Lana memasangkan gelang yang terbuat dari pilinan benang berwarna hitam dengan ada hiasan motor berwarna silver. "Aku yang membuatkannya sendiri, aku harap kamu menyukainya, Noah."
"Tentu saja aku sangat menyukainya, ini indah sekali. Kamu tau, Lana? Seumur hidup aku tidak ada yang memberiku sesuatu yang sangat manis ini."
"Kamu jangan pernah melepaskan gelang ini. Kamu harus terus memakainya. Aku juga akan menyimpan pemberian kamu."
Noah kemudian mmeberikan ciumana pada Lana sebagai ucapan terima kasih. Mereka saling beradu ciumana di sana.
"Lana. kenapa kamu bisa sampai ke sini? Apa orang tua kamu tidak curiga sama kamu?"
"Aku mengatakan jika aku ingin lari pagi dengan Leon di taman, karena aku sudah lama tidak lari pagi di sini. Aku juga merindukan kamu Noah."
"Merindukan aku? Apa kamu yakin?" Lana mengangguk perlahan. "Aku juga sangat merindukan kamu walaupun tadi malam kita baru saja bertemu." Noah sekarang malah membu
Lana dan Leon masuk ke dalam mobil, dari arah jendela mobilnya, Lana bisa melihat Noah berdiri di tempatnya tadi dengan membawa dua burger di tangannya. Noah juga menatap Lana yang berada di dalam mobil.'Noah maafkan aku, nanti aku akan menghubungi kamu.'ucap Lana dalam hati. Lana menyandarkan dirinya pada bangkunya, napas panjang keluar dari mulut Lana. Leon yang melihatnya tau jika kakaknya itu merasa bersalah dengan Noah.Sampai di rumah Lana langsung masuk ke dalam kamarnya. Papinya yang melihat tampak mengerutkan dahinya. "Kakak kamu kenapa? Kalau hanya sekedar ingin burger, papi bisa membelikan sepuluh buah, kenapa dia jadi kesal begitu?"Leon menggedikkan bahunya, lalu dia ikut naik ke lantai kamarnya. Dia menemui Lana di dalam kamarnya. Lana sedang duduk di depan jendela kamarnya."Lana, apa kamu mau burger?""Jangan meledekku, Leon!" Muka Lana kesal melihat wajah adiknya yang seolah menertawakan dirinya.
Lana turun perlahan-lahan, sedangkan Noah sudah siap-siap di bawah untuk menunggu Lana."Lana, kamu hati-hati," ucap Leon pelan."Iya, Leon, kamu jangan malah mebuat aku takut."BlupLana jatuh, tapi Noah berhasil menangkap Lana. Leon yang melihat dari atas sampai menutup mulutnya dengan tangannya."Lana, kita sembunyi dulu, tunggu sampai aman, karena tadi kita menimbulkan suara," bisik Noah mengajak Lana sembunyi di balik tanaman yang agak besar.Benar saja, papi Lana membuka jendela karena mendengar suara berisik. "Suara apa ya itu? Tadi kok ada seperti suara daun gemerisik?""Palingan tanaman kita tertiup angin. Tutup saja jendelanya, Pa. Udaranya sangat dingin malam ini," ucap wanita cantik yang masih fokus dengan tablet di tangannya.Noah dan Lana melihat papi Lana sudah menutup lagi jendelanya, dan Noah mengajak Lana segera pergi dari sana. Mereka yang sudah sampai pada motor Noah saling berciuman.
Bruno berdiri di samping Cilla. Asal tau saja, dulu Bruno ini menyukai Cilla, tapi Cilla sama sekali tidak pernah tertarik dengan Bruno, hanya saja mereka pernah beberapa kali bersama, bahkan di atas ranjang, tapi semua itu tidak berarti apa-apa bagi Cilla. Bagi Cilla dia hanya menyukai Noah, mungkin karena itu Bruno membenci Noah, dan selalu ingin mengalahakan Noah."Kamu jangan ikut campur, Bruno. Ini urusan aku dengan gadis ini, dan lagian Kamu tidak tau apa-apa tentang ini semua.""Sayang, apa gadis ini sudah membuat hati kamu terluka? Karena dia kekasih Noah?" Tangan Bruno mengusap bibir Cilla, tapi dengan cepat Cilla menangkis tangannya."Jangan menggangguku!""Kalau Noah sudah melupakan kamu, kau bisa bersamaku, aku akan memuaskan kamu lebih dari yang Noah pernah berikan sama kamu." Bruno seolah tidak mau melepas Cilla, dia malah menelungsupkan tangannya pada pinggang Cilla."Bruno, sudah aku bilang pada kamu, kamu jangan macam-macam dengank
Noah kembali terdiam di depan Nala. "Noah, katakan, apa kamu memang tidak ingin kedua orang tuaku mengetahui semua ini? Aku sangat berharap hubungan kita akan di restui kedua orang tuaku, jadi kita tidak perlu semubunyi-sembunyi seperti ini.""Lana, kamu belum tau kehidupanku yang sesungguhnya. Setelah mengetahui semuanya apa kamu masih akan mau bersamaku?""Tentu saja aku mau, setelah semua yang aku lakukan denganmu, bagiku kamu satu-satunya, Noah. Aku mencintaimu.""Lana, sebelum kamu mengenalkan aku kepada kedua orang tua kamu, apa besok kamu mau ikut denganku ke suatu tempat?""Besok? Tapi aku besok sekolah.""Besok kamu tidak perlu masuk sekolah, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat, di mana kamu akan tau siapa aku yang sesungguhnya.""Iya, aku mau. Tunggu aku di pintu belakang sekolah, aku akan menemui kamu.""Ya sudah! Aku akan mengantar kamu pulang.""Noah!" Gadis cantik itu memeluk erat pria yang sudah membuatnya jat
Gadis cantik itu berdiri di depan toilet sekolahan dengan cemas, kuku di jari telunjuk lentiknya dia gigiti untuk menghilangkan sedikit rasa cemasnya, ada yang sedang di tunggu Lana di sana. "Ini si Mara ke mana? Apa dia tidak masuk sekolah karena kecapekan semalam?" lana berdialog dengan cemas. Tidak lama dari kejauhan orang yang di tunggu Lana berlari dengan wajah yang berseri bahagia. "Lana! Maaf ya lama kamu menungguku, ada apa sih sebenarnnya kenapa kamu mau bolos sekolah hari ini? Apa kamu janjian dengan Noah untuk melakukan hal itu? Sudah tidak tahan ya ingin itu?" Kedua alis gadis keriting yang otaknya cuma diisi oleh hal-hal mesum itu naik turun menggoda Lana. "Huft! Aku dan Noah ada urusan penting, aku ingin mengetahui semua hal tentang Noah. Kamu tau, Mara? Aku sangat mencintai Noah dan aku ingin dia bisa aku kenalkan pada keluargaku." "Apa? Kamu serius?" Mulut gadis keriting itu terbuka tidak percaya. Lana yang di d
Noah tampak tersenyum melihat kedekatan kakaknya dengan Lana, Noah berharap setelah ini Lana bisa menerima kehidupan buruk yang Noah ingin sembunyikan."Kamu cantik," ucap Nat lirih."Kakak juga cantik, bunga yang Kakak pegang juga sama cantiknya dengan Kak Nathali." Gadis itu memberikan senyumannya."Kak, apa kamu sudah ingat denganku? Aku Noah adik Kakak." Noah mencoba membuat Nat mengingatnya, Noah sudah sangat merindukan Nat sepertu dulu."Noah?" Nat berusaha mengingat nama Noah. "Kamu adikku? Lalu? Ayah dan mama ke mana?" Tiba-tiba Nat bertanya tentang kedua orang tuanya."Ayah, mama, kalian di mana? Aku ingin kita pergi ke pantai bersama-sama." Nathali pun langsung beranjak dari tempatnya mencari keberadaan kedua orang tuanya, dari raut wajahnya dia seolah bingung melihat sekelilingnya yang sama sekali dia tidak tau dia berada di mana.Lana dan Noah saling melihat cemas, mereka takut jika Nat lepas kendali lagi karena teringat de
Setelah dari makam ayahnya Noah mengajak Lana pergi ke tebing di mana mereka waktu itu menghabiskan waktu berdua. Di sana mereka saling berciuman dengan tubuh Lana yang berbaring diatas jaket Noah dan Noah memiringkan tubuhnya agar dapat mencium Lana. "Noah," suara gadis itu terdengar lirih, tangan lembutnya menelusuri wajah Noah dari atas sampai menyentuh bibir kekasihnya. "Terima kasih, Lana." "Terima kasih untuk apa?" "Terima kasih karena kamu masih mau menerimaku dengan segala masa laluku yang begitu buruk. Kamu berasal dari keluarga yang sangat sempurna, tapi kamu malah tidak takut atau ingin menjauh dariku." "Memangnya kamu monster yang harus aku jauhi? Semua orang memiliki masa lalu, Noah. Mereka juga tidak akan ingin memilki masa lalu yang buruk, termasuk kamu, tapi bagaimana mereka bisa menghindar dari apa yang harus terjadi dalam kehidupannya." "Aku berjanji sama kamu, aku akan perlahan-lahan merubah diriku agar kedua orang t
Dia atas motor, Lana tampak ketakutan, kedua tangan cantiknya memeluk tubuh Noah dengan erat. Air matanya bahkan menetes takut dengan apa yang akan terjadi."Lana, kamu jangan takut, aku akan menjaga kamu, mama kamu tidak akan menyakiti kamu." Noah berbicara dengan tetap fokus mengendarai motornya."Aku tidak takut akan hal itu, Noah. Aku tidak peduli jika nanti mamaku akan memukulku bahkan mengusirku dari rumah yang aku takutkan jika aku harus di suruh berpisah dengan kamu."Noah seketika terdiam mendengar ucapan Lana. Mereka melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di depan rumah Lana. Lana turun dengan ditemani Noah, bahkan tangan Noah menggandeng tangan Lana.Pintu dibuka dengan cepat dari dalam, tampak wajah wanita yang biasa terlihat cantik dan muka tegasnya itu sekarang berubah tampak penuh amarah. Wanita itu melihat ke arah Noah dari atas sampai bawah dan dengan tatapan jijik wanita itu menarik tangan Lana sehingga tangan Lana yang bergand
Noah yang mencoba menghapus air matanya datang ke kamar Daniel dan melihat sahabatnya itu membuka mata. Tangan Noah memegang erat tangan sahabatnya itu dan duduk di sebelah Daniel. “Hai, Dan, kenapa kamu sangat ceroboh dan bodoh mengikuti balapan motor itu?”“Maafkan aku, Noah,” suara Daniel terdengar lirih dan terbata.“Tidak apa-apa, aku memaafkan kamu. Daniel apa kamu sudah tau jika Mara sedang mengandung bayi kalian?”“Benarkah?” tampak air mata Daniel keluar dari tepi matanya. “Noah aku minta tolong sama kamu untuk menjaga Mara dan bayiku, mungkin aku tidak bisa menjaganya, aku sudah tidak kuat.”Seketika Noah menangis mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Aku tidak mau, kamu yang akan menjaga Mara dan bayi kalian, Dan.”Daniel tersenyum kemudian dia menutup kedua matanya rapat dan tangannya terlepas dari genggaman Noah. Tangis Noah langsung pecah di sana, bah
Malam itu di arena balap motor terdengar suara yang sangat ramai, bahkan lebih ramai melebihi hari biasanya karena banyak sekali orang dari kota lain datang untuk memeberi dukungan kepada pembala motor idolanya. Di area itu sudah benar-benar dinyatakan aman dan tidak akan ada petugas yang akan membubarkan acara balap motor itu karena mereka telah memberi uang kepada beberapa petugas agar acara mereka bisa berlangsung dengan baik.Mara dan Cilla berada di rumah sakit untuk menjaga Daniel, dan Noah tidak mau kalau mereka berdua ada di sana. “Balapan motor kali ini agak berbeda dengan balapan motor seperti biasanya. Noah akan mendapatkan lawan yang sangat kuat, aku dengar orang yang di minta Bruno untuk mengikuti balap motor kali ini adalah pembalap motor yang tidak pernah kalah di kotanya, bahkan dia sering menjadi juara di kota lain. Dia juga terkenal kejam pada lawannya saat mereka bertanding,” jelas Cilla.Mara yang mendengarnya tampak sangat khawatir pada
Malam ini Noah dan Cilla menginap di rumah sakit karena malam ini juga dokter akan melakukan tindakan operasi pada Daniel. Beberapa jam mereka menunggu, tapi belum ada pemberitahuan tentang keadaan Daniel.“Noah, apa kamu tidak mau menghubungi Mara dan memberitahu tentang keadaan Daniel? Kamu harus memebritahunya bagaimanapun juga.”“Iya, aku akan segera menghubunginya.” Noah segera mengambil ponselnya. Mara tampak kaget dan shock mendengar apa yang terjadi dengan kekasihnya. Mara bergegas berangkat ke rumah sakit.Tidak lama dokter keluar dari dalam ruang operasi. Noah segera menemui dokter itu dan terlihat dari raut wajahnya tampak menyiratkan suatu kabar yang tidak baik.“Dok, bagaimana keadaannya?”Dokter itu menepuk pundak Noah. “Teman kalian mengalami koma, dan semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya.Seketika tubuh Noah tampak gontai, dia hampir saja jatuh mendengar apa yang barusan dikat
“Halo, apa benar ini Noah?” suara seorang wanita yang terdengar sedih.“Iya, aku Noah. Ini siapa?”“Noah, perkenalkan aku Martha orang yang menjaga mama kamu selama ini. Mungkin kamu tidak mengenali, tapi mama kamu menyuruhku untuk meghubungin nomor kamu.”“Marta? Mamaku? Maaf, aku sudah tidak mau mengetahui hal apapun tentang mamaku.”“Jangan menutup teleponnya dulum Noah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu.”“Aku sudah mengatakan jika aku tidak mau mendengkan hal apapun tentang mamaku. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.”“Mama kamu sedang sakit parah, Noah, dan dia dirawat di rumah sakit sudah beberapa bulan yang lalu,” ucap wanita itu cepat.Noah terdiam di tempatnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh wanita diseberang telepon itu. “Terima kasih sudah memberitahuku.” Noah langsung menutup panggilan
“Dia mengajak kamu bermain di mansionya?” Mara mengangguk perlahan dengan ragu-ragu. Lana menepuk jidatnya dengan malas.Mara memegang tangan Lana dengan menatapnya penuh harap. “Aku awalnya tidak menyerahkan diriku dengan begitu saja, Lana. Dia memaksaku dan ---.” Mara tertunduk diam.”“Dan apa, Mara?”“Dia orang pertama kali yang sudah mengambil hal berharga dalam hidupku, dan dari situlah aku merasa diriku sudah tidak berharga lagi. Kamu tidak tau betapa terpukulnya aku waktu itu, Lana, tapi aku tidak mau terpuruk terlalu lama. Om Max mengatakan akan mengatakan jika sebenarnya dia mencintaiku, dengan mamaku dia hanya kasihan dengan semua yang diceritakan oleh mamaku.”“Lalu dia memberitahu mama kamu?”“Awalnya aku melarangnya karena aku tidak mau membuat aku dan mamaku yang semula memiliki hubungan tidak baik menjadi tambah parah, jadi kita sembunyikan masalah ini.”
Acara pesta kelulusan malam itupun selesai. Kedua orang tua Lana pulang lebih dulu, di sana Noah dan Lana serta Mara dan kekasihnya Daniel masih berada di satu meja, mereka sedang saling bercerita satu sama lainnya.“Lana, kamu sendiri, setelah lulus ini mau kuliah atau akan menikah juga dengan Noah?” Mara menggoda Lana.Lana melihat ke arah kekasihnya yang tengah menghabiskan minumannya. “Aku sebenarnya ingin menikah dengan Noah, tapi sepertinya aku akan bersabar menunggu sampai Noah benar-benar siap segalanya untuk menikah denganku. Kamu tau sendiri, kan, jika Noah baru saja bekerja dan dia baru merintisnya, jadi kita tidak terlalu terburu-buru.” Lana memegang tangan Noah, Noah tersenyum pada kekasihnya itu.“Kalian mau minum lagi? Akan aku ambilkan minuman di sana. Dan, ayo ikut denganku mengambil minuman untuk para gadis kita.” Noah beranjak dan mengajak Daniel pergi ke stand minuman meninggalkan kedua gadis itu dudu
Beberapa bulan berlalu. Noah dan Lana menepati janjinya untuk tidak saling bertemu dulu sampai Lana lulus sekolah.Dan Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Lana, di mana dia akan menerima ijazah kelulusannya dan akan ada pesta di sekolah Lana.Kedua orang tua Lana sangat senang karena Lana lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada saat pulang ke rumah, Lana langsung mencoba menghubungi Noah untuk mengatakan kabar gembira ini dan akan mengundang Noah untuk hadir dalam acara pesta yang diadakan oleh sekolahnya."Noah, di mana? Apa dia sedang sibuk bekerja?" Lana berdialog sendiri karena panggilannya tidak di jawab oleh Noah. "Sebaiknya aku kirim pesan saja. Nanti pasti dia akan menghubungiku.Keesokan harinya, Lana melihat tidak ada telepon dari Noah ataupun balasan pesan yang dia kirimkan pada Noah. Lana memutuskan dia akan pergi ke flat di mana Noah tinggal.Lana izin pergi jogging seperti biasanya saat dia libur sekolah
"Noah!" Lana berlari kecil lalu dengan senangnya memeluk Noah bahkan mendaratkan ciumannya pada bibir Noah dengan sangat dalam. Pun dengan Noah dia membalas dengan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Lana."Maaf, ya, aku tadi tidak menjemput kamu di rumah. Aku hanya ingin menghormati apa yang kedua orang tua kamu inginkan untuk hubungan kita. Kita boleh berhubungan setelah kamu lulus sekolah, dan sebelum kamu lulus aku akan mencari pekerjaan yang benar dan menjadi pria yang pantas untuk kamu.""Aku benar-benar mencintai kamu, Noah. Sebentar lagi aku akan menerima ijazah kelulusan dan kita akan bebas bertemu tanpa rasa takut.""Aku juga sangat mencintai kamu, Lana." Sekarang gantian Noah yang mengecup bibir Lana.""Maaf, ya, aku harus menganggu kemesraan kalian karena Noah harus pergi ke tempat di mana dia akan aku kenalkan pada orang yang akan memberikan Noah pekerjaan," ujar Mara."Pekerjaan?"Noah kemudian menjelaskan bahwa dia akan
Noah melihat ke arah Daniel yang sedang menunggu jawaban dari Noah. “Aku akan berhenti mengikuti balap motor lagi dan mungkin aku akan mulai mencari pekerjaan atau apalah yang membuat aku terlihat baik di mata kedua orang tua Lana.”“Apa? Kamu mau berhenti balap motor? Lalu, tentang pengobatan kakak kamu bagaimana?”Noah masih terdiam mendengar pertanyaan Daniel, dia juga bingung tentang biaya pengobatan kakaknya,. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus meminta bantuan kepada mamanya sekarang? Tapi dia tidak akan mau melihat bahkan menerima uang sepeserpun dari mamanya. “Nanti akan aku pikirkan,” jawab Noah rag-ragu. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Noah beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Flat tempat tinggalnya.Daniel dan Mara saling melihat. Daniel tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aku kasihan melihat keadaan Noah sekarang.”“Aku malah tidak yakin jika kedua or