Lucas benar-benar kesal saat ini. Beberapa langganan senjatanya beralih ke Jaccob. Dari siang dia dibuat uring-uringan karena kabar ini.
Bahkan saat di kantornya, dia juga tidak bisa fokus karena risih dengan keberadaan Sera. Untung saja tadi sore wanita itu sudah pergi.
Lucas membawa mobilnya melaju membelah malam yang diguyur hujan. Dia ingin bersenang-senang, dan tujuannya adalah bar.
Jalanan terlihat sepi, hujan juga masih sangat deras, membuat pemandangan dari dalam mobil sedikit kabur. Lucas menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Saat sampai di persimpangan. Lucas menghela nafas kasar karena seorang wanita yang berdiri di tengah-tengah jalanan itu. Lucas terlihat beberapa kali mengklakson mobilnya, tapi tak dihiraukan oleh wanita itu.
Saat Lucas ingin menabrakanya ternyata wanita itu berjalan sempoyongan. Lucas segera mengambil pistolnya, bersiaga jika ini adalah jebakan dari musuhnya.
Lucas kelua
Jake membuka matanya malas ketika mendengar suara ketukan dari pintu yang sangat kasar. Dia bangun perlahan, ketika matanya sudah sepenuhnya terbuka dia menyerngitkan dahinya. 'Kenapa dia ada di sini?' pikirnya.Ketika Jake sudah bisa mengingat hal yang terjadi semalam, dia menggeram kesal."Sial, wanita licik," ucapnya memaki.Masih sibuk dengan pikirannya, Kenzo masuk ke dalam dengan wajah panik dan sedikit takut. Mencuri-curi pandang ke arahnya."Ada apa?" tanya Jake dingin."Apa semalaman kau di sini bersama Sera?" tanya Kenzo."Ya," jawab Jake malas."Aciel menghubungiku untuk mengecek kenapa kau dan Maria tidak pulang semalam," ucap Kenzo lagi, ada nada keraguan di sana."Maria? Memang di mana Maria?" tanya Jake yang belum paham dengan situasinya."Maria semalam datang ke sini Jake," ucap Kenzo menatap dalam Jake.Jake balas menatap Kenzo, setelah berpikir akhirnya dia sedikit paham dengan arah pembicaraan Kenzo.
~Aku bertanya pada sang awan, bagaimana caranya agar cinta ini dapat kulawan? Karena hanya dengan suaramu saja bahkan rinduku tak bisa lagi tertahan~**Aciel benar-benar dibuat bingung di mana keberadaan Maria. Dia sudah menemui Kenzo untuk melihat rekaman cctv semalam. Dia juga meminta beberapa anak buahnya mencari keberadaan Maria.Aciel bahkan menyuruh seseorang yang bisa meretas cctv jalanan agar dia bisa melihat ke mana Maria pergi. Tapi sayang, keadaan larut malam di tambah hujan menghalangi cctv tersebut. Jejak Maria seolah terhapuskan oleh derasnya air hujan malam itu.Sedangkan Jake, sudah 3 hari ini dia uring-uringan karena Maria belum ditemukan juga. Dia selalu emosi bahkan para karyawan di perusahaannya pun terkena amukan darinya.Jake benar-benar kacau kehilangan wanita itu. Dia berjanji, saat Maria ditemukan nanti dia akan memberikan pelajaran pada wanita itu.~Maria membuka matanya perlahan, cahaya matahari yang tembus di se
~Padahal hujan belum sempat menyambangi bumi, namun rintiknya telah membasahi pipi, hingga menusuk dalam relung hati.~**Lucas baru saja turun unyuk menemui bawahannya yang membawakan perlengkapan pekerjaannya. Dia juga mampir untuk sarapan di kantin rumah sakit tadi. Malam tadi, Lucas benar-benar tidak bisa tidur karena memikirkan nasib Maria. Dia begitu iba pada wanita yang telah membuatnya jatuh cinta itu, haruskah dia membalas dendam pada Jaccob?Ketika Lucas masuk ke dalam kamar rawat, dia dibuat terkejut karena tak mendapati Maria. Seingatnya saat dia meninggalkannya tadi Maria masih tertidur. Di mana dia sekarang? Hal itu membuat Lucas panik. Apalagi Maria baru saja merasakan kehilangan, dia takut jika Maria melakukan sesuatu yang aneh-aneh.Lucas segera keluar, bertanya pada setiap suster yang bersimpangan dengannya. Dia menyebutkan ciri-ciri Maria berharap ada seseorang yang melihatnya.Salah satu suster menyarankan untuk Lucas meng
