Setibanya di lokasi kejadian, Ling Yue langsung turun dari mobilnya dan melihat lebih dekat kebakaran tersebut. Chen Li pun juga segera ikut turun dan menyusul Presdirnya itu dari belakang.
Pemadam kebakaran tampak kelabakan memadamkan api, sedangkan para pekerja sibuk berlarian menyelamatkan diri. Situasinya benar-benar kacau.
'Kenapa bisa terbakar sehebat ini? Padahal sistem keamanan pabrik sangat canggih sekali! Ku rasa ada yang tidak beres!' batin Ling Yue.
"Chen Li! Suruh departement IT untuk mengirimkan rekaman CCTV pabrik sebelum terjadi kebakaran sekarang juga!" perintah Ling Yue tergesa.
'Awas saja jika hal ini bukan kecelakaan biasa! Siapa pun itu, aku pasti akan melenyapkan-nya!' Ling Yue mengepalkan tangannya dengan kencang. Dia sepertinya sangat marah sekali.
Tak lama kemudian, Ling Yue tampak menghubungi seseorang.
"Hallo Tuan Lin," ucapannya terpotong.
"Sekarang juga kau kirimkan semua tim medis yang ada untuk membantu para pekerja yang terluka!" perintah Ling Yue tanpa basa-basi.
"Baik Tuan!"
Bip! sambungan panggilan itu dimatikan sepihak.
Tak butuh waktu lama, para tenaga medis pun mulai berdatangan ke lokasi kebakaran. Mereka dengan sigap membantu para pekerja yang terluka.
"Bagaimana? Apa sudah dikirimkan?" tanya Ling Yue tak sabaran.
"Sebentar lagi Presdir, mereka sedang mengumpulkan datanya." Chen Li bahkan lebih takut melihat kemarahan Ling Yue ketimbang kebakaran hebat yang ada di depan mereka.
"Suruh mereka lebih cepat lagi!" Ling Yue benar-benar tak sabaran.
"Baik Presdir!" Chen Li mengangguk mengerti.
Disisi lain..
_____
"Ada apa ini? Kenapa semua tim medis berlarian seperti itu?" Guan Lin terperanjat kaget saat melihat terjadinya huru-hara di departement mereka.
Semua tenaga medis nampak sibuk menyiapkan kotak-kotak obat dan perlengkapan lainnya. Mereka kemudian pergi dengan mobil ambulance yang telah disediakan oleh pihak perusahaan.
'Sepertinya tengah terjadi sesuatu!' batin Cia Li.
"Kalian tunggu di sini saja! Aku akan keluar sebentar," perintah Cia Li pada seluruh anggota timnya.
"Hati-hati Nona!" ujar Guan Lin memperingatkan, namun Cia Li sudah tidak dapat lagi mendengarnya.
"Pak Yong, apa yang sedang terjadi? Kenapa semua tenaga medis kelabakan seperti itu?" tanya Cia Li pada Yong Fang, petugas pusat informasi departement mereka.
"Pabrik pembuatan obat yang berada di Shenzhen tengah mengalami kebakaran hebat. Semua tenaga medis diperintahkan langsung oleh Presdir untuk membantu para pekerja yang terluka di sana," jawab Yong Fang dengan wajah cemas.
"Astaga! Ini bencana besar!" gumam Cia Li tampak shock.
"Aku pergi dulu, terimakasih atas informasinya Pak Yong." Cia Li bergegas kembali ke ruangannya.
Tak lama setelahnya..
"Apa yang terjadi Nona ketua?" Guan Lin segera berlari menghampiri Cia Li begitu melihatnya. Tak terkecuali, Fang Yin, Li Wei, dan Hong Li juga ikut berlari menghampirinya.
"Pabrik pembuatan obat di Shenzhen tengah kebakaran hebat!" Cia Li masih terlihat shock dengan berita tersebut.
"Ya tuhan! Bagaimana itu bisa terjadi? Setauku pabrik di sana adalah pabrik pembuatan obat terbesar milik perusahaan Ling. Pekerja di sana juga sangat banyak sekali. Aku jadi khawatir dengan nasib mereka semua." pernyataan Li Wei barusan malah membuat mereka makin khawatir.
