Maria terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa pusing, bahkan sangat pusing karena semalam dia terlalu banyak meminum alkohol. Matanya mengerjap perlahan, sinar matahari menyapanya, membuat dia menutup matanya kembali karena silau. Dia berguling ke kanan, merasakan betapa nikmatnya pagi harinya kali ini.
Akhirnya dengan malas Maria membuka kedua matanya, menatap kesekelilingnya, kamar yang begitu asing, di mana dia? Pikirnya.
Pintu terbuka membuat perhatian Maria teralihkan, dia melihat Ashley masuk membawa nampan berisikan makanan. Maria bangun, menyenderkan tubuhnya di sisi ranjang, menatap sahabatnya yang perlahan mendekatinya.
"Aku ingin membangunkanmu, ternyata kau sudah bangun duluan," ucap Ashley meletakkan nampan di nakas meja samping ranjang.
Maria hanya mengangguk, dia memegangi kepalanya, pusingnya belum hilang juga.
"Makanlah dan segera minum obat pereda mabuk. Kau terlalu banyak minum tadi malam," ucap Ashley menatap Maria.
Maria men
Entah sudah berapa kali Jake menyentuh tubuh Maria. Sehingga membuat wanita itu enggan untuk memikirkannya. Dia selalu diam ketika Jake melakukan hal itu pada dirinya, tanpa bersuara, tanpa mendesah, bahkan tanpa menikmatinya. Maria pasrah, dia yang selalu diancam menggunakan ibunya membuat dirinya tak bisa berkutik.Hari ini, lagi dan lagi Maria terbangun dengan keadaan telanjang. Dia melirik ke arah samping dan ternyata Jake tidak ada di tempatnya. Maria berusaha bangun, tubuhnya kaku, setiap kali bercinta Jake selalu bersikap kasar padanya hingga meninggalkan beberapa bekas lebam di tubuhnya."Kau sudah bangun?" tanya Jake yang keluar dari arah kamar mandi. Dia masih menggunakan handuk yang melilit, menutupi kejantanannya.Maria hanya mengangguk tak bersuara, dia beringsut mundur sampai tubuhnya terbentur sisi ranjang ketika Jake mendekatinya."Jangan menghindariku Mary, aku tak suka itu," ucap Jake dingin ketika melihat sikap Maria. Ya, meskipun dia sudah
"Ashley," ucap Maria tampak kikuk ketika melihat Ashley yang menatapnya berbeda. Meskipun masih ada kelembutan di sana, tapi sorot mata tegas penuh dengan pertanyaan terpancar di matanya. "Hai, aku kira kau belum datang." imbuhnya."Kali ini jangan mengelak Maria, aku butuh penjelasanmu," ucap Ashley yang menarik tangan Maria."Hei, mau kemana? Sebentar lagi ada jam mata kuliah. Aku tidak ingin membolos," ucap Maria berontak.Ashley hanya diam, dia tetap menggandeng tangan Maria. Tujuannya bukan ke kelas, apalagi ke kantin. Ashley membawa Maria ke gedung bangunan sekolah paling belakang. Gedung yang sudah tak terpakai, hanya terbengkalai dan dijadikan gudang.Maria yang melihat keadaan sekitar merasa takut. Dia lebih takut jika tiba-tiba ada hantu yang menghampirinya daripada penjahat."Kita mau kemana? Ini tempat sepi," ucap Maria tercekat. Dia menelan ludahnya kasar.Ternyata meskipun bangunan di sini terbengkalai, tapi ada sebuah taman yang ind
Jaccob keluar dari area kampus, pagi ini dia sedang dalam suasana yang baik. Tidak ada pertengkaran dengan Maria. Beberapa hari ini juga Maria tidak mencari masalah dengannya.Dia melirik jam di tangannya. Dia berniat untuk pergi ke Mansion Ratory sebelum datang ke kantor. Mumpung tidak ada jadwal meeting apapun hari ini.Jake mengambil handphonenya, sambil menyetir dia menekan layar handphonenya, mencari nama Kenzo lalu memanggilnya."Hallo bos," suara Kenzo terdengar tak lama setelah telfon itu berdering."Aku ingin mengecek pekerjaan di Mansion, kemungkinan sampai sore. Jadi kerjakan semua pekerjaanku. Nanti jika Maria datang, suruh dia untuk mengerjakan proyek yang ada di kota Nancy." ucap Jake."Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepada Maria." jawab Kenzo.Setelah itu Jake memutuskan panggilan tersebut, dia melemparkan handphonenya pada bangku kosong di sebelahnya. Tak sengaja matanya menatap spion tengah yang ada di dalam mobil tersebu
Maria benar-benar menikmati waktunya bersama Ashley. Sudah lama dia tidak berjalan-jalan, apalagi dulu waktunya disibukan dengan jam kuliah dan bekerjanya. Hanya sesekali keluar saat sedang cuti bekerja, itupun harus menunggu waktu sebulan sekali.Saat ini mereka sedang berada di salah satu mall terbesar di kotanya. Ashley dengan senang hati menemani Maria berkeliling. Dia seperti tak mempunyai rasa lelah.Saat Maria melewati salah satu toko pakaian, dia segera menarik Ashley untuk masuk ke dalam."Aku ingin mengganti bajuku, aku tidak tahan jika harus memakai gaun seperti ini," ucap Maria pada Ashley begitu mereka masuk."Tapi kau cantik memakai gaun Mary, kau terlihat seperti wanita," ucap Ashley melirik Maria sekilas."Jadi selama ini aku bukan wanita, begitu maksudmu?" tanya Maria, dia menatap kesal pada sahabatnya itu.Tawa Ashley langsung pecah dan disambut pukulan pada pantatnya dari Maria."Awas kau ya, jika sampai jatuh cinta padaku
Maria sampai di rumah pukul 8 malam. Dia tersenyum pada penjaga yang membukakan gerbang untuknya. Maria keluar dari taksi setelah membayar sopir taksi tersebut.Maria masuk ke dalam rumah, tak sengaja dia berpapasan dengan Rose, pembantu di rumah ini."Malam Rose," ucap Maria."Malam Nona," balas Rose sopan.Maria segera naik ke lantai atas. Memasuki kamarnya dan menguncinya. Dia terlihat lelah setelah beraktifitas. Akhirnya dia memutuskan untuk mandi.Maria mengisi air dalam bath up sampai penuh, menuangkan sabun dengan aroma mawar kesukaannya. Setelahnya dia membuka semua pakaiannya dan bergerak masuk ke dalam.Aroma mawar yang harum itu menenangkan pikiran Maria. Maria terlihat menikmati mandi sabunnya itu. Entah sudah berapa lama dia di kamar mandi, sampai air yang tadinya hangat berubah menjadi dingin.Maria memutuskan untuk menyudahi acara mandinya. Dia bergerak ke arah shower untuk membilas badannya. Setelah bersih, dia keluar kamar d
Jaccob terbangun ketika matahari mulai malu-malu menunjukan sinarnya. Matanya menangkap wajah Maria yang tertidur sangat pulas di dalam pelukannya. Meskipun tertidur, wajahnya terlihat sangat cantik bagi Jaccob.Perlahan Jake melepaskan pelukannya. Tangannya ditarik sangat pelan agar tidak membangunkan Maria. Saat tangannya terlepas, dia bergerak mencium kening Maria lalu meninggalkannya.Sudah menjadi kebiasaan jika Jake selalu jogging pagi sebelum pergi ke kantor. Dia selalu menjaga penampilannya agar terlihat indah di mata kaum wanita.Jake membasuh mukanya, berganti pakaian dengan baju olahraga, lalu keluar dari kamar menuju tempat biasanya dia jogging.Matahari belum terlihat sempurna, awan mendung menutupi sinarnya. Sebentar lagi musim penghujan, dan Jake membenci itu.Saat dia jogging, pikirannya terbang karena peristiwa kemarin. Saat dirinya diserang oleh Benedict. Sejak kapan orang itu kembali, pikir Jake.Apa kembalinya dia berhubungan d
Jake membiarkan Maria menangis dipelukannya. Sebenarnya Jake merasa risih karena bajunya menjadi basah. Tapi dia tidak tega untuk melepaskan pelukan Maria. Dia mengusap punggung wanita itu lembut, berharap tangisannya berhenti dan memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi."Maria," ucap Jake menengok ke bawah. Di mana kepala Maria bersemayam di perutnya.Jake akhirnya melepaskan pelukan itu, dia berjongkok di hadapan Maria, agar dia bisa melihat wajah wanita itu. Tangannya bergerak mengusap air mata yang membasahi pipi Maria."Ada apa?" tanyanya lembut."Hiks.. I..buu, Jake... I..bu meninggal," ucap Maria terbata-bata.Jake kaget mendengar itu, dia menatap Maria lagi. Tapi dia tidak melihat kebohongan di matanya."Sssttt...Sudah, jangan menangis lagi. Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Jake yang merasa iba pada Maria.Maria mengangguk pelan, dia berdiri dengan sempoyongan, masih tidak percaya dengan yang terjadi pada ibunya.
Jake sampai di ruang makan, sudah lewat 15 menit dari jam biasanya, tapi dia tidak melihat Maria ada di sana."Di mana Maria, Rose?" tanya Jaccob."Sepertinya nona belum keluar Tuan," ucap Rose sambil menyiapkan sarapan."Tolong panggilkan Maria," ucap Jaccob sambil membaca sebuah berita di layar handphonenya.Rose segera bergerak menuju kamar Maria. Saat dia sudah sampai di sana, dia mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Rose membuka pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci, melihat Maria yang masih memejamkan matanya dengan selimut yang menutupi tubuhnya.Rose akhirnya menutup pintu itu kembali. Lalu berjalan turun untuk menemui tuannya."Bagaimana?" tanya Jake saat melihat Rose sudah kembali."Nona masih tidur Tuan." ucap Rose.Jake hanya mengangguk, lalu melanjutkan sarapannya. Dia melirik jam tangannya dan memutuskan untuk berangkat ke kantor."Jika sudah bangun, suruh Maria untuk datang ke kantor,"