“Aku tidak bisa! Kau lihat sendiri kan, aku saja sedang butuh perawatan. Bagaimana caranya aku bisa merawat mu? Minggu depan aku juga sudah harus mulai bekerja, sesuai apa katamu. Kau jangan ngelunjak!” Cia Li sungguh kesal sekali dengan permintaan mengada-ngada pria itu.
‘Kalau di pikir-pikir, dia ada benarnya juga. Lagi pula, mulai minggu depan aku kan bisa bertemunya hampir setiap hari di kantor. Baiklah, aku punya ide lain,” pikirnya kemudian.
“Hmm, karena aku baik hati, maka aku akan melepaskan mu kali ini. Tapi sebagai gantinya kau harus memenuhi satu permintaan ku.” dia mulai merencanakan hal licik lagi.
Cia Li menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan Ling Yue. Katanya dia mau melepaskannya, tapi harus memenuhi satu syarat lagi sebagai gantinya? Bukankah itu sama saja? Dimana letak kebaikannya? Ingin rasanya Cia Li memukuli kepala pria menyebalkan itu!
“Tuan Ling Yue yang terhormat mau minta apa lagi dari ku?” Cia Li mencoba bersabar.
“Mmm, aku juga bingung. Mungkin nanti saja sewaktu aku menginginkan sesuatu dari mu. Ingat yah, kau berhutang satu permintaan dari ku. Jika tiba saatnya nanti, aku akan menagihnya. Aku tidak akan mengganggu mu lagi. Aku akan keluar sekarang dan bilang pada polisinya kalau aku dan kau akan berdamai. Sampai jumpa lagi di Shanghai Nona cantik.” Ling Yue kemudian memberikan kode pada Chen Li untuk segera mendorong kursi rodanya keluar dari ruangan itu.
Dia harus keluar sekarang juga sebelum Cia Li mengamuk padanya. Pipi gadis itu sudah nampak merah sekali karena menahan amarah.
“Dasar laki-laki pemaksa!” rutuknya kemudian.
At Shanghai
_____
Seminggu setelah penanda tanganan kontrak kerja tersebut, Cia Li akhirnya pindah ke Shanghai untuk mulai bekerja. Dia ditempatkan di departement kesehatan.
Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia merasa semangat sekali. Wajahnya bahkan tampak sumringah sepanjang perjalanan menuju ruangan departement-nya. Dia sudah tidak sabar memulai perjalanan baru untuk mewujudkan impiannya.
Tak lama kemudian..
"Hallo, selamat pagi semuanya." Cia Li menyapa semua orang yang ada di sana dengan ramah.
'Woaah..'
Mereka semua malah melongo melihat sosok gadis tersebut. Bukannya apa, tapi Cia Li sangat cantik sekali. Dia tidak terlihat seperti ahli Botani yang suka melakukan penelitian ke hutan-hutan atau pegunungan seperti pada umumnya. Lihat saja penampilannya yang modis dan kekinian itu, dia lebih cocok menjadi seorang selebriti.
'Kenapa malah pada diam saja? Apa mereka tidak menyukai ku?' batin Cia Li sembari cemberut.
"Hai Nona cantik! Kau ada perlu apa kemari?" tanya salah seorang laki-laki termuda di antara mereka.
"Tentu saja aku kesini untuk bekerja! Ngomong-ngomong, ini benar kan ruangan ahli Botani dari departement kesehatan? Apa aku salah ruangan?" Cia Li celingak celinguk melihat sekeliling sudut ruangan itu untuk memastikan keberadaannya. Dari apa yang dia lihat, seharusnya dia benar. Ia melihat ada begitu banyak sampel tanaman yang dipajang di sana.
"Tunggu dulu.. apa kau Nona Cia Li ketua tim kami?" matanya terbelalak kaget menyadari sesuatu.
"Iya, kau benar!" jawab Cia Li tanpa ragu.
"Astaga! kenapa tidak bilang dari tadi? Ku kira Nona tersesat kemari." dia langsung berlari menghampiri Cia Li dan menuntunnya untuk duduk ke kursi ketua tim.
"Maaf Nona Cia Li, kami kira kau siapa tadinya. Kami tidak menyangka itu adalah kau. Sungguh, di luar dugaan!"
"Iya benar, aku juga tidak menyangka. Kamu masih muda dan sangat cantik. Lebih cocok menjadi seorang selebriti terkenal!"
"Kalian terlalu berlebihan. Aku rasa, aku tidak secantik yang kalian katakan." Cia Li merasa cukup malu dengan pujian mereka semua.
"Tidak, kau yang terlalu merendah Nona Cia Li."
"Sudah, sudah. Nona Cia Li mungkin sedikit tidak nyaman dengan pujian kalian. Lebih baik kita mulai saja rapatnya!" lerai laki-laki muda itu.
"Hmm.." mereka semua mengangguk mengerti.
"Silahkan, Nona cantik!" malah dia yang kini berganti menggoda Cia Li. Kedipan matanya benar-benar membuat Cia Li jengkel!
Melihat hawa gelap dari Cia Li, dia pun segera berlari menuju kursi miliknya.
"Heheh, silahkan dimulai Nona." ucapnya sambil cengengesan.
'Dasar!' batin Cia Li kesal.
"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul, maka aku akan memperkenalkan diri secara resmi." mulainya.
"Perkenalkan, nama ku Cia Li, usiaku genap 26 tahun ini. Aku datang ke sini untuk menggantikan tuan Sheng Li, ahli Botani sebelumnya. Salam kenal untuk kalian semua dan aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Cia Li cukup deg-degan sebenarnya. Ini pertama kalinya dia memimpin sebuah tim.
"Tentu Nona ketua!" jawab mereka serempak.
"Sekarang giliran kalian!" Cia Li merasa lega setelah memperkenalkan dirinya. Dia juga senang sekali karena disambut baik oleh semua anggota tim barunya.
Salah seorang diantara mereka berdiri, "Hai semuanya! Nama ku Guan Lin, aku baru berusia 24 tahun. Sepertinya aku yang termuda di tim ini. Mohon bimbingan semuanya!" sapa laki-laki muda yang ternyata bernama Guan Lin itu. Dia juga membungkuk hormat sebagai sopan santunnya.
"Baik tuan Guan Lin, kau boleh duduk kembali!" Guan Lin segera duduk sesuai perintah Cia Li.
"Baiklah, sekarang giliran ku! Perkenalkan nama ku Fang Yin, usia ku 26 tahun sama seperti Nona ketua." ternyata mereka sebaya.
"Senang bisa bekerja sama dengan mu, Nona Fang Yin." Cia Li tersenyum manis padanya.
"Terimakasih Nona ketua," balasnya sambil tersenyum canggung, lalu kemudian kembali duduk.
"Giliran ku! Hai semuanya, nama ku Li Wei. Usia ku menginjak 30 tahun ini. Lumayan berumur memang. Tapi kalian tenang saja, aku orangnya santai dan berpikiran terbuka. Jadi, jangan sungkan bila ada yang ingin mendiskusikan sesuatu dengan ku." Li Wei sepertinya seorang ekstrovert sejati. Dia nampak begitu luwes.
"Tentu Nona Li Wei, aku akan memanggil mu Kakak saja kalau begitu, bagaimana?" Cia Li berusaha meng-akrabkan diri dengan nya.
"Suatu kehormatan untuk ku Nona ketua. Kau bisa memanggil ku Kakak Li Wei." senyumnya cerah sekali. Dia tampaknya menyukai panggilan yang diberikan oleh Cia Li.
"Hmm." Cia Li tersenyum mengangguk.
"Oke, selanjutnya!" persilahkan Cia Li.
Pria yang duduk di ujung sana pun berdiri, "Hallo semuanya, nama ku Hong Li. Usia ku sudah menginjak 32 tahun ini. Aku harap kerja sama kita bisa berjalan dengan baik. Aku tidak ingin kita semua mengecewakan tuan Ling Yue yang sudah berbaik hati mau menerima kita di perusahaan sebesar ini. Sekian, terimakasih!" Hong Li tampak tenang dan bijaksana.
'Lumayan juga!' batin Li Wei.
"Terimakasih tuan Hong Li. Aku senang sekali bisa punya tim seperti mu." Cia Li tersenyum tulus padanya.
"Terimakasih Nona ketua."
Sementara itu..
Tuan Ling Yue yang terhormat ternyata sedari tadi tengah mengintip dan menguping rapat kecil yang diadakan oleh tim ahli Botani perusahannya. Dia senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
'Syukurlah, Cia Li sepertinya menyukai semua anggota timnya. Aku cukup lega!' batin Ling Yue dari kejauhan sana. Tidak sia-sia aku memilih mereka semua.
Sesuai permintaan Cia Li sebelumnya, dia ingin Ling Yue merekrut 4 orang anggota tim untuknya. Ling Yue menyanggupi itu dengan waktu yang benar-benar singkat. Mereka semua di seleksi kurang dari waktu sepekan.
"Presdir, waktu meeting sudah dekat." Chen Li berbisik mengingatkan Ling Yue yang tengah asyik mengintip.
"Hah, baiklah.. kita ke sana sekarang!" Ling Yue malas sekali rasanya beranjak dari sana. Dia masih betah berlama-lama menatap wajah cantik yang sudah lama ia rindukan.
Baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba-tiba saja Chen Li membeku di tempat sambil melihat layar ipad yang ada di tangannya.
"Presdir! Pabrik pembuatan obat yang berada di kota Shenzhen mengalami kebakaran hebat!" badan Chen Li bahkan terasa bergetar ketika mengatakan itu.
Ling Yue pun langsung berbalik.
"Apa? Kita ke sana sekarang!" perintahnya dengan langkah tergesa.
Setibanya di lokasi kejadian, Ling Yue langsung turun dari mobilnya dan melihat lebih dekat kebakaran tersebut. Chen Li pun juga segera ikut turun dan menyusul Presdirnya itu dari belakang. Pemadam kebakaran tampak kelabakan memadamkan api, sedangkan para pekerja sibuk berlarian menyelamatkan diri. Situasinya benar-benar kacau. 'Kenapa bisa terbakar sehebat ini? Padahal sistem keamanan pabrik sangat canggih sekali! Ku rasa ada yang tidak beres!' batin Ling Yue. "Chen Li! Suruh departement IT untuk mengirimkan rekaman CCTV pabrik sebelum terjadi kebakaran sekarang juga!" perintah Ling Yue tergesa. 'Awas saja jika hal ini bukan kecelakaan biasa! Siapa pun itu, aku pasti akan melenyapkan-nya!' Ling Yue mengepalkan tangannya dengan kencang. Dia sepertinya sangat marah sekali. Tak lama kemudian, Ling Yue tampak menghubungi seseorang. "Hallo Tuan Lin," ucapannya terpotong. "Sekarang juga kau kirimkan semua tim medis yang ada untuk membantu para pekerja yang terluka!" perintah Ling Yue
Cia Li spontan membalikkan badannya menghadap Ling Hao. Ini pertama kalinya dia bertemu langsung dengan pemilik kekuasaan tertinggi perusahaan Ling yang sangat terkenal itu. Selama ini dia hanya mendengar cerita dari gurunya saja. Chen Li juga segera beranjak dari tempat duduknya. Dia berdiri di sebelah Cia Li. "Ayo kita berikan hormat pada tuan Ling besar!" bisik Chen Li. "Hu'um!" dehemnya mengerti. "Selamat datang Tuan Ling." mereka menyapanya sambil membungkuk hormat. "Apa Ling Yue ada di ruangannya?" tanya Ling Hao kemudian. "Iya, ada Tuan." jawab Chen Li. "Kita ke sana sekarang!" perintah Ling Hao pada sekretarisnya. "Baik Tuan." sekretarisnya mengangguk patuh, lalu kemudian mereka pergi menuju ruangan Ling Yue. "Hah, Menakutkan sekali!" Chen Li membuang nafas lega. "Tuan Ling Hao ternyata mirip sekali dengan Ling Yue," ucap Cia Li tanpa sadar. "Tentu saja mereka mirip, namanya juga anak dan ayah," sahut Chen Li. "Haiya, sepertinya aku harus segera kembali ke ruangan k
Suasana pun menjadi canggung. "Kalian mau pesan berapa porsi roti kukusnya?" tanya sang pelayan. "Kami pesan 4 porsi." Ling Yue tersenyum gugup. Ntah kenapa kejadian barusan membuat jantungnya berdegup kencang. 'Kenapa dia pesan roti kukus? Bukannya dia tidak suka ya?' pikir Cia Li heran. "Baik, apa ada tambahan lain?" tanyanya memastikan. "Aku mau Gyoza dan La Ji Zi, masing-masing 2 porsi yah!" pinta gadis di sebelah Ling Yue. "Aku mau Zhajiang Mian dan Dimsum masing-masing juga 2 porsi," timpa Jiao Ling kemudian. "Baik, sudah saya catat. Apa ada tambahan lain lagi?" tanya pelayan itu memastikan. "Aku mau beberapa kaleng soda." "Tidak boleh! Nanti perut mu bisa sakit," larang Ling Yue dengan tegas. "Kalau begitu, 1 kaleng saja boleh ya?" tawarnya penuh harap. "Yu Mei, jangan membantah." Ling Yue menatapnya tajam. "Baik lah, aku tidak jadi pesan." Yu Mei langsung cemberut. 'Mereka sepertinya sengaja pamer kemesraan!' ntah kenapa, mood Cia Li langsung berubah buruk ketika m
Seorang wanita cantik baru saja keluar dari pintu kedatangan internasional bandar udara Pudong, Shanghai. Hidung mancung, mata indah, dan bibir yang merah berisi. Kulitnya juga putih dan tinggi semampai. Dia adalah Ling Xia, anak sulung keluarga Ling, yang tidak lain adalah kakak perempuan Ling Yue. "Selamat datang Nona Ling. Saya akan mengantarkan anda pulang ke mansion Suzhou." seorang pengawal datang menghampiri-nya. Ling Xia kemudian membuka kacamata hitamnya. "Apa kau orang suruhan daddy?" "Betul Nona. Saya disuruh oleh tuan Ling untuk menjemput anda ke bandara dan mengantarkan anda langsung pulang ke mansion," jawabnya penuh hormat. 'Aku malas sekali pulang ke mansion. Mereka pasti akan memaksa ku lagi untuk berkencan buta!' rutuknya dalam hati. Tapi sepertinya, dia tidak punya pilihan lain saat ini. "Hmm, baiklah." Ling Xia menghembuskan nafas panjang. Mau tidak mau, dia harus pulang terlebih dahulu ke mansion milik orang tuanya. Setelah itu, barulah dia bisa pergi ke Ap
"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi." Ling Xia hanya bisa pasrah. "Kau mau kita pergi kemana setelah ini?" tanya Wang Shu kemudian. "Terserah. Aku mengikut saja." dia lalu menopang dagunya dengan tangan. "Oke, tapi kau jangan protes atau mengeluh jika ku ajak ke tempat mana pun." "Hmm, ya," jawabnya dengan suara lemah. Selesai makan, mereka berdua pergi ke sebuah tempat. Ntah kemana tujuannya, hanya Wang Shu yang tau. Perjalanan yang mereka tempuh menghabiskan waktu sekitar 30 menit lamanya. Di sinilah mereka sekarang, tepatnya di sebuah taman hiburan terbesar yang ada di kota itu. Ling Xia terlihat sedikit ragu melihat tempat yang mereka kunjungi. "Ayo kita turun!" Wang Shu membuka seltbelnya lalu kemudian beralih menatap Ling Xia. Wanita itu masih berdiam diri di tempat duduknya. "Kenapa diam saja?" Wang Shu membuyarkan lamunannya. "A-aku, agak sedikit takut menaiki wahana permainan. Aku senang bisa kemari, tapi kita cukup jalan-jalan saja yah." dia punya trauma di tempat itu
Di Apartemen Ling Xia_____"Hah, lelahnya!" Ling Xia merebahkan dirinya ke atas kasur.'Tapi, dia lumayan juga. Aku cukup nyaman dengannya. Aku akan berusaha membuka hati. Kali ini pilihan mama tidak terlalu buruk,' batinnya sambil tersenyum senang."Aku punya ide!" Ling Xia langsung terdiam."Aku akan menghasut mama untuk mencarikan Ling Yue seorang pacar! Dia enak sekali bisa hidup bebas, sedangkan aku terus-terusan dipaksa untuk berkembang!" gerutunya kesal.Dia merasa orang tua mereka tidak adil terhadapnya. Padahal jarak usia mereka juga tidak terlalu jauh, hanya selisih 2 tahun. Adiknya itu harusnya juga sudah serius memikirkan soal pernikahan."Hahaha! Lihat saja, kau akan sama menderitanya seperti ku adik kecil!" tawa jahatnya menggelegar sampai ke sudut ruangan.Ling Xia benar-benar seorang kakak yang menyebalkan!Sementara itu, di Apartemen Ling Yue.."Kenapa telingaku tiba-tiba berdenging? Apa ada seseorang yang membicarakan hal buruk tentang ku?" Ling Yue yang sedang foku
Mereka semua akhirnya pergi menuju kediaman sang Presdir. Se-sampainya di sana, mereka disambut oleh berbagai jenis hidangan makanan yang lezat. Mata mereka berbinar melihatnya. "Silahkan duduk semuanya!" ujar Ling Yue menginstrupsi. Ini adalah moment yang sangat langka. Kapan lagi mereka bisa makan satu meja dengan sang Presdir. "Baik, terimakasih Presdir." Mereka lalu mengambil posisi duduk masing-masing. Namun, tak ada satu orang pun yang berani mengambil tempat duduk di samping Ling Yue. Dengan terapksa Cia Li yang akhirnya duduk di sana. "Semua makanan sudah saya hidangkan, saya ke belakang dulu," pamit Cheng Suo setelah memastikan pekerjaannya selesai. "Makanlah bersama kami Paman Cheng Suo," sergah Ling Yue tiba-tiba. Cheng Suo yang hendak melangkah pergi, langsung membalikkan badannya tak percaya. Begitu pula dengan semua orang yang ada di sana. "Aah, tidak usah Presdir. Saya makan di belakang saja." dia cukup tau diri. Tidak mungkin baginya untuk makan satu meja denga
Ming Hao baru saja sampai di tempat penginapan-nya. Di sana ternyata sudah ada Gu Fan yang menunggu kedatangan-nya. Gu Fan adalah ketua tim mereka. "Ming Hao, apa kau sudah mendapatkan tanda tangannya?" tanya Gu Fan seraya berjalan menghampirinya. "Sudah Ketua. Kapan kita akan berangkat?" Ming Hao merasa antusias karena ini pertama kalinya ia pergi ke tempat itu. "Kata pak Feng Zao, kita bisa berangkat lusa. Kau bersiap-siap lah dan jaga kesehatan." "Baik Ketua." Ming Hao lalu menyerahkan berkas perizinan itu pada Gu Fan. Tugasnya sudah selesai untuk hari ini. Dia ingin istirahat sebentar ke kamarnya. _____ Hari ini Ling Xia sengaja datang ke kantor adiknya untuk menyampaikan sebuah berita gembira. Dia dan mamanya sudah mengatur rencana kencan buta untuk sang adik. 'Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajahnya!' Ling Xia senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Dia memang kakak yang jahat. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Ling Yue, semua mata tertuju padanya. Nona bes
"Kalau aku bilang keberatan bagaimana?" jawabnya tenang namun terkesan seperti tengah menantang. "Apa Kau juga menyukainya?" Suo menyeringai samar. "Menurutmu?!" dua orang itu saling melempar tatapan tajam. "Hentikan!" lerai Cia Li yang tak tahan melihat sikap kekanakan mereka. "Aku ingin makan siang dengan tenang. Jadi, kalian tolong jangan bertengkar lagi!” "M-maaf Nona Cia. Gara-gara aku waktu makan siangmu jadi terganggu. Aku jadi tidak enak hati karena sudah membuatmu merasa tidak nyaman,” sesal Suo merasa bersalah. "Tidak Tuan Choi, bukan begitu maksudku." Cia Li jadi merasa canggung. Dia bingung harus menjelaskannya bagaimana. "Lebih baik kita makan sekarang. Waktu jam istirahat kantor kami tak banyak. Kami harus segera kembali begitu selesai makan." Ling Yue benar-benar pandai membalikkan situasi. Dia berkata seolah-olah Suo adalah pengganggu di antara mereka. Padahal, dirinyalah yang tiba-tiba datang seenaknya ke tempat itu. 'Bajingan sialan! Dia pandai sekali menyudutk
"Presdir, ini tuan Choi Suo yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Beliau adalah pemilik rumah sakit Gionsang yang terkenal itu!" bisik Chen Li menjelaskan siapa sosok pria asing itu."Aaah ... selamat pagi Tuan Choi!" Ling Yue mengulurkan tangannya pada pria itu. Walau bagaimanapun dia tetap harus bersikap profesional dalam urusan pekerjaannya.Pria bernama Choi Suo itupun menerima uluran tangannya dengan senyum hangat. "Senang bisa bekerjasama dengan perusahaan Anda Tuan Ling. Ku dengar, pasokan obat-obatan yang kalian produksi semuanya memiliki standar yang tinggi. Kolega bisnisku dari Swiss bercerita banyak tentang kualitas obat-obatan dari perusahaan kalian.""Ya, itu memang benar. Bahkan, pasaran obat-obatan kami hampir mendominasi di seluruh wilayah daratan Europa dan Asia!" Ling Yue sengaja menyombongkan diri di depan pria bernama Choi Suo itu.Ntah kenapa, semenjak pertemuan pertama mereka di acara lamaran sepupunya Junyo waktu itu, dia merasa langsung tidak suka pada
"Ingat apa?" tanya Cia Li santai sambil memakan makanannya."Kakak, Kau ingat tidak? Dulu Kau pernah hampir tidak tidur semalaman karena membuatkan roti kukus untuk salah satu temanmu di sekolah," ujar Fang Li teringat kejadian waktu itu.Mata Cia Li langsung terbelalak kaget mendengar ungkapan sang adik. Ya, dia ingat! Malam itu dia memang sengaja memaksa Fang Li untuk ikut menemaninya membuat roti kukus diam-diam hingga pukul 4 pagi."Aku jadi penasaran, siapa kira-kira orangnya? Apa Kak Ling Yue tau tentang teman-temannya kakakku? Aku jadi kepikiran, mungkinkah kak Cia punya pacar di sekolahnya?"Ling Yue menaikkan sebelah alisnya. "Roti kukus? Kapan?" ia mulai cemburu mendengar cerita Fang Li. Apa mungkin gadis itu punya pacar diam-diam tanpa sepengetahuannya? Bukannya apa, tapi Ling Yue diam-diam selalu menyelidiki tentangnya. Dan menurut informasi yang dia dapat, gadis itu tidak pernah pacaran sama sekali dengan siapapun waktu itu.'Atau ... apa aku kecolongan?!' Ling Yue mengep
Keesokan harinya. Tok, tok, tok! "Cia?!" panggil seseorang dari luar sana. "Cia ... buka pintunya! Ini Mama!" Mata Cia Li seketika terbuka lebar. "Mama?!" pekiknya sambil terduduk kaget dari tidurnya. "Tunggu sebentar ... aku akan segera ke sana!" teriaknya. Dengan gerakan cepat, gadis itu buru-buru merapikan tempat tidurnya, lalu kemudian menyikat gigi dan mencuci muka. "Hah ... bisa bahaya jika Mama sampai tau kalau aku belum juga bangun di jam segini!" gumamnya kemudian sambil menyemprotkan pelembab wajah seala-kadarnya. "Ke mana perginya anak itu? Apa dia tidak mendengar suara kita?" gerutu sang mama dari balik luar pintu apartement gadis itu. "Teleponku juga tidak diangkat. Sepertinya kakak masih tidur," sahut Fang Li, adiknya Cia Li. "Cia-" panggilnya terpotong. Ceklek! Pintu itu tiba-tiba terbuka. "Astaga!" ketiga orang itu terjengit kaget. "He he he ... Maaf, tadi aku sedang menyikat kamar mandi, jadi tidak mendengar ada orang yang datang," alasannya berkilah. "Ayo m
1 detik ... 2 detik ... 3 detik ... 4 detik ... hingga, 5 detik berlalu .... 'Astaga! Apa yang sudah terjadi?!' batin Cia Li yang kembali tersadar dari keterkejutannya. Dia bergegas bangkit dari tubuh sang Presdir. Sejenak pria itu masih tertegun tak percaya, hingga tak lama kemudian, diapun dapat meraih kembali kesadarannya. "He'em!" dehemnya canggung. Ia menjadi salah tingkah dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Telinganya juga nampak memerah. "Ma-maafkan aku Presdir. Aku tidak sengaja-" ucap Cia Li terpotong. "Tidak apa-apa, itu bukan salahmu, he he he!" sela Ling Yue dengan cepat. Dia tertawa canggung seperti sedang dibuat-buat. "Ayo kita masuk saja sekarang!" ajak Ling Yue kemudian sambil meraih tangan gadis itu untuk ikut masuk bersamanya. Ingin protes pun, pria itu sudah lebih dulu menyeret tangannya. Di depan sana, pendeta Han Sui sudah menunggu kedatangan mereka. Pria tua itu duduk bersila sambil memejamkan mata, bak seperti orang yang sedang bermeditasi. Dia
"Kau? Apa yang Kau lakukan padanya?!" bentak Ling Yue dengan nada tinggi."Ma-maaf ... aku tidak sengaja menumpahkan kuah Soup panas ke tangannya," akui Fu Lian sambil tertunduk salah.Ia sengaja berpura-pura mengiba untuk menarik simpati orang-orang yang ada di sana. Tapi, percayalah ... dalam hatinya ia bersorak ria melihat gadis sok cantik itu merintih kesakitan. Ia berharap, tangan gadis itu melepuh. Dia sungguh wanita yang kejam."Apa?! Tersiram kuah Soup? Astaga! Kau benar-benar-, aaargh ...!" Ling Yue rasanya ingin memarahi wanita itu habis-habisan. Tapi, terpaksa ia tahan karena melihat kondisi Cia Li yang harus segera mendapatkan pertolongan. Keselamatan gadis itu jauh lebih penting.Ling Yue kemudian segera beranjak untuk menggendongnya. "Chen Li, panggilkan Dokter untuk mengobati Cia!" titahnya pada sang sekretaris."Hum, baik Presdir."Selepas kepergian keduanya, orang-orang yang ada di sana pun mulai berbisik satu sama lain. Ini pertama kalinya mereka melihat sang Presdir
"Kenapa Kau bisa ada di sini?!" tanya Ling Yue dengan kening berkerut."Tentu saja aku akan ikut serta dalam acara perusahaanmu. Tante bilang, Kau dan semua karyawanmu sedang ada acara hiburan rutin tahunan. Kupikir, akan sangat seru jika aku bergabung dengan kalian. Aku sudah mendapatkan izin dari tante Ling sebelumnya. Kata tante, itu bagus untuk membangun hubungan baik denganmu ...," ucapnya sambil tersenyum manis.Mungkin, dia kira Ling Yue akan senang dengan kedatangannya ke tempat itu. Padahal pria itu tengah kesal setengah mati dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Kalau saja bukan karena penyelidikan kasus kebakaran pabrik perusahaannya sebelumnya, Ling Yue pasti sudah langsung mencekik leher gadis itu dan membuangnya ke tengah hutan terdalam, lalu membiarkan jasadnya hilang dimakan binatang buas!Tapi, apa boleh buat ... dia terpaksa harus banyak bersabar dan mengikuti alurnya secara perlahan, agar semua kedok busuk wanita sialan itu terbongkar."Hah ... Baiklah. Aku akan mengi
Semua orang tampak berpikir keras. Mereka menerka-nerka, apa maksud dari kalimat petunjuk tersebut."Matahari? Bentuknya bulat dan terang. Terbit dari arah timur, yang kalau disesuaikan dengan lokasi kita saat ini itu tepatnya berada persis di area hutan kecil belakang penginapan. Apa mungkin petunjuk ini menyuruh kita pergi ke arah sana?" ujar Tang Luo dengan wajah penuh tanda tanya."Hmm, cukup masuk akal," sahut Cia Li sambil mangguk-mangguk memikirkan kemungkinan tersebut."Ku rasa petunjuk ini memang menggiring kita untuk pergi ke area itu. Dilihat dari cara pemilihan katanya yang menggunakan arah mata angin, sudah pasti petunjuk tersebut merujuk pada sebuah tempat. Seperti yang kita tau, orang kuno dulu menggunakan arah mata angin sebagai patokan suatu wilayah." Ling Yue setuju dengan apa yang rekan timnya itu katakan. Setelah menela'ah lebih jauh, otak jeniusnya memikirkan hal yang sama."Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita pergi ke sana! Kalau Presdir yang sudah berkata sep
Ling Yue menjadi gelisah seketika. Dia mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi pada mereka sebelumnya. Seingatnya, dia terakhir kali hanya memeluki gadis itu sembari menceritakan tentang hal-hal ringan untuk mengalihkan rasa takutnya. Hanya itu dan tak ada lagi yang terjadi setelahnya. Ya, dia cukup yakin dengan apa yang di ingatnya! Sibuk melamun dan berpikir, tanpa sadar ternyata gadis yang berada dalam pelukannya tersebut mulai menggeliat. Ling Yue yang merasa adanya pergerakan pun langsung panik dan kembali berpura-pura tidur. Ia tidak ingin disalah-pahami atas situasi yang terjadi saat ini pada mereka. Menurutnya, itu bukan salahnya dan bukan juga salah gadis itu. Ini semua adalah murni kesalahan listrik yang tiba-tiba padam itu, pikirnya. Awas saja, nanti ia akan menegur pihak pengelola karena sudah lalai dalam menjaga keamanan tempat tersebut. Untung saja tidak terjadi apa-apa pada mereka semua. "Mmmh...," lenguhnya, tanda gadis itu sudah mulai sadar kembali. "Hoaam