"Benarkah yang kau bilang barusan itu Kak Li Wei? tanya Guan Lin tak percaya.
"Tentu saja! Untuk apa aku berbohong!" Li Wei memukul gemas lengan Guan Lin.
"Sakit tau!" rengek Guan Lin.
Sementara itu, pikiran Cia Li sibuk memikirkan Ling Yue.
'Dia pasti tengah kesusahan saat ini,' batinnya.
Di saat yang sama..
"Permainan ini baru saja dimulai tuan Ling muda. Suatu saat nanti kau pasti akan memohon untuk meminta bantuan keluarga ku. Di saat itulah kau akan menjadi milik ku!" seorang gadis muda tengah tersenyum licik melihat berita kebakaran pabrik tersebut.
Dia sepertinya tengah merencanakan sesuatu yang jahat pada Ling Yue.
"Tunggu saja waktunya!"
Keesokan harinya..
_____
Ling Hao sudah mengetahui tentang berita kebakaran pabrik perusahaannya. Dia tampak tenang dan santai sekali. Reaksinya jauh berbeda dengan anaknya, Ling Yue.
Dia malah asyik menikmati teh hangat dan kudapan favoritnya. Menikmati masa-masa pensiun adalah sesuatu yang sangat menyenangkan baginya.
“Tuan Ling, apa anda tidak akan menemui tuan muda? Sepertinya tuan muda butuh sedikit bantuan anda.” sekretris pribadi yang setia mendampinginya berusaha membujuknya.
“Biarkan saja dia urus sendiri masalah kali ini. Dia pasti bisa mengatasinya!” Ling Hao kemudian menyeruput teh hangat miliknya.
Belum sempat dia menelan teh yang dia seruput, tiba-tiba saja nyonya Ling datang menghampirinya.
“Yak! Ling Hao! Kenapa kau malah bersantai dengan tenang di sini? Kau sudah tau tentang berita kebakaran di pabrik Shenzhen kan? Anak mu sampai tidak tidur dan tidak pulang semalaman. Kau pergilah bantu dia! Jangan terlalu kejam padanya. Walau bagaimana pun dia juga manusia, bukan robot!” ya, nyonya Ling baru saja melihat berita pagi ini dan langsung menelfon Chen Li, sekretaris pribadi anaknya.
Dia kasihan sekali dengan kondisi sang anak, lalu kemudian berinisiatif pergi mencari suaminya untuk meminta bantuan padanya. Tapi, tanpa sengaja, dia malah mendengar percakapan antara Ling Hao dan sekretaris pribadinya. Dia langsung naik darah. Menurutnya, Ling Hao kelewat kejam dalam mendidik anak mereka.
“Uhuk, uhuk!” Ling Hao tersendak mendengar ucapan maut istrinya.
“Istri, kau tidak kasihan pada ku yah? Aku baru saja menikmati masa pensiun ku. Bayangkan, sudah berapa puluh tahun aku menghabiskan waktu untuk bekerja? Aku jarang sekali pulang dan menghabiskan waktu bersama mu.” Ling Hao mencoba merayu sang istri.
“Aku tidak peduli! Kau harus membantunya. Aku tidak ingin dia terus-terusan sibuk bekerja dan menjadi perjaka tua! Setidaknya, dia harus punya waktu untuk berkencan. Teman-teman ku sudah punya cucu semua, sedangkan anak ku pasangan saja tidak punya. Ling Xia juga sama saja dengan adiknya itu. Setelah kau membantu Ling Yue, kau suruhlah anak perempuan kesayangan mu itu pulang! Aku akan mengenalkannya pada anak teman dekat ku.” Kemarahan nyonya Ling pagi ini sungguh luar biasa. Mulutnya merembet seperti sambaran petir.
Ling Hao sudah tidak dapat berkutik lagi.
“Hah, baiklah. Aku akan menuruti semua keinginan mu. Apa pun, asal kau senang sayang ku,” balas Ling Hao dengan lembut.
“Bagus! Sebagai gantinya aku akan memasakkan makanan kesukaan mu malam ini. Aku pergi dulu.” nyonya Ling berusaha menutupi rasa gugupnya. Jantungnya berdebar kencang mendengar perkataan sang suami.
Walaupun sudah lama menikah, tapi mereka jarang menghabiskan waktu berdua. Mereka kadang masih canggung untuk bermesraan seperti itu di depan orang lain.
Ling Hao hanya bisa geleng-gelang kepala melihat tingkah malu sang istri.
Sementara itu, Ling Yue belum tidur sama sekali dari kemarin, dia sibuk memeriksa CCTV dan menghubungi semua ahli medis spesialis kulit yang bisa dia kerahkan untuk mengobati para korban yang selamat. Baginya, para pekerja adalah aset paling berharga yang perusahaan miliki.
Sementara itu, korban yang tak selamat belum diketahui pasti jumlahnya. Tapi, untungnya pagi ini kebakaran tersebut berhasil dipadamkan.
Para Polisi juga tengah berusaha mengidentifikasi semua korban yang ada di sana. Mulai dari yang luka ringan, luka berat, sampai yang meninggal dunia.
'Aku harus bagaimana?' batin Ling Yue kacau. Ini pertama kalinya ia menghadapi situasi seperti itu.
'Kerugian kebakaran tentu bisa ditutupi dengan dana perusahaan, tapi untuk membangun kembali pabrik sebesar itu tidaklah mudah. Aku harus membentuk ulang management mereka dan mencari pekerja baru yang berkompeten,' pikir Ling Yue makin frustasi.
'Dan semua itu butuh waktu lama. Setidaknya 3 tahun lagi baru bisa beroperasi kembali.' dia memijit keningnya yang terasa mulai pusing.
"Hah!" desahnya kemudian segera beranjak menuju sofa yang berada tak jauh dari sana. Ia sepertinya butuh istirahat sebentar untuk menjernihkan pikiran.
Dia berbaring lalu memejamkan matanya. Dan tanpa ia sadari, lambat laun akhirnya dia pun tertidur.
2 jam berlalu.
"Presdir aku," ucapannya terhenti ketika melihat Ling Yue tengah tertidur pulas. Pria itu nampak lelah sekali.
Cia Li menutup kembali pintu itu dengan pelan, dia tidak ingin mengganggu tidurnya.
"Bagaimana Nona Cia Li? Apa berkasnya sudah ditanda tangani?" tanya Chen Li keheranan melihat Cia Li yang keluar begitu cepat dari ruangan sang Presdir.
"Aku melihat Ling Yue sedang tertidur pulas. Besok aku akan kembali lagi untuk meminta tanda tangannya."
"Sepertinya Presdir baru saja tertidur. Dia semalaman tidak tidur karena mengurusi masalah kebakaran pabrik kemarin. Kasihan sekali Presdir, masih muda begitu sudah harus menanggung banyak beban!" Chen Li sok mengiba di depan Cia Li. Dia tau kalau Presdirnya sangat menyukai gadis itu. Ini kesempatan yang bagus untuk menarik simpatinya.
"Hmm, memang berat sekali jadi dirinya!" Cia Li mengangguk setuju.
"Nona, bantu aku untuk menghibur Presdir! Kau tau, di saat-saat seperti ini Presdir bahkan masih saja ditekan oleh Daddy-nya. Aku lihat dia senang sekali dengan kehadiran mu di perusahaan ini." Chen Li menatapnya penuh harap. Dia bahkan melebih-lebihkan situasi Presdirnya itu, walau sebagian besar hal tersebut memang benar adanya.
"Tentu saja dia senang! Perusahaan Ling kan memang sedang kesusahan mencari ahli Botani yang cocok untuk mereka. Kau jangan mengada-ada! Aku kesini untuk bekerja, bukan malah untuk menghibur Presdir mu itu, asal kau tau!" Cia Li susah sekali diluluhkan.
Namun, tiba-tiba saja Chen Li terperanjat kaget seperti tengah melihat hantu.
"Tuan Ling Hao?"
Cia Li spontan membalikkan badannya menghadap Ling Hao. Ini pertama kalinya dia bertemu langsung dengan pemilik kekuasaan tertinggi perusahaan Ling yang sangat terkenal itu. Selama ini dia hanya mendengar cerita dari gurunya saja. Chen Li juga segera beranjak dari tempat duduknya. Dia berdiri di sebelah Cia Li. "Ayo kita berikan hormat pada tuan Ling besar!" bisik Chen Li. "Hu'um!" dehemnya mengerti. "Selamat datang Tuan Ling." mereka menyapanya sambil membungkuk hormat. "Apa Ling Yue ada di ruangannya?" tanya Ling Hao kemudian. "Iya, ada Tuan." jawab Chen Li. "Kita ke sana sekarang!" perintah Ling Hao pada sekretarisnya. "Baik Tuan." sekretarisnya mengangguk patuh, lalu kemudian mereka pergi menuju ruangan Ling Yue. "Hah, Menakutkan sekali!" Chen Li membuang nafas lega. "Tuan Ling Hao ternyata mirip sekali dengan Ling Yue," ucap Cia Li tanpa sadar. "Tentu saja mereka mirip, namanya juga anak dan ayah," sahut Chen Li. "Haiya, sepertinya aku harus segera kembali ke ruangan k
Suasana pun menjadi canggung. "Kalian mau pesan berapa porsi roti kukusnya?" tanya sang pelayan. "Kami pesan 4 porsi." Ling Yue tersenyum gugup. Ntah kenapa kejadian barusan membuat jantungnya berdegup kencang. 'Kenapa dia pesan roti kukus? Bukannya dia tidak suka ya?' pikir Cia Li heran. "Baik, apa ada tambahan lain?" tanyanya memastikan. "Aku mau Gyoza dan La Ji Zi, masing-masing 2 porsi yah!" pinta gadis di sebelah Ling Yue. "Aku mau Zhajiang Mian dan Dimsum masing-masing juga 2 porsi," timpa Jiao Ling kemudian. "Baik, sudah saya catat. Apa ada tambahan lain lagi?" tanya pelayan itu memastikan. "Aku mau beberapa kaleng soda." "Tidak boleh! Nanti perut mu bisa sakit," larang Ling Yue dengan tegas. "Kalau begitu, 1 kaleng saja boleh ya?" tawarnya penuh harap. "Yu Mei, jangan membantah." Ling Yue menatapnya tajam. "Baik lah, aku tidak jadi pesan." Yu Mei langsung cemberut. 'Mereka sepertinya sengaja pamer kemesraan!' ntah kenapa, mood Cia Li langsung berubah buruk ketika m
Seorang wanita cantik baru saja keluar dari pintu kedatangan internasional bandar udara Pudong, Shanghai. Hidung mancung, mata indah, dan bibir yang merah berisi. Kulitnya juga putih dan tinggi semampai. Dia adalah Ling Xia, anak sulung keluarga Ling, yang tidak lain adalah kakak perempuan Ling Yue. "Selamat datang Nona Ling. Saya akan mengantarkan anda pulang ke mansion Suzhou." seorang pengawal datang menghampiri-nya. Ling Xia kemudian membuka kacamata hitamnya. "Apa kau orang suruhan daddy?" "Betul Nona. Saya disuruh oleh tuan Ling untuk menjemput anda ke bandara dan mengantarkan anda langsung pulang ke mansion," jawabnya penuh hormat. 'Aku malas sekali pulang ke mansion. Mereka pasti akan memaksa ku lagi untuk berkencan buta!' rutuknya dalam hati. Tapi sepertinya, dia tidak punya pilihan lain saat ini. "Hmm, baiklah." Ling Xia menghembuskan nafas panjang. Mau tidak mau, dia harus pulang terlebih dahulu ke mansion milik orang tuanya. Setelah itu, barulah dia bisa pergi ke Ap
"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi." Ling Xia hanya bisa pasrah. "Kau mau kita pergi kemana setelah ini?" tanya Wang Shu kemudian. "Terserah. Aku mengikut saja." dia lalu menopang dagunya dengan tangan. "Oke, tapi kau jangan protes atau mengeluh jika ku ajak ke tempat mana pun." "Hmm, ya," jawabnya dengan suara lemah. Selesai makan, mereka berdua pergi ke sebuah tempat. Ntah kemana tujuannya, hanya Wang Shu yang tau. Perjalanan yang mereka tempuh menghabiskan waktu sekitar 30 menit lamanya. Di sinilah mereka sekarang, tepatnya di sebuah taman hiburan terbesar yang ada di kota itu. Ling Xia terlihat sedikit ragu melihat tempat yang mereka kunjungi. "Ayo kita turun!" Wang Shu membuka seltbelnya lalu kemudian beralih menatap Ling Xia. Wanita itu masih berdiam diri di tempat duduknya. "Kenapa diam saja?" Wang Shu membuyarkan lamunannya. "A-aku, agak sedikit takut menaiki wahana permainan. Aku senang bisa kemari, tapi kita cukup jalan-jalan saja yah." dia punya trauma di tempat itu
Di Apartemen Ling Xia_____"Hah, lelahnya!" Ling Xia merebahkan dirinya ke atas kasur.'Tapi, dia lumayan juga. Aku cukup nyaman dengannya. Aku akan berusaha membuka hati. Kali ini pilihan mama tidak terlalu buruk,' batinnya sambil tersenyum senang."Aku punya ide!" Ling Xia langsung terdiam."Aku akan menghasut mama untuk mencarikan Ling Yue seorang pacar! Dia enak sekali bisa hidup bebas, sedangkan aku terus-terusan dipaksa untuk berkembang!" gerutunya kesal.Dia merasa orang tua mereka tidak adil terhadapnya. Padahal jarak usia mereka juga tidak terlalu jauh, hanya selisih 2 tahun. Adiknya itu harusnya juga sudah serius memikirkan soal pernikahan."Hahaha! Lihat saja, kau akan sama menderitanya seperti ku adik kecil!" tawa jahatnya menggelegar sampai ke sudut ruangan.Ling Xia benar-benar seorang kakak yang menyebalkan!Sementara itu, di Apartemen Ling Yue.."Kenapa telingaku tiba-tiba berdenging? Apa ada seseorang yang membicarakan hal buruk tentang ku?" Ling Yue yang sedang foku
Mereka semua akhirnya pergi menuju kediaman sang Presdir. Se-sampainya di sana, mereka disambut oleh berbagai jenis hidangan makanan yang lezat. Mata mereka berbinar melihatnya. "Silahkan duduk semuanya!" ujar Ling Yue menginstrupsi. Ini adalah moment yang sangat langka. Kapan lagi mereka bisa makan satu meja dengan sang Presdir. "Baik, terimakasih Presdir." Mereka lalu mengambil posisi duduk masing-masing. Namun, tak ada satu orang pun yang berani mengambil tempat duduk di samping Ling Yue. Dengan terapksa Cia Li yang akhirnya duduk di sana. "Semua makanan sudah saya hidangkan, saya ke belakang dulu," pamit Cheng Suo setelah memastikan pekerjaannya selesai. "Makanlah bersama kami Paman Cheng Suo," sergah Ling Yue tiba-tiba. Cheng Suo yang hendak melangkah pergi, langsung membalikkan badannya tak percaya. Begitu pula dengan semua orang yang ada di sana. "Aah, tidak usah Presdir. Saya makan di belakang saja." dia cukup tau diri. Tidak mungkin baginya untuk makan satu meja denga
Ming Hao baru saja sampai di tempat penginapan-nya. Di sana ternyata sudah ada Gu Fan yang menunggu kedatangan-nya. Gu Fan adalah ketua tim mereka. "Ming Hao, apa kau sudah mendapatkan tanda tangannya?" tanya Gu Fan seraya berjalan menghampirinya. "Sudah Ketua. Kapan kita akan berangkat?" Ming Hao merasa antusias karena ini pertama kalinya ia pergi ke tempat itu. "Kata pak Feng Zao, kita bisa berangkat lusa. Kau bersiap-siap lah dan jaga kesehatan." "Baik Ketua." Ming Hao lalu menyerahkan berkas perizinan itu pada Gu Fan. Tugasnya sudah selesai untuk hari ini. Dia ingin istirahat sebentar ke kamarnya. _____ Hari ini Ling Xia sengaja datang ke kantor adiknya untuk menyampaikan sebuah berita gembira. Dia dan mamanya sudah mengatur rencana kencan buta untuk sang adik. 'Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajahnya!' Ling Xia senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Dia memang kakak yang jahat. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Ling Yue, semua mata tertuju padanya. Nona bes
"Tuan Sheng Li, silahkan diminum tehnya. Ini teh racikan terbaru yang dibuat oleh Cia Li sebelum dia pergi ke perusahaan." nyonya Li paham betul dengan minuman kesukaan kakek tua itu."Aah, terimakasih Nyonya Li." Sheng Li langsung mencicipi tehnya."Mmm, anak ini memang pintar sekali membuat racikan daun teh." pujinya merasa puas."Heheh, syukurlah kalau tehnya cocok dengan selera Tuan Sheng Li." nyonya Li tersenyum hangat.Siang ini Sheng Li kebetulan datang berkunjung ke kediaman orang tua Cia Li. Dia selalu diundang tiap pekan untuk makan siang atau makan malam bersama mereka. Sheng Li sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri."Tuan Sheng Li, bagaimana dengan pekerjaan Cia Li di sana? Apa dia nyaman dengan pekerjaan-nya? Kalau kami yang bertanya, pasti dia selalu menjawab semuanya baik-baik saja dan kami tidak perlu mengkhawatirkan-nya. Dia lebih terbuka pada mu." kini giliran tuan Li yang berbicara."Kalian tenang saja. Pekerjaannya berjalan dengan baik. Lagi pula, Presdir ba
"Kalau aku bilang keberatan bagaimana?" jawabnya tenang namun terkesan seperti tengah menantang. "Apa Kau juga menyukainya?" Suo menyeringai samar. "Menurutmu?!" dua orang itu saling melempar tatapan tajam. "Hentikan!" lerai Cia Li yang tak tahan melihat sikap kekanakan mereka. "Aku ingin makan siang dengan tenang. Jadi, kalian tolong jangan bertengkar lagi!” "M-maaf Nona Cia. Gara-gara aku waktu makan siangmu jadi terganggu. Aku jadi tidak enak hati karena sudah membuatmu merasa tidak nyaman,” sesal Suo merasa bersalah. "Tidak Tuan Choi, bukan begitu maksudku." Cia Li jadi merasa canggung. Dia bingung harus menjelaskannya bagaimana. "Lebih baik kita makan sekarang. Waktu jam istirahat kantor kami tak banyak. Kami harus segera kembali begitu selesai makan." Ling Yue benar-benar pandai membalikkan situasi. Dia berkata seolah-olah Suo adalah pengganggu di antara mereka. Padahal, dirinyalah yang tiba-tiba datang seenaknya ke tempat itu. 'Bajingan sialan! Dia pandai sekali menyudutk
"Presdir, ini tuan Choi Suo yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Beliau adalah pemilik rumah sakit Gionsang yang terkenal itu!" bisik Chen Li menjelaskan siapa sosok pria asing itu."Aaah ... selamat pagi Tuan Choi!" Ling Yue mengulurkan tangannya pada pria itu. Walau bagaimanapun dia tetap harus bersikap profesional dalam urusan pekerjaannya.Pria bernama Choi Suo itupun menerima uluran tangannya dengan senyum hangat. "Senang bisa bekerjasama dengan perusahaan Anda Tuan Ling. Ku dengar, pasokan obat-obatan yang kalian produksi semuanya memiliki standar yang tinggi. Kolega bisnisku dari Swiss bercerita banyak tentang kualitas obat-obatan dari perusahaan kalian.""Ya, itu memang benar. Bahkan, pasaran obat-obatan kami hampir mendominasi di seluruh wilayah daratan Europa dan Asia!" Ling Yue sengaja menyombongkan diri di depan pria bernama Choi Suo itu.Ntah kenapa, semenjak pertemuan pertama mereka di acara lamaran sepupunya Junyo waktu itu, dia merasa langsung tidak suka pada
"Ingat apa?" tanya Cia Li santai sambil memakan makanannya."Kakak, Kau ingat tidak? Dulu Kau pernah hampir tidak tidur semalaman karena membuatkan roti kukus untuk salah satu temanmu di sekolah," ujar Fang Li teringat kejadian waktu itu.Mata Cia Li langsung terbelalak kaget mendengar ungkapan sang adik. Ya, dia ingat! Malam itu dia memang sengaja memaksa Fang Li untuk ikut menemaninya membuat roti kukus diam-diam hingga pukul 4 pagi."Aku jadi penasaran, siapa kira-kira orangnya? Apa Kak Ling Yue tau tentang teman-temannya kakakku? Aku jadi kepikiran, mungkinkah kak Cia punya pacar di sekolahnya?"Ling Yue menaikkan sebelah alisnya. "Roti kukus? Kapan?" ia mulai cemburu mendengar cerita Fang Li. Apa mungkin gadis itu punya pacar diam-diam tanpa sepengetahuannya? Bukannya apa, tapi Ling Yue diam-diam selalu menyelidiki tentangnya. Dan menurut informasi yang dia dapat, gadis itu tidak pernah pacaran sama sekali dengan siapapun waktu itu.'Atau ... apa aku kecolongan?!' Ling Yue mengep
Keesokan harinya. Tok, tok, tok! "Cia?!" panggil seseorang dari luar sana. "Cia ... buka pintunya! Ini Mama!" Mata Cia Li seketika terbuka lebar. "Mama?!" pekiknya sambil terduduk kaget dari tidurnya. "Tunggu sebentar ... aku akan segera ke sana!" teriaknya. Dengan gerakan cepat, gadis itu buru-buru merapikan tempat tidurnya, lalu kemudian menyikat gigi dan mencuci muka. "Hah ... bisa bahaya jika Mama sampai tau kalau aku belum juga bangun di jam segini!" gumamnya kemudian sambil menyemprotkan pelembab wajah seala-kadarnya. "Ke mana perginya anak itu? Apa dia tidak mendengar suara kita?" gerutu sang mama dari balik luar pintu apartement gadis itu. "Teleponku juga tidak diangkat. Sepertinya kakak masih tidur," sahut Fang Li, adiknya Cia Li. "Cia-" panggilnya terpotong. Ceklek! Pintu itu tiba-tiba terbuka. "Astaga!" ketiga orang itu terjengit kaget. "He he he ... Maaf, tadi aku sedang menyikat kamar mandi, jadi tidak mendengar ada orang yang datang," alasannya berkilah. "Ayo m
1 detik ... 2 detik ... 3 detik ... 4 detik ... hingga, 5 detik berlalu .... 'Astaga! Apa yang sudah terjadi?!' batin Cia Li yang kembali tersadar dari keterkejutannya. Dia bergegas bangkit dari tubuh sang Presdir. Sejenak pria itu masih tertegun tak percaya, hingga tak lama kemudian, diapun dapat meraih kembali kesadarannya. "He'em!" dehemnya canggung. Ia menjadi salah tingkah dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Telinganya juga nampak memerah. "Ma-maafkan aku Presdir. Aku tidak sengaja-" ucap Cia Li terpotong. "Tidak apa-apa, itu bukan salahmu, he he he!" sela Ling Yue dengan cepat. Dia tertawa canggung seperti sedang dibuat-buat. "Ayo kita masuk saja sekarang!" ajak Ling Yue kemudian sambil meraih tangan gadis itu untuk ikut masuk bersamanya. Ingin protes pun, pria itu sudah lebih dulu menyeret tangannya. Di depan sana, pendeta Han Sui sudah menunggu kedatangan mereka. Pria tua itu duduk bersila sambil memejamkan mata, bak seperti orang yang sedang bermeditasi. Dia
"Kau? Apa yang Kau lakukan padanya?!" bentak Ling Yue dengan nada tinggi."Ma-maaf ... aku tidak sengaja menumpahkan kuah Soup panas ke tangannya," akui Fu Lian sambil tertunduk salah.Ia sengaja berpura-pura mengiba untuk menarik simpati orang-orang yang ada di sana. Tapi, percayalah ... dalam hatinya ia bersorak ria melihat gadis sok cantik itu merintih kesakitan. Ia berharap, tangan gadis itu melepuh. Dia sungguh wanita yang kejam."Apa?! Tersiram kuah Soup? Astaga! Kau benar-benar-, aaargh ...!" Ling Yue rasanya ingin memarahi wanita itu habis-habisan. Tapi, terpaksa ia tahan karena melihat kondisi Cia Li yang harus segera mendapatkan pertolongan. Keselamatan gadis itu jauh lebih penting.Ling Yue kemudian segera beranjak untuk menggendongnya. "Chen Li, panggilkan Dokter untuk mengobati Cia!" titahnya pada sang sekretaris."Hum, baik Presdir."Selepas kepergian keduanya, orang-orang yang ada di sana pun mulai berbisik satu sama lain. Ini pertama kalinya mereka melihat sang Presdir
"Kenapa Kau bisa ada di sini?!" tanya Ling Yue dengan kening berkerut."Tentu saja aku akan ikut serta dalam acara perusahaanmu. Tante bilang, Kau dan semua karyawanmu sedang ada acara hiburan rutin tahunan. Kupikir, akan sangat seru jika aku bergabung dengan kalian. Aku sudah mendapatkan izin dari tante Ling sebelumnya. Kata tante, itu bagus untuk membangun hubungan baik denganmu ...," ucapnya sambil tersenyum manis.Mungkin, dia kira Ling Yue akan senang dengan kedatangannya ke tempat itu. Padahal pria itu tengah kesal setengah mati dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Kalau saja bukan karena penyelidikan kasus kebakaran pabrik perusahaannya sebelumnya, Ling Yue pasti sudah langsung mencekik leher gadis itu dan membuangnya ke tengah hutan terdalam, lalu membiarkan jasadnya hilang dimakan binatang buas!Tapi, apa boleh buat ... dia terpaksa harus banyak bersabar dan mengikuti alurnya secara perlahan, agar semua kedok busuk wanita sialan itu terbongkar."Hah ... Baiklah. Aku akan mengi
Semua orang tampak berpikir keras. Mereka menerka-nerka, apa maksud dari kalimat petunjuk tersebut."Matahari? Bentuknya bulat dan terang. Terbit dari arah timur, yang kalau disesuaikan dengan lokasi kita saat ini itu tepatnya berada persis di area hutan kecil belakang penginapan. Apa mungkin petunjuk ini menyuruh kita pergi ke arah sana?" ujar Tang Luo dengan wajah penuh tanda tanya."Hmm, cukup masuk akal," sahut Cia Li sambil mangguk-mangguk memikirkan kemungkinan tersebut."Ku rasa petunjuk ini memang menggiring kita untuk pergi ke area itu. Dilihat dari cara pemilihan katanya yang menggunakan arah mata angin, sudah pasti petunjuk tersebut merujuk pada sebuah tempat. Seperti yang kita tau, orang kuno dulu menggunakan arah mata angin sebagai patokan suatu wilayah." Ling Yue setuju dengan apa yang rekan timnya itu katakan. Setelah menela'ah lebih jauh, otak jeniusnya memikirkan hal yang sama."Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita pergi ke sana! Kalau Presdir yang sudah berkata sep
Ling Yue menjadi gelisah seketika. Dia mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi pada mereka sebelumnya. Seingatnya, dia terakhir kali hanya memeluki gadis itu sembari menceritakan tentang hal-hal ringan untuk mengalihkan rasa takutnya. Hanya itu dan tak ada lagi yang terjadi setelahnya. Ya, dia cukup yakin dengan apa yang di ingatnya! Sibuk melamun dan berpikir, tanpa sadar ternyata gadis yang berada dalam pelukannya tersebut mulai menggeliat. Ling Yue yang merasa adanya pergerakan pun langsung panik dan kembali berpura-pura tidur. Ia tidak ingin disalah-pahami atas situasi yang terjadi saat ini pada mereka. Menurutnya, itu bukan salahnya dan bukan juga salah gadis itu. Ini semua adalah murni kesalahan listrik yang tiba-tiba padam itu, pikirnya. Awas saja, nanti ia akan menegur pihak pengelola karena sudah lalai dalam menjaga keamanan tempat tersebut. Untung saja tidak terjadi apa-apa pada mereka semua. "Mmmh...," lenguhnya, tanda gadis itu sudah mulai sadar kembali. "Hoaam