Tertawa mendengar pengakuan dari Endi yang membuatnya sampai mengeluarkan air mata, kata-kata Endi membuat Azka hanya bisa menggelengkan kepala. Mendapatkan reaksi seperti itu membuat Endi mengerucutkan bibirnya, dan itu semakin membuat Azka tertawa keras.
“Perkataan kamu lucu.” Azka menggelengkan kepala “Aku tahu gimana perasaan kamu sama Tere, adik kecil kami. Lalu tiba-tiba mau melakukan pendekatan sama Rena sebagai lawan jenis, jelas nggak mungkin itu. Mas, kami semua tahu betapa pedofilnya kamu itu sampai kaya jadi orang bodoh depan Tere.”
Endi mengangkat bahunya “Setidaknya aku menyukai wanita nggak kaya kamu, tapi benar aku penasaran gimana rasanya sih ciuman sama cowok?”
“Sama aja cuman bedanya ada bulu-bulu di bibirnya gitu.” Azka menjawab santai.
Endi bergidik mendengarkan perkataan Azka, saat melihat reaksi Endi sudah sering dialaminya ketika bercerita tentang ini. Azka terkadang bingung Endi suda
“Rena?” Azka menatap terkejut dengan keberadaan Rena bersama dengan Dona.“Sini biar Dona sama aku.” Endi menggendong Dona yang tadi dibawa Rena dengan kesulitan karena harus memeganginya.Azka masih memandang Rena tidak percaya, bukankah seharusnya wanita ini berada di kantor untuk lembur, seketika Azka membeku saat mengingat apa yang tadi mereka berdua bicarakan. Bukankah tadi Dona baik-baik saja tidak mungkin dalam beberapa menit mabuk tidak menentu, pertemuan dengan Irwan membuat dia menjadi seperti itu, bukan itu sekarang yang ada dalam benak Azka tapi keberadaan Rena.“Pas aku sampai sana Dona sudah seperti itu dan langsung mengajak pulang,” ucap Rena membuka suaranya.Tanpa sepengetahuan Azka menghembuskan nafas lega, hanya saja ketakutan masih menghantuinya. Takut Dona mengeluarkan kata-kata makian untuk Josh, tapi melihat ekspresi Rena tampaknya itu tidak terjadi, Rena memilih duduk di tempat Endi berada tadi m
“Gue baru dapat kabar ini kalau Rena akan kerja di pusat.” Fabian menutup pintu dan langsung membicarakan tentang Rena.Azka memilih diam tidak tahu harus menanggapi apa perkataan Fabian, mengantarkan Rena pulang kemarin memberikan dampak secara langsung dan besar. Mutasi dalam waktu singkat tanpa pemberitahuan sebelumnya, sangat khas dari perusahaan kakeknya tapi biasanya hal ini dilakukan sama orang yang memang layak dan juga anggota keluarga baru.“Kenapa tiba-tiba?” Azka hanya mengangkat bahu saat Fabian duduk disampingnya “Kemarin nggak ada pembicaraan tentang Rena dan sekarang langsung boom.”“Terus orang-orang di ruangannya gimana?” tanya Azka santai.“Kaget, bahkan David beberapa kali ke ruangan hanya untuk memaki-maki yang untungnya langsung di dengar sama kakak lo itu.” Azka mengalihkan pandangan kearah Fabian penasaran “Memang disini cuman Rena yang bisa mengerjakan? Kalau Rena n
Azka menatap tajam dan penuh selidik atas apa yang Wulan katakan, tidak semua tahu mengenai kisah cintanya terutama dengan Josh. Keluarganya yang dikira tidak tahu ternyata tahu, berarti selama ini dirinya tidak benar-benar pintar dalam menjaga rahasia ini, tapi kedua sahabatnya Brian dan Fabian tidak tahu sama sekali, lantas siapa yang bodoh dan pintar dalam kondisi seperti ini. Menghentikan pemikiran tidak berguna dengan menatap Wulan kembali melakukan gerakan tari, membuat Azka menatap kearahnya yang mengulang gerakan semula.“Kenapa bapak melihat saya seperti itu?” tanya Wulan yang menghentikan gerakan dengan melangkah kearah Azka “Apa berubah pikiran?”“Siapa kamu sebenarnya sampai tahu mengenai masalah pribadi?” Azka membuka suara dengan menatap penuh selidik.Wulan tersenyum kecil “Wulan salah satu guru tari disini, lebih enaknya yang membuat tarian untuk penyanyi yang akan mengeluarkan lagu. Tadi adalah gerakan d
Pesan dari Wulan dibacanya berkali-kali, bahkan salah satu dalam diri Azka ingin tahu mengenai wanita satu ini. Ciuman mereka di ruangan tadi masih membekas dalam ingatan Azka, ciuman yang berbeda saat dirinya berciuman dengan Rena atau Josh. Azka mencoba mencari tahu siapa sebenarnya Wulan setelah keluar dari ruangan, data yang di dapat adalah pekerja mereka yang bertanggung jawab atas koreografer.“Kusut amat nggak ketemu sama Rena sehari aja.” Brian memberikan tatapan menggoda membuat Azka memutar bola matanya malas.“Gue pergi dulu.” Azka beranjak dari tempatnya sambil membereskan barang-barangnya.Azka sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih atas semua yang terjadi, keputusan ayahnya yang membawa Rena ke pusat lalu kenyataan mengenai Josh, ditambah pertemuannya dengan Wulan tadi yang membuat dirinya semakin pusing. Membelalakkan matanya saat melihat Wulan berada di tempat parkir, semesta benar-benar sedang mempermainkan dirinya
Menatap Wulan yang masih tidur disampingnya, sesekali mata Azka melihat design tempat tinggal Wulan yang menurutnya sangat sederhana. Pertemuan pertama beberapa jam yang lalu membuat dirinya masuk dalam pesonanya dengan mudah, bahkan Azka yang mengambil harta berharganya dan melupakan Rena. Menatap jendela yang ada di ruangan sebagai tanda bahwa hari sudah benar-benar malam, melepaskan diri dari Rena untuk membersihkan diri dan menggunakan pakaian kembali ke tempat tinggalnya.“Mau kemana?” suara Wulan menghentikan langkah Azka yang akan membuka pintu “Balik apartemen?” Azka mengangguk “Ok, hati-hati.”“Aku pesankan makanan, mungkin sebentar lagi datang.” Azka hanya berkata itu tidak ada pembahasan lainnya “Ketemu di kantor.”Meninggalkan Wulan seorang diri di tempat tinggalnya dengan Azka yang berjalan menuju tempat parkir, tujuan Azka saat ini adalah rumah orang tua bundanya yang memiliki banyak penga
Mencoba tidak peduli dengan kejadian bersama Wulan semalam dan menganggap sebagai kesalahan seperti pemuda seusianya. Azka mencoba fokus dengan lagu yang ada dihadapannya dan akan digunakan oleh penyanyi baru, lagu ballad yang sangat cocok untuk salah satu penyanyi solo andalan mereka.“Apa nggak lebih baik dibuat duet?” usul Brian setelah mendengarkan musik dan liriknya.“Nanti dibicarakan sama penyanyinya.” Azka menjawab santai “Fabian nggak kasih kita tugas mengerjakan lagu ketiga cewek itu?”“Belum ada, tapi aku ada beberapa yang mau aku minta mereka dengar.” Brian menjawab sambil memutarkan musiknya.Azka mendengarkan musik yang Brian buat, matanya terpejam membayangkan mereka bernyanyi. Azka pernah mendengar suara mereka setelah pertemuan mereka ditambah melihat melalui video, sedikitnya sudah bisa membayangkan bagaimana mereka bernyanyi.“Lagu ini membutuhkan skill vokal yang bagus.&rdquo
Menatap cincin yang ada dihadapannya saat ini dengan berbagai perasaan, setelah menurunkan Rena dan berpamitan pada orang tuanya Azka langsung mengarahkan mobilnya ke apartemen yang menjadi saksi perbuatannya kemarin. Perasaan Azka menjadi tidak tentu dan pastinya saat ini dirinya benar-benar gila, memilih meninggalkan apartemen milik Wulan menuju apartemennya untuk menenangkan diri dan menyembunyikan kotak cincin disalah satu sakunya.Melangkah menuju tempat tinggalnya dengan berbagai perasaannya yang tidak menentu, tidak mengetahui jenis perasaan apa yang dialaminya saat ini. Azka melangkah semakin dekat dengan apartemennya sampai akhirnya langkah Azka terhenti ketika membuka pintu mendengar suara Josh dengan bundanya.“Kamu sudah datang?” Azka tersenyum menatap Via yang sedang memasukkan makanan pada tempatnya “Josh bilang kamu semakin malas makan, benar?”Azka menatap Josh malas dan hanya bisa menggelengkan kepalanya “Makanku te
Azka memandang malas pada Billy saat bertanya seperti itu, memilih tidak menjawab dengan masuk kedalam kamarnya. Azka memang tidak terlalu dekat dengan Billy dibandingkan Endi, bagi Azka dimana Billy hanya orang yang tidak punya otak sampai membuat keluarga besarnya susah termasuk Zee.“Ahh...pergi aja lah terlalu lelah disini.”Azka berjalan meninggalkan rumah tanpa berpamitan pada orang rumah sama sekali, memilih untuk ke agencynya dengan berada dalam ruangannya tanpa adanya gangguan sama sekali. Langkah Azka terhenti di tempat pertemuannya dengan Wulan pertama kali, mencoba membuka pintunya dan keadaan pertama yang diterimanya adalah gelap.Azka menggelengkan kepalanya yang berharap Wulan berada di ruangan ini, memilih menutup pintu dan kali ini langkah Azka menuju tempat dimana lantainya berada. Lantai yang hanya ditempati oleh dirinya membuat Azka bisa berlama-lama tanpa gangguan, beberapa orang masih berada di tempatnya untuk mempersiapkan perf
Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya.
Proses Josh keluar tidak membutuhkan waktu lama, Azka tidak mau membuang waktu menjemput pria itu, cukup sudah dirinya memberikan kebaikan dengan menarik laporan bersama dengan Wulan. Rena terkejut dengan keputusan yang Azka buat dengan Wulan, tapi sekali lagi tidak bisa berbuat banyak. Kehamilan Wulan sudah diketahui banyak orang, tidak kecuali orang tua Rena. Sikap mereka pada Wulan tidak banyak berubah, tapi Azka tidak peduli dan setiap keluarga Rena datang ke rumah itu artinya pintu penghubung akan dikunci dan kunci ada di Azka. Orang tua Rena sendiri tidak meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan pada anaknya, sedangkan Azka berusaha untuk membuat Rena nyaman bersamanya dan juga perasaan Azka tidak bisa lepas dari Rena, meskipun wanita itu telah menyakitinya. Rena sendiri juga tidak merubah sikapnya, masih perhatian dengan Azka dalam hal apapun seperti biasa.“Wulan kerja?” tanya Rena yang hanya diangguki Azka. “Minta dia temani aku, takut tiba-tib
“Aku menarik gugatan pada Josh.” Azka mengatakan dengan nada datar dan sikap dinginnya.Rifat mengangkat alisnya mendengar perkataan Azka, “sudah kamu pikirkan dengan benar dan dalam?”Azka mengangguk “Menarik gugatan bukan karena aku masih memiliki perasaan sama dia, tapi aku merasa salah memasukkan orang yang tidak bersalah.”Rifat menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Azka, “alasan masuk akal, lalu bagaimana dengan rumah tanggamu? Orang tua kalian sudah tahu?”“Oma opa sudah tahu?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Rifat.Memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Azka, tanpa ada niat pria itu menjawab pertanyaannya. “Menurut kamu mereka sudah tahu? Nggak mungkin aku nggak melaporkan semua perkembangan kasusmu sama mereka.” Rifat menjawabnya malas. “Kamu nggak ada niatan berbicara sama kedua orang tuamu itu?”“Nanti kalau semua selesai.” Rifat memutar bola matanya malas “Lagian Endi pasti
“Itu kata-kata Rena?” tanya Rifat yang diangguki Azka.Pagi-pagi setelah sarapan, langsung menuju rumah Rifat menceritakan semuanya. Kedatangannya membuat Rifat mengerutkan keningnya, tidak menunggu waktu lama langsung menceritakan semua yang Rena katakan.“Lantas bagaimana? Semua terserah sama kamu.” Rifat melanjutkan kata-katanya.“Pantas saja Brian diminta menjadi saksi kunci, pada saat itu memang berbicara dengan Josh.” Azka berkata sambil memikirkan semuanya.“Itu tidak penting, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Josh nggak mungkin didalam sana dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, tapi kalau Josh bebas kamu bisa kembali menjadi yang dulu.” Rifat memandang penuh selidik pada Azka yang hanya diam.“Aku nggak akan tergoda sama dia.” Azka mengatakan dengan penuh keyakinan.“Lalu kemarin?” Rifat memberikan tatapan penuh selidik membuat Azka terdiam “Terpaksa demi sebuah rahasia.”“Memang itu.” Azka men
“Bukannya sekarang kamu seharusnya ada di Rena?” Wulan menatap Azka bingung.Azka menarik Wulan kedalam pelukannya, membuat dirinya terkejut atas apa yang Azka lakukan tiba-tiba. Membelai punggungnya perlahan membuat pelukannya semakin erat, perasaannya saat ini tidak bisa dinilai oleh apapun, lebih pada perasaan bersalah saat memeluk Wulan. Azka juga sebenarnya tahu kalau Wulan terlibat didalamnya hanya saja anaknya yang tidak berdosa harus hilang tiba-tiba karena apa yang mereka lakukan, terutama dirinya dan itu semakin membuat hatinya sesak..“Lebih baik selesaikan dengan Rena, tidak baik sebelum tidur masalah belum selesai.” Wulan berkata lembut membuat Azka terdiam “Kesanalah pasti Rena membutuhkanmu.”Wulan melepaskan pelukan Azka darinya, memegang kedua pipi Azka membuat mereka saling menatap satu sama lain. Membelai kedua pipi Azka tanpa melepaskan tatapan mereka, membuat Azka menyadari satu hal Wulan mencintai dirinya dengan tulus. Perasaan
Memasuki rumah langsung disambut Rena yang mendatanginya dan mencium punggung tangannya, melihat ini semua membuat Azka tidak percaya pada apa yang dikatakan Rifat dan juga Josh. Sudah membuat keputusan untuk menerima Rena apapun kondisinya, kecuali ayah sebenarnya dari bayi ini meminta hal yang tidak bisa Azka hentikan.“Aku mau mandi dan langsung tidur,” ucap Azka saat memasuki kamar.“Aku akan siapkan bajumu.” Rena mengatakan dengan lembut yang hanya diangguki Azka.Memikirkan banyak hal dalam kamar mandi, membuat Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Rena. Azka sangat tahu jika Rena cukup cerdas dalam menilai sesuatu, setidaknya berbicara dengan Rena adalah hal utama. Memilih untuk mempercepat mandinya agar bisa berbicara langsung dengan Rena, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.“Kamu lagi banyak beban pikiran.” Rena membuka suara pertama kali membuat Azka menatap sekilas kear
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada