Menatap wajah tenang Rena setelah apa yang mereka lakukan tadi, Azka tidak menyangka jika dirinya berhasil membawa wanita sampai ke ranjang, bahkan Azka bisa merasakan bagaimana hangatnya adik kecilnya didalam sana. Membelai wajah damai Rena sebelum akhirnya melepaskan pelukan dengan berjalan kedalam kamar mandi, menatap jam yang tampaknya sudah melewati jam pulang kerja dan itu artinya harus memulangkan Rena setelah kemarin wanita ini tidak pulang.
“Apa yang kalian berdua lakukan disini?” Azka menatap tajam pada kembarannya Dona yang sudah berada di ruangannya.
“Apa dia nikmat?” Dona memberikan tatapan menggoda membuat Azka memutar bola matanya malas “Kita mau keluar padahal hari ini ternyata kamu yang membuatnya gagal.”
“Memang kalian mau kemana?” tanya Azka santai.
“Women time.” Azka memutar bola matanya malas “Tapi gagal soalnya Mbak Zee dan Mbak Anggi ditahan sama suaminya.”
Ancaman Dona selalu tidak main-main, kalaupun Azka tetap memegang pendirian ikut tetap tidak akan mendapatkan jawaban ditambah lagi saham yang hilang. Azka sendiri tidak tahu apa yang direncanakan saudara-saudaranya, tapi bukankah mereka ke hotel yang artinya Dona bertemu dengan Irwan.“Lo disini?” tanya Azka saat membuka pintu apartemen mendapati Josh duduk di kursinya.“Aku kangen sama kamu.”Josh memeluk Azka erat saat sudah duduk disampingnya, Azka membalas pelukan Josh tidak kalah eratnya. Pelukan mereka terlepas yang digantikan dengan ciuman satu sama lain, tangan Josh sudah berada di miliknya yang tidak bergerak sama sekali, melepaskan ciuman dengan saling memandang satu sama lain.“Tumben belum berdiri?” tanya Josh menatap ketempat dimana milik Azka berada “Kamu lagi nggak nafsu?”“Aku lelah.” Azka mengeluarkan alasan yang masuk akal.Mengikuti tatapan Josh ke miliknya yang
Menatap malas pada Endi yang secara tiba-tiba datang ke apartemen, apalagi langsung duduk di sofa yang membuat Azka sedikit paham tahu apa yang akan dilakukannya. Memilih beranjak dan menyiapkan diri karena pastinya tidak mau menunggu lama, saat keluar mendapati Endi di dapur.“Ayo.” Endi menatap Azka dengan mengerutkan keningnya “Pulang kerumah.”“Kita nggak kerumah tapi hotel.” Azka mengangkat alisnya mendengar perkataan Endi “Perayaan Lucas.”“Kenapa nggak ada yang kasih tahu aku?” Endi mengangkat bahu.Azka hanya menggelengkan kepala, Dona sepertinya malas mengajaknya maka itu lebih memilih bersama dengan Rena. Mengingat itu membuat sudut hati kecilnya tersenyum, setidaknya Rena sudah diterima dengan sangat baik oleh keluarganya.“Udah kesana tadi?” Endi menggelengkan kepala membuat Azka mengernyitkan dahinya.“Memang yang sibuk cuman lo.”Memutar
Pukulan keras didapat Azka setelah mengatakan hal itu, Dona menatap tajam pada Azka yang hanya memberikan senyuman kecil tanda bahwa apa yang dikatakannya tidak serius.“Jangan kasih ide gila, lagian Mas Irwan cinta banget sama istrinya.” Endi berkata sambil memukul bahu Azka pelan.Azka mengangkat bahu “Dona aja bisa cerai apalagi dia.”“Beda, lagian istrinya Mas Irwan baik nggak kaya dia yang...ah aku nggak bisa bilang. Nyebut namanya aja susah apalagi harus ingat kelakuannya.” Dona bergidik ngeri saat mengatakannya.Memilih keluar meninggalkan Dona yang hanya diam sambil menghapus air matanya, langkah Azka menuju pada saudaranya Leo yang berbicara dengan Irwan dan Lucas. Memilih bergabung sambil mendengarkan apa yang mereka bicarakan, Azka menatap mereka mencoba memahami apa yang mereka bicarakan.“Jadi kamu besok menikahnya disini?” tanya Lucas membuat Azka menatapnya.“Belum diputusk
“Pusing sama penyanyi ini.” Brian memberikan hasil rekaman pada Azka.Azka menatap flash disc yang ada di meja dekatnya dengan tatapan bingung, tidak ingin banyak bertanya membuat Azka langsung mendengarkannya. Pembicaraan terakhir dengan ayahnya membuat pikiran Azka tidak bisa tenang, pedang-pedangan dan lubang itu terus berputar di kepalanya. Dalam pikirannya adalah perasaan ayahnya saat mengatakan hal itu, ini masih ayahnya belum sang bunda yang pastinya akan lebih kecewa dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya.“Aww...” Azka teriak sambil melepaskan earphone dan menatap Brian horor.“Kenapa?” Brian menatap bingung pada Azka “Oh...sudah dengerin toh ternyata?” saat melihat kearahnya “Kayaknya kalian memang perlu evaluasi deh.”Azka mengangguk setuju mendengar kata-kata Brian “Memang akan di evaluasi.”Melepaskan flash disc dari tempatnya dan memberikan pada Brian kembali,
Menarik tubuh Rena masuk kedalam lift dan langsung menekan tombol lantainya, Rena terdiam dan masih terkejut dengan apa yang Azka lakukan. Pintu lift berhenti di lantai tempat Azka berada atau tempat para petinggi kantor ini berada, Azka menarik tangan Rena yang langsung dilepaskan.“Maaf, kita sekarang dalam kondisi bekerja dan saya masih banyak pekerjaan.”Rena menutup pintu lift sebelum Azka tersadar dari keterkejutannya, semua yang dilakukan Azka sangat tiba-tiba. Rena paling tidak suka jika dalam kondisi bekerja harus berhadapan dengan hal-hal diluar pekerjaan, cukup sekali kemarin melakukan kesalahan yang membuat Rena harus melakukan pekerjaannya yang tertunda kemarin dan menjadi banyak.Azka masih menatap pintu lift yang tertutup, tidak ada yang pernah menolak dirinya selama ini bahkan banyak wanita yang rela mendatangi dirinya, tapi Azka tidak pernah menghiraukan mereka dan sekarang saat dirinya menginginkan Rena yang malah mendapatkan penola
Tidak mendapatkan balasan atau bahkan tanggapan sama sekali dari Rena membuat Azka kesal, kembali ke apartemen tanpa mengantar Rena karena harus mengerjakan pekerjaannya yang tertunda dua hari lalu. Azka bisa saja menggunakan kekuasaan tapi tidak bisa karena Bima, Billy dan Fabian membutuhkan jawaban atau hasil secepatnya.“Kau datang?” Azka menatap terkejut dengan kedatangan Josh yang berada di sofa miliknya.“Sejak kapan kamu disini?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Josh.“Beberapa menit yang lalu, aku merindukanmu.”Josh melangkah mendekati Azka dan memeluknya erat, menyandarkan kepalanya pada bahu Azka yang tidak membuat Azka bergerak. Tangan Azka akhirnya terangkat menepuk bahu Josh pelan, tangan Josh membelai punggung Azka yang masih menggunakan pakaian kerjanya. Melepaskan pelukan dengan mencium bibir Azka penuh gairah, melumat secara kasar membuat Azka hanya diam tidak membalas ciuman dari Josh.&ldq
Tertawa mendengar pengakuan dari Endi yang membuatnya sampai mengeluarkan air mata, kata-kata Endi membuat Azka hanya bisa menggelengkan kepala. Mendapatkan reaksi seperti itu membuat Endi mengerucutkan bibirnya, dan itu semakin membuat Azka tertawa keras.“Perkataan kamu lucu.” Azka menggelengkan kepala “Aku tahu gimana perasaan kamu sama Tere, adik kecil kami. Lalu tiba-tiba mau melakukan pendekatan sama Rena sebagai lawan jenis, jelas nggak mungkin itu. Mas, kami semua tahu betapa pedofilnya kamu itu sampai kaya jadi orang bodoh depan Tere.”Endi mengangkat bahunya “Setidaknya aku menyukai wanita nggak kaya kamu, tapi benar aku penasaran gimana rasanya sih ciuman sama cowok?”“Sama aja cuman bedanya ada bulu-bulu di bibirnya gitu.” Azka menjawab santai.Endi bergidik mendengarkan perkataan Azka, saat melihat reaksi Endi sudah sering dialaminya ketika bercerita tentang ini. Azka terkadang bingung Endi suda
“Rena?” Azka menatap terkejut dengan keberadaan Rena bersama dengan Dona.“Sini biar Dona sama aku.” Endi menggendong Dona yang tadi dibawa Rena dengan kesulitan karena harus memeganginya.Azka masih memandang Rena tidak percaya, bukankah seharusnya wanita ini berada di kantor untuk lembur, seketika Azka membeku saat mengingat apa yang tadi mereka berdua bicarakan. Bukankah tadi Dona baik-baik saja tidak mungkin dalam beberapa menit mabuk tidak menentu, pertemuan dengan Irwan membuat dia menjadi seperti itu, bukan itu sekarang yang ada dalam benak Azka tapi keberadaan Rena.“Pas aku sampai sana Dona sudah seperti itu dan langsung mengajak pulang,” ucap Rena membuka suaranya.Tanpa sepengetahuan Azka menghembuskan nafas lega, hanya saja ketakutan masih menghantuinya. Takut Dona mengeluarkan kata-kata makian untuk Josh, tapi melihat ekspresi Rena tampaknya itu tidak terjadi, Rena memilih duduk di tempat Endi berada tadi m
Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya.
Proses Josh keluar tidak membutuhkan waktu lama, Azka tidak mau membuang waktu menjemput pria itu, cukup sudah dirinya memberikan kebaikan dengan menarik laporan bersama dengan Wulan. Rena terkejut dengan keputusan yang Azka buat dengan Wulan, tapi sekali lagi tidak bisa berbuat banyak. Kehamilan Wulan sudah diketahui banyak orang, tidak kecuali orang tua Rena. Sikap mereka pada Wulan tidak banyak berubah, tapi Azka tidak peduli dan setiap keluarga Rena datang ke rumah itu artinya pintu penghubung akan dikunci dan kunci ada di Azka. Orang tua Rena sendiri tidak meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan pada anaknya, sedangkan Azka berusaha untuk membuat Rena nyaman bersamanya dan juga perasaan Azka tidak bisa lepas dari Rena, meskipun wanita itu telah menyakitinya. Rena sendiri juga tidak merubah sikapnya, masih perhatian dengan Azka dalam hal apapun seperti biasa.“Wulan kerja?” tanya Rena yang hanya diangguki Azka. “Minta dia temani aku, takut tiba-tib
“Aku menarik gugatan pada Josh.” Azka mengatakan dengan nada datar dan sikap dinginnya.Rifat mengangkat alisnya mendengar perkataan Azka, “sudah kamu pikirkan dengan benar dan dalam?”Azka mengangguk “Menarik gugatan bukan karena aku masih memiliki perasaan sama dia, tapi aku merasa salah memasukkan orang yang tidak bersalah.”Rifat menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Azka, “alasan masuk akal, lalu bagaimana dengan rumah tanggamu? Orang tua kalian sudah tahu?”“Oma opa sudah tahu?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Rifat.Memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Azka, tanpa ada niat pria itu menjawab pertanyaannya. “Menurut kamu mereka sudah tahu? Nggak mungkin aku nggak melaporkan semua perkembangan kasusmu sama mereka.” Rifat menjawabnya malas. “Kamu nggak ada niatan berbicara sama kedua orang tuamu itu?”“Nanti kalau semua selesai.” Rifat memutar bola matanya malas “Lagian Endi pasti
“Itu kata-kata Rena?” tanya Rifat yang diangguki Azka.Pagi-pagi setelah sarapan, langsung menuju rumah Rifat menceritakan semuanya. Kedatangannya membuat Rifat mengerutkan keningnya, tidak menunggu waktu lama langsung menceritakan semua yang Rena katakan.“Lantas bagaimana? Semua terserah sama kamu.” Rifat melanjutkan kata-katanya.“Pantas saja Brian diminta menjadi saksi kunci, pada saat itu memang berbicara dengan Josh.” Azka berkata sambil memikirkan semuanya.“Itu tidak penting, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Josh nggak mungkin didalam sana dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, tapi kalau Josh bebas kamu bisa kembali menjadi yang dulu.” Rifat memandang penuh selidik pada Azka yang hanya diam.“Aku nggak akan tergoda sama dia.” Azka mengatakan dengan penuh keyakinan.“Lalu kemarin?” Rifat memberikan tatapan penuh selidik membuat Azka terdiam “Terpaksa demi sebuah rahasia.”“Memang itu.” Azka men
“Bukannya sekarang kamu seharusnya ada di Rena?” Wulan menatap Azka bingung.Azka menarik Wulan kedalam pelukannya, membuat dirinya terkejut atas apa yang Azka lakukan tiba-tiba. Membelai punggungnya perlahan membuat pelukannya semakin erat, perasaannya saat ini tidak bisa dinilai oleh apapun, lebih pada perasaan bersalah saat memeluk Wulan. Azka juga sebenarnya tahu kalau Wulan terlibat didalamnya hanya saja anaknya yang tidak berdosa harus hilang tiba-tiba karena apa yang mereka lakukan, terutama dirinya dan itu semakin membuat hatinya sesak..“Lebih baik selesaikan dengan Rena, tidak baik sebelum tidur masalah belum selesai.” Wulan berkata lembut membuat Azka terdiam “Kesanalah pasti Rena membutuhkanmu.”Wulan melepaskan pelukan Azka darinya, memegang kedua pipi Azka membuat mereka saling menatap satu sama lain. Membelai kedua pipi Azka tanpa melepaskan tatapan mereka, membuat Azka menyadari satu hal Wulan mencintai dirinya dengan tulus. Perasaan
Memasuki rumah langsung disambut Rena yang mendatanginya dan mencium punggung tangannya, melihat ini semua membuat Azka tidak percaya pada apa yang dikatakan Rifat dan juga Josh. Sudah membuat keputusan untuk menerima Rena apapun kondisinya, kecuali ayah sebenarnya dari bayi ini meminta hal yang tidak bisa Azka hentikan.“Aku mau mandi dan langsung tidur,” ucap Azka saat memasuki kamar.“Aku akan siapkan bajumu.” Rena mengatakan dengan lembut yang hanya diangguki Azka.Memikirkan banyak hal dalam kamar mandi, membuat Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Rena. Azka sangat tahu jika Rena cukup cerdas dalam menilai sesuatu, setidaknya berbicara dengan Rena adalah hal utama. Memilih untuk mempercepat mandinya agar bisa berbicara langsung dengan Rena, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.“Kamu lagi banyak beban pikiran.” Rena membuka suara pertama kali membuat Azka menatap sekilas kear
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada