“Kami?”
“Iya, Mas. Aku, Mila dan dr. Felix yang diutus dr. Hesti ke Bandung.”
“Hahh! Dia juga ikut? Aku makin nggak ngizinin!”
“Dia siapa, Mas?”
“Dokter itu. Aku nggak suka kamu dekat-dekat sama dia.”
“Namanya Felix, Mas. Dia hanya rekan kerjaku dan kami hanya dekat sebatas pekerjaan.”
“Tapi sepertinya dia menyukaimu, Sayang.”
“Mas Gilang jangan mengada-ada deh. Felix tau aku sudah menikah, Mas. Buat apa dia menyukai wanita yang jelas-jelas sudah menikah.”
“Aku laki-laki, Fira. Aku bisa membacanya dari caranya menatapmu. Dia menyukaimu!”
“Mas, jangan membuat masalah baru lagi. Kumohon izinkan aku berangkat besok ya, Mas. Aku takut langkahku dan pekerjaanku di sana nggak akan lancar jika Mas Gilang tak mengizinkanku.”
Gilang menarik nafas panjang.
&ldquo
Irawan yang sedang sarapan merasa heran ketika melihat Gilang masuk ke dalam rumah dengan wajah yang ditekuk dan langsung bergabung dengannya di meja makan.‘Wah, rupanya bukti yang kukirim belum bisa meluluhkan hati Fira,’ pikir Irawan.Tak ada percakapan antara ayah dan anak itu. Mereka hanya fokus menghabiskan menu sarapan yang disajikan di meja makan.“Pa!” panggil Gilang.“Hmm,” jawab Irawan yang masih mengunyah makanannya.“Apa kantor cabang kita di Bandung baik-baik saja?”Irawan menghentikan makannya dan menatap heran pada putranya.“Ada apa? Kenapa bertanya seperti itu? Papa tidak mendengar ada masalah dengan kantor cabang di Bandung.”“Tapi Gilang rasa Gilang perlu sesekali menginspeksi kantor cabang di sana, Pa.”Irawan semakin tak mengerti dengan apa yang dikatakan Gilang.“Langsung pada pointnya!” tegas Irawan
“Gini aja. Gimana kalau kita pisah aja, cari selera masing-masing. Nanti kalau udah selesai janjian lagi di sini biar pulang bareng lagi ke hotel,” usul Zafira.“Ya udah kamu cari kuliner favoritmu sana, Mel. Aku biar ikut maunya Fira aja.”“Huh, modus!” celetuk Mila.“Kenapa ngikutin aku sih? Bukannya tadi kalian berdua saling ngotot cari menu masing-masing?” Zafira menoleh ke belakang pada Felix.Zafiira yang tengah menoleh ke belakang tak melihat jika dari arah depan ada beberapa orang yang sedang berlari kencang kejar-kejaran ke arah mereka.“Copet! Copet!” teriak pria yang mengejar di belakang. Sementara pria yang dikejar berlari kencang bahkan menabrak beberapa pejalan kaki lainnya.“Awas, Fira!” seru Felix.Zafira baru hendak menoleh ke depan ketika merasakan Felix menarik tangannya menghindarkan Zafira dari si pria copet yang berlari tadi. Tubuh Zafira sek
Zafira berdiri dengan memasang wajah masamnya ketika petugas kasir kafe terus memperhatikan Gilang dengan menebarkan senyuman termanisnya saat Gilang membayar tagihan makanan.“Lama banget bayarnya,” ucap Zafira saat Gilang sudah berdiri di sampingnya.“Iya. Tadi mesin kartunya rusak jadi kartuku enggak terbaca. Untung bawa duit cash di dompet.”“Sengaja kali tuh dirusak-rusakin biar Mas Gilang lama di sana.”Gilang tersenyum melihat Zafira yang masih memasang wajah tak suka. Gilang meraih tangan istrinya kemudian kembali berbalik ke arah kasir sebelum keluar dari kafe.“Ada yang ketinggalan, Mas?” tanya gadis kasir pada Gilang dengan senyum manisnya tanpa melirik sedikitpun ke arah Zafira.“Enggak, Mbak. Cuma mau bilang, lain kali jangan senyum-senyum gitu. Lihat ini istri saya cemburu!” ucap Gilang pada si gadis kasir.Senyum gadis itu pun hil
Ddddrrrttt .... Ddddrrrttt ....“Sebentar ya, Mil.” Zafira mencari-cari ponselnya ketika dia dan Mila sudah bersiap untuk sarapan pagi di restoran hotel. Mila mengangguk dan menunggu Zafira menerima panggilan di ponselnya.“Mil, kamu turun duluan aja ya. Sepertinya aku harus ke kamar Mas Gilang, dia barusan nelpon katanya sedang enggak enak badan.”“Suamimu nginap di hotel ini juga?”“Iya, Mil. Kamarnya di lantai 7, aku kesana dulu, ya.”“Oh, baiklah Fira. Eh, tapi jangan sampai salah masuk kamar, ya. Kamar dr. Felix juga ada di lantai 7 soalnya.”“Nggak lah, Mil. Ya udah aku naik dulu ya, maaf membuatmu sarapan sendiri.”“Nggak apa-apa, Mil. Ini dr. Felix juga baru ngirim suruh nunggu di resto dan sarapan bareng.”Zafiira melangkahkan kakinya mencari-ari nomor kamar Gilang yang diinfokannya tadi di telpon kemudian
“Sudah mengantuk, Sayang?” tanya Gilang ketika melihat Zafira sudah terlihat lelah saat mereka tiba di apartemen setelah sebelumnya mampir untuk makan malam.“Iya, Mas. Fira capek,” sahut Zafira sambil mengacak-acak rambutnya sendiri yang masih sedikit basah setelah mandi setibanya di apartemen Gilang tadi.“Ya udah, istirahatlah. Sepertinya dokter sialan itu terlalu banyak memberi pekerjaan padamu.”“Mas, jangan mulai lagi deh. Felix salah apa sih? Dia itu orang baik, Mas. Aku nggak suka Mas Gilang berdebat hal yang nggak penting seperti tadi.”“Bagiku dia itu menyebalkan, Fira. Caranya memandangmu membuatku selalu ingin marah.”“Sudahlah, Mas!”“Kamu jangan bahas dia dong, Sayang. Bikin suasana romantis kita jadi terganggu aja. Ya sudah, kamu tidur ya, nanti aku ngungguin di sini seperti waktu itu,” ucap Gilang sambil menepuk-nepuk karpet di bawah sofa.
Zafira buru-buru meraih jilbab instannya dan memakainya ketika mendengar bel apartemen berbunyi, sementara dari dalam kamar mandi terdengar suara air shower yang menandakan Gilang sedang mandi di dalam sana.“Wah sarapannya sudah diantar ya?” tanya Gilang sambil berjalan ke arah Zafira yang sedang menyusun berbagai menu sarapan yang baru saja diantar.“Iya, Mas. Baru aja diantar. Kenapa pesan makanan sebanyak ini sih, Mas?” Zafira menoleh ke arah Gilang.Hatinya berdesir ketika melihat Gilang berjalan ke arahnya sambil mengacak-acak rambutnya yang masih terlihat basah. Hal itu makin menambah aura ketampanan pria yang bertubuh tinggi atletis itu. Buru-buru Zafira menundukkan wajahnya dan kembali menata makanan di atas meja.Kegiatannya terhenti ketika merasakan Gilang memeluk pinggangnya dari arah belakang. Aroma shampo menguar di penciuman Zafira membuat gadis itu menghirup nafas dalam-dalam dan menikmatinya. Tubuh Zafira bergidik
“Masih sakit, Fira?” tanya Gilang ketika melihat Fira melangkah dari dalam kamar mandi. Mereka berdua tertidur pulas setelah aktivitas pagi pertama tadi. Tak ada yang mengganggu mereka karena sebelumnya Gilang sudah mematikan ponselnya dan ponsel Zafira.“Iya, Mas. Masih sedikit sakit.”Gilang tersenyum melihat Zafira yang berjalan tak seperti biasanya. Zafira mengerucutkan bibirnya melihat Gilang menertawakannya.“Malah diketawain, Mas tega ih!” seru Zafira.“Kamu lucu, Sayang. Jalan udah kayak pinguin gitu!”“Mas!!!” Zafira semakin kesal.“Oke ... oke ... maaf! Habisnya kamu lucu banget.”“Ini gimana Fira mau pulang ke rumah, Mas. Takut orang-orang melihatku aneh.”“Nanti kalau ada yang nanya kan tinggal bilang kamu abis pagi pertama.”“Issh, kenapa nggak sekalian diumumkan aja, Mas!&rdqu
“Lalu apa Mas Gilang sudah pernah bertemu Mama lagi setelah itu?” tanya Zafira.Gilang menggeleng lemah.“Sejak saat itu mama bagaikan hilang ditelan bumi, bahkan orang-orang papa yang papa kerahkan untuk mencari mama tak menemukan jejak keberadaan mama. Hal itu membuat papa frustasi. Berbulan-bulan papa hanya menghabiskan waktunya dengan mencari keberadaan mama hingga perusahaan papa terancam bangkrut karena papa tak lagi mengurus perusahaannya. Beruntung waktu itu salah satu sahabat papa membantu memperbaiki bisnis papa kembali hingga tak jadi gulung tikar. Sahabat papa itu adalah Om Alex, papanya Claudia. Sejak itu pula lah aku dan Claudia berteman dan menjadi akrab.”“Lalu bagaimana dengan wanita mantan sekretaris Papa. Apakah dia muncul kembali setelah mama pergi?”“Ya, wanita itu kembali muncul. Mungkin karena dipikirnya mama sudah angkat kaki dari rumah jadi akan lebih mudah m
Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran klinik, lalu turun dan membukakan pintu mobil untuk Zafira.“Hati-hati, Sayang,” ucapnya sambil menyambut uluran tangan Zafira.“Jangan berlebihan, Mas. Aku nggak apa-apa.”Gilang menggeleng. “Aku harus berlebihan kalau itu menyangkut kamu dan anak kita. Aku nggak mau kehilangannya lagi.”Akhirnya Zafira mengalah ketika Gilang dengan posesifnya mengantarkannya ke dalam klinik hingga terdengar suara Felix menyapa mereka.“Hai, Fira.”Gilang dan Zafira menoleh. Felix tersenyum dapa Zafira, namun mengabaikan pria posesif di samping wanita itu.“Eh, lu nggak ngeliat gue?” sengit Gilang.Felix tertawa. “Oh, iya. Maaf nggak kelihatan. Makanya jangan terlalu sering di samping Fira, soalnya yang lain nggak kelihatan ditutupi sama auranya dia.”Gilang semakin gusar ketika merasa Felix sedang memprovokasiny
Gilang mengantar Zafira ke klinik dr. Hesty sebelum berangkat bekerja. Telepon dari Felix yang mengajak Zafira bertemu pagi ini benar-benar membuat Gilang gelisah. Maka saat istrinya mengatakan jika Felix mengajak bertemu di klinik tempat Zafira dulu bekerja, Gilang memilih mengantarkan sendiri istrinya ke sana. Meski awalnya Gilang menolak, namun rengekan Zafira membuatnya luluh. Gilang masih ingat bagaimana tadi pagi mereka berselisih paham akibat telepon dari dr. Felix.“Felix minta ketemu Fira, Mas. Katanya ada yang ingin ditanyakan,” ucap Zafira tadi pagi setelah mengibrol dengan Felix di bawah tatapan tajam Gilang.“Ngapain dokter gila itu minta ketemu kamu? Dia masih ngejar-ngejar kamu?”Zafira mengerucutkan bibirnya.“Jangan mulai deh, Mas. Kemarin-kemarin udah enak ngeliat kalian damai,” kata wanita hamil itu.“Aku nggak ngizinin! Kalau mau ketemu suruh ketemu aku saj
Kehamilan Zafira kali ini ternyata masih sama dengan kehamilannya sebelumnya, di mana Gilang lah yang harus setiap hari menahan mual dan tak berselera makan, sedangkan Zafira terpengaruh apa-apa. Ia bahkan makin terlihat segar karena Gilang menyuruh semua ART di rumahnya untuk memperhatikan semua kebutuhan istrinya.“Jangan banyak bergerak!”“Kalau perlu apa-apa bilang sama Maria atau yang lainnya!”“Jangan urusin taman!”“Kalau jalan pelan-pelan!”Serta masih banyak kalimat-kalimat Gilang yang setiap hari harus didengar oleh Zafira. Sesekali Zafira merasa iba jika melihat kondisi Gilang yang justru semakin kurus dan pucat karena mual dan muntah yang dialaminya setiap pagi.Pria itu bahkan beberapa kali mengunjungi dokter untuk meminta obat penghilang rasa mual dan morning sick yang dialaminya. Namun tak ada satu pun obat-obatan yang mempan dan bisa menghilangkan
"SELAMAT ULANG TAHUN PAK GILANG!"Gilang tersenyum membaca spanduk yang terbentang di sana. Gilang baru menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Perlahan Gilang melangkah ke arah Zafira, lelaki itu tau jika ini semua pasti ide istri kesayangannya itu."Pantasan dari kemarin kamu kelihatan sibuk banget telpon sana sini, ternyata nyiapin ini ya. Terima kasih, Sayang." Gilang mengecup kening istrinya."Uwuwuwuuuu!!!""Ciumnya di bibir dong, Pak Boss!""Ternyata Boss kita romantis banget, ya!"Gilang dan Zafira hanya tersenyum mendengar teriakan-teriakan dari para karyawannya."Cium bibirnya offline dong! Itu adegan khusus, nggak boleh jadi tontonan!" seru Gilang sambil mengedipkan matanya pada Zafira, yang disambut oleh kalimat-kalimat godaaan berikutnya dari para karyawannya pada mereka berdua.Gi
Tanpa kata, Gilang mendorong kursi roda Zafira meninggalkan area pemakaman, diikuti oleh keluarga mereka yang tak pernah lepas mendampingi mereka dan memberi semangat pada kedua orang tua yang baru saja diberi cobaan hidup itu. Selain kedua orang tua Gilang dan Zafira, Felix dan Claudia serta dr. Hesti, bahkan dr. Stella dan dr. Hera pun masih berada di sana menemani Zafira dan Gilang hingga keduanya meninggalkan area pemakaman. Suasana berkabung masih sangat terasa di rumah besar Irawan. Semua keryawan yang bekerja di sana ikit merasakan kesedihan mendalam majikan mereka. Begitupun di dalam kamar Gilang dan Zafira, suasana sunyi sangat terasa. Tak ada percakapan di antara mereka berdua, Gilang dan Zafira hanya bisa saling menatap kemudian saling berpelukan memberi kekuatan entah siapa kepada siapa, karena pada kenyataannya mereka berdua sama-sama terpukul.Zafira menyadari bahwa pada akhirnya semua akan kembali pada takdir masing-masing. Manusia hanya perlu men
Sudah seminggu ini Zafira diperbolehkan pulang ke rumah, namun bayinya masih dirawat intensif di rumah sakit. Hal itu membuat Gilang dan Zafira harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mengantarkan ASIP agar bayi mereka tetap bisa meminum ASI Zafira. Dengan telaten Gilang mendampingi Zafira dan menyemangatinya pada saat memompa ASI nya. Zafira selalu saja bersedih karena belum bisa menyusui bayinya secara langsung, yang membuat Gilang akan selalu berada di sampingnya dan menyemangati Zafira agar tidak selalu bersedih. Gilang bahkan belum pernah masuk ke kantor sejak Zafira melahirkan. Dia lebih memilih mempercayakan pekerjaan pada asistennya dan sesekali memeriksa hasil pekerjaan mereka di rumahnya.Siang ini, Gilang dan Zafira kembali mengunjungi bayi mereka di rumah sakit. Gilang bersiul-siul senang sambil mendorong kursi roda Zafira menuju ruang perawatan bayinya. Gilang belum memperbolehkan Zafira berjalan dan memilih menyuruhnya duduk di atas kursi roda meskipun Zafira sel
“Maafin aku, Mas. Aku nggak bisa menjaganya dengan baik, bayi kita lahir sebelum waktunya,” lirih Zafira terbata-bata dengan mata yang basah.“A- apa? Bayi kita sudah lahir?”“Ini bayi Anda, Pak Gilang. Istri Anda sudah melahirkan beberapa menit yang lalu. Bayi laki-laki dengan berat 1,9 Kg. Namun karena bayinya lahir pada usia yang belum matang, yang dalam bahasa medis disebut prematur, maka bayi Anda masih akan berada dalam perawatan dan pengawasan kami. Perkenalkan, ini dr. Hera, dokter anak terbaik di rumah sakit ini. Selanjutnya beliau yang akan bertanggung jawab atas perawatan bayi Anda. Karena terus terang saja, Nyonya Zafira tadi terpaksa melahirkan bayinya di usia kandungan yang belum genap 37 minggu. Kami terpaksa mengambil tindakan ini tadi karena saat tiba di sini, Ny. Zafira sudah dalam keadaan kontraksi dan sudah mengalami pembukaan rahim.” Penjelasan dr. Stella bagaikan petir yang menyambar Gilang. Zafira sudah melahir
Gilang menyetir mobil sport merah nya dengan kepanikan luar biasa. Kabar tentang Zafira yang baru saja didengarnya membuat dunianya seakan gelap gulita. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya, membuat lelaki itu mengeraskan rahangnya dan sesekali memukul setir mobilnya.“Shittt!!!” seru Gilang ketika di depannya terlihat antrian kemacetan kendaraan. Berkali-kali Gilang mengusap kasar wajahnya memandakan betapa frustasinya pria itu saat ini. Kalimat-kalimat Maria di telpon tadi terus terngiang-ngiang di telinganya.“Nyonya Zafira kesakitan setelah terjatuh tadi, Tuan.”“Dia menyuruh kami tak menghubungi Tuan Gilang. Kata Ny. Zafira dia baik-baik saja.”“Untungnya Nona Claudia kebetulan datang berkungjung.”“Nona Claudia dan pacarnya yang mengantar Nyonya Zafira ke rumah sakit.”“Arrggghhhh!!!” Gilang kembali memukul keras setir mob
Namun satu hal yang selalu ditunggu-tunggu Gilang sejak Zafira hamil adalah malam hari. Setiap malam Zafira selalu berubah menjadi sangat menyenangkan, melayaninya dengan cara-cara yang bahkan Gilang tak pernah membayangkannya. Membuatnya setiap malam selalu tertidur sangat pulas setelah mengerang puas atas perlakuan-perlakuan liar Zafira padanya. Yang lebih membahagiakan lagi, itu semua selalu terjadi atas inisiatif Zafira sendiri, tanpa Gilang memintanya. Karena Gilang masih mematuhi saran dr. Stella untuk tidak menganggu Zafira dulu selama trimester pertama kehamilannya. Malam-malam yang dibayangkan Gilang akan menjadi hambar karena tak boleh menyentuh dan melakukan hal-hal yang dulu selalu dilakukannya pada Zafira justru menjadi malam-malam panjang yang selalu ditunggu-tunggu Gilang. Ibu hamil yang sangat “hot”, begitu Gilang selalu memberikan pujian ketika Zafira melakukan hal-hal yang sangat menyenangkan padanya.“Nanti malam pakai gaya apa lagi, Sayan