Daniel melihat seorang gadis yang sedang menari dengan teman-temannya, dan entah kenapa dia tertarik melihat wajah gadis yang baginya menggemaskan itu. Daniel membawa dua gelas whiskey.
"Hai ... Apa aku boleh kenalan sama kamu?" tanya Daniel pada gadis berambut ikal berwarna coklat yang sedang menari bersama 2 orang teman wanitanya.
"Oh tentu saja boleh. Nama kamu siapa? Aku Tsamara." Gadis itu masih terus bergerak mengikuti irama musik dengan tangan menjulur pada Daniel.
Daniel sangat senang, dia menyambut tangan Tsamara dengan antusias. "Aku Daniel, Mara."
"Okay! Kamu boleh memanggilku Mara." Gadis itu tersenyum senang pada Daniel dan mereka pun menari bersama.
Di tempat lain. Di sebuah rumah yang lebih mirip flat sederhana. Noah berdiri di depan pintu setelah berpikir sejenak di sana.
Ceklek ...
Pintu dibuka oleh seseorang dari luar dan dia berjalan masuk ke dalam ruangan yang memiliki pencahayaan yang tidak terlalu terang. Di sudut bibir seorang gadis tersungging senyuman yang indah. Gadis itu sudah berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu besar, dia hanya memakai celana dalam berwarna hitam dan kaos u can see yang berwarna senada.
Gadis dengan wajah cantik, dan menggoda itu sedang tiduran di atas ranjang yang ukurannya tidak terlalu besar. Dia memang sedang menunggu kedatangan sang pemenang yang tak lain adalah Noah.
"Aku yakin kamu akan datang ke sini."
Noah dengan senyum miringnya langsung melempar tubuhnya tepat di sebelah gadis itu berbaring. "Tentu saja, aku ke sini untuk menagih hadiahku yang kamu katakan pada Daniel." Noah dengan segera mengecupi bibir gadis itu dengan liar. Cilla membalas tak kalah liarnya. Dan pergulatan indah di atas ranjang itupun terjadi.
Malam itu pula. Di sebuah rumah yang tampak besar dan mewah, rumah dengan dekorasi ala Eropa klasik dan ada beberapa pillar menjulang tinggi. Sebuah keluarga berkumpul di ruang tengah. Mereka tampak membicarakan hal yang jika didengar oleh kedua anak mereka, bukan hal yang menyenangkan.
"Tenderku menang lagi. Dan kali ini aku benar-benar akan menguasai kerajaan bisnis di dunia."
"Selamat ya, Pa. Teman-temanku pasti akan sangat iri mendengar hal ini. Dan aku bisa membeli berlian mewah lagi sebagai koleksiku," ucap seorang wanita dengan rambut hitam keritingnya.
"Ma, apa kita bisa berlibur akhir pekan ini? Aku bosan dengan kegiatan sekolahku yang terjadi setiap hari. Aku ingin berkumpul dan berlibur ke pantai. Lana, kamu setuju, Kan?" tanya seorang bocah laki-laki yang memiliki manik mata coklat.
"Em ... iya. Aku setuju," jawab gadis dengan rambut gelombang sebahunya. Sebenarnya dalam hati gadis itu. Dia tidak yakin bahwa keinginannya dan adiknya akan di penuhi oleh kedua orang tua mereka. Mengingat dia sudah tau sifat dari kedua orang tuanya itu.
"Nanti saja berliburnya, Leon. Kamu tau kakak kamu Lana kan masih harus menyelesaikan ujiannya, dan mama tidak mau kalau sampai kakak kamu Lana mendapat nilai yang jelek nantinya di sekolah," terang wanita cantik itu.
"Huft! Iya, aku tau. Tapi mama dan papi janji, Ya? Setelah Lana menyelesaikan ujiannya kita akan pergi ke berlibur ke Pantai Sand Paradise?"
"Iya, kita lihat saja, papi juga masih harus menyelesaikan banyak pekerjaan setelah memenangkan tender itu."
Manik mata gadis yang bernama Lana itu hanya melihat sekilas adik dan kedua orang tuanya berbicara. Kemudian dia kembali fokus pada buku yang ada di tangannya, "Ma, Pi, Aku pergi ke kamar dulu. Aku sudah mengantuk." Gadis itu beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kedua orang tuanya. Lana memberi kecupan selamat malam kepada papi dan maminya.
"Lana, aku juga mau kembali ke kamarku." Pria kecil itu merangkul kakaknya. Mereka berdua naik ke atas kamarnya.
Lana dengan cepat merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya, dia terlentang dan menatap langit-langit kamar tidur yang dia tempeli dengan hiasan berbentuk bintang. Saat Lana mematikan lampu di kamarnya, hiasan berbentuk bintang itu menyala di dalam terang. Gadis itu tersenyum senang. "Aku ingin sekali bisa berlari dengan lepas di tempat yang sangat indah." Lana menutup kedua matanya dan membayangkan bisa berlarian bermain di pantai yang sepi dan hanya ada dia sendiri. Tidak sadar Lana pun terlelap dalam tidurnya.
Keesokan harinya. Noah sudah terbangun dari tidurnya, dia segera memakai baju dan celana panjang jeansnya. Noah mengambil kunci motornya dan segera keluar dari tempat Cilla. Cilla yang masih tertidur pulas itu di tinggalkan begitu saja oleh Noah.
Noah mengendarai motornya dengan agak cepat. Entah dia mau ke mana? Namun, di tengah perjalanan, dia harus menghentikan motornya karena jalanan ternyata macet. Seperti biasa kota Pure Line itu setiap pagi akan selalu mengalami kemacetan di jam kerja. Dan orang-orang di sana sudah paham akan hal itu.
"Shit!" Noah hanya bisa mengumpat kesal. Dia berusahan mencari sela-sela agar motornya bisa berjalan di tengah kepadatan mobil yang juga menunggu agar bisa berjalan walaupun pelan-pelan.
Noah pun akhirnya bisa lolos di tengah kemacetan jalanan itu. Dia kembali memacu motornya. Namun, Noah kembali berhenti saat dia melihat agak jauh dari tempatnya berada. Noah seolah tertarik melihat seorang gadis yang berdiri di depan mobil mewahnya. Wajah gadis itu tampak gelisah, dia mengigiti kuku jarinya.
Noah tersenyum miring dan menghampiri gadis itu. "Apa kalian perlu bantuan?" tanya Noah.
Gadis yang ternyata Lana itu tidak menjawab, dia hanya melihati Noah dari atas ke bawah. "Maaf, Nona Lana. Mobilnya harus saya ganti bannya. Apa Nona mau menunggu sebentar?" tanya seorang pria yang sepertinya itu supir Lana.
"Menunggu? Tapi hari ini aku ada ujian! Aku bisa telat, Pak! Aku tidak bisa menunggu." Sekali lagi muka Lana tampak benar-benar cemas.
"Tapi bagaimana lagi, Nona? Mengganti ban ini memang membutuhkan waktu. Apa Nona Lana naik taxi saja?"
Lana bingung. "Di sini susah mendapatkan taxi," celetuk Noah. Lana langsung melihat ke arah Noah. "Maaf, aku tiba-tiba berada di sini. Kalau mau aku bisa mengantarkan kamu ke sekolah, kebetulan arah tujuanku dan sekolah kamu sama. Bagaimana?" Noah melihat nama sekolah dari seragam yang dipakai Lana, Noah tau di mana sekolah Lana, karena dulunya dia pernah menjadi murid di sana, walaupun bukan murid yang berprestasi, tapi setidaknya Noah pernah membuat heboh sekolah itu dengan tingkah bar-barnya. Noah berharap, jika gadis di depannya ini mau menerima tawarannya, entah kenapa Noah tertarik melihat gadis itu.
Please ya jangan hujat author kalau author nulis cerita agak vulgar, author ini nangisan loh! sekali lagi ambil saja sisi baik dari cerita ini. Selamat membaca. Semoga sehat selalu
Lana masih terdiam, jujur saja dia belum pernah bertemu orang asing, jadi sedikit banyak dia harus berhati-hati. "Jangan takut denganku, aku tidak akan menyakiti atau menculik kamu, aku hanya bermaksud menolong." Noah seolah tau apa yang dipikirkan oleh Lana. Lana berpikir lagi, jika dia tidak segera berangkat, dia bisa terlambat, jika dia terlambat, Lana tidak akan boleh mengikuti ujian. Dan tentu saja nilainya akan jelek, lebih parahnya lagi, dia akan mendapat omelan bahkan kemarahan kedua orang tuanya. "Sudahlah, ayo! Kalau kebanyakan berpikir, sekolah kamu bisa terlambat." Lana segera mengambil tasnya dan dia berjalan menuju motor Noah. "Motor?" Lana sedikit terkejut. "Apa kamu tidak pernah naik motor?" Noah sekali lagi memberikan senyum miringnya yang sangat manis. Noah memakai helmnya dan menyuruh Lana naik ke atas motornya. Lana naik dengan ragu-ragu. Kedua tangannya berpegangan pada belakang motor Noah. "Apa kamu tidak
"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.Muka gadis di samping Lana itu bersemu merah. "Menurut kamu? Lana, hal itu wajar di lakukan, dan suatu saat kamu harus mencobanya. Lagipula kita sudah dewasa. Apa kamu mau terkekang terus hidup kamu dengan segala aturan kedua orang tua kamu?"Sahabat Lana ini sebenarnya gadis yang baik, hanya saja dia tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan sahabat Lana ini tinggal dengan mami yang tidak pernah mengurusinya, hanya memberinya kemewahan tanpa kasih sayang. Papinya pun sama, tidak pernah memperdulikannya, karena sudah memiliki keluarga baru."Aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Sini!" Lana mencoba mengambil alat pengaman itu.""Eh! Kenapa kamu bawa lagi? Aku akan menyimpannya dan nanti malam aku mau menggunakannya dengan kekasih baruku di rumah. Kebetulan mamiku sedang pergi, jadi aku bebas melakukan apapun." Gadis itu tersenyum pada
“Hei!” panggilan seseorang dari kejauhan memanggil Lana. Kedua mata Lana membulat melihat siapa yang memanggilnya.“Itukan cowok menyebalkan itu,” ucapnya kesal. Lana membuka pintu belakang dan memberitahu mamanya jika dia ingin mengembalikan jaket kepada cowok pemilik jaket itu.Mama Lana menoleh ke arah jendela belakang dan benar, beliau melihat seorang cowok dengan penampilan yang tidak rapi sedang bersandar di atas motornya.“Sebentar ya, Ma?” Wanita cantik di dalam mobil itu mengangguk, Lana berjalan mendekat ke arah Noah. “Ini jaket milik kamu, dan aku sudah tidak membutuhkannya lagi.” Lana memberikan jaket itu dengan sedikit kasar dan kesal. Bukan karena suatu hal Lana melakukan hal itu, itu karena Lana teringat dengan benda yang dibawa oleh Noah. Lana menganggap jika Noah bukanlah cowok baik-baik, kalau dia baik-baik dia tidak akan menyimpan benda seperti itu.“Hei! Apa kamu ti
Mama mereka menyuruh Lana dan Leon duduk di depannya. Lana terdiam duduk di tempatnya, Lana agak takut jika nanti apa yang di ucapkan Leon akan membuat mamanya marah. “Kalian mau bicara apa?” Tatapnya tajam. “Ma, apa boleh aku mengajak Lana pergi ke acara pesta ulang tahun temanku besok malam?” “Pesta? Memangnya teman kamu ada yang berulang tahun?” “Ada, Ma, dan aku ingin mengajak Lana. Kasihan Lana, lagian dia, kan, sudah selesai ujian sekolahnya, dan liburan yang Mama dan Papi janjikan juga tidak tau kapan akan terlaksana?” Leon memutar bola matanya jengah. “Sudahlah, Leon! Aku juga tidak apa di rumah saja, aku bisa membaca buku seperti biasanya?” Lana tidak mau sampai Leon mendapat masalah nantinya. “Membaca buku terus, apa yang menyenangkan dengan membaca buku? Lagian kamu itu sudah dewasa, Lana, dan sudah saatnya merasakan bersenang-senang sedikit. Boleh, ya, Ma?” tanyanya lagi. “Kamu tumben sekali mau mengajak Lana? Memangn
Noah berjalan masuk ke gedung itu, sebelahnya Daniel sedang mengamati setiap sudut bangunan itu."Noah, untuk apa kita kemari? Tempat ini lebih mirip rumah sakit tua, tapi menyeramkan sekali.""Ini memang rumah sakit yang di bangun untuk merawat pasien dengan gangguan kejiwaan.""Apa?!" Kedua mata Daniel membulat sempurna."Kamu mau apa ke sini?""Aku mau menemui seseorang.Tidak lama dari arah berlawanan datang seorang laki-laki paruh baya dengan baju putih dan ada taq name sebelah kirinya."Halo, Dok.""Noah, kamu ke sini lagi? Lalu ini siapa?" Dokter itu melihat ke arah Daniel."Aku Daniel, sahabat Noah. Anda dokter?" tanya Daniel."Saya dokter Steve, saya dokter yang merawat kakak Noah." Dokter itu menjabat tangan Daniel, dan Daniel membalasnya."Noah memangnya kakak kamu sakit apa? Bukannya kamu bilang dulu kalau kakak kamu bersama dengan ayah kamu? Lalu kenapa sekarang kakak kamu ada di rumah sakit ini?"
Noah menatap tidak suka pada supir Lana. Dia malah dengan muka marahnya mendorong tubuh supir itu."Jangan ikut campur! Aku cuma ingin bicara dengan nona kamu.""Tapi kamu orang asing dan aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Nona Lana." Supir itu sebenarnya takut, tapi dia harus melindungi majikannya sesuai dengan yang di pesankan oleh mamanya Lana."Aku hanya ingin bicara!" Noah mulai memperlihatkan sifat kasarnya. Dia mencengkeram kra baju supir Lana."Berhenti! Lepaskan supirku." Lana mencoba melepaskan tangan Noah. "Pak, aku tidak apa-apa, aku akan bicara sebentar dengan cowok ini." Lana berjalan agak jauh dari mobilnya, Noah malah memberi seringai pada supir Lana."Kamu mau bicara apa lagi? Bukannya jaket kamu sudah aku kembalikan?" Bentak Lana kasar pada Noah yang sudah berdiri di depannya."Bukan masalah jaket itu, tapi kamu masalahnya.""Aku?" Lana tampak bingung, kenapa Noah malah menyebut Lana yang menjadi masalahnya.
Lana menyuruh adiknya keluar dari kamarnya setelah memberikan Leon uang yang dia inginkan dari tabungannya. Lana benar-benar kesal dan tidak menyangka dia akan kehilangan buku yang menjadi buku kesayangannya."Pria itu benar-benar menyebalkan! Kenapa aku bisa sampai bertemu dan berurusan dengan dia." Lana menutup kepalanya dengan bantal.Di tempatnya, Noah sedang berbaring di atas ranjangnya, dan tangannya menengadah ke atas sedang membaca buku yang tadi dia ambil dari Lana. "Gadis ini bacaannya sangat membosankan, kenapa dia malah membaca buku tentang kisah sedih begini? Dia harusnya membaca tentang bagaimana cara seorang gadis bercinta dan mengenal tentang sex di usianya yang sekarang." Noah tertawa dengan puasnya."Kamu baca apa, Noah?" Dan yang tiba-tiba datang dan mengambil buku milik Lana dari tangan Noah. "Andai Aku Bisa Terbang." Daniel membaca judul buku yang di bawa Noah. "Kenapa kamu membaca buku seperti ini? Tumben juga kamu membaca buku? Kamu
Daniel dan Noah menikmati pesta itu, walaupu mereka tidak ada yang kenal. Daniel berjelajah ke setiap ruangan mencari gadis-gadis yang mau dia ajak kenalan. Salah satu gadis yang ada di sana dari tadi memperhatikan Noah. Dia sepertinya tertarik pada Noah. "Jill, pria itu siapa? Apa dia teman kakak kamu?" tanya seorang gadis dengan rok mininya dan minuman di tangannya bertanya pada Jill adik dari Chris. "Aku tidak kenal dia, aku saja baru melihatnya, tapi dia terlihat sangat tampan. Bagaimana jika kita berkenalan dengan dia?" tanya gadis yang berulang tahun itu. Gayung pun bersambut. Belum dua gadis itu menemui Noah. Noah sudah berjalan ke arah mereka berdua. "Hai, selamat ulang tahun ya buat kamu." Noah mengangkat gelas minumannya. Sontak kedua gadis itu tersenyum bahagia pada Noah. "Hai, terima kasih. Apa kami boleh tau siapa nama kamu? Apa kamu salah satu teman dari kakak aku?" Noah tampak bingung, dia saja tidak kenal siapa kakak gadi
Noah yang mencoba menghapus air matanya datang ke kamar Daniel dan melihat sahabatnya itu membuka mata. Tangan Noah memegang erat tangan sahabatnya itu dan duduk di sebelah Daniel. “Hai, Dan, kenapa kamu sangat ceroboh dan bodoh mengikuti balapan motor itu?”“Maafkan aku, Noah,” suara Daniel terdengar lirih dan terbata.“Tidak apa-apa, aku memaafkan kamu. Daniel apa kamu sudah tau jika Mara sedang mengandung bayi kalian?”“Benarkah?” tampak air mata Daniel keluar dari tepi matanya. “Noah aku minta tolong sama kamu untuk menjaga Mara dan bayiku, mungkin aku tidak bisa menjaganya, aku sudah tidak kuat.”Seketika Noah menangis mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Aku tidak mau, kamu yang akan menjaga Mara dan bayi kalian, Dan.”Daniel tersenyum kemudian dia menutup kedua matanya rapat dan tangannya terlepas dari genggaman Noah. Tangis Noah langsung pecah di sana, bah
Malam itu di arena balap motor terdengar suara yang sangat ramai, bahkan lebih ramai melebihi hari biasanya karena banyak sekali orang dari kota lain datang untuk memeberi dukungan kepada pembala motor idolanya. Di area itu sudah benar-benar dinyatakan aman dan tidak akan ada petugas yang akan membubarkan acara balap motor itu karena mereka telah memberi uang kepada beberapa petugas agar acara mereka bisa berlangsung dengan baik.Mara dan Cilla berada di rumah sakit untuk menjaga Daniel, dan Noah tidak mau kalau mereka berdua ada di sana. “Balapan motor kali ini agak berbeda dengan balapan motor seperti biasanya. Noah akan mendapatkan lawan yang sangat kuat, aku dengar orang yang di minta Bruno untuk mengikuti balap motor kali ini adalah pembalap motor yang tidak pernah kalah di kotanya, bahkan dia sering menjadi juara di kota lain. Dia juga terkenal kejam pada lawannya saat mereka bertanding,” jelas Cilla.Mara yang mendengarnya tampak sangat khawatir pada
Malam ini Noah dan Cilla menginap di rumah sakit karena malam ini juga dokter akan melakukan tindakan operasi pada Daniel. Beberapa jam mereka menunggu, tapi belum ada pemberitahuan tentang keadaan Daniel.“Noah, apa kamu tidak mau menghubungi Mara dan memberitahu tentang keadaan Daniel? Kamu harus memebritahunya bagaimanapun juga.”“Iya, aku akan segera menghubunginya.” Noah segera mengambil ponselnya. Mara tampak kaget dan shock mendengar apa yang terjadi dengan kekasihnya. Mara bergegas berangkat ke rumah sakit.Tidak lama dokter keluar dari dalam ruang operasi. Noah segera menemui dokter itu dan terlihat dari raut wajahnya tampak menyiratkan suatu kabar yang tidak baik.“Dok, bagaimana keadaannya?”Dokter itu menepuk pundak Noah. “Teman kalian mengalami koma, dan semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya.Seketika tubuh Noah tampak gontai, dia hampir saja jatuh mendengar apa yang barusan dikat
“Halo, apa benar ini Noah?” suara seorang wanita yang terdengar sedih.“Iya, aku Noah. Ini siapa?”“Noah, perkenalkan aku Martha orang yang menjaga mama kamu selama ini. Mungkin kamu tidak mengenali, tapi mama kamu menyuruhku untuk meghubungin nomor kamu.”“Marta? Mamaku? Maaf, aku sudah tidak mau mengetahui hal apapun tentang mamaku.”“Jangan menutup teleponnya dulum Noah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu.”“Aku sudah mengatakan jika aku tidak mau mendengkan hal apapun tentang mamaku. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.”“Mama kamu sedang sakit parah, Noah, dan dia dirawat di rumah sakit sudah beberapa bulan yang lalu,” ucap wanita itu cepat.Noah terdiam di tempatnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh wanita diseberang telepon itu. “Terima kasih sudah memberitahuku.” Noah langsung menutup panggilan
“Dia mengajak kamu bermain di mansionya?” Mara mengangguk perlahan dengan ragu-ragu. Lana menepuk jidatnya dengan malas.Mara memegang tangan Lana dengan menatapnya penuh harap. “Aku awalnya tidak menyerahkan diriku dengan begitu saja, Lana. Dia memaksaku dan ---.” Mara tertunduk diam.”“Dan apa, Mara?”“Dia orang pertama kali yang sudah mengambil hal berharga dalam hidupku, dan dari situlah aku merasa diriku sudah tidak berharga lagi. Kamu tidak tau betapa terpukulnya aku waktu itu, Lana, tapi aku tidak mau terpuruk terlalu lama. Om Max mengatakan akan mengatakan jika sebenarnya dia mencintaiku, dengan mamaku dia hanya kasihan dengan semua yang diceritakan oleh mamaku.”“Lalu dia memberitahu mama kamu?”“Awalnya aku melarangnya karena aku tidak mau membuat aku dan mamaku yang semula memiliki hubungan tidak baik menjadi tambah parah, jadi kita sembunyikan masalah ini.”
Acara pesta kelulusan malam itupun selesai. Kedua orang tua Lana pulang lebih dulu, di sana Noah dan Lana serta Mara dan kekasihnya Daniel masih berada di satu meja, mereka sedang saling bercerita satu sama lainnya.“Lana, kamu sendiri, setelah lulus ini mau kuliah atau akan menikah juga dengan Noah?” Mara menggoda Lana.Lana melihat ke arah kekasihnya yang tengah menghabiskan minumannya. “Aku sebenarnya ingin menikah dengan Noah, tapi sepertinya aku akan bersabar menunggu sampai Noah benar-benar siap segalanya untuk menikah denganku. Kamu tau sendiri, kan, jika Noah baru saja bekerja dan dia baru merintisnya, jadi kita tidak terlalu terburu-buru.” Lana memegang tangan Noah, Noah tersenyum pada kekasihnya itu.“Kalian mau minum lagi? Akan aku ambilkan minuman di sana. Dan, ayo ikut denganku mengambil minuman untuk para gadis kita.” Noah beranjak dan mengajak Daniel pergi ke stand minuman meninggalkan kedua gadis itu dudu
Beberapa bulan berlalu. Noah dan Lana menepati janjinya untuk tidak saling bertemu dulu sampai Lana lulus sekolah.Dan Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Lana, di mana dia akan menerima ijazah kelulusannya dan akan ada pesta di sekolah Lana.Kedua orang tua Lana sangat senang karena Lana lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada saat pulang ke rumah, Lana langsung mencoba menghubungi Noah untuk mengatakan kabar gembira ini dan akan mengundang Noah untuk hadir dalam acara pesta yang diadakan oleh sekolahnya."Noah, di mana? Apa dia sedang sibuk bekerja?" Lana berdialog sendiri karena panggilannya tidak di jawab oleh Noah. "Sebaiknya aku kirim pesan saja. Nanti pasti dia akan menghubungiku.Keesokan harinya, Lana melihat tidak ada telepon dari Noah ataupun balasan pesan yang dia kirimkan pada Noah. Lana memutuskan dia akan pergi ke flat di mana Noah tinggal.Lana izin pergi jogging seperti biasanya saat dia libur sekolah
"Noah!" Lana berlari kecil lalu dengan senangnya memeluk Noah bahkan mendaratkan ciumannya pada bibir Noah dengan sangat dalam. Pun dengan Noah dia membalas dengan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Lana."Maaf, ya, aku tadi tidak menjemput kamu di rumah. Aku hanya ingin menghormati apa yang kedua orang tua kamu inginkan untuk hubungan kita. Kita boleh berhubungan setelah kamu lulus sekolah, dan sebelum kamu lulus aku akan mencari pekerjaan yang benar dan menjadi pria yang pantas untuk kamu.""Aku benar-benar mencintai kamu, Noah. Sebentar lagi aku akan menerima ijazah kelulusan dan kita akan bebas bertemu tanpa rasa takut.""Aku juga sangat mencintai kamu, Lana." Sekarang gantian Noah yang mengecup bibir Lana.""Maaf, ya, aku harus menganggu kemesraan kalian karena Noah harus pergi ke tempat di mana dia akan aku kenalkan pada orang yang akan memberikan Noah pekerjaan," ujar Mara."Pekerjaan?"Noah kemudian menjelaskan bahwa dia akan
Noah melihat ke arah Daniel yang sedang menunggu jawaban dari Noah. “Aku akan berhenti mengikuti balap motor lagi dan mungkin aku akan mulai mencari pekerjaan atau apalah yang membuat aku terlihat baik di mata kedua orang tua Lana.”“Apa? Kamu mau berhenti balap motor? Lalu, tentang pengobatan kakak kamu bagaimana?”Noah masih terdiam mendengar pertanyaan Daniel, dia juga bingung tentang biaya pengobatan kakaknya,. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus meminta bantuan kepada mamanya sekarang? Tapi dia tidak akan mau melihat bahkan menerima uang sepeserpun dari mamanya. “Nanti akan aku pikirkan,” jawab Noah rag-ragu. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Noah beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Flat tempat tinggalnya.Daniel dan Mara saling melihat. Daniel tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aku kasihan melihat keadaan Noah sekarang.”“Aku malah tidak yakin jika kedua or