Sudah hampir 3 minggu Maria belum sadar, setiap hari Jake selalu menemani Maria. Bahkan dia tidak meninggalkan sedikitpun dari rumah sakit itu. Semua pekerjaan kantornya dialihkan pada Kenzo, dan pekerjaan di Mansion kembali diambil alih oleh Aciel.
Rose setiap hari datang ke rumah sakit, membawakan makanan dan baju untuk tuannya.
Jake benar-benar menyesali perbuatannya selama ini pada Maria. Dia berjanji, jika Maria sadar dia akan memperlakukan wanita itu sebaik mungkin.
Hari-harinya tampak kacau, hanya ada Maria yang ada dipikirannya. Jake bahkan mengabaikan penampilannya. Dia membiarkan dagunya ditumbuhi bulu-bulu halus, rambutnya juga sudah nampak gondrong.
Hari ini, seperti biasa Aciel, Kenzo dan Sean datang ke rumah sakit. Mereka senantiasa menjenguk Maria dan menemani Jake di sela-sela waktu mereka.
"Hai Jake, aku membawakan makanan kesukaanmu. Rose bilang jika kau belum makan dari semalam," ucap Sean mendekat, dia duduk di sofa yang ada di hadap
"Dokter, aku tidak ingin lelaki ini ada di sini," ucap Maria, dia memandang dokter Nathan dengan sorot yang sama saat melihat Jaccob.Ada kemarahan terlihat jelas di mata indah itu, kesedihan yang tidak dapat ditahan membuat air mata itu mengalir dari mata bermanik coklat. Maria masih menatap tajam dokter Nathan, meskipun begitu, tersirat permohonan agar dokter Nathan menuruti keinginannya.Sedangkan Jake masih tegang memandang Maria tak percaya. Di lihat lagi wanita yang berhasil memikat hatinya itu dengan dalam. Tanpa sadar, tangannya meremas tangan Maria yang masih digenggamnya.Maria sedikit meringis merasakan hal itu, dia menoleh cepat ke arah Jake. "Keluar Jake, aku tidak ingin melihatmu lagi," ucapnya dingin."Jika kau tidak keluar, akan ku pastikan aku akan bunuh diri sekarang juga," ancam Maria yang masih melihat Jake duduk mematung di sampingnya."Jake," panggil dokter Nathan pelan. Dia mengedipkan matanya saat Jaccob memandangnya. Dia aka
Sera menggeram kesal saat salah satu pembantu Lucas mengusir dirinya. Dia memaksa untuk masuk ke rumah untuk menemui lelaki pujaan hatinya itu. Tapi anak buah Lucas bersikukuh jika Lucas tidak ada di rumah.Sera yang kesal itu menodongkan pistol pada salah satu anak buah Lucas agar memberitahunya di mana Lucas saat ini berada.Mereka awalnya enggan untuk memberitahu, tapi ternyata Sera adalah orang yang nekat, dia menembak kaki salah satu anak buah Lucas.Sera tersenyum puas saat salah satu anak buah Lucas memberikannya alamat. Sera memang orang yang tidak suka main-main, dia akan melakukan apapun agar dia bisa mencapai tujuannya.Akhirnya Sera melajukan mobilnya ke alamat yang tertulis di kertas itu, perjalanan yang memakan waktu hampir 3 jam tidak dihiraukan olehnya. Yang terpenting sekarang, dia bisa menemui orang yang dicintainya. Sungguh, dia benar-benar merindukan lelaki itu.Sera mengklakson mobil saat tiba di sebuah Mansion berpagar tinggi.
Maria turun ke lantai bawah, pagi ini dia terbangun dalam keadaan lapar. Dia tidak ingin merepotkan Rose yang beberapa hari ini selalu melayaninya, dia sudah sembuh dan dia ingin melakukannya sendiri.Ketika sampai di ruang makan, langkahnya menjadi kaku dan pelan. Di sana ada Jaccob dan Aciel yang sedang sarapan juga.'Sial' batin Maria. Dia lupa jika Jake selalu sarapan sebelum jam 7 pagi. Dia merutuki dirinya sendiri karena sudah turun di jam seperti ini. Jika dia berbalik dan pergi, yang ada dia hanya dianggap pengecut oleh Jake.Akhirnya Maria mendongakkan kepalanya dengan angkuh, berjalan dengan langkah tegas dan duduk di samping Aciel."Pagi Aciel," sapa Maria lalu mengambil roti dan selai yang ada di depannya.Hati Jaccob memanas, dia memandang Maria dengan tajam. Tapi yang dipandang seolah tak menganggap keberadaan dirinya.Suasana tegang menyelimuti ruang makan itu, Aciel hanya meringis karena sedaritadi Maria mengajaknya ngobr
"Kenzo," teriak Jake begitu panggilan itu terangkat. "Ke ruanganku cepat!" bentaknya lalu membanting asal-asalan handphone itu ke meja.Jake menyenderkan tubuhnya pada kursi kerjanya sambil memijit pelan pelipisnya. Sungguh, dia sangat ingin mencincang orang saat ini.Ketika pintu ruangan itu terbuka dan Kenzo masuk ke dalam. Jake segera membanting salinan berkas ke tubuh Kenzo. Dia menatap nyalang Kenzo yang menjadi sekretarisnya saat di kantor itu."Apa maksudnya? Kenapa proyek Vilent menggugat perusahaan kita? Di mana surat perjanjian yang sudah di tandatangani itu!" teriak Jake marah pada Kenzo.Hari ini dia dikejutkan dengan kabar yang sangat tidak menyenangkan. Seorang partner kerjanya tiba-tiba membatalkan proyek hunian Vilent secara sepihak.Jake tidak tahu pasti kenapa itu bisa sampai terjadi, bukankah seharusnya mereka yang rugi jika sampai Jake menggugatnya. Karena Jake mempunyai surat perjanjian di atas hitam-putih."Buka
Dibandingkan dengan Maria, Jaccob sedang berkutat dengan laptopnya saat ini di kantor. Dia benar-benar jengah dengan hal yang dilakukan Sera.Setelah mengetahui jika Sera mencuri dokumen penting miliknya, Jaccob tak tinggal diam. Dia menyuruh bawahannya untuk menyelidiki siapa Sera sebenarnya. Dan hal yang membuatnya ingin mencekik wanita itu adalah, ternyata dia berkerja sama pada Lucas.Jake juga baru tahu partner kerjanya yang membatalkan proyek vilent juga telah disogok oleh Lucas. Hal itu membuat Jaccob tak tinggal diam. Kemarin dia benar-benar membuat pelajaran dengan pimpinan perusahaan itu. Anak buah Jake berhasil menculiknya, dan Jake dengan senang hati menyiksa lelaki tua itu.Meskipun Jake rugi jutaan dolar, tapi dia sangat puas bisa melihat lelaki tua itu menderita. Sekarang hanya tinggal mengejar parasitnya saja. Dia akan membuat perhitungan pada Sera dan Lucas.Malam ini Jake datang ke bar miliknya. Dia menunggu kedat
Maria sedang berkutat dengan make-up di depan meja riasnya. Sejak dia menjadi model, Maria sudah bisa memakai make-up sendiri saat ini.Dia memperhatikan lagi dirinya yang terpampang di cermin itu, tinggal sentuhan terakhir dengan lipstik maka semuanya sudah selesai.Maria mengambil sebuah tas slempang yang senada dengan gaun merah cherynya. Dia tersenyum berjalan keluar dari kamar. Saat dia berbalik menutup pintu kamarnya, Maria kaget melihat Jake yang berdiri di dekatnya, diam dan menatapnya tajam.Maria berdehem sebentar, dia mengalihkan pandangannya tidak ingin menatap Jake terlalu lama. Dia segera pergi dari sana, entah mengapa suasana hatinya menjadi sedikit buruk melihat Jake yang hanya mendiamkannya seperti itu."Aku akan mengantarkanmu Maria," ucap Aciel yang tiba-tiba juga sudah ada di dekat Maria. Membuat Maria yang masih memikirkan Jake jadi sedikit kaget."Oh... Tidak usah, aku bisa mengemudikan mobil sendiri Aciel," ucap Maria membuka
Jake mengerjapkan matanya dengan malas. Dia menyembunyikan wajahnya dari sinar matahari pagi ke ceruk leher Maria. Dia semakin mendekatkan tubuhnya ke wanita itu, tangannya memeluk erat perut Maria.Maria sedikit terganggu tidurnya karena tingkah Jake. Dia memaksa membuka matanya, kepalanya sangat sakit. Dia masih memikirkan apa yang terjadi semalam ketika mendapati sebuah tangan melingkar di perutnya.Spontan Maria kaget dan langsung terduduk, dia lebih kaget lagi saat tubuhnya telanjang dan ada seorang lelaki di sampingnya. Dia segera menarik selimut itu untuk menutupi tubuhnya."Mary, apa yang kau lakukan. Kembalilah ke sini, masih terlalu pagi untuk bangun."Deg...Maria kaget mendengar suara lelaki itu, tangannya bergerak membalik wajah yang bersembunyi di bantal."Oh shit, Jake apa yang kau lakukan padaku?" teriak Maria. Dia segera bangun dan berdiri dari ranjang. Dirinya masih merasa bingung den
Maria menoleh ketika Aciel memanggilnya. Dia masih ada di tengah-tengah danau itu untuk berenang."Naiklah, ini sudah terlalu lama, kau bisa sakit nanti," ucap Aciel bertolak pinggang di atas dermaga itu.Maria tersenyum, dia berenang mendekati dermaga, setelahnya dia naik ke atas."Kau bisa berenang di kolam renang Maria, kenapa memilih di danau? Bagaimana jika ada ular atau binatang lainnya," ucap Aciel sedikit kesal."Aku hanya ingin menyatu dengan alam Aciel, terimakasih," ucap Maria tersenyum."Terimakasih untuk apa?" tanya Aciel."Tidak memberitahukan keberadaanku pada Jake," balas Maria."Hem.. Baiklah jika kau masih ingin di sini. Aku akan pergi dulu, banyak urusan yang belum ku selesaikan," ucap Aciel, dia berbalik hendak pergi dari sana."Aciel,"Langkah Aciel terhenti, dia barbalik dan menatap Maria lagi. Salah satu alisnya terangkat, tangannya bertolak pinggang."Em.. Bisakah kau meminjamkan baju ganti? Aku lupa
*5 tahun kemudian. "Xavier, jangan berlari nak. Kau bisa terjatuh nanti." Illene berteriak panik melihat cucunya berlari ke sana-sini di taman. Dia sampai kewalahan mengejar Xavier. Maria yang baru saja keluar dari arah dapur itu tersenyum. Dia meletakkan nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan di meja. "Sudahlah Bu, nanti juga dia berhenti sendiri. Tak udah dikejar atau Ibu yang akan kelelahan nanti." ucap Maria. Illene menghela nafas lalu duduk menyusul Maria. Wanita yang rambutnya sudah beruban itu tampak ngos-ngosan. Dia mencoba menarik nafas perlahan lalu mengambil secangkir teh hangat dan meminumnya. Dia menyesapnya sebentar sebelum menatap ke arah Maria. "Ya, kau benar Maria. Astaga, dia sangat aktif sekali." keluhnya. Maria hanya terkekeh, dia melirik ke arah anak lelakinya yang sekarang berumur 4 tahun. Dia lalu mengusap perutnya, kali ini Maria hamil lagi dan usia kandungannya sudah menginjak 7 bulan
Kandungan Maria sudah memasuki minggu ke-35, artinya tinggal menghitung hari Maria akan melahirkan. Hari ini Jake memutuskan untuk libur dan menemani Maria untuk mendekorasi kamar calon anak mereka. Karena sampai saat ini mereka belum tahu jenis kelamin anak mereka, jadi mereka mengisi kamar itu dengan warna netral.Kamar yang dulu dipakai oleh Maria sekarang menjadi kamar calon anak mereka. Jaccob memutuskan merenovasi untuk memberikan pintu penghubung ke kamarnya."Kau tak boleh kelelahan Mary, biarkan aku saja yang membersihkan kamar ini. Kau duduk saja dan lihatlah!" perintah Jaccob.Tapi ucapan itu tak dihiraukan Maria. Dia bahkan dengan senang hati merapikan satu-persatu baju kecil yang terlihat lucu baginya. Dia memisahkan di antara perlengkapan lainnya."Benar yang dikatakan Jaccob, Maria, lebih baik kau istirahat saja," ucap Illene yang ada di sana membantu mereka."Kalian tak bisa melarangku. Aku juga ingin menyiapkan keperluan anakku," u
"Kau terlihat sangat cantik Sera," ucap Maria yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel.Sera yang mendengar itu langsung menoleh, menatap Maria yang juga sangat cantik dengan perutnya yang sudah membesar. Wanita itu bahkan berjalan tertatih sambil memegangi perutnya."Maria," seru Sera dengan senang. "Kau sendirian?" tanya Sera."Tidak, Jaccob ada di sini, tapi dia pergi untuk melihat Lucas." Maria mendekat ke arah Sera, menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepada Sera. "Khusus permintaan ibu," ucapnya sambil tersenyum.Sera menerimanya, dia meletakkan bunga itu di meja. Dia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena Sisi masih merias wajahnya.Hari ini adalah hari pernikahan Sera dan Lucas. Sudah sejak setengah tahun lalu hubungan mereka dengan Maria dan Jaccob membaik. Sera bahkan sering menginap di rumah Jaccob untuk menemani ibu hamil yang banyak maunya itu."Bagaimana, apa semua sudah siap?" Illene
Lagi-lagi rumah sakit dibuat kalang kabut ketika mendengar pemilik rumah sakit, Jaccob akan datang ke sini. Para senior dan junior dokter terlihat gugup menanti orang yang diisukan dengan sikap yang kejam itu. Mereka bahkan sudah menunggu di depan pintu masuk rumah sakit tersebut.Mobil yang ditumpangi Jake berhenti, Aciel segera membuka pintu untuk Jake dan Maria. Jake masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Maria."Apa kabar Maria?" sapa dokter Nathan yang mendekat ke arah mereka."Aku baik Paman," balas Maria dengan senyuman."Kenapa semua orang ada di sini?" tanya Jaccob heran melihat semua orang menyambutnya.Kening dokter Nathan mengerut, dia menatap Jaccob dengan heran. "Bukannya kau datang untuk memeriksa kepentingan rumah sakit?" tanyanya."Aciel," panggil Jaccob sambil menoleh ke belakang. Sedangkan Aciel hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya."Aku lupa tak memberitahu dokter Nathan."Jake menghela nafas kasar,
"Kenapa kau membawa wanita ini ke sini?" tanya Jake menatap tajam Lucas."Jake," lirih Illene, mencoba melerai tak ingin ada pertengkaran."Kau tak tahu Bu, mereka yang menyebabkan Maria kehilangan bayinya dulu," ucap Jake masih dengan nada yang dingin."Semua sudah berlalu Jake, bahkan kau pun sudah membalasnya pada Sera," jawab Lucas dengan tenang."Ya, tapi aku belum membunuhmu!" sengit Jake."Jake, Lucas, kemarilah!" perintah Illene dengan nada tegas.Mereka mendekat, duduk saling berhadapan. Jake masih menatap Lucas dengan tajam, sedangkan Lucas tak menhiraukannya, dia bersikap dengan tenang. Karena memang, dia ke sini hanya ingin perdamaian, tak ingin permusuhan mereka terus berlanjut. Lucas ingin memperbaiki semuanya."Kalian adalah anak-anak Ibu. Jika kalian terus bertengkar seperti itu, Ibu akan merasa sedih." Rikard sudah berdiri di belakang Illene, dia mengusap pundak Illene lembut ketika wanita itu mulai menangis.
Maria terbangun karena aroma dari masakan yang tercium di hidungnya. Dia membuka matanya perlahan, menoleh ke sampingnya tapi tak menemukan keberadaan suaminya.Akhirnya Maria bangun, dia menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia menikmati guyuran air shower yang membuat tubuhnya menjadi segar. Setelah selesai dia segera keluar.Maria memeriksa koper yang masih ada di sebelah sofa. Karena kegiatan semalam, dia sampai lupa belum membereskan barang-barang yang dibawanya.Maria mengeluarkan satu-persatu baju yang ada di sana. Tapi dia menyerngit heran, semua bajunya hanyalah sebuah gaun tipis, baju tanktop, celana pendek dan....lingerie. Apa-apaan ini? Siapa yang menyiapkan baju-baju laknat seperti ini?Maria mendesah, dia segera memakai salah satu gaun yang ada di sana. Ini terlalu pendek, pikir Maria ketika melihat tampilannya di cermin. Tapi dia mengabaikannya dan segera keluar dalam keadaan rambut setengah basah.
*HARAP BIJAK MEMILAH BACAAN!*Malam semakin larut, tapi kebahagian orang-orang yang ada di sana masih terpancar dengan jelas. Beberapa orang ada yang sudah berpamitan untuk pulang, sebagian lagi masih ada di sana.Jake menyuapi Maria makanan kecil, dari tadi dia tak beranjak meninggalkan Maria sedikitpun. Membuat teman-teman wanita Maria di agency menjadi iri melihatnya."Kau lelah?" tanya Jake."Tidak, aku hanya ingin ganti baju. Gaun ini membuatku kedinginan," ucap Maria menatap memelas pada Jake.Jake membuka jasnya dan menyampirkan di pundak Maria. "Kalau begitu kau harus segera ganti baju." ucap Jake.Maria mengangguk, dia berpamitan pada Illene, Rikard dan yang lainnya. Tapi bukannya membawa Maria masuk ke dalam Mansion, Jake malah menuntun Maria masuk ke dalam mobil."Kita akan ke mana Jake?" tanya Maria heran."Pergi ke suatu tempat," balas Jake dengan tersenyum.Maria tak bertanya lagi, dia yang le
Saat sampai di tempat, Maria segera masuk ke dalam. Di sana terlihat sepi, hanya ada para pelayan toko yang berlalu lalang. Aciel menyuruh Maria untuk berjalan duluan, dia mengikutinya dari belakang.Senyum Maria merekah ketika melihat Jake berdiri di depan sana bersama seorang lelaki yang tak dikenalnya."Jake," panggil Maria sambil melambaikan tangannya.Jake tersenyum, dia menyuruh Maria untuk mendekat. Saat Maria ada di sampingnya, dia langsung memeluk pinggul Maria."Ricky, perkenalkan calon istriku, Maria," ucap Jaccob tersenyum bangga.Ricky tersenyum, dia menjabat tangan Maria yang dibalas oleh Maria."Baiklah, akan aku tunjukan koleksi berlianku," ajak Ricky setelah perkenalan singkat itu. Dia berjalan ke tempat lebih dalam dari tokonya ini, sesampainya di sana, ada anak buahnya yang menunggunya dengan 3 buah kotak berisikan berlian berwarna-warni."Ini koleksi terbaruku, yang ini salah satu paling sulit ditemukan. Hanya ada
"Bagaimana kabar Ayah hari ini?" tanya Maria begitu dia masuk ke dalam kamar rawat ayahnya. Di tangannya terdapat sebuah parcel buah, dia meletakkannya di meja dan duduk di dekat ayahnya.Petra tersenyum, dan menatap Maria. "Ayah lebih sehat dari kemarin, trimakasih Maria." ucapnya."Tak ada trimakasih di antara kita Ayah. Kita memang harus saling membantu," ucap Maria diselingi dengan tawa. "Ayah mau jeruk? Akan aku kupas untuk Ayah."Petra hanya mengangguk, dia mengamati anak tirinya itu yang mengupas kulit jeruk. Maria sangat telaten, dia bahkan mencucinya terlebih dulu sebelum diserahkan pada ayahnya."Bantu aku duduk Maria," pinta Petra.Maria dengan segera menaikan sisi ranjang rumah sakit ini. Dia membantu ayahnya untuk duduk bersender di sana.Maria menyuapi satu-persatu jeruk itu ke mulut ayahnya. Mereka saling bercanda sampai Jake masuk ke dalam ruangan itu. Sikap Petra langsung sedikit diam, dia masih takut dengan perlakuan