Noah berjalan masuk ke gedung itu, sebelahnya Daniel sedang mengamati setiap sudut bangunan itu.
"Noah, untuk apa kita kemari? Tempat ini lebih mirip rumah sakit tua, tapi menyeramkan sekali."
"Ini memang rumah sakit yang di bangun untuk merawat pasien dengan gangguan kejiwaan."
"Apa?!" Kedua mata Daniel membulat sempurna."Kamu mau apa ke sini?"
"Aku mau menemui seseorang.
Tidak lama dari arah berlawanan datang seorang laki-laki paruh baya dengan baju putih dan ada taq name sebelah kirinya.
"Halo, Dok."
"Noah, kamu ke sini lagi? Lalu ini siapa?" Dokter itu melihat ke arah Daniel.
"Aku Daniel, sahabat Noah. Anda dokter?" tanya Daniel.
"Saya dokter Steve, saya dokter yang merawat kakak Noah." Dokter itu menjabat tangan Daniel, dan Daniel membalasnya.
"Noah memangnya kakak kamu sakit apa? Bukannya kamu bilang dulu kalau kakak kamu bersama dengan ayah kamu? Lalu kenapa sekarang kakak kamu ada di rumah sakit ini?"
Noah menatap tidak suka pada supir Lana. Dia malah dengan muka marahnya mendorong tubuh supir itu."Jangan ikut campur! Aku cuma ingin bicara dengan nona kamu.""Tapi kamu orang asing dan aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Nona Lana." Supir itu sebenarnya takut, tapi dia harus melindungi majikannya sesuai dengan yang di pesankan oleh mamanya Lana."Aku hanya ingin bicara!" Noah mulai memperlihatkan sifat kasarnya. Dia mencengkeram kra baju supir Lana."Berhenti! Lepaskan supirku." Lana mencoba melepaskan tangan Noah. "Pak, aku tidak apa-apa, aku akan bicara sebentar dengan cowok ini." Lana berjalan agak jauh dari mobilnya, Noah malah memberi seringai pada supir Lana."Kamu mau bicara apa lagi? Bukannya jaket kamu sudah aku kembalikan?" Bentak Lana kasar pada Noah yang sudah berdiri di depannya."Bukan masalah jaket itu, tapi kamu masalahnya.""Aku?" Lana tampak bingung, kenapa Noah malah menyebut Lana yang menjadi masalahnya.
Lana menyuruh adiknya keluar dari kamarnya setelah memberikan Leon uang yang dia inginkan dari tabungannya. Lana benar-benar kesal dan tidak menyangka dia akan kehilangan buku yang menjadi buku kesayangannya."Pria itu benar-benar menyebalkan! Kenapa aku bisa sampai bertemu dan berurusan dengan dia." Lana menutup kepalanya dengan bantal.Di tempatnya, Noah sedang berbaring di atas ranjangnya, dan tangannya menengadah ke atas sedang membaca buku yang tadi dia ambil dari Lana. "Gadis ini bacaannya sangat membosankan, kenapa dia malah membaca buku tentang kisah sedih begini? Dia harusnya membaca tentang bagaimana cara seorang gadis bercinta dan mengenal tentang sex di usianya yang sekarang." Noah tertawa dengan puasnya."Kamu baca apa, Noah?" Dan yang tiba-tiba datang dan mengambil buku milik Lana dari tangan Noah. "Andai Aku Bisa Terbang." Daniel membaca judul buku yang di bawa Noah. "Kenapa kamu membaca buku seperti ini? Tumben juga kamu membaca buku? Kamu
Daniel dan Noah menikmati pesta itu, walaupu mereka tidak ada yang kenal. Daniel berjelajah ke setiap ruangan mencari gadis-gadis yang mau dia ajak kenalan. Salah satu gadis yang ada di sana dari tadi memperhatikan Noah. Dia sepertinya tertarik pada Noah. "Jill, pria itu siapa? Apa dia teman kakak kamu?" tanya seorang gadis dengan rok mininya dan minuman di tangannya bertanya pada Jill adik dari Chris. "Aku tidak kenal dia, aku saja baru melihatnya, tapi dia terlihat sangat tampan. Bagaimana jika kita berkenalan dengan dia?" tanya gadis yang berulang tahun itu. Gayung pun bersambut. Belum dua gadis itu menemui Noah. Noah sudah berjalan ke arah mereka berdua. "Hai, selamat ulang tahun ya buat kamu." Noah mengangkat gelas minumannya. Sontak kedua gadis itu tersenyum bahagia pada Noah. "Hai, terima kasih. Apa kami boleh tau siapa nama kamu? Apa kamu salah satu teman dari kakak aku?" Noah tampak bingung, dia saja tidak kenal siapa kakak gadi
Brak ...Terdengar suara pintu di dobrak dari luar. Dan samar, Lana melihat pria yang bernama Chris yang ada di atasnya tadi ditarik dengan keras dan Lana tidak tau apalagi yang terjadi. Lana masih terdiam di tempatnya, tenaga Lana sudah terkuras, dia lemas."Berengsek! Bisa-bisanya kamu berbuat seperti ini terhadap seoranggadis lugu dan polos seperti dia. Kalau kamu mau terpenuhi hasrat kamu itu carilah gadis yang dengan senang hati kamu ajak bercinta."Chris tidak menjawab, dia sudah jatuh tersungkur di bawah lantai. Cowok yang menolong Lana ternyata Noah. Dia mendekat ke arah Lana yang masih terbaring diam dengan air mata yang sudah bercucuran."Hai! Kamu tidak apa-apa, Kan?" Wajah Noah berada tepat di atas wajah Lana. Lana tidak menjawab, dia hanya bisa sesenggukan.Noah melihat bagian bawah Lana, dan Noah menaikkan kembali celana dalam Lana yang tadi sempat di turunkan oleh Chris."Ka-kamu mau apa?" Lana akhirnya membuka mulutnya.
Motor Noah tepat di samping rumah Lana. Dia berpikir bagaimana cara menemui Lana di kamarnya. "Kamu tau kamar gadis itu, Noah? Rumahnya besar sekali, dan kamarnya juga ada banyak." Daniel memegangi kepalanya. Noah sedang berpikir bagaimana dia mengetahui di mana kamar Lana. Apalagi di depan ada penjaga juga. "Daniel, apa kamu bisa membuat penjaga itu sibuk? Aku akan coba mencari di mana kamar Lana berada." "Hah? Kamu gila?" Daniel melihat Noah dengan tidak percaya. "Ayolah! Kamu kan sahabat aku yang sangat cerdas, kamu pasti punya cara untuk mengalihkan penjaga itu" "Kamu itu, selalu saja yang tidak enak kamu suruh aku yang melakukannya." Daniel berjalan mendekat ke arah penjaga. Daniel berpura-pura tersesat dan mencari alamat, dia bertanya ke penjaga rumah Lana. "Maaf, saya tidak tau alamat yang kamu maksud." "Aduh saya harus cari ke mana lagi? Perut saya lapar lagi, sudah seharian ini saya belum makan, karena mencari alamat i
Kedua sahabat itu berbaring terlentang di atas ranjang mereka. Wajah Noah tampak berseri menatap langit-langit kamarnya."Noah, bagaimana kamu dengan gadis itu? Siapa namanya?""Lana." Wajah Noah tampak tersenyum.Daniel yang melihatnya tampak merasa aneh dengan temannya satu ini. "Kamu itu kenapa? Wajah kamu senang sekali seperti itu? Kamu jatuh cinta sama dia?""Sok tau, apa itu jatuh cinta?" Noah sekarang tidur membelakangi Daniel.""Noah, ceritakan, apa yang kamu tadi katakan sama dia?" Daniel menarik baju Noah agar mau menoleh ke arahnya, tapi Noah tidak mau, dia malah memilih pura-pura tidur.Daniel yang tidak kehabisan akal malah berpindah tempat tidur di depan Noah dengan muka yang di dekatkan ke arah Noah. Noah yang risih lantas bangun dan menepuk muka Daniel."Kamu apa-apan, Sih?" Noah menjauhkan mukanya."Aku cemburu kalau kamu dekat dengan seseorang, nanti kamu melupakan aku," ucap Daneil menggoda."Menjijika
Kedua mata si keriting membulat sempurna mslihat tanda merah pada leher Lana. "Kamu kenapa? Apa kamu habis bercinta dengan seseorang di pesta itu, kamu sudah--.""Ini semua kelakuan pacar busuk kamu itu. Chris yang melakukan semua ini," Lana memotong kata-kata sahabatnya."Apa? Chris yang melakukannya? Apa dia sudah berbuat tidak baik sama kamu?"Lana menutup kedua matanya, dan ada butiran air mata yang menetes pada pipinya. "Dia hampir saja berbuat buruk terhadapku, dan itu semua karena kamu!" suara Lana terdengar membentak."Coba ceritakan padaku, Lana? Apa sebenarnya yang sudah terjadi antara kamu dan Chris?"Lana kembali memasang dasinya, dia tidak mau kalau sampai ada yang melihat tanda itu. "Kamu tidak peduli denganku di sana, kamu malah asik bersenang-senang dengan kekasih kamu itu. Aku ingin pulang dari pesta itu, dan saat aku mencari kamu, aku bertemu dengan Chris, aku tidak pernah menyangka jika Chris akan berbuat seperti itu.
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa sudah bersiap-siap untuk pulang. Lana masih duduk di bangkunya memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan setelah ini. Entah kenapa juga Lana, merasa mau menerima tawaran Noah."Lana, kamu tidak pulang? Itu si pangeran kamu sudah menunggu.""Tidak lucu! Aku tidak bisa jalan sama dia. Aku pasti mendapat masalah.""Mau aku bantu?"Lana seketika melirik tajam pada sahabatnya. Lana berdiri dari tempatnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu jaket Noah, dan Lana bermaksud akan mengembalikannya saja kemudian dia akan meminta gelang kesayangannya yang di bawa oleh Noah.Lana keluar dari dalam kelasnya, dan si keriting mengejarnya. "Lana, apa kamu tidak ingin menerima tawaran cowok itu? Dia kelihatannya tidak berengsek, siapa tau kalian bisa berteman.""Aku tidak mau mengulang kesalahan kedua kalinya. Kali ini kamu tidak perlu melakukan apa-apa." Lana turun dan keluar untuk menemui N
Noah yang mencoba menghapus air matanya datang ke kamar Daniel dan melihat sahabatnya itu membuka mata. Tangan Noah memegang erat tangan sahabatnya itu dan duduk di sebelah Daniel. “Hai, Dan, kenapa kamu sangat ceroboh dan bodoh mengikuti balapan motor itu?”“Maafkan aku, Noah,” suara Daniel terdengar lirih dan terbata.“Tidak apa-apa, aku memaafkan kamu. Daniel apa kamu sudah tau jika Mara sedang mengandung bayi kalian?”“Benarkah?” tampak air mata Daniel keluar dari tepi matanya. “Noah aku minta tolong sama kamu untuk menjaga Mara dan bayiku, mungkin aku tidak bisa menjaganya, aku sudah tidak kuat.”Seketika Noah menangis mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Aku tidak mau, kamu yang akan menjaga Mara dan bayi kalian, Dan.”Daniel tersenyum kemudian dia menutup kedua matanya rapat dan tangannya terlepas dari genggaman Noah. Tangis Noah langsung pecah di sana, bah
Malam itu di arena balap motor terdengar suara yang sangat ramai, bahkan lebih ramai melebihi hari biasanya karena banyak sekali orang dari kota lain datang untuk memeberi dukungan kepada pembala motor idolanya. Di area itu sudah benar-benar dinyatakan aman dan tidak akan ada petugas yang akan membubarkan acara balap motor itu karena mereka telah memberi uang kepada beberapa petugas agar acara mereka bisa berlangsung dengan baik.Mara dan Cilla berada di rumah sakit untuk menjaga Daniel, dan Noah tidak mau kalau mereka berdua ada di sana. “Balapan motor kali ini agak berbeda dengan balapan motor seperti biasanya. Noah akan mendapatkan lawan yang sangat kuat, aku dengar orang yang di minta Bruno untuk mengikuti balap motor kali ini adalah pembalap motor yang tidak pernah kalah di kotanya, bahkan dia sering menjadi juara di kota lain. Dia juga terkenal kejam pada lawannya saat mereka bertanding,” jelas Cilla.Mara yang mendengarnya tampak sangat khawatir pada
Malam ini Noah dan Cilla menginap di rumah sakit karena malam ini juga dokter akan melakukan tindakan operasi pada Daniel. Beberapa jam mereka menunggu, tapi belum ada pemberitahuan tentang keadaan Daniel.“Noah, apa kamu tidak mau menghubungi Mara dan memberitahu tentang keadaan Daniel? Kamu harus memebritahunya bagaimanapun juga.”“Iya, aku akan segera menghubunginya.” Noah segera mengambil ponselnya. Mara tampak kaget dan shock mendengar apa yang terjadi dengan kekasihnya. Mara bergegas berangkat ke rumah sakit.Tidak lama dokter keluar dari dalam ruang operasi. Noah segera menemui dokter itu dan terlihat dari raut wajahnya tampak menyiratkan suatu kabar yang tidak baik.“Dok, bagaimana keadaannya?”Dokter itu menepuk pundak Noah. “Teman kalian mengalami koma, dan semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya.Seketika tubuh Noah tampak gontai, dia hampir saja jatuh mendengar apa yang barusan dikat
“Halo, apa benar ini Noah?” suara seorang wanita yang terdengar sedih.“Iya, aku Noah. Ini siapa?”“Noah, perkenalkan aku Martha orang yang menjaga mama kamu selama ini. Mungkin kamu tidak mengenali, tapi mama kamu menyuruhku untuk meghubungin nomor kamu.”“Marta? Mamaku? Maaf, aku sudah tidak mau mengetahui hal apapun tentang mamaku.”“Jangan menutup teleponnya dulum Noah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu.”“Aku sudah mengatakan jika aku tidak mau mendengkan hal apapun tentang mamaku. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.”“Mama kamu sedang sakit parah, Noah, dan dia dirawat di rumah sakit sudah beberapa bulan yang lalu,” ucap wanita itu cepat.Noah terdiam di tempatnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh wanita diseberang telepon itu. “Terima kasih sudah memberitahuku.” Noah langsung menutup panggilan
“Dia mengajak kamu bermain di mansionya?” Mara mengangguk perlahan dengan ragu-ragu. Lana menepuk jidatnya dengan malas.Mara memegang tangan Lana dengan menatapnya penuh harap. “Aku awalnya tidak menyerahkan diriku dengan begitu saja, Lana. Dia memaksaku dan ---.” Mara tertunduk diam.”“Dan apa, Mara?”“Dia orang pertama kali yang sudah mengambil hal berharga dalam hidupku, dan dari situlah aku merasa diriku sudah tidak berharga lagi. Kamu tidak tau betapa terpukulnya aku waktu itu, Lana, tapi aku tidak mau terpuruk terlalu lama. Om Max mengatakan akan mengatakan jika sebenarnya dia mencintaiku, dengan mamaku dia hanya kasihan dengan semua yang diceritakan oleh mamaku.”“Lalu dia memberitahu mama kamu?”“Awalnya aku melarangnya karena aku tidak mau membuat aku dan mamaku yang semula memiliki hubungan tidak baik menjadi tambah parah, jadi kita sembunyikan masalah ini.”
Acara pesta kelulusan malam itupun selesai. Kedua orang tua Lana pulang lebih dulu, di sana Noah dan Lana serta Mara dan kekasihnya Daniel masih berada di satu meja, mereka sedang saling bercerita satu sama lainnya.“Lana, kamu sendiri, setelah lulus ini mau kuliah atau akan menikah juga dengan Noah?” Mara menggoda Lana.Lana melihat ke arah kekasihnya yang tengah menghabiskan minumannya. “Aku sebenarnya ingin menikah dengan Noah, tapi sepertinya aku akan bersabar menunggu sampai Noah benar-benar siap segalanya untuk menikah denganku. Kamu tau sendiri, kan, jika Noah baru saja bekerja dan dia baru merintisnya, jadi kita tidak terlalu terburu-buru.” Lana memegang tangan Noah, Noah tersenyum pada kekasihnya itu.“Kalian mau minum lagi? Akan aku ambilkan minuman di sana. Dan, ayo ikut denganku mengambil minuman untuk para gadis kita.” Noah beranjak dan mengajak Daniel pergi ke stand minuman meninggalkan kedua gadis itu dudu
Beberapa bulan berlalu. Noah dan Lana menepati janjinya untuk tidak saling bertemu dulu sampai Lana lulus sekolah.Dan Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Lana, di mana dia akan menerima ijazah kelulusannya dan akan ada pesta di sekolah Lana.Kedua orang tua Lana sangat senang karena Lana lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada saat pulang ke rumah, Lana langsung mencoba menghubungi Noah untuk mengatakan kabar gembira ini dan akan mengundang Noah untuk hadir dalam acara pesta yang diadakan oleh sekolahnya."Noah, di mana? Apa dia sedang sibuk bekerja?" Lana berdialog sendiri karena panggilannya tidak di jawab oleh Noah. "Sebaiknya aku kirim pesan saja. Nanti pasti dia akan menghubungiku.Keesokan harinya, Lana melihat tidak ada telepon dari Noah ataupun balasan pesan yang dia kirimkan pada Noah. Lana memutuskan dia akan pergi ke flat di mana Noah tinggal.Lana izin pergi jogging seperti biasanya saat dia libur sekolah
"Noah!" Lana berlari kecil lalu dengan senangnya memeluk Noah bahkan mendaratkan ciumannya pada bibir Noah dengan sangat dalam. Pun dengan Noah dia membalas dengan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Lana."Maaf, ya, aku tadi tidak menjemput kamu di rumah. Aku hanya ingin menghormati apa yang kedua orang tua kamu inginkan untuk hubungan kita. Kita boleh berhubungan setelah kamu lulus sekolah, dan sebelum kamu lulus aku akan mencari pekerjaan yang benar dan menjadi pria yang pantas untuk kamu.""Aku benar-benar mencintai kamu, Noah. Sebentar lagi aku akan menerima ijazah kelulusan dan kita akan bebas bertemu tanpa rasa takut.""Aku juga sangat mencintai kamu, Lana." Sekarang gantian Noah yang mengecup bibir Lana.""Maaf, ya, aku harus menganggu kemesraan kalian karena Noah harus pergi ke tempat di mana dia akan aku kenalkan pada orang yang akan memberikan Noah pekerjaan," ujar Mara."Pekerjaan?"Noah kemudian menjelaskan bahwa dia akan
Noah melihat ke arah Daniel yang sedang menunggu jawaban dari Noah. “Aku akan berhenti mengikuti balap motor lagi dan mungkin aku akan mulai mencari pekerjaan atau apalah yang membuat aku terlihat baik di mata kedua orang tua Lana.”“Apa? Kamu mau berhenti balap motor? Lalu, tentang pengobatan kakak kamu bagaimana?”Noah masih terdiam mendengar pertanyaan Daniel, dia juga bingung tentang biaya pengobatan kakaknya,. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus meminta bantuan kepada mamanya sekarang? Tapi dia tidak akan mau melihat bahkan menerima uang sepeserpun dari mamanya. “Nanti akan aku pikirkan,” jawab Noah rag-ragu. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Noah beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Flat tempat tinggalnya.Daniel dan Mara saling melihat. Daniel tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aku kasihan melihat keadaan Noah sekarang.”“Aku malah tidak yakin jika kedua or