Malam harinya, Ashley, Lucas dan Maria telah bersiap-siap. Siang tadi Lucas meminta izin pada dokter untuk mendapatkan surat izin agar Maria bisa keluar dari rumah sakit karena Lucas beralasan untuk membawa Maria ke rumah sakit di negara lain.Awalnya dokter itu ragu, tapi dengan penjelasan Lucas akhirnya dokter menyetujuinya. Lucas beralasan membawa Maria untuk berobat ke tempat yang lebih nyaman agar dia bisa lupa dan tidak depresi atas kehilangan calon anaknya.Setelah semuanya siap, akhirnya mereka semua keluar. Lucas akan membawa mereka ke bandara, karena Lucas menyiapkan pesawat pribadi untuk Maria bisa ke luar negeri.Tentu saja Ashley akan menemani kemanapun Maria pergi. Dia bahkan mengabaikan pendidikannya walaupun tinggal sebentar lagi itu.Di bawah sudah ada sopir Lucas yang menunggu. Ashley menggendong tubuh Maria untuk masuk ke dalam mobil itu. Lucas pun segera masuk setelah melihat Ashley masuk.Entah apa yang terjadi, mereka terlihat
Para petinggi rumah sakit kalang kabut setelah mendengar bahwa Jaccob menuju kemari dengan keadaan darurat. Nathan, dokter pribadi Jake segera menyiapkan segala prosedur untuk menyambut kedatangan pemilik rumah sakit ini.Saat mereka semua menunggu dengan was-was, mobil yang dikenali sebagai pemilik rumah sakit ini terlihat datang dan segera parkir di depan ruang UGD.Para suster segera mendorong brangkas ranjang mendekat ke arah mobil. Tapi semuanya kaget, Nathan pun juga. Mereka mengira bahwa keadaan darurat adalah Jaccob yang sakit, tapi salah. Jaccob bahkan keluar dengan keadaan baik-baik saja, meskipun penampilannya berantakan.Jaccob meletakkan tubuh Maria ke ranjang dorong itu. Dia tak memperdulikan tatapan dari para dokter, suster dan para orang yang berlalu lalang di rumah sakit ini. Dia mengikuti langkah para suster itu menuju ke dalam ruangan.Saat dia ingin masuk, dokter Nathan segera berdiri di depan pintu menatap Jaccob."Tunggulah di sini
Begitu sampai di parkiran rumah sakit, Aciel segera menghubungi beberapa anak buahnya untuk menyusulnya ke rumah sakit. Sambil menunggu, Aciel memesan beberapa makanan di kantin. Dia masih memikirkan apa yang terjadi pada bosnya dan wanitanya. Sepertinya dia merasa hal buruk sudah terjadi di antara mereka.Handphonenya berdering, salah satu anak buahnya menelfonnya bahwa mereka sudah sampai di sini. Akhirnya Aciel segera membayar pesanannya dan berlalu menyusul ke parkiran.Aciel menatap tajam satu-persatu anak buahnya. "Kita memiliki misi dari bos Jaccob. Bos meminta kita menyelidiki apa yang sudah terjadi pada wanitanya selama 4 hari bersama dengan Lucas. Aku ingin membagi 2 kelompok, kelompok pertama bersamaku ke rumah sakit. Kelompok 2 dipimpin Liam cari di mana keberadaan Lucas dan Ashley," ucap Lucas pada mereka."Bos ingin nanti pagi semua laporannya sudah siap," imbuhnya tegas. Para anak buahnya mengangguk.Mereka lalu berpencar masing-masing. Aci
Sudah hampir 3 minggu Maria belum sadar, setiap hari Jake selalu menemani Maria. Bahkan dia tidak meninggalkan sedikitpun dari rumah sakit itu. Semua pekerjaan kantornya dialihkan pada Kenzo, dan pekerjaan di Mansion kembali diambil alih oleh Aciel.Rose setiap hari datang ke rumah sakit, membawakan makanan dan baju untuk tuannya.Jake benar-benar menyesali perbuatannya selama ini pada Maria. Dia berjanji, jika Maria sadar dia akan memperlakukan wanita itu sebaik mungkin.Hari-harinya tampak kacau, hanya ada Maria yang ada dipikirannya. Jake bahkan mengabaikan penampilannya. Dia membiarkan dagunya ditumbuhi bulu-bulu halus, rambutnya juga sudah nampak gondrong.Hari ini, seperti biasa Aciel, Kenzo dan Sean datang ke rumah sakit. Mereka senantiasa menjenguk Maria dan menemani Jake di sela-sela waktu mereka."Hai Jake, aku membawakan makanan kesukaanmu. Rose bilang jika kau belum makan dari semalam," ucap Sean mendekat, dia duduk di sofa yang ada di hadap
"Dokter, aku tidak ingin lelaki ini ada di sini," ucap Maria, dia memandang dokter Nathan dengan sorot yang sama saat melihat Jaccob.Ada kemarahan terlihat jelas di mata indah itu, kesedihan yang tidak dapat ditahan membuat air mata itu mengalir dari mata bermanik coklat. Maria masih menatap tajam dokter Nathan, meskipun begitu, tersirat permohonan agar dokter Nathan menuruti keinginannya.Sedangkan Jake masih tegang memandang Maria tak percaya. Di lihat lagi wanita yang berhasil memikat hatinya itu dengan dalam. Tanpa sadar, tangannya meremas tangan Maria yang masih digenggamnya.Maria sedikit meringis merasakan hal itu, dia menoleh cepat ke arah Jake. "Keluar Jake, aku tidak ingin melihatmu lagi," ucapnya dingin."Jika kau tidak keluar, akan ku pastikan aku akan bunuh diri sekarang juga," ancam Maria yang masih melihat Jake duduk mematung di sampingnya."Jake," panggil dokter Nathan pelan. Dia mengedipkan matanya saat Jaccob memandangnya. Dia aka
*5 tahun kemudian. "Xavier, jangan berlari nak. Kau bisa terjatuh nanti." Illene berteriak panik melihat cucunya berlari ke sana-sini di taman. Dia sampai kewalahan mengejar Xavier. Maria yang baru saja keluar dari arah dapur itu tersenyum. Dia meletakkan nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan di meja. "Sudahlah Bu, nanti juga dia berhenti sendiri. Tak udah dikejar atau Ibu yang akan kelelahan nanti." ucap Maria. Illene menghela nafas lalu duduk menyusul Maria. Wanita yang rambutnya sudah beruban itu tampak ngos-ngosan. Dia mencoba menarik nafas perlahan lalu mengambil secangkir teh hangat dan meminumnya. Dia menyesapnya sebentar sebelum menatap ke arah Maria. "Ya, kau benar Maria. Astaga, dia sangat aktif sekali." keluhnya. Maria hanya terkekeh, dia melirik ke arah anak lelakinya yang sekarang berumur 4 tahun. Dia lalu mengusap perutnya, kali ini Maria hamil lagi dan usia kandungannya sudah menginjak 7 bulan
Kandungan Maria sudah memasuki minggu ke-35, artinya tinggal menghitung hari Maria akan melahirkan. Hari ini Jake memutuskan untuk libur dan menemani Maria untuk mendekorasi kamar calon anak mereka. Karena sampai saat ini mereka belum tahu jenis kelamin anak mereka, jadi mereka mengisi kamar itu dengan warna netral.Kamar yang dulu dipakai oleh Maria sekarang menjadi kamar calon anak mereka. Jaccob memutuskan merenovasi untuk memberikan pintu penghubung ke kamarnya."Kau tak boleh kelelahan Mary, biarkan aku saja yang membersihkan kamar ini. Kau duduk saja dan lihatlah!" perintah Jaccob.Tapi ucapan itu tak dihiraukan Maria. Dia bahkan dengan senang hati merapikan satu-persatu baju kecil yang terlihat lucu baginya. Dia memisahkan di antara perlengkapan lainnya."Benar yang dikatakan Jaccob, Maria, lebih baik kau istirahat saja," ucap Illene yang ada di sana membantu mereka."Kalian tak bisa melarangku. Aku juga ingin menyiapkan keperluan anakku," u
"Kau terlihat sangat cantik Sera," ucap Maria yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel.Sera yang mendengar itu langsung menoleh, menatap Maria yang juga sangat cantik dengan perutnya yang sudah membesar. Wanita itu bahkan berjalan tertatih sambil memegangi perutnya."Maria," seru Sera dengan senang. "Kau sendirian?" tanya Sera."Tidak, Jaccob ada di sini, tapi dia pergi untuk melihat Lucas." Maria mendekat ke arah Sera, menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepada Sera. "Khusus permintaan ibu," ucapnya sambil tersenyum.Sera menerimanya, dia meletakkan bunga itu di meja. Dia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena Sisi masih merias wajahnya.Hari ini adalah hari pernikahan Sera dan Lucas. Sudah sejak setengah tahun lalu hubungan mereka dengan Maria dan Jaccob membaik. Sera bahkan sering menginap di rumah Jaccob untuk menemani ibu hamil yang banyak maunya itu."Bagaimana, apa semua sudah siap?" Illene
Lagi-lagi rumah sakit dibuat kalang kabut ketika mendengar pemilik rumah sakit, Jaccob akan datang ke sini. Para senior dan junior dokter terlihat gugup menanti orang yang diisukan dengan sikap yang kejam itu. Mereka bahkan sudah menunggu di depan pintu masuk rumah sakit tersebut.Mobil yang ditumpangi Jake berhenti, Aciel segera membuka pintu untuk Jake dan Maria. Jake masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Maria."Apa kabar Maria?" sapa dokter Nathan yang mendekat ke arah mereka."Aku baik Paman," balas Maria dengan senyuman."Kenapa semua orang ada di sini?" tanya Jaccob heran melihat semua orang menyambutnya.Kening dokter Nathan mengerut, dia menatap Jaccob dengan heran. "Bukannya kau datang untuk memeriksa kepentingan rumah sakit?" tanyanya."Aciel," panggil Jaccob sambil menoleh ke belakang. Sedangkan Aciel hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya."Aku lupa tak memberitahu dokter Nathan."Jake menghela nafas kasar,
"Kenapa kau membawa wanita ini ke sini?" tanya Jake menatap tajam Lucas."Jake," lirih Illene, mencoba melerai tak ingin ada pertengkaran."Kau tak tahu Bu, mereka yang menyebabkan Maria kehilangan bayinya dulu," ucap Jake masih dengan nada yang dingin."Semua sudah berlalu Jake, bahkan kau pun sudah membalasnya pada Sera," jawab Lucas dengan tenang."Ya, tapi aku belum membunuhmu!" sengit Jake."Jake, Lucas, kemarilah!" perintah Illene dengan nada tegas.Mereka mendekat, duduk saling berhadapan. Jake masih menatap Lucas dengan tajam, sedangkan Lucas tak menhiraukannya, dia bersikap dengan tenang. Karena memang, dia ke sini hanya ingin perdamaian, tak ingin permusuhan mereka terus berlanjut. Lucas ingin memperbaiki semuanya."Kalian adalah anak-anak Ibu. Jika kalian terus bertengkar seperti itu, Ibu akan merasa sedih." Rikard sudah berdiri di belakang Illene, dia mengusap pundak Illene lembut ketika wanita itu mulai menangis.
Maria terbangun karena aroma dari masakan yang tercium di hidungnya. Dia membuka matanya perlahan, menoleh ke sampingnya tapi tak menemukan keberadaan suaminya.Akhirnya Maria bangun, dia menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia menikmati guyuran air shower yang membuat tubuhnya menjadi segar. Setelah selesai dia segera keluar.Maria memeriksa koper yang masih ada di sebelah sofa. Karena kegiatan semalam, dia sampai lupa belum membereskan barang-barang yang dibawanya.Maria mengeluarkan satu-persatu baju yang ada di sana. Tapi dia menyerngit heran, semua bajunya hanyalah sebuah gaun tipis, baju tanktop, celana pendek dan....lingerie. Apa-apaan ini? Siapa yang menyiapkan baju-baju laknat seperti ini?Maria mendesah, dia segera memakai salah satu gaun yang ada di sana. Ini terlalu pendek, pikir Maria ketika melihat tampilannya di cermin. Tapi dia mengabaikannya dan segera keluar dalam keadaan rambut setengah basah.
*HARAP BIJAK MEMILAH BACAAN!*Malam semakin larut, tapi kebahagian orang-orang yang ada di sana masih terpancar dengan jelas. Beberapa orang ada yang sudah berpamitan untuk pulang, sebagian lagi masih ada di sana.Jake menyuapi Maria makanan kecil, dari tadi dia tak beranjak meninggalkan Maria sedikitpun. Membuat teman-teman wanita Maria di agency menjadi iri melihatnya."Kau lelah?" tanya Jake."Tidak, aku hanya ingin ganti baju. Gaun ini membuatku kedinginan," ucap Maria menatap memelas pada Jake.Jake membuka jasnya dan menyampirkan di pundak Maria. "Kalau begitu kau harus segera ganti baju." ucap Jake.Maria mengangguk, dia berpamitan pada Illene, Rikard dan yang lainnya. Tapi bukannya membawa Maria masuk ke dalam Mansion, Jake malah menuntun Maria masuk ke dalam mobil."Kita akan ke mana Jake?" tanya Maria heran."Pergi ke suatu tempat," balas Jake dengan tersenyum.Maria tak bertanya lagi, dia yang le
Saat sampai di tempat, Maria segera masuk ke dalam. Di sana terlihat sepi, hanya ada para pelayan toko yang berlalu lalang. Aciel menyuruh Maria untuk berjalan duluan, dia mengikutinya dari belakang.Senyum Maria merekah ketika melihat Jake berdiri di depan sana bersama seorang lelaki yang tak dikenalnya."Jake," panggil Maria sambil melambaikan tangannya.Jake tersenyum, dia menyuruh Maria untuk mendekat. Saat Maria ada di sampingnya, dia langsung memeluk pinggul Maria."Ricky, perkenalkan calon istriku, Maria," ucap Jaccob tersenyum bangga.Ricky tersenyum, dia menjabat tangan Maria yang dibalas oleh Maria."Baiklah, akan aku tunjukan koleksi berlianku," ajak Ricky setelah perkenalan singkat itu. Dia berjalan ke tempat lebih dalam dari tokonya ini, sesampainya di sana, ada anak buahnya yang menunggunya dengan 3 buah kotak berisikan berlian berwarna-warni."Ini koleksi terbaruku, yang ini salah satu paling sulit ditemukan. Hanya ada
"Bagaimana kabar Ayah hari ini?" tanya Maria begitu dia masuk ke dalam kamar rawat ayahnya. Di tangannya terdapat sebuah parcel buah, dia meletakkannya di meja dan duduk di dekat ayahnya.Petra tersenyum, dan menatap Maria. "Ayah lebih sehat dari kemarin, trimakasih Maria." ucapnya."Tak ada trimakasih di antara kita Ayah. Kita memang harus saling membantu," ucap Maria diselingi dengan tawa. "Ayah mau jeruk? Akan aku kupas untuk Ayah."Petra hanya mengangguk, dia mengamati anak tirinya itu yang mengupas kulit jeruk. Maria sangat telaten, dia bahkan mencucinya terlebih dulu sebelum diserahkan pada ayahnya."Bantu aku duduk Maria," pinta Petra.Maria dengan segera menaikan sisi ranjang rumah sakit ini. Dia membantu ayahnya untuk duduk bersender di sana.Maria menyuapi satu-persatu jeruk itu ke mulut ayahnya. Mereka saling bercanda sampai Jake masuk ke dalam ruangan itu. Sikap Petra langsung sedikit diam, dia masih takut dengan perlakuan