praktik sampai jam sembilan malam.“Kak!” sapaku setelah membuka pintu ruang tamu.Pemandangan tak biasa segera memenuhi mata. Tas, snelli, hingga stetoskop kak Dion berceceran di lantai. Pria itu juga kutemukan tengah mencengkram rambutnya di atas sofa dengan penampilan yang berantakan. Kaleng-kaleng bir bergelimpangan di atas meja, membuat aroma alkohol menguar tajam.“Kakak kenapa?” tanyaku beringsut mendekat padanya dan meraih bahu kak Dion.Saat kepalanya terangkat, kekacauan di wajah tampan itu semakin jelas terlihat. Matanya pun merah, tetapi menatap kosong.“Nay,&rd

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Extra II - Nayla POV

    Kuhela napas panjang dengan dengan hati yang diselimuti oleh kekecewaan. Untuk kesekian kalinya gumpalan berwarna merah menunjukkan jejak di celana. Lagi-lagi usaha kami untuk mendapatkan keturunan ternyata harus tertunda. Celana pun segera kuganti dan tak lupa tampon ikut terpasang untuk menampung darah bulanan yang keluar.“Kak, gagal, aku bulanan lagi,” aduku tepat setelah menutup pintu kamar mandi.Di depan cermin rias sana suamiku menghentikan kegiatannya merapikan rambut. Kepalanya menengok dan seperti yang kuduga, wajah tampan itu menunjukkan rasa tidak suka setelah mendengar laporanku.“Kok bisa?” tanyanya tidak masuk akal.“Ya mana aku tahu? Memangnya aku bisa mengontrol kapan haid dan kapan harus hamil?” dengkusku seraya menjatuhkan tubuh di atas peraduan kami.Ia berdecak seraya berkacak pinggang lalu menyuarakan kegundahannya. “Mama pasti bakalan ngomel lagi kalau tahu.”“Teru

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Buka Puasa*

    “Kamu mau aku gituin juga?” tanyanya menawari, membuatku mengernyit. Perempuan ini malu-malu, tapi liar juga ternyata. Mengejutkan. “Memangnya bisa?” tanyaku sangsi. “Ajari, Kamu sukanya yang gimana?” balasnya sambil menundukkan kepala, menyembunyikan ekspresinya yang semakin membuatku membuncah. Senyumku tak diberi kesempatan untuk luntur. Mumpung sudah ditawari, tak mungkin kutolak. Jadi, kuurungkan niat membuka sendiri celana dan mendekat pada istriku. “Bukain, setelah itu manjain dia,” ujarku meminta. Walau awalnya ragu, sampai juga tangannya pada celanaku. Diturunkannya perlahan, membuatku menahan napas berkat rasa yang membuncah. Ia sempat terkesiap saat tubuhku pun sama polosnya. Kepalanya mendongak, menatapku seperti kucing yang sedang meminta bantuan. Kuraih tangannya lalu menukar posisi hingga kini akulah yang berada di bawah, tetapi setengah duduk. Setelah itu kuajari Ira cara untuk menyenangkanku. Sentuhannya yang amatir anehnya mampu menerbangkanku ke atas awan. Tak

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Pemanasan*

    Sebelah tangan menahan tengkuk Ira, sebelah lagi menekan tomboloff remote TV. Bukan hanya aku yang modus menyentuh dengan dalih pijatan, istriku pun sengaja memilihfilmyang ternyata memang sesuai dengan judulnya. Misteri thriller yang dibumbui adegan panas tokoh utama pada beberapascene.Tak ada lagi suara lain di kamar ini selain decapan ciuman kami yang saling bersambut. Sepertinya inilah hasil dari latihan kami selama ini. Istriku sudah lebih luwes membalas pagutanku, bahkan tanpa aba-aba pun ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya.Perlahan kurebahkan tubuhnya hingga telentang dan mengungkungnya di bawahku. Suhu udara semakin naik, AC telah kehilangan wibawanya. Deru napas meningkat, begitupula dengan degup jantung yang berangsur semakin cepat.Lengan Ira mengalung di leher dan seperti biasa ia mulai mengacak rambutku saat sudah terbawa suasana. Jika biasanya saat tanganku menjelajah Ira akan memekik terke

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Malu-Malu Mau

    Setelah makan malam serta membersihkan alat makan bekas pakai bersama-sama, kami kembali ke kamar. Bukan langsung melakukan kegiatan yang sudah diberi lampu hijau oleh istriku, tetapi untuk menjalankan salat Isya serta dua rakaat sunnah.“Net*flix, yuk!” ajakku sembari melipat sajadah, mengalihkan kegugupan yang sekali lagi tampak dari gelagat istriku.Sudah seperti anak perawan yang mau malam pertama saja, padahal sudah punya anak. Eh, tapi bisa dikatakan Ira memang masih gadis, sih. Aku terkekeh dalam hati.“Yuk!” sahutnya antusias. “Sambil ngemilcakeyang Kamu beli tadi. Tunggu sebentar, aku ambil dulu,” lanjutnya seraya menyimpan mukena.“Yes, sugar rush!” selorohku.“Apaan, sih?” Istriku berdecak sambil menggelengkan kepala kemudian berlalu ke arah pintu.“Sekalian isi kadoku tadi dipakai,” pekikku mengantar kepergiannya.&l

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Gombalan Istriku

    “Boleh ‘kan? Aku menginginkanmu, Sayang,” jujurku dengan degup jantung bergemuruh, menunggu jawaban Ira yang tak kunjung terucap.Apa ia masih ragu padaku? Apa ia masih belum bisa menerimaku setelah tubuh ini pernah dinikmati oleh wanita lain? Mungkinkah Ira seidealis itu, padahal kini aku hanyalah miliknya?Bergemingnya wanita itu membuatku semakin bertanya-tanya. Namun, hati ini sangat yakin jika Ira tak akan seperti itu. Kenapa? Karena jika ia keberatan, pasti akan memilih berpisah dariku walau ada Faza di antara kami.Meskipun Ira juga kerap kali tidak peka pada orang lain, tapi ia adalah tipe perempuan yang tahu apa yang dirinya inginkan. Apa pun risikonya, akan ia hadapi. Ya, aku yakin ini hanya masalah waktu dan kesiapan Ira saja.“Aku lapar, makan malam dulu,” ujarnya melepas kaitan jemarinya di balik leherku. “Sebentar lagi Isya terus kita salat, baru setelah itu kita bicarakan lagi keinginanm

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status