Beranda / Romansa / Yes, I Do / Bab 75. Pindah Unit Apartment

Share

Bab 75. Pindah Unit Apartment

Penulis: Adelia17
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-15 15:10:15

Rindu, satu kata yang cukup sulit saat rasa menerpa. Rindu memberikan sebuah harapan pada sesuatu yang tidak ada kejelasan waktu untuk mewujudkannya. Rindu memberikan keinginan kuat yang membuat seseorang berjuang untuk mendapatkannya. Sayangnya, ada rindu yang hanya sebatas angan.

Finn, seorang pemuda yang pernah mengisi hatiku. Dia menggambarkan dirinya sebagai bintang di dalam mimpiku. Pun dia memberikan bintang itu agar selalu bersinar di hatiku. Ke mana pun aku pergi, bintang ini akan selalu bersamaku.

Sama seperti keluargaku, Cheryl, Om Danendra, dan Tante Iva, Finn akan selalu menempati satu ruang di hatiku. Aku tidak akan pernah bosan mengatakan hal ini.

Jangan salah sangka! Aku bukan memiliki dua hati. Saat aku memutuskan untuk mencintai Keenan maka aku akan serius menjalin hubungan dengannya.

Finn maju satu langkah dan memelukku erat. Aku menghirup aroma tubuh Finn dengan rakus karena tidak ingin melewatkan satu detik pun kebersamaan kami yang terasa sangat nyata ini.

“Aku m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
senja_awan
gpp ya Keenan,....kan sudah tiada...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Yes, I Do   Bab 76. Bertemu Sepupu Finn

    Aku bergegas mendekati Keenan dan duduk di sebelahnya sambil menunduk. Tanganku meraih kotak yang berisi barang-barang Finn dan merapikannya. Sejujurnya, aku tidak tahu cara bersikap agar Keenan tidak tersinggung.Walaupun dengan posisi menunduk, aku bisa tahu kalau Keenan menoleh ke arahku dan tangannya terulur untuk mengarahkan pandanganku pada wajahnya.“M-maaf, a-aku m-masih b-belum r-rela … membuang benda-benda yang penuh dengan kenangan bersama Finn.” Aku merasa gugup di awal dan mengakhiri kalimat dengan memelankan suara.Aku tahu ini tidak benar, tapi aku yakin semua ada waktunya. Suatu hari nanti, aku pasti bisa merelakan semua dengan sendirinya.Benda-benda ini tidak akan mengurangi rasa cintaku pada Keenan. Aku hanya ingin menyimpannya dan membutuhkan waktu lebih banyak. Mudah-mudah Keenan mau mengerti.“Aku tidak memintamu untuk membuang kenangan bersama Finn. Itu masa lalumu dan aku mencintaimu beserta paket masa lalumu. Tadi aku hanya berkata kalau Finn itu tampan,” ujar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Yes, I Do   Bab 77. Semakin Berulah

    “Ini perusahaan Om Danendra, om aku. Apa ada yang aneh kalau aku berada di sini?” tanya Dina dengan angkuhnya.“Oh, tidak tidak … maafkan aku sudah salah bicara. Kalau begitu, aku permisi dulu,” pamitku sambil menarik lengan Keenan agar lekas jalan. Tidak baik berlama-lama di sini. Aku tidak ingin bicara lebih banyak dengan Dina.“Tunggu dulu!” Dina berkata sambil menghalangi jalanku.Aku berhenti dan melihat ke arah Dina. Raut wajahnya terlihat begitu galak. Apa yang dia inginkan sekarang?“Apa kamu benar-benar sudah berpindah hati padanya?” tanya Dina sambil menunjuk Keenan dengan dagunya.“Perihal itu biar menjadi urusan pribadiku. Jika aku perlu izin maka aku akan minta izin pada orang tua Finn,” jawabku. Aku sengaja menyinggung nama Om Danendra dan Tante Iva, dengan harapan Dina akan berhenti ikut campur.“Ha! Kasihan sekali Finn di sana. Dia pasti baru tahu kalau wanita kesayangannya ini ternyata tidak tahan melihat laki-laki,” sindir Dina sambil menekankan setiap katanya.Aku b

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Yes, I Do   Bab 78. Itu Bukan Urusanmu

    “Bagaimana kalau itu benar? Aku memang menghapus semua data milikmu dan menukar laporanmu menjadi sesuatu yang tidak bermutu di atas meja Liam,” jawab Dina yang membalasku dalam bahasa Inggris juga.Aku hanya tersenyum tipis sebelum melanjutkan pertanyaan.“Mengapa kamu melakukan itu?” tanyaku masih dalam bahasa Inggris. Netraku melirik ke arah layar komputer sekilas. Sebagian data seharusnya terselamatkan. Tapi … aku tidak tahu berapa persen data yang sudah terhapus.Dina maju satu langkah dan membungkuk sedikit untuk berbisik, “Aku membencimu … sangat membencimu.”“Kamu membenciku?” Aku mengulangi karena terkejut.Pasalnya, selama ini Dina selalu bersikap baik denganku. Mengapa tiba-tiba dia membenciku? Aku tidak yakin ini ada hubungannya dengan Keenan.“Iya, aku sangat membencimu,” jawab Dina. Raut wajahnya sangat meyakinkan.“Aku tidak merasa melakukan kesalahan—““Mencintai Finn adalah sebuah kesalahan!” bentak Dina.Aku terkejut, tetapi kenyataan kalau selama ini Dina ternyata s

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Yes, I Do   Bab 79. Tidak Semua Musuh Menjadi Baik

    Tidak mendapatkan jawaban dariku, Om Danendra kembali berkata, “Benar juga yang dikatakan Finn … seorang Lilian itu terlihat lembut, tetapi cukup keras kepala. Baiklah, daripada Om dan Tante merasa tidak tenang, Om perintahkan kamu untuk pindah ke kantor pusat mulai detik ini juga. Nanti Om yang akan bicara dengan Liam.”“Eee, tapi … saya masih harus mengembalikan data—““Sudah Om katakan, kamu bisa mengerjakannya di kantor pusat,” potong Om Danendra.Aku mencerna setiap perkataan Om Danendra sambil mengerjap bingung.“A-apa saya mendapatkan jam kerja yang flexible?” Aku masih saja berusaha untuk bernegosiasi.“Semua peraturan sama seperti saat kamu bekerja di sini. Hanya pekerjaan, tempat pekerjaan, dan pendapatan yang kamu terima akan berubah.” Om Danendra menjelaskan.“Pendapatan?” Aku melongo.“Kamu bekerja di kantor pusat dengan tanggung jawab lebih. Itu artinya, pendapatan kamu ikut naik,” jawab Om Danendra.“Tunggu, Om … apa saya tidak mendapatkan kesempatan untuk berpikir?” ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Yes, I Do   Bab 80. Suasana Menjadi Panas

    Malam hari di salah satu unit apartment yang ada di Harper Apartment …“Jadi, si dang ding dong bekerja di kantor yang sama denganmu?” Cheryl mengulangi ceritaku. Sama seperti aku, Cheryl juga sangat terkejut dengan kabar ini.“Iya, hanya saja dia bekerja di department yang berbeda. Dia di department IT,” jawabku.“Astaga! Dang ding dong pasti membawa aura buruk di sana,” ujar Cheryl.Sementara Dokter Raffa dan Keenan sedari tadi hanya diam mendengarkan ceritaku dan tanggapan Cheryl.“Itu sebabnya, Om Danendra menyuruhku pindah ke kantor pusat,” lanjutku.“Serius? Yeay! Om Danendra dan Tante Iva memang selalu bisa diandalkan.” Cheryl berkata sambil menari-nari kegirangan.“Kapan kamu pindah ke kantor pusat?“ Itu suara Keenan yang akhirnya ikut bertanya.“Hari ini aku sudah resmi pindah ke kantor pusat,” jawabku.Mendengar jawabanku, Keenan, Dokter Raffa, dan Cheryl praktis melihat ke arahku.“Benarkah? Bukankah tadi kamu masih bekerja di kantormu?” tanya Keenan lagi.“Iya, benar. Tadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Yes, I Do   Bab 81. Dingin

    Keesokan harinya …“Hola!” seruku dengan ceria begitu keluar kamar.Tidak ada sahutan.Aku mengernyit sambil perlahan melangkah ke arah meja makan. Cheryl ada di sana dan sedang menikmati sarapan. Kenapa tidak menyahut?“Halo, Nona Cheryl! Selamat pagi!” sapaku lagi dengan suara lebih keras.“Pagi. Makanlah!” ujar Cheryl.“Mukanya kusut amat. Jangan-jangan nasi gorengnya keasinan lagi,” candaku.“Ya sudah … jangan dimakan!” jawab Cheryl ketus.“Dih, jahat …,” cibirku pura-pura marah.“Biarin!” Cheryl masih saja menjawab dengan ketus.Tidak ingin membuat suasana hatiku ikut menjadi buruk, aku pun duduk di hadapan Cheryl dan meraih piring berisi nasi goreng.Semalam, setelah membereskan sebagian barang di kamarku, aku dan Keenan keluar dari kamar sambil melihat situasi. Sampai pulang, Cheryl dan Dokter Raffa masih diam. Entah ini sudah kali ke berapa mereka bertengkar, tetapi sepertinya Cheryl dan Dokter Raffa sama-sama tipe orang yang keras kepala.Sebenarnya aku dan Keenan juga keras

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Yes, I Do   Bab 82. Langsung Dilamar

    “Halo, kalian! Nasi lemak yang lezat sudah hadir!” Keenan ikut menyapa dengan raut wajah ceria.Aku balik badan untuk memberi kode dengan mengedipkan mata beberapa kali, sambil berkata, “Tolong kamu letakkan makanannya di atas meja makan. Aku mau mandi sebentar.”Seharusnya Keenan mengerti maksud aku karena dia sudah mengangguk-angguk.Setelah pamit, aku segera masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhku dan mengganti pakaian. Aku tidak menoleh lagi ke arah Cheryl dan Dokter Raffa.Saat sudah selesai dan keluar dari kamar, aku melihat Keenan duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan sambil melihat ke arah layar ponselnya. Sedangkan Cheryl dan Dokter Raffa masih duduk di sofa. Sepertinya pembicaraan mereka belum selesai.Tidak ingin mengganggu, aku menghampiri Keenan, berniat untuk mengajaknya makan terlebih dahulu. Akan tetapi, rasanya tidak enak juga kalau aku dan Keenan makan sendiri. Hm, diperhadapkan dengan situasi seperti ini cukup membingungkan juga.“Cheryl, Dokter

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Yes, I Do   Bab 83. Siapa yang Datang?

    Seketika aku terpaku memandangi pintu. Tidak mungkin yang datang itu pengirim hadiah misterius lagi, bukan? Orangnya sudah dihukum. Om Danendra dan Tante Iva juga seharusnya akan datang besok. Lalu, siapa yang datang?“Biar aku yang membuka pintu,” ujar Keenan membuatku terkesiap.Aku hanya mengangguk samar walau Keenan pasti tidak melihatnya karena dia sudah langsung jalan ke arah pintu untuk memeriksa.“Oh, Om Danendra dan Tante Iva datang.” Keenan berkata setelah memeriksanya dari layar monitor.“Siapa, Li?” tanya Cheryl.“Om Danendra dan Tante Iva katanya,” jawabku.Keenan terlihat sudah membuka pintu dan aku pun memasang senyum selebar-lebarnya. Ada rasa lega yang luar biasa ketika tahu bukan pengirim hadiah misterius yang datang.Sepertinya keputusan untuk pindah unit apartment ini memang sudah yang paling benar. Aku perlu suasana baru agar tidak terus menerus menjadi trauma.“Halo, Li!” sapa Om Danendra dan Tante Iva bergantian.“Halo, Om. Halo, Tante. Maaf, ini berantakan,” sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20

Bab terbaru

  • Yes, I Do   Bab 116. New Member

    Aku melihat ke sekeliling ruang kamar VVIP, tempat aku dirawat sekarang. Hingga pandanganku berakhir pada sosok bayi perempuan mungil di dalam pelukanku.Namanya Gina, yang berarti wanita kuat. Aku ingin anakku tumbuh menjadi wanita kuat, tidak seperti aku yang suka menangis dan selalu terlihat lemah.Masih teringat rasa sakit saat kontraksi dan tak kunjung melahirkan. Namun, semuanya itu terbayarkan dengan rasa bahagia yang membuatku seketika melupakan rasa sakitnya.Saat ini, Keenan, Papa Mario, Mama Louisa, Papa, Mama, Tante Iva, dan Om Danendra sedang berada di dalam kamar, tempat aku dirawat.Begitu tahu aku merintih kesakitan, Mama Louisa mengajakku ke rumah sakit dan di dalam perjalanan beliau menghubungi semua orang terdekat.Aku tahu kalau keinginanku untuk melahirkan di Singapura memang tidak mungkin menjadi kenyataan karena Keenan tidak mengizinkanku bepergian. Meskipun demikian, aku tetap menaruh harapan bisa pergi ke Singapura di detik-detik menjelang mau melahirkan.Aku h

  • Yes, I Do   Bab 115. Perubahan Sikap

    Untungnya, aku tidak sampai memuntahkan makan siangku. Namun, rasa mual membuatku sedikit lemas.Ketika aku keluar dari salah satu toilet yang ada di dalam mall ini, Keenan ternyata sudah menungguku di dekat pintu masuk toilet.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Keenan terlihat khawatir.“Baik. Hanya saja, bagaimana dengan Om Danendra dan Tante Iva? Mereka di mana?” Aku bertanya dengan sedikit perasaan tidak enak.“Mereka masih makan. Kita kembali, yuk!” ajak Keenan.Aku hanya mengangguk mengikuti Keenan.“Jangan dimakan kalau tidak selera, Li!” tegur Tante Iva.Aku memandangi makanan di atas piring yang ada di hadapanku dengan perasaan bersalah. Tapi, aku sungguh-sungguh tidak mampu memakannya lagi.“Maaf, Om, Tante,” ucapku lirih.“Eh, tidak apa-apa. Sudah … jangan dilihat terus! Nanti mual lagi.” Tante Iva menarik piringku.Sesudah Keenan, Om Danendra, dan Tante Iva menghabiskan makanan, kami segera beranjak dari tempat itu.“Li, kamu belum makan lho,” ujar Keenan.“Tidak apa-apa. Ta

  • Yes, I Do   Bab 114. Sebuah Tanda

    Tiga bulan kemudian …Sejak menikah, selain menjadi istri dan ibu rumah tangga, status aku berubah menjadi pengangguran akut.Dalam sebulan, hanya sesekali saja aku merancang desain untuk produk mainan anak yang dibuat oleh Keenan. Sisa waktu yang lain, aku gunakan untuk membersihkan rumah, masak, pergi ke cafe terdekat, dan melakukan perjalanan ke Singapura.Biasanya, aku melakukan perjalanan ke Singapura kalau Keenan ada pekerjaan di Jakarta dan Singapura. Jadi, aku sengaja menghindari bertemu keluargaku dengan melakukan perjalanan ke Singapura terlebih dahulu. Nanti aku pulang ke Pulau Bali bersama Keenan.Di Singapura, aku membersihkan unit apartmentku dan mengunjungi Tante Iva. Bersama Tante Iva, aku jalan-jalan dan wisata kuliner.Seperti sekarang, aku dan Tante Iva sedang mencicipi hidangan laut yang ada di salah satu pujasera.“Huaaa … ini enak sekali, Li! Kamu tahu nggak, Tante sudah lama ingin makan di sini. Hm, sepertinya sejak sebelum kamu menikah, tapi Om tidak pernah mau,

  • Yes, I Do   Bab 113. I Love You

    “Eee ….”Aku bahkan belum mulai bicara, tiba-tiba Keenan kembali melumat bibirku dan beralih menghisap leher bagian bawah. Itu sangat geli hingga membuatku tertawa kecil.Jangan lupakan tangannya yang mulai meremas kedua benda kenyal milikku! Pun ciumannya semakin turun sampai tulang selangka miliku.“Kee …! Aaaaahh.” Akhirnya lolos juga desahanku ketika merasakan lumatan di ujung salah satu bukit kembarku.Tubuhku benar-benar terasa tegang dan sepertinya Keenan bisa merasakan itu.“Maaf,” ucap Keenan tepat di telingaku, “tapi, aku sudah boleh melakukannya, bukan?”“Boleh,” sahutku singkat.Suamiku ini lucu juga. Sudah melakukan sampai sejauh ini baru minta maaf. Lagipula, aku bukannya keberatan, melainkan lebih ke arah malu dan khawatir karena belum pernah melakukannya.Di dalam hati, aku terus mencoba mengingat-ingat perkataan Cheryl agar tetap santai walaupun kenyataannya praktik itu sangat susah.“Baik. Kamu yang santai, Sayang!” ujar Keenan sambil mengusap-usap kepalaku.“Pelan-p

  • Yes, I Do   Bab 112. Bulan Madu

    Keenan dan aku memang memilih untuk membuat acara pernikahan yang sederhana karena kami adalah pribadi yang tidak menyukai acara-acara besar.Jadi, kesederhanaan yang kami putuskan tidak ada sangkut pautnya dengan sikap Mama.Berhubung acara kami sangat sederhana, usai makan dan berbincang, kebanyakan tamu langsung pamit sehingga tidak sampai malam, keseluruhan acara sudah selesai.“Terima kasih untuk semua tim event organizer, tim dekorasi, salon, bridal, fotografer, video, pembawa acara, souvenir, dan semua tim yang terlibat. Kalian sudah bekerja keras hingga acara pernikahan saya dan istri dapat berjalan dengan lancar,” ucap Keenan sebelum mereka semua pulang.Mendengar Keenan menyebutku sebagai istri, membuatku sedikit tersipu. Status yang baru ini masih terdengar aneh di telingaku.“Sebelum pulang, jangan lupa makan dulu, ya!” sambungku.Keenan dan aku lantas pamit untuk masuk ke kamar hotel.Wah, iya … aku hampir saja lupa. Sekarang aku dan Keenan sudah akan tinggal di satu kama

  • Yes, I Do   Bab 111. Acara yang Sederhana

    Aku melihat Mama Louisa meletakkan tas di atas meja. Beliau lantas mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dari dalam tasnya dan duduk di sebelahku.“Lilian, Mama minta maaf karena sewaktu pertama kali kita bertemu, Mama terkesan tidak menyukaimu, pun Mama menolak membuat gaun pengantin untukmu. Itu semua bukan karena Mama membencimu,” jelas Mama Louisa.“Iya, Ma ….”“Mama juga tidak pernah membenci Keenan,” potong Mama dengan suara pelan, “mungkin Keenan sudah menceritakan semuanya padamu.”Aku hanya diam karena tidak tahu harus berkata jujur atau tidak.“Tidak apa-apa. Jangan khawatir! Mama tidak marah,” sambung Mama Louisa sambil tersenyum.Cantik!Astaga! Mama mertuaku cantik sekali kalau tersenyum begini. Hidungnya mancung. Kulitnya masih kencang. Beliau bahkan tidak memiliki kantong mata.“Ma, Keenan sangat sedih ….” Aku tidak melanjutkan perkataanku karena tidak ingin salah bicara. Aku tidak mau memanfaatkan suasana.“Mama tahu dan di sini Mama memang sudah melakukan k

  • Yes, I Do   Bab 110. Pertemuan Keluarga

    “Apa yang bisa Papa lakukan sekarang? Papa ingin bertanggung jawab dan ingin marah karena kalian menolak. Akan tetapi, Papa bisa memaklumi keputusan kalian,” ujar Papa Mario.Aku dan Keenan diam-diam saling berpandangan. Namun, kami tidak memberikan tanggapan. Kami tetap pada pendirian kami untuk menjalani semuanya sendiri sampai akhir.Ting!Papa Mario, aku, dan Keenan praktis menoleh ke arah ponsel milik Keenan yang dia letakkan di atas meja. Itu tanda ada pesan yang masuk.Keenan meraih ponsel dan membuka layarnya.“Dari Mama,” ujar Keenan, “katanya di hari pernikahan kita sudah ada yang memesan gaun pengantin.”“Baik, tidak apa-apa. Aku sudah punya alternatif. Nanti aku akan membuat janji,” jawabku sambil tersenyum.Sebenarnya, aku sudah bisa menduga jawaban ini. Mama Louisa pasti tidak ingin mencampuri urusan kami.Kecewa itu pasti. Aku masih manusia. Ada rasa nyeri di hati karena merasa diabaikan. Namun, melihat raut wajah Keenan yang jelas terlihat sedih, membuatku praktis memb

  • Yes, I Do   Bab 109. Menerima Diri Sendiri

    Keenan terlihat tidak enak hati saat melihat mamanya tidak menyapaku dengan benar. Namun, aku tetap mempertahankan senyum dan sikapku yang tenang sebagai bentuk dukungan.Seperti yang aku katakan bahwa ini adalah realita yang harus kami hadapi. Baik calon mama mertua maupun mamaku sendiri sama-sama memiliki luka yang tidak mungkin disembuhkan oleh aku dan Keenan.Kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku dan Keenan tidak melakukan kesalahan apa pun. Tante Louisa dan Mama terluka karena diri mereka sendiri. Namun, satu-satunya cara agar kami tetap dapat melangkah adalah menerima keadaan diri sendiri.Keadaannya memang calon mama mertua maupun mamaku menganggap Keenan dan aku ini anak-anak yang menyebalkan.Keadaannya memang calon mama mertua maupun mamaku menganggap Keenan dan aku ini penyebab luka yang mereka alami.“Apa kalian sudah makan siang?” tanya Om Mario.Aku melirik ke arah jam dengan rantai emas yang melingkar di pergelangan tanganku. Saat ini sudah lewat jam makan siang.“Sudah,

  • Yes, I Do   Bab 108. Menghadapi Realita

    “Sebenarnya, kedatangan saya dan Lilian kemari mau sekalian pamit, Om,” jelas Keenan saat melihat raut wajah bingung Om Danendra.“Lho … nanti kalian pasti akan kembali juga, ‘kan?” tanya Om Danendra.“Iya, tapi kami akan lebih sering berada di Indonesia,” jawab Keenan.“Tidak apa-apa. Selagi kita masih berpijak di bawah langit yang sama maka artinya kita belum berpisah. Om dan Tante pasti akan mengunjungi kalian. Sebaliknya kalian tidak boleh lupa mengunjungi Om dan Tante.” Om Danendra berkata.“Kami tidak mungkin lupa sama Om dan Tante,” jawabku masih terisak.“Bukankah Om dan Tante sudah menganggap Lilian sebagai anak kandung sendiri? Pun Lilian sudah menganggap Om dan Tante sebagai orang tuanya. Mudah-mudah saya bisa sering-sering mengajak Lilian main ke Singapura,” ujar Keenan.“Saya juga masih punya unit apartment di sini. Jadi, kami pasti bisa sering datang berkunjung,” sambungku dengan sok yakin.Keenan hanya mengangguk setuju.“Tante merasa bahagia melihat kalian akan segera

DMCA.com Protection Status