Rena selalu penuh kejutan, Azka tidak bisa membayangkan bisa merasakan hangatnya pelukan Rena dan bisa mengeluarkan cairannya didalam. Melepaskan penyatuan mereka dengan mencium perut Rena pelan, berharap akan segera hadir anak mereka didalam. Azka akan memilih Rena dalam mendapatkan keturunan bukan Wulan, semenjak pertama kali bertemu Rena sudah membayangkan seperti apa wajah anak mereka berdua.
“Aku membersihkan diri dulu.” Rena beranjak dari ranjang dengan tubuh tanpa busananya.
Azka melihat itu hanya bisa menelan saliva kasar, mencoba untuk tidak tergoda kembali. Menatap punggung tanpa busana Rena masuk dalam kamar mandi membuat Azka hanya bisa diam dan mengalihkan perhatian ke ponselnya. Memainkan ponsel dengan hanya menggunakan pakaian bawahnya, Azka sedikit bersyukur Wulan tidak pernah menghubunginya disaat seperti ini.
“Ayo buruan, papa nanti marah.” Rena sudah dalam keadaan segar saat berbicara dengan Azka.
Memilih beranja
Azka lagi-lagi terbangun di ranjang Wulan, menatap wajahnya yang damai saat tidur membuat Azka membelai wajahnya perlahan. Azka tahu perbuatannya sangat tidak baik, mendekatkan wajahnya dengan mencium pipi Wulan pelan. Memastikan baik-baik saja Azka beranjak dari ranjang dan membersihkan diri, menatap tampilannya depan cermin membuat Azka tersenyum kecil.Keluar dari apartemen Wulan setelah memastikan wanita tersebut nyaman dalam tidurnya, menciumnya kembali sebelum keluar dari tempat ini dengan tidak lupa mengunci pintunya. Langkah Azka saat ini menuju tempat kerjanya, banyak hal yang harus dikerjakan sebelum cuti menikah.Gerakan Azka terhenti saat melihat dari kejauhan bayangan Josh, kali ini bersama dengan pria yang ada di foto Dona saat itu. Menghubungi salah satu pengawalnya untuk bertanya keberadaan Josh, pengawal tersebut menjawab sesuai dengan pandangan Azka dan akhirnya meminta untuk tetap mengawasinya.Azka melangkah kembali dimana mobilnya berada, te
Suasana menjadi panas, Fabian menatap Azka dan Wulan bergantian. Hembusan nafas terdengar membuat Azka memutar bola matanya malas, Fabian menggelengkan kepala sedangkan Wulan hanya diam menunduk.“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu.” Fabian berkata tegas dengan tatapan datarnya “Azka.” Fabian bisa melihat Wulan kebingungan “Saya tunggu di ruangan.”Menatap Fabian yang berjalan menjauh, hembusan nafas lega terdengar dari samping Azka membuatnya menatap kearah Wulan. Wajahnya tampak pucat, Azka tersenyum kecil melihat reaksi dari Wulan yang seakan takut ketahuan, walaupun sebenarnya Azka tidak peduli dengan hal itu. Azka menggelengkan kepalanya tetap dia harus peduli karena pasti Wulan yang akan membuat semua menjadi berantakan nantinya, hubungannya dengan Rena dan takut hal itu terjadi.“Kamu nggak temuin Pak Fabian?” tanya Wulan membuyarkan lamunan Azka.“Kita cari tempat dulu buat menuntaskan ini
Jantung Azka berdetak kencang, beberapa menit lagi dirinya resmi menjadi suami Rena. Azka saat menikah dengan Wulan tidak merasakan perasaan seperti ini, bahkan pernikahan ini keluarganya datang semua termasuk Dona. Azka sendiri tidak tahu keluarganya lebih menyukai Rena dibandingkan Wulan, pernikahan kedua tapi kali ini benar-benar sah.Perasaan tidak menentu saat berhadapan langsung dengan Redi, ayah Rena. Mengucapkan setiap kata dengan Rena disampingnya membuat jantung Azka berdetak kencang, tidak lama kata sah keluar dan membuat suasana menjadi ramai. Azka menatap Rena yang wajahnya memerah membuatnya tidak sabar merasakan kembali kegiatan panas mereka sebelumnya, proses selama pernikahan berjalan dengan cepat.“Kalian harus siap-siap untuk resepsi.” Azka menatap Anggi yang sangat heboh dengan Zee disampingnya.“Berisik banget kalian.” Azka menatap kesal.“Rena sama aku aja setelah ini, kamu sama cowok-cowok.” Dona
ereka semua terkejut sama latar belakangmu.” Rena keluar dari kamar mandi.Azka menatap sang istri yang hanya menggunakan pakaian mini, membuatnya menelan saliva kasar. Foto yang Wulan kirim sudah membuatnya tidak tahan untuk melakukan hal lebih, dari tadi miliknya ingin segera dipuaskan dan Rena adalah tempat yang tepat.“Kamu seksi.” Azka menatap Rena dengan tatapan memuja.Rena tersenyum kecil “Oma dan bunda kasih tahu kalau keluarga Hadinata memiliki gairah yang sangat luar biasa.”Azka memutar bola matanya malas “Mereka berdua sama aja, tapi bukankah ini malam pertama kita?” Azka sangat menyukai wajah memerah Rena berbeda dengan Wulan “Kemarilah, puaskan aku.”Menatap Rena yang melangkah ragu dan malu, pastinya berbeda dengan Wulan yang berani. Azka hanya diam memandang Rena dan saat sudah berada dihadapannya langsung menarik Rena dan melumat bibirnya kasar, Azka sudah tidak bisa menahan di
Azka menatap Rena yang masih tidur dalam pelukannya, tanpa menunggu lama Azka langsung mengulangi apa yang mereka lakukan semalam. Rena bangun dan menatap Azka lembut, membelai wajahnya dan menariknya agar mereka bisa saling mencium dalam. Tanpa menunggu lama Azka memasukkan miliknya yang telah berdiri dari tadi, gerakan mereka yang cepat dan kasar diikuti dengan berbagai macam posisi membuat mereka tidak sadar atas waktu dan tidak tahu berapa banyak cairan yang keluar.“Kita harus keluar kamar, Mas.” Rena beranjak dari ranjang “Nggak enak sama yang lain.”Azka tersenyum kecil “Mereka pasti paham.”Menatap Rena yang masuk kedalam kamar mandi dengan tubuh tanpa busananya, mengambil ponselnya yang ada diatas nakas membuat tubuh Azka membeku saat melihat banyaknya panggilan dari Wulan. Azka melupakan salah satu janjinya pada Wulan, memukul keningnya pelan dan langsung mengirim pesan pada group di keluarga agar bisa memberik
Azka menatap ruangan sekitarnya, pulang dari bulan madu memutuskan untuk mendatangi psikolog. Irwan salah satu sahabat Leo memberikan rekomendasi tempat ini, klinik yang dimiliki mertuanya.“Maaf menunggu lama.” Wanita berusia sama dengan Irwan berjalan mendekati Azka “Saya Zahra, salah satu psikolog disini dan tidak lain adalah kakak iparnya Irwan. Jadi apa yang bisa dibantu?”Azka menatap wanita yang ada dihadapannya ini, kakak ipar Irwan. Tidak tahu harus berkata jujur atau tidak, tapi niat kedatangannya adalah untuk mengobati diri.“Saya punya masalah yaitu ketertarikan dengan sesama jenis.” Azka berkata langsung dengan menatap kedua mata Zahra “Saya memutuskan menikah dengan wanita, awalnya untuk membuat kedua orang tua saya berhenti dan akhirnya bertemu dengannya di acara perusahaan, saya langsung melamar dia. Saya mencintai dia awalnya, tapi kemudian saya bertemu dengan wanita lain dan langsung tergoda.&rdqu
