Noah tampak tersenyum melihat kedekatan kakaknya dengan Lana, Noah berharap setelah ini Lana bisa menerima kehidupan buruk yang Noah ingin sembunyikan.
"Kamu cantik," ucap Nat lirih.
"Kakak juga cantik, bunga yang Kakak pegang juga sama cantiknya dengan Kak Nathali." Gadis itu memberikan senyumannya.
"Kak, apa kamu sudah ingat denganku? Aku Noah adik Kakak." Noah mencoba membuat Nat mengingatnya, Noah sudah sangat merindukan Nat sepertu dulu.
"Noah?" Nat berusaha mengingat nama Noah. "Kamu adikku? Lalu? Ayah dan mama ke mana?" Tiba-tiba Nat bertanya tentang kedua orang tuanya.
"Ayah, mama, kalian di mana? Aku ingin kita pergi ke pantai bersama-sama." Nathali pun langsung beranjak dari tempatnya mencari keberadaan kedua orang tuanya, dari raut wajahnya dia seolah bingung melihat sekelilingnya yang sama sekali dia tidak tau dia berada di mana.
Lana dan Noah saling melihat cemas, mereka takut jika Nat lepas kendali lagi karena teringat de
Setelah dari makam ayahnya Noah mengajak Lana pergi ke tebing di mana mereka waktu itu menghabiskan waktu berdua. Di sana mereka saling berciuman dengan tubuh Lana yang berbaring diatas jaket Noah dan Noah memiringkan tubuhnya agar dapat mencium Lana. "Noah," suara gadis itu terdengar lirih, tangan lembutnya menelusuri wajah Noah dari atas sampai menyentuh bibir kekasihnya. "Terima kasih, Lana." "Terima kasih untuk apa?" "Terima kasih karena kamu masih mau menerimaku dengan segala masa laluku yang begitu buruk. Kamu berasal dari keluarga yang sangat sempurna, tapi kamu malah tidak takut atau ingin menjauh dariku." "Memangnya kamu monster yang harus aku jauhi? Semua orang memiliki masa lalu, Noah. Mereka juga tidak akan ingin memilki masa lalu yang buruk, termasuk kamu, tapi bagaimana mereka bisa menghindar dari apa yang harus terjadi dalam kehidupannya." "Aku berjanji sama kamu, aku akan perlahan-lahan merubah diriku agar kedua orang t
Dia atas motor, Lana tampak ketakutan, kedua tangan cantiknya memeluk tubuh Noah dengan erat. Air matanya bahkan menetes takut dengan apa yang akan terjadi."Lana, kamu jangan takut, aku akan menjaga kamu, mama kamu tidak akan menyakiti kamu." Noah berbicara dengan tetap fokus mengendarai motornya."Aku tidak takut akan hal itu, Noah. Aku tidak peduli jika nanti mamaku akan memukulku bahkan mengusirku dari rumah yang aku takutkan jika aku harus di suruh berpisah dengan kamu."Noah seketika terdiam mendengar ucapan Lana. Mereka melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di depan rumah Lana. Lana turun dengan ditemani Noah, bahkan tangan Noah menggandeng tangan Lana.Pintu dibuka dengan cepat dari dalam, tampak wajah wanita yang biasa terlihat cantik dan muka tegasnya itu sekarang berubah tampak penuh amarah. Wanita itu melihat ke arah Noah dari atas sampai bawah dan dengan tatapan jijik wanita itu menarik tangan Lana sehingga tangan Lana yang bergand
Lana menangis di dalam kamarnya. Dia tidak bisa menghubungi Noah karena ponselnya diambil oleh mamanya.Tidak lama terdengar suara ketukan dari pintu utama rumah Lana. Saat mama Lana membukanya, dia amat terkejut melihat ada Noah di depan pintu mereka."Mau apa kamu ke sini? Apa kamu tidak cukup aku usir tadi siang?" bentak wanita itu marah pada Noah."Tante, saya mau menjelaskan semuanya.""Cukup!" Salah satu telapak tangan wanita itu mengangkat ke depan muka Noah untuk menghentikan perkataan Noah."Ma, siapa yang datang?" tanya papi Lana yang penasaran kenapa istrinya tidak kembali ke meja makan."Pria berandalan yang sukanya memanfaatkan gadis muda dan kayak seperti putri kita."Papi Lana melihat Noah dari atas sampai bawah. "Om, saya mau menjelaskan sesuatu.""Pergi kamu dari sini. Apapun yang kamu katakan tidak akan berguna untukku. Siapa kamu? Berani sekali mendekati putriku.""Saya Noah. Memang saya bukan si
Noah akhirnya disuruh pergi dari rumah Lana. Lana naik ke atas kamarnya dan dia menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya. Leon yang berdiri dari balik pintu kamar Lana hanya bisa menatap sedih melihatkesedihan Lana. Leon tidak bisa berbuat apa-apa. "Lana," panggil Leon lirih. "Leon, tolong tinggalkan aku sendiri, aku tidak mau bicara dengan siapapun saat ini, aku mohon." Leon akhirnya memilih meninggalkan kakaknya sendirian. Di sini Lana masih meratapai nasibnya, dia hanya bisa menangis dan menangis, sedangkan Noah masih ada di depan rumah Lana, dia berdiri menunggu tepat di depan gerbang utama rumah Lana sambil berdiri memandang jendela kamar Lana. "Pa, bagaimana ini? Pria berandalan itu masih menunggu di sana, apa kita laporkan saja dia ke pihak berwajiB?" "Biarkan saja dia berdiri sampai dia merasa lelah di sana. Kita tunggu saja sampai dia pergi sendiri. Lagi pula setelah ini Lana tidak akan berani menemui dia lagi, jika Lana mencin
Pagi itu Lana yang sudah berada di dalam kelasnya dia duduk melamun sendirian, tidak lama Mara sahabatnya datang dan mendekat ke arah meja Lana. "Lana, apa kamu baik-baik saja?" "Menurut kamu?" "Aku tau apa yang akhirnya terjadi, mama kamu melarang kamu bertemu dengan Noah dan mungkin saja nanti aku juga harus menjaga radius beberapa meter dari kamu karena aku yang dianggap membawa pengaruh buruk buat kamu." "Aku tidak tau lagi apa yang akan aku lakukan, Mara? Aku hanya ingin menjelaskan jika Noah tidak seperti yang mereka pikirkan. Benar dia memiliki masa lalu yang kelam, tapi itu semua juga bukan inginnya. Noah tidak seburuk yang seperti mereka tuduhkan." "Kamu coba jelaskan perlahan jika semua sudah lebih tenang." Tangan Mara mengusap pundak Lana. "Aku yakin nanti akan mereka dengarkan semua keinginan kamu." "Apa mereka mau mendengarkan aku, Mara?" Lana menatap serius ke arah Mara. Mara juga sebenarnya tidak yakin, apalagi mamanya Lana sepe
Di dalam mobil Lana terus saja melihati bunga yang diberikan oleh Noah. Mamanya yang duduk di sebelahnya tampak sangat kesal."Kenapa kamu melihati bunga tidak berguna itu? Pria berandalan itu hanya bisa memberikan kamu bunga seperti itu. Apa yang kamu harapkan dari dia?"Lana melihat ke arah mamanya. "Bunga ini mungkin bagi mama tidak berharga, tapi bagiku ini sangat berharga. Ini pemberian yang tulus dari kakaknya Noah, Ma.""Kakaknya Noah? Jadi pria berandalan itu punya kakak? Apa dia juga seorang berandalan?""Kak Nathali bukan berandalan, dia wanita yang sangat baik, hanya saja hidupnya tidak baik.""Tidak baik? Apa maksud kamu?""Noah selama ini mengikuti balapan motor karena dia ingin mengobati kakaknya yang sedang di rawat di rumah sakit jiwa akibat mentalnya yang terganggu.""Apa? Jadi berandalan itu memiliki kakak yang di rawat di rumah sakit jiwa? Ya Tuhan! Lalu apa yang kamu lihat dari pria berandalan itu?Dengan ce
Daniel tidak dapat memaksa Noah untuk meminta tolong pada mamanya karena hal itu tidak akan pernah Noah lakukan."Ya sudah, kamu berusaha sendiri saja dengan lebih giat, tapi entah kenapa hal itu pasti akan sangat sulit, Noah." Daniel menepuk pundak Noah dan pergi dari sana.Hari-hari dilalui Noah dan Lana penuh dengan rasa rindu yang mendalam. Lana selalu diawasi oleh mamanya dan Lana tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Noah pun hanya bisa melihat Lana dari kejauhan tanpa bisa mendekat pada gadis yang dicintainya itu."Lana, nanti malam kita akan ada pertemuan dengan teman mama, mama harap kamu bisa ikut makan malam dengan kita dan tolong raut wajah kamu jangan seperti itu. Mama tidak suka jika setiap hari melihat wajah kamu seperti itu.""Ma, mana ponselku. Apa mama selain menjauhkan aku dari Noah, Mama juga mau membuat hidupku seperti di kurung tidak boleh berkomunikasi dengan orang lain, hanya boleh dengan kalian saja yang bahkan tidak pernah mengajakku
Malam itu tepat jam tujuh, mama dan papi Lana serta Leon sudah siap untuk berangkat ke pesta yang di adakan oleh teman mamanya Lana."Leon, apa tadi kamu tidak melihat Nala di kamarnya? Kenapa dia lama sekali?""Aku tidak melihatnya, Ma. Mungkin dia masih bersiap-siap. Kalian para wanita kan memang lama kalau di suruh dandan," celetuk Leon."Mama akan lihat Nala di atas, siapa tau anak itu belum bersiap-siap karena tidak mau ikut dalam acara pesta ini." Wanita dengan tinggi semampai itu menjinjing dress panjangnya menaiki anak tanggan untuk melihat Lana."Aku tidak mau datang ke pesta itu. Aku benar-benar malas ikut ke sana," Lana sedang berdialog di depan cermin di meja riasnya."Lana! Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa kamu lama sekali di kamar kamu? Mama dan papi dari tadi menunggu kamu!" Wanita itu masuk dan mendekat ke arah putrinya yang sudah menggunakan gaunnya, tapi belum memakai make up sama sekali dan hanya membiarkan rambu
Noah yang mencoba menghapus air matanya datang ke kamar Daniel dan melihat sahabatnya itu membuka mata. Tangan Noah memegang erat tangan sahabatnya itu dan duduk di sebelah Daniel. “Hai, Dan, kenapa kamu sangat ceroboh dan bodoh mengikuti balapan motor itu?”“Maafkan aku, Noah,” suara Daniel terdengar lirih dan terbata.“Tidak apa-apa, aku memaafkan kamu. Daniel apa kamu sudah tau jika Mara sedang mengandung bayi kalian?”“Benarkah?” tampak air mata Daniel keluar dari tepi matanya. “Noah aku minta tolong sama kamu untuk menjaga Mara dan bayiku, mungkin aku tidak bisa menjaganya, aku sudah tidak kuat.”Seketika Noah menangis mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Aku tidak mau, kamu yang akan menjaga Mara dan bayi kalian, Dan.”Daniel tersenyum kemudian dia menutup kedua matanya rapat dan tangannya terlepas dari genggaman Noah. Tangis Noah langsung pecah di sana, bah
Malam itu di arena balap motor terdengar suara yang sangat ramai, bahkan lebih ramai melebihi hari biasanya karena banyak sekali orang dari kota lain datang untuk memeberi dukungan kepada pembala motor idolanya. Di area itu sudah benar-benar dinyatakan aman dan tidak akan ada petugas yang akan membubarkan acara balap motor itu karena mereka telah memberi uang kepada beberapa petugas agar acara mereka bisa berlangsung dengan baik.Mara dan Cilla berada di rumah sakit untuk menjaga Daniel, dan Noah tidak mau kalau mereka berdua ada di sana. “Balapan motor kali ini agak berbeda dengan balapan motor seperti biasanya. Noah akan mendapatkan lawan yang sangat kuat, aku dengar orang yang di minta Bruno untuk mengikuti balap motor kali ini adalah pembalap motor yang tidak pernah kalah di kotanya, bahkan dia sering menjadi juara di kota lain. Dia juga terkenal kejam pada lawannya saat mereka bertanding,” jelas Cilla.Mara yang mendengarnya tampak sangat khawatir pada
Malam ini Noah dan Cilla menginap di rumah sakit karena malam ini juga dokter akan melakukan tindakan operasi pada Daniel. Beberapa jam mereka menunggu, tapi belum ada pemberitahuan tentang keadaan Daniel.“Noah, apa kamu tidak mau menghubungi Mara dan memberitahu tentang keadaan Daniel? Kamu harus memebritahunya bagaimanapun juga.”“Iya, aku akan segera menghubunginya.” Noah segera mengambil ponselnya. Mara tampak kaget dan shock mendengar apa yang terjadi dengan kekasihnya. Mara bergegas berangkat ke rumah sakit.Tidak lama dokter keluar dari dalam ruang operasi. Noah segera menemui dokter itu dan terlihat dari raut wajahnya tampak menyiratkan suatu kabar yang tidak baik.“Dok, bagaimana keadaannya?”Dokter itu menepuk pundak Noah. “Teman kalian mengalami koma, dan semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya.Seketika tubuh Noah tampak gontai, dia hampir saja jatuh mendengar apa yang barusan dikat
“Halo, apa benar ini Noah?” suara seorang wanita yang terdengar sedih.“Iya, aku Noah. Ini siapa?”“Noah, perkenalkan aku Martha orang yang menjaga mama kamu selama ini. Mungkin kamu tidak mengenali, tapi mama kamu menyuruhku untuk meghubungin nomor kamu.”“Marta? Mamaku? Maaf, aku sudah tidak mau mengetahui hal apapun tentang mamaku.”“Jangan menutup teleponnya dulum Noah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu.”“Aku sudah mengatakan jika aku tidak mau mendengkan hal apapun tentang mamaku. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.”“Mama kamu sedang sakit parah, Noah, dan dia dirawat di rumah sakit sudah beberapa bulan yang lalu,” ucap wanita itu cepat.Noah terdiam di tempatnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh wanita diseberang telepon itu. “Terima kasih sudah memberitahuku.” Noah langsung menutup panggilan
“Dia mengajak kamu bermain di mansionya?” Mara mengangguk perlahan dengan ragu-ragu. Lana menepuk jidatnya dengan malas.Mara memegang tangan Lana dengan menatapnya penuh harap. “Aku awalnya tidak menyerahkan diriku dengan begitu saja, Lana. Dia memaksaku dan ---.” Mara tertunduk diam.”“Dan apa, Mara?”“Dia orang pertama kali yang sudah mengambil hal berharga dalam hidupku, dan dari situlah aku merasa diriku sudah tidak berharga lagi. Kamu tidak tau betapa terpukulnya aku waktu itu, Lana, tapi aku tidak mau terpuruk terlalu lama. Om Max mengatakan akan mengatakan jika sebenarnya dia mencintaiku, dengan mamaku dia hanya kasihan dengan semua yang diceritakan oleh mamaku.”“Lalu dia memberitahu mama kamu?”“Awalnya aku melarangnya karena aku tidak mau membuat aku dan mamaku yang semula memiliki hubungan tidak baik menjadi tambah parah, jadi kita sembunyikan masalah ini.”
Acara pesta kelulusan malam itupun selesai. Kedua orang tua Lana pulang lebih dulu, di sana Noah dan Lana serta Mara dan kekasihnya Daniel masih berada di satu meja, mereka sedang saling bercerita satu sama lainnya.“Lana, kamu sendiri, setelah lulus ini mau kuliah atau akan menikah juga dengan Noah?” Mara menggoda Lana.Lana melihat ke arah kekasihnya yang tengah menghabiskan minumannya. “Aku sebenarnya ingin menikah dengan Noah, tapi sepertinya aku akan bersabar menunggu sampai Noah benar-benar siap segalanya untuk menikah denganku. Kamu tau sendiri, kan, jika Noah baru saja bekerja dan dia baru merintisnya, jadi kita tidak terlalu terburu-buru.” Lana memegang tangan Noah, Noah tersenyum pada kekasihnya itu.“Kalian mau minum lagi? Akan aku ambilkan minuman di sana. Dan, ayo ikut denganku mengambil minuman untuk para gadis kita.” Noah beranjak dan mengajak Daniel pergi ke stand minuman meninggalkan kedua gadis itu dudu
Beberapa bulan berlalu. Noah dan Lana menepati janjinya untuk tidak saling bertemu dulu sampai Lana lulus sekolah.Dan Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Lana, di mana dia akan menerima ijazah kelulusannya dan akan ada pesta di sekolah Lana.Kedua orang tua Lana sangat senang karena Lana lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada saat pulang ke rumah, Lana langsung mencoba menghubungi Noah untuk mengatakan kabar gembira ini dan akan mengundang Noah untuk hadir dalam acara pesta yang diadakan oleh sekolahnya."Noah, di mana? Apa dia sedang sibuk bekerja?" Lana berdialog sendiri karena panggilannya tidak di jawab oleh Noah. "Sebaiknya aku kirim pesan saja. Nanti pasti dia akan menghubungiku.Keesokan harinya, Lana melihat tidak ada telepon dari Noah ataupun balasan pesan yang dia kirimkan pada Noah. Lana memutuskan dia akan pergi ke flat di mana Noah tinggal.Lana izin pergi jogging seperti biasanya saat dia libur sekolah
"Noah!" Lana berlari kecil lalu dengan senangnya memeluk Noah bahkan mendaratkan ciumannya pada bibir Noah dengan sangat dalam. Pun dengan Noah dia membalas dengan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Lana."Maaf, ya, aku tadi tidak menjemput kamu di rumah. Aku hanya ingin menghormati apa yang kedua orang tua kamu inginkan untuk hubungan kita. Kita boleh berhubungan setelah kamu lulus sekolah, dan sebelum kamu lulus aku akan mencari pekerjaan yang benar dan menjadi pria yang pantas untuk kamu.""Aku benar-benar mencintai kamu, Noah. Sebentar lagi aku akan menerima ijazah kelulusan dan kita akan bebas bertemu tanpa rasa takut.""Aku juga sangat mencintai kamu, Lana." Sekarang gantian Noah yang mengecup bibir Lana.""Maaf, ya, aku harus menganggu kemesraan kalian karena Noah harus pergi ke tempat di mana dia akan aku kenalkan pada orang yang akan memberikan Noah pekerjaan," ujar Mara."Pekerjaan?"Noah kemudian menjelaskan bahwa dia akan
Noah melihat ke arah Daniel yang sedang menunggu jawaban dari Noah. “Aku akan berhenti mengikuti balap motor lagi dan mungkin aku akan mulai mencari pekerjaan atau apalah yang membuat aku terlihat baik di mata kedua orang tua Lana.”“Apa? Kamu mau berhenti balap motor? Lalu, tentang pengobatan kakak kamu bagaimana?”Noah masih terdiam mendengar pertanyaan Daniel, dia juga bingung tentang biaya pengobatan kakaknya,. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus meminta bantuan kepada mamanya sekarang? Tapi dia tidak akan mau melihat bahkan menerima uang sepeserpun dari mamanya. “Nanti akan aku pikirkan,” jawab Noah rag-ragu. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Noah beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Flat tempat tinggalnya.Daniel dan Mara saling melihat. Daniel tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aku kasihan melihat keadaan Noah sekarang.”“Aku malah tidak yakin jika kedua or