Azka terdiam dan terkejut dengan apa yang dikatakannya, jika dirinya menikah hanya karena ingin mengembalikan dirinya awal dan gairah pada wanita. Menatap Zahra yang hanya diam tanpa melepaskan tatapan pada Azka, ditatap seperti itu membuat Azka tidak nyaman.“Lalu siapa yang anda cintai?” Zahra membuka suara membuat Azka menghembuskan nafas panjang. “Anda bilang belum tahu cinta itu apa, bukan?” Azka mengangguk “Boleh sebutkan nama mereka bertiga?”“Josh, Rena istri pertama dan Wulan yang saya nikahi pertama kali hanya tidak sah secara hukum.” Azka menjelaskan keseluruhan yang diangguki Zahra.“Josh adalah pria itu? Rena ini yang anda tidak ingin kehilangan dan Wulan adalah yang bisa membuat anda bergairah?” Azka menatap tidak percaya dengan tebakan Zahra “Saya tahu dari anda bercerita dan saat mengucapkan nama mereka.”Azka tidak menyangka sama sekali jika mereka seorang psikolog bi
Perkataan Zahra ada benarnya, mengenai Josh. Hal yang tidak ada dalam pikiran Azka sama sekali, Josh tidak mengenal Rena begitu sebaliknya. Kerjasama dengan Wulan memang terlihat sangat jelas, beberapa pesan yang Azka baca dari menyadap ponsel Wulan semua terlihat dengan sangat jelas.Azka ingin marah dengan Wulan, tapi tidak bisa sama sekali. Membutuhkan pelampiasan tentang hasratnya membuat tidak bisa melakukan sesuatu, Wulan memang lebih panas dibandingkan Rena dan sangat jauh. Pertemuan berakhir membuat Azka mendatangi dokter spesialis kelamin, lagi-lagi Azka tidak berpikir sampai sejauh sana.“Harus melalui beberapa tes untuk hasil yang lebih baik.” Azka mengangguk mendengar perkataan dokter “Anda bisa mengikuti perawat.”Mengikuti perkataan dokter dengan melakukan tes pada alat kelaminnya, Azka menatap dalam diam apa yang perawat lakukan pada alat kelaminnya. Azka sedikit terkejut dengan apa yang terjadi pada miliknya saat perawat p
Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya.
Proses Josh keluar tidak membutuhkan waktu lama, Azka tidak mau membuang waktu menjemput pria itu, cukup sudah dirinya memberikan kebaikan dengan menarik laporan bersama dengan Wulan. Rena terkejut dengan keputusan yang Azka buat dengan Wulan, tapi sekali lagi tidak bisa berbuat banyak. Kehamilan Wulan sudah diketahui banyak orang, tidak kecuali orang tua Rena. Sikap mereka pada Wulan tidak banyak berubah, tapi Azka tidak peduli dan setiap keluarga Rena datang ke rumah itu artinya pintu penghubung akan dikunci dan kunci ada di Azka. Orang tua Rena sendiri tidak meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan pada anaknya, sedangkan Azka berusaha untuk membuat Rena nyaman bersamanya dan juga perasaan Azka tidak bisa lepas dari Rena, meskipun wanita itu telah menyakitinya. Rena sendiri juga tidak merubah sikapnya, masih perhatian dengan Azka dalam hal apapun seperti biasa.“Wulan kerja?” tanya Rena yang hanya diangguki Azka. “Minta dia temani aku, takut tiba-tib
“Aku menarik gugatan pada Josh.” Azka mengatakan dengan nada datar dan sikap dinginnya.Rifat mengangkat alisnya mendengar perkataan Azka, “sudah kamu pikirkan dengan benar dan dalam?”Azka mengangguk “Menarik gugatan bukan karena aku masih memiliki perasaan sama dia, tapi aku merasa salah memasukkan orang yang tidak bersalah.”Rifat menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Azka, “alasan masuk akal, lalu bagaimana dengan rumah tanggamu? Orang tua kalian sudah tahu?”“Oma opa sudah tahu?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Rifat.Memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Azka, tanpa ada niat pria itu menjawab pertanyaannya. “Menurut kamu mereka sudah tahu? Nggak mungkin aku nggak melaporkan semua perkembangan kasusmu sama mereka.” Rifat menjawabnya malas. “Kamu nggak ada niatan berbicara sama kedua orang tuamu itu?”“Nanti kalau semua selesai.” Rifat memutar bola matanya malas “Lagian Endi pasti
“Itu kata-kata Rena?” tanya Rifat yang diangguki Azka.Pagi-pagi setelah sarapan, langsung menuju rumah Rifat menceritakan semuanya. Kedatangannya membuat Rifat mengerutkan keningnya, tidak menunggu waktu lama langsung menceritakan semua yang Rena katakan.“Lantas bagaimana? Semua terserah sama kamu.” Rifat melanjutkan kata-katanya.“Pantas saja Brian diminta menjadi saksi kunci, pada saat itu memang berbicara dengan Josh.” Azka berkata sambil memikirkan semuanya.“Itu tidak penting, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Josh nggak mungkin didalam sana dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, tapi kalau Josh bebas kamu bisa kembali menjadi yang dulu.” Rifat memandang penuh selidik pada Azka yang hanya diam.“Aku nggak akan tergoda sama dia.” Azka mengatakan dengan penuh keyakinan.“Lalu kemarin?” Rifat memberikan tatapan penuh selidik membuat Azka terdiam “Terpaksa demi sebuah rahasia.”“Memang itu.” Azka men
“Bukannya sekarang kamu seharusnya ada di Rena?” Wulan menatap Azka bingung.Azka menarik Wulan kedalam pelukannya, membuat dirinya terkejut atas apa yang Azka lakukan tiba-tiba. Membelai punggungnya perlahan membuat pelukannya semakin erat, perasaannya saat ini tidak bisa dinilai oleh apapun, lebih pada perasaan bersalah saat memeluk Wulan. Azka juga sebenarnya tahu kalau Wulan terlibat didalamnya hanya saja anaknya yang tidak berdosa harus hilang tiba-tiba karena apa yang mereka lakukan, terutama dirinya dan itu semakin membuat hatinya sesak..“Lebih baik selesaikan dengan Rena, tidak baik sebelum tidur masalah belum selesai.” Wulan berkata lembut membuat Azka terdiam “Kesanalah pasti Rena membutuhkanmu.”Wulan melepaskan pelukan Azka darinya, memegang kedua pipi Azka membuat mereka saling menatap satu sama lain. Membelai kedua pipi Azka tanpa melepaskan tatapan mereka, membuat Azka menyadari satu hal Wulan mencintai dirinya dengan tulus. Perasaan
Memasuki rumah langsung disambut Rena yang mendatanginya dan mencium punggung tangannya, melihat ini semua membuat Azka tidak percaya pada apa yang dikatakan Rifat dan juga Josh. Sudah membuat keputusan untuk menerima Rena apapun kondisinya, kecuali ayah sebenarnya dari bayi ini meminta hal yang tidak bisa Azka hentikan.“Aku mau mandi dan langsung tidur,” ucap Azka saat memasuki kamar.“Aku akan siapkan bajumu.” Rena mengatakan dengan lembut yang hanya diangguki Azka.Memikirkan banyak hal dalam kamar mandi, membuat Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Rena. Azka sangat tahu jika Rena cukup cerdas dalam menilai sesuatu, setidaknya berbicara dengan Rena adalah hal utama. Memilih untuk mempercepat mandinya agar bisa berbicara langsung dengan Rena, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.“Kamu lagi banyak beban pikiran.” Rena membuka suara pertama kali membuat Azka menatap sekilas kear
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada