Beranda / Romansa / Ya, Sayang? / Masih Belum Percaya

Share

Masih Belum Percaya

Penulis: Hayanis Kalani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-20 18:07:16

Entah untuk yang keberapa kalinya Nanda bercermin, membetulkan posisi dasi dan baju seragamnya juga rambut yang sudah disisir rapi oleh ayahnya.

"Pa, aku sudah keren, belum?" tanya Nanda sambil memutar tubuhnya.

"Sudah, dong. Sudah rapi, wangi, ganteng lagi." Arjuna menjawabnya sambil merapikan dasi lalu memakai jas hitam.

"Berarti Bu Nis bakal makin suka sama aku, dong, Pa?"

Arjuna mengerutkan kening. "Apa hubungannya sama Bu Nismara?"

"Kan Bu Nis itu suka sama aku, Pa. Papa gak tahu, ya?"

Iya, suka nyulik, ucap Arjuna dalam hati.

Setelah selesai sarapan, mereka berdua langsung berangkat ke TK Cempaka Kuning. Arjuna berpesan kalau nanti ketika Nanda pulang, ia akan menjemputnya walaupun agak sedikit terlambat.

Arjuna juga mewanti-wanti untuk menunggu di dalam sekolah, jangan mengikuti siapa pun, apalagi mengikuti Nismara, pokoknya Arjuna tidak mau hal itu terjadi. Siapa tahu Nismara memang benar-benar seorang penculik, kan?

Arjuna ini memang tipe orang yang tidak mudah percaya kepada seseorang, meskipun sudah ada bukti nyata orang tersebut adalah orang yang baik, tetapi tetap saja Arjuna selalu bersikap waspada dan selalu curiga. Oleh sebab itu dirinya memiliki hubungan pertemanan yang sangat sedikit karena Arjuna terlalu menjaga jarak.

Termasuk Arjuna juga tidak percaya akan hubungan percintaan yang setia selamanya.

Mobil Arjuna berhenti di parkiran mobil. Nismara juga baru saja datang dengan mengendarai motor matic berwarna perpaduan warna merah dan warna hitam. Murid-murid TK langsung mengerubungi Nismara, bu guru yang masih muda itu tersenyum ketika anak-anak didiknya berebutan untuk mencium tangan Nismara.

"Bu Nis!!!" Nanda tidak menutup pintu mobil karena ia buru-buru menghampiri Nismara untuk memamerkan dirinya yang menggunakan seragam TK.

"Selamat pagi, Nanda!" Nismara masih belum menghilangkan senyuman cerahnya.

"Selamat pagi juga, Bu Nis! Bu Nis, Bu Nis, lihat aku sekarang sudah pakai baju seragam. Bagus, kan?"

"Uuumm... bagus banget!" puji Nismara sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

Sebelum pergi ke kelas, Nanda pergi terlebih dahulu ke ruang guru, nanti Nanda pergi ke kelas bersama Bu Eni untuk diperkenalkan pada teman-teman Nanda yang baru.

"Papa gak bisa nemenin kamu sekolah, Papa harus pergi ke kantor. Kamu jangan nakal, ya! Nanti pulangnya Papa jemput tepat jam sepuluh." Arjuna berjongkok lalu mengusap lembut kepala Nanda.

"Siap, Pa!"

Karena bel sudah berbunyi, jadi Arjuna hanya mengantar Nanda sampai ke depan pintu kelas saja, setelah itu Arjuna pergi ke parkiran dan meninggalkan sekolah demi bekerja di kantor.

Susah berapa hari, ya, Arjuna selalu datang terlambat? Mungkin kira-kira ada sekitar tiga hari?

Arjuna berjanji besok ia akan datang ke kantor lebih pagi seperti biasa sebelum Nanda didaftarkan ke sekolah.

***

Pukul sebelas lebih tiga puluh lima menit Arjuna masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Begitu terkejutnya Arjuna ketika melihat nama Nanda yang menelepon hampir dua puluh lima kali.

"Ya ampun! Nanda masih di sekolah!" Arjuna buru-buru mengambil kuncil mobil dan berlari ke luar.

Arjuna benar-benar lupa harus menjemput Nanda gara-gara tadi ada meeting dengan klien yang hari Jumat lalu pertemuan mereka tertunda akibat sang klien ada urusan keluarga dan meeting tersebut kembali diagendakan ulang hari Selasa sekarang.

[Nanda ada di rumah Bu Nis, Pa!]

Satu pesan tersebut dibaca oleh Arjuna ketika dirinya masih berada di dalam lift.

Rumah Nismara? Jangan-jangan Nanda memang sedang diculik!

Arjuna mendesis kesal bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Para karyawan yang sedang menunggu di depan pintu lift begitu terkejut ketika mendengar umpatan dari Arjuna. Mereka langsung menyingkir dan menunduk hormat. Arjuna mengabaikan mereka karena hal yang lebih penting baginya sekarang adalah Nanda.

"Baru kali ini aku lihat Pak Arjuna marah kayak gitu, biasanya kalau marah wajahnya suka judes doang, nggak pernah sampai mengumpat kayak gitu," ucap karyawan yang masih kaget.

"Iya, benar."

Para karyawan itu menatap punggung Arjuna sampai Arjuna tidak terlihat lagi dari pandangan mereka.

["Hal—"]

"Rumah kamu di mana?" tanya Arjuna begitu suara sambungan telepon terhubung dan diangkat. Kebetulan sekali yang mengangkat telepon Nanda adalah Nismara.

["Di kompleks perumahan Bunga Anggrek Putih. Dekat dengan rumah Bu Eni."]

Arjuna sudah tahu, tetapi ia sengaja menanyakan supaya Nismara tidak curiga, nanti kalau Arjuna disangka menguntit dirinya apa kata dunia? Pasti Nismara akan meledeknya habis-habisan.

"Kamu jangan apa-apakan Nanda, kalau kamu sampai menyakiti Nanda, saya tidak akan mengampunimu."

Di seberang telepon, Nismara hanya bisa mengernyit bingung dengan sikap suuzon Arjuna padanya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kompleks perumahan Nismara karena Arjuna mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi, Arjuna kembali menelepon ketika dirinya berada di perempatan jalan.

"Rumah kamu yang mana?"

["Rumah saya yang berpagar putih banyak tanaman merambat. Cari saja rumah yang paling banyak tanaman di depan rumahnya. Nomor dua ratus empat. Itu rumah saya, pintu rumah saya terbuka lebar, ada jemuran selimut bermotif bunga warna-warni dan saya sedang duduk di kursi teras depan rumah. Rumah saya yang paling kecil di antara rumah yang lainnya."]

Arjuna tahu itu, ia sempat mengagumi pekarangan rumah Nismara yang banyak ditanam berbagai macam bunga dan tumbuhan yang lain. Halaman rumah Nismara benar-benar hijau, jadi ketika siang hari yang panas udara akan sedikit sejuk.

Mobil Arjuna terhenti di jalan depan rumah Nismara. Dan ternyata benar apa yang dikatakan Nismara kalau dirinya tengah duduk di kursi teras depan ditemani oleh beberapa ekor kucing yang sedang sibuk memakan remahan roti.

"Di mana anak saya?"

Nismara berdiri. "Jangan waspada gitu dong, Pak. Saya nggak culik anak Bapak, kok, apalagi sampai mencongkel salah satu organ tubuhnya."

Mendengar pernyataan tersebut membuat tubuh Arjuna makin menegang.

"Silakan masuk!"

Awalnya Arjuna tidak mau masuk dan ingin langsung pulang ketika datang dan membawa Nanda, tetapi karena tadi mendengar perkataan Nismara yang seperti itu mau tidak mau Arjuna mengikut.

Di ruang tengah, Nanda sedang tertidur di pangkuan wanita paruh baya, usianya mungkin tidak terlalu beda jauh dengan Bude Marni.

"Bu, ayahnya Nanda sudah datang," ucap Nismara.

Ibunya Nismara, Bu Darmaya tersenyum ramah lalu menyapa Arjuna.

Disapa dengan hangat seperti itu membuat Arjuna kikuk sendiri.

"Silakan duduk, Pak Arjuna."

Arjuna mengangguk lalu duduk di kursi yang masih kosong.

"Nis, buatkan Pak Arjuna minuman."

"Tidak usah repot-repot, Bu. Saya datang ke sini hanya mau menjemput Nanda saja."

"Pak Arjuna tidak usah sungkan, istirahat lah dulu di sini, pasti Pak Arjuna capek sehabis perjalanan. Lagipula Nanda masih belum bangun."

"Tidak apa-apa, Bu, saya tidak mau merepotkan Ibu."

Nismara agak berdecak pelan karena Arjuna begitu baik, sopan dan ramah pada ibunya. Sedangkan pada dirinya? Malah kebalikannya.

Perlahan mata Nanda terbuka, ia menggeliat pelan lalu mengusap matanya beberapa kali. "Papa?" gumamnya pelan.

"Iya, Sayang? Papa di sini. Ayo kita pulang sekarang."

Nanda mengedarkan pandangannya. Rupanya kesadaran Nanda belum sepenuhnya terkumpul.

"Oma, Nanda haus."

Arjuna terkejut ketika mendengar Nanda memanggil ibunya Nismara dengan sebutan 'Oma'.

"Nanda, jangan gitu. Gak baik," tegur Arjuna.

"Tidak apa-apa Pak Arjuna, saya senang kok di panggil oma karena saya berasa punya cucu sendiri." Bu Darmaya tersenyum sambil matanya melirik ke arah Nismara.

Wah, sepertinya Bu Darmaya membuat 'kode' supaya anak sulungnya itu cepat-cepat pergi ke pelaminan dan segera memberikannya cucu, maklum saja teman-temannya Bu Darmaya hampir semua sudah memiliki cucu, makanya Bu Darmaya sedikit agak iri.

Nismara meletakkan segelas air di atas meja, saat Nanda hendak mengambilnya, tiba-tiba tangan Arjuna menghalangi.

Siapa tahu air minum ini beracun, pikir Arjuna.

"Tenang, kok, Pak, air itu nggak ada racunnya." Nismara tahu betul apa yang berada di pikiran Arjuna. "Kalau Bapak nggak percaya, silakan Bapak minum sendiri supaya Nanda selamat."

Arjuna menatap Nismara, bagaimana pun juga Arjuna masih belum mempercayai Nismara, apalagi gaya bercanda Nismara yang tidak seperti sedang tidak bercanda.

Sangat sangat serius.

Sepertinya air minum tersebut memang beracun.

"Gluk!"

Bab terkait

  • Ya, Sayang?   Makan Siang Bersama

    Nanda, Nismara dan Bu Darmaya menatap wajah Arjuna dengan lekat sebab sudah hampir dua menit Arjuna tidak bereaksi sama sekali."Kayaknya racun yang saya kasih sudah bereaksi, ya? Bapak jadi nggak cerewet seperti biasanya," ucap Nismara.Sial! Aku dikerjai, ucap Arjuna dalam hati.Bu Darmaya terkekeh pelan. "Maafkan kelakuan anak saya ya, Pak Arjuna. Nismara itu orangnya memang tidak bisa bercanda, jadi sekalinya bercanda nggak lucu kayak komedian di televisi.""Tidak apa-apa, Bu. Saya juga minta maaf karena sudah berpikiran yang buruk.""Seharusnya Bapak minta maaf pas pertama kali kita berdua bertemu di kebun binatang. Kenapa cuma minta maafnya ke ibu saya saja?" Nismara mulai menunjukkan kekesalannya tetapi Arjuna tidak menggubris sama sekali."Nanda, Sayang ayo kita pulang."Nanda menggeleng. "Nggak mau, Pa.""Lho? Kenapa? Kamu jangan gitu, dong. Malu dong sama Bu Darmaya. Kita pulang, ya? Jangan bikin repot orang-orang.""Nggak mau, Pa!" Seka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Ya, Sayang?   Pelet

    Arjuna menopang dagu sambil menatap layar laptop yang masih menyala. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari tetapi mata Arjuna masih enggan untuk terpejam walau sebentar. Pekerjaan kantor benar-benar menyita waktu istirahatnya.Air kopi di dalam gelas susah habis, tinggal ampasnya saja. Arjuna berjalan ke dapur untuk membuat kopi lagi, bukan kopi dengan gula melainkan kopi yang hanya kopi saja, alias kopi pahit. Entah sudah berapa tahun Arjuna menjadi kecanduan kopi pahit yang jarang disukai banyak orang.Di wastafel, piring dan gelas kotor belum dicuci saking sibuknya Arjuna dengan pekerjaan kantornya. Arjuna melirik sekilas rantang susun milik Nismara yang isinya sudah kosong karena tadi malam Arjuna dan Nanda menghangatkan kembali makanan pemberian dari bu guru tersebut. Arjuna akui kalau masakan Nismara memang sangat lezat, pantas saja ketika makan siang tadi Nanda terus menerus meminta untuk menambah. Sebenarnya Arjuna ingin menambah juga, tapi geng

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Ya, Sayang?   Tanda Terima Kasih

    Nismara menahan diri untuk tidak tergiur, apalagi tergoda dengan aroma harum dari rendang yang sedang dihangatkan oleh Bu Darmaya. Sedangkan sekotak martabak, sepotong pun Nismara tidak menyentuhnya, apalagi memakannya."Mbak, jangan dipelototi terus, dong. Kalau mau ambil aja, nanti keburu kita abisin, lho." Adik pertama Nismara, adik perempuannya yang bernama Novi menegur kakaknya itu yang sedari tadi seolah ingin menghabisi martabak tak bersalah tanpa ampun.Adik bungsu Nismara, Dayyan adik laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas kejuruan yang sekarang masih belajar di kelas sebelas jurusan teknik mesin itu menyetujui ucapan Novi. "Bener, Mbak Nis, nanti kita berdua yang ngabisin, lho."Nismara masih meyakini kalau makanan pemberian dari Arjuna itu ada peletnya. Makanya Nismara tidak mau dan malah memberikan makanan tersebut untuk keluarganya sebagai bahan uji coba.Ampun deh, jahat banget.Mata Nismara masih tidak berhenti memperhatikan ked

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Ya, Sayang?   Meminta Pertanggungjawaban Part 1

    Hari Jumat pagi Arjuna kerepotan karena Nanda tiba-tiba sakit demam. Arjuna sudah menelepon Bude Marni tetapi Bude Marni sedang pergi ke luar kota untuk tiga hari ke depan, jadi dengan terpaksa Arjuna harus mengurus Nanda seorang diri.Arjuna sudah berpakaian rapi, sebelum ke kantor Arjuna terlebih dahulu membawa Nanda ke klinik langganannya setelah itu ia pergi ke sekolah TK untuk memberi tahu pada Bu Eni kalau hari ini Nanda tidak bisa masuk."Terus Abimanyu di rumah sama siapa, Jun?" tanya Bu Eni. Beliau begitu khawatir dengan keadaan Nanda sekarang, soalnya bocah itu tidak ada yang mengurusi."Saya bawa ke kantor, Bu. Kalau saya tinggal di rumah malah saya tidak tega, beda kalau Nanda sudah remaja. Hari ini saya tidak bisa libur pergi ke kantor karena nanti ada rapat dengan perusahaan lain.""Apa nantinya Abimanyu tidak akan mengganggu kamu?"Arjuna menggeleng. "Tidak, Bu. Justru saya merasa senang. Nanti di sana dia akan ditemani oleh office boy.""Oh..." Bu Eni mengangguk paham.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Ya, Sayang?   Meminta Pertanggungjawaban Part 2

    Hampir satu setengah jam Nismara menunggu Arjuna di parkiran sekolah, karena tidak ada tanda-tanda mobil mewah lelaki itu akan datang, juga ia sedari tadi tidak melihat Nanda, Nismara berasumsi kalau Arjuna sudah menjemput pulang Nanda.Nismara kembali pergi ke ruang guru, ia menanyakan alamat rumah Arjuna pada Bu Eni, tetapi Bu Eni malah memberikan alamat kantor milik Arjuna. Bu Eni juga memberi tahu kalau hari ini Nanda tidak masuk sekolah karena sakit. Pantas saja sedari tadi Nismara menunggu Arjuna tidak datang juga. Jadi sia-sia Nismara menunggu dengan sabar, buang-buang waktu saja."Kamu ini perhatian sekali dengan Nanda ya, Nis?" Bu Eni tersenyum.Nismara menggeleng cepat. Bukan, bukan itu maksudnya. Nismara enggan memberi tahu kejadian yang sebenarnya kenapa dirinya mencari rumah Arjuna.Dengan tekad bulat, Nismara pergi ke kantor Arjuna dengan menaiki bus. Sebenarnya tadi Nismara pergi dengan motornya, tetapi karena ban belakang motornya pecah, jadi ia harus

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Ya, Sayang?   Meminta Pertanggungjawaban Part 3

    Sebelum mengetuk pintu, Mona mengembuskan napas terlebih dahulu. Rasa keingintahuannya yang besar membuat dirinya menjadi gugup."Pak, saya Mona!" ucap Mona ketika sudah mengetuk pintu sebanyak tiga kali."Masuk!"Dengan perlahan, Mona membuka pintu. Ia begitu aneh ketika melihat Arjuna yang sedang duduk di kursi kerjanya sedangkan Nismara sedang menyuapi Nanda sebuah agar-agar rasa melon."Hasil rapat tadi sudah saya rangkum, Pak. Dan di map yang satu lagi adalah berkas laporan tiga hari yang lalu.""Baik, saya periksa dulu."Diam-diam Mona memperhatikan Arjuna dengan lekat. Jas yang tadi dipakai oleh Arjuna kini tersampir di belakang kursinya. Rambut masih klimis, lengan kemejanya juga digulung sampai ke siku, kancing baju paling atas dan dasi sudah dilonggarkan sedikit. Kemejanya masih rapi, tidak kusut sama sekali. Mona jadi merasa aneh. Lalu kemudian Mona mengamati Nismara, perempuan itu juga masih berpenampilan seperti biasa, tidak acak-acakan sama seka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Ya, Sayang?   Mama?

    Nismara datang ke rumah Arjuna pukul lima pagi lebih lima belas menit. Karena kemarin Arjuna sudah memberikan kunci cadangan, makanya Nismara bisa masuk ke rumah dengan mudah, tanpa harus menunggu yang punya datang. Ini membuat Nismara keheranan lagi, kenapa Arjuna mempercayakan kunci rumahnya pada Nismara? Bisa saja, kan, Nismara diam-diam mengambil sesuatu atau sengaja mengajak komplotan maling.Sebelum membangunkan Arjuna dan Nanda, Nismara memilih untuk memasak terlebih dahulu. Untung saja tadi ia pergi ke pasar subuh terlebih dahulu, jadi ia bisa memilih banyak sayuran yang masih segar.Hari ini Nismara memasak sayur bayam dan ayam goreng. Kedua makanan tersebut hasil permintaan dari Nanda langsung. Sebelum memasak, Nismara terlebih dulu memasak nasi dari rice cooker supaya cepat matang.Tepat pukul enam, semua masakan sudah siap. Nismara langsung pergi ke kamar untuk membangunkan tuan rumah.Demi menjaga sopan santun, Nismara mengetuk pintu kamar terlebih dahul

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Ya, Sayang?   Pasutri

    "Pak, bangun! Sudah pagi!"Arjuna meregangkan tubuhnya. Sesuai yang disebutkannya kemarin, Nismara membangunkan Arjuna cukup pagi."Kamu sudah datang?"Nismara mengangguk pelan. "Sudah, Pak."Arjuna bangun lalu pergi ke kamar mandi.Nismara langsung pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Lima menit kemudian Arjuna sudah berada di dapur juga, Arjuna mengambil air minum dari teko sesekali melirik Nismara yang tengah berkutat dengan pisau dan sayuran."Hari ini biar saya yang masak, kamu cuci saja baju, semua baju yang kotor sudah ada di keranjang dekat mesin cuci."Kening Nismara agak mengernyit ketika mendengar kalau hari ini Arjuna yang akan memasak. Ia tidak menyangka kalau Arjuna ternyata bisa memasak. Apakah masakannya akan enak?"Baik, Pak." Nismara langsung menurut. Ia pergi menuju mesin cuci. Nismara kagum ketika melihat mesin cucinya yang mewah dan keluaran dari merk ternama.Orang kaya memang beda, pasti mesin cucinya hemat air juga hemat listrik."Kalau sudah cuci langsung dij

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22

Bab terbaru

  • Ya, Sayang?   Special Chapter

    "Yan, tolong ambilin popok di toko, gih.""Nanti aja, Mbak. Tanggung, nih." Dayyan masih terfokus pada layar televisi yang sedang menayangkan acara kartun di hari Minggu pagi.Di rumah keluarga Pak Gumilar sekarang orang-orang sedang sibuk. Bu Darmaya dan Novi sibuk mencuci dan membereskan rumah, Nirmala sibuk mengasuh si kembar dan Dayyan juga ikut menjadi babysitter, menjaga Nanda dan Juni."Cepetan, Yan.""Suruh bang Wowo aja bawa ke sini.""Di toko lagi rame, Mbak tadi udah telepon katanya bang Wowo lagi ngaterin barang, bang Deri lagi sibuk soalnya di toko sekarang lagi banyak pembeli.""Bentar lagi atuh, Mbak. Sabar. Nunggu dulu iklan." Baru saja Dayyan bilang begitu, tiba-tiba tayangan berubah menjadi iklan komersial.Dayyan beranjak dari posisi rebahannya. Ia berjalan gontai mengambil kunci motor yang menggantung di dekat saklar lampu."Om Day, aku ikut." Nanda berlari menuju Dayyan."Sekalian sambil bawa Juni juga, Yan.""Iya, iya." Dayyan menggerutu. Ia menggendong Juni, sem

  • Ya, Sayang?   Si Kembar

    Nismara saat ini seperti orang yang hendak melakukan sebuah tindak kejahatan. Kepalanya celingukan dan ia terus mengatur napasnya yang memburu, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.Setelah menunggu beberapa saat. Nismara mengambil sebuah benda panjang berwarna putih itu dari dalam gelas yang berisi air berwarna kekuningan dan berbau pesing.Dengan harap-harap cemas, Nismara perlahan mengintip hasil dari benda panjang berwarna putih tersebut. Dan sesaat kemudian napasnya tercekat dan mulutnya menganga. Ia sangat tidak percaya dengan hasil yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan tersebut.Nismara langsung teringat, ia tidak boleh merasa puas dan senang dulu, soalnya kata Bu Mia, kalau ingin tahu hasil yang akurat itu tes harus dilakukan lebih dari sekali.Sebelum Arjuna bangun, Nismara buru-buru menyembunyikan alat tes kehamilan tersebut dan membuang air urinenya.Beberapa hari kemudian, Nismara mencoba mengecek kembali dan hasilnya tetap sama, dua garis merah yang artinya Nismara

  • Ya, Sayang?   Bulan Madu

    Resepsi pernikahan selesai ketika menjelang malam hari. Di kamar pengantin, Nismara dilanda insomnia dan serangan panik yang membuat jantung berdetak abnormal.Jari-jari tangan Nismara saling meremas satu sama lain, tubuhnya juga bergetar hebat."Ini malam pertama! Ini malam pertama! Ini malam pertama!" ucapnya berkali-kali dengan suara yang sangat lirih.Nismara sudah selesai mandi dari setengah jam yang lalu, sekarang wajahnya full tanpa ada riasan, rambutnya juga basah sehabis keramas."Kenapa gak datang bulan sekarang, sih? Kan aku gak bakal tegang kayak gini. Please, datang bulan datang lagi, dong. Tolongin aku, lah."Meskipun berdoa seperti itu tidak akan terkabul karena baru lima hari yang lalu Nismara selesai masa menstruasinya.Nismara berlari ke arah tas selempang yang tergeletak di atas meja rias. Diam-diam ia mengeluarkan obat tidur lalu meminumnya. Semoga dengan ini ia bisa tidur dan tidak ingat apa-apa.Buru-buru ke atas tempat tidur dan bersembunyi di balik selimut, Nis

  • Ya, Sayang?   SAH!!!

    "Jangan tegang begitu dong, Nis. Rileks, rileks."Nismara mengembuskan napas panjang, berulang kali sampai rasa gugupnya sedikit menghilang."Bayangin aja pas kamu kemarin lagi siraman, gugup gak? Tegang gak? Rileks. Santai, Nis." Reona kembali menenangkan Nismara karena tubuh gadis itu gemetaran dan wajahnya sangat tegang."Siraman sama akad sekarang beda nuansanya, Miss. Aku gugup banget, nih. Nov, tolong ambilkan obat penenang punya Mbak, dong."Novi mendelik kesal. "Kemarin, kan, udah dihabiskan sama Mbak. Obat penenangnya buat sekeluarga, bukan buat Mbak doang. Emangnya Mbak mau overdosis? Kalau diminum sekarang nanti pas naik ke pelaminan gimana, Mbak? Yang tegang bukan Mbak aja, kita semua sekeluarga juga tegang, aku aja yang bukan pengantin aja ikut tegang, merasakan sensasi jika suatu saat nanti aku mau nikah jadi gini rasanya."Pegawai Reona memberikan air minum untuk Nismara dan langsung diminum sampai tandas."Miss, aku mau ke toilet lagi."Reona berkacak pinggang. "Ini ya

  • Ya, Sayang?   D-1

    Setelah rangkaian pre-wedding dan antek-anteknya, hari ini hari terakhir Nismara mengajar sebelum menghitung hari menuju ke hari yang berbahagia. Saat hari pernikahan Nismara nanti, Andin juga akan ijin cuti selama dua hari, bukan ijin cuti untuk menikah, tetapi Andin ditunjuk sebagai penerima tamu alias pagar ayu bersama dengan Novi dan sepupu Nismara yang lain."Kalau nikahnya di Bogor sekalian kita jalan-jalan, ya. Untungnya kamu ngambil akad hari Minggu, jadi kita-kita semua gak harus bolos massal," ujar Bu Tari.Nismara hanya tersenyum menanggapinya."Omong-omong, ini yang mendesain kartu undangan siapa, Nis? Bagus banget, deh," puji Bu Mia."Itu saya sendiri yang mendesainnya, Bu.""Ih ternyata kamu hebat banget, ya. Keren banget, lho, ini. Simple tapi elegan. Nanti saya promosikan kamu ke para tetangga, kolega dan saudara saya buat desain undangan bisa gak, Nis? Eh, tapi sebentar lagi kamu, kan, jadi nyonya CEO, dibolehin gak, nih, kamu kerja? Jangan-jangan ini hari terakhir

  • Ya, Sayang?   Pra Nikah

    Reona meneguk secangkir kopi hitamnya yang sudah dingin dan tinggal setengah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum puas. Akhirnya setelah penantian yang panjang dirinya berhasil menyelesaikan tiga gaun pengantin untuk Nismara dan Arjuna. Satu untuk akad dan dua lagi gaun untuk resepsi. Para pegawai yang membantu Reona juga terlihat sangat puas akan hasil kerja sama mereka."Besok kalian boleh libur. Tenang saja, nominal gajian tetap sama, kok," ucap Reona.Para pegawainya bersorak gembira. Mereka mengucapkan terima kasih pada bosnya itu kemudian pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ketika para pegawainya sudah pulang, Reona masih berada di dalam ruang kerjanya, menatap lurus ke arah patung manekin yang sudah dipasangi sepasang gaun pengantin yang baru saja selesai dibuatnya.Reona mengembuskan napas panjang, pikirannya berkecamuk, di saat para sahabatnya sudah menikah dan bertunangan, dan masih ada yang berpacaran, hanya dirinya saja yang masih s

  • Ya, Sayang?   Luluh

    Arjuna terkejut ketika tiba-tiba dirinya ditarik ke belakang saat hendak masuk ke dalam mobil. Arjuna juga panik saat orang yang menariknya tersebut tiba-tiba duduk di kursi kemudi dan menutup pintunya dengan rapat."Hei, buka pintunya!" Arjuna tidak mengetahui dengan jelas siapa pelaku tersebut.Saat ini Arjuna benar-benar panik karena tidak mau hartanya diambil, apalagi di dalam ada Nanda yang sudah masuk ke dalam mobil.Jangan-jangan orang yang mau menculik sekaligus mengambil mobil Arjuna? Kalau begitu sebodoh amat dengan mobil, yang Arjuna khawatirkan sekarang yaitu Nanda, anak semata wayangnya yang tidak bisa diganti dan ditukarkan dengan apa pun.Kaca jendela mobil terbuka, menampilkan wajah pelaku yang menarik Arjuna sampai jatuh tersungkur."Cepat masuk ke dalam mobil, Mas."Pelaku tersebut yang tidak lain dan tidak bukan ialah Nismara mengedikkan sebelah bahunya, memberikan isyarat pada Arjuna supaya duduk di jok belakang."Turun kamu dari mobil saya!""Tidak mau.""Turun!"

  • Ya, Sayang?   Ikut Campur

    "Kamu kemarin habis dari mana?"Dada Nismara mendadak sesak. Kalau Arjuna sudah bertanya dengan nada serius seperti ini, berarti itu artinya Arjuna sudah tahu tentang kejadian kemarin sore saat Nismara dan Sella ketemuan di restoran Cina."Aku kemarin gak habis dari mana-mana, kok, Mas. Memangnya kenapa?""Jangan coba-coba bohong, kamu! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu habis bertemu dengan Sella."Arjuna mendadak mengerem mobilnya sampai tubuh Nismara terhuyung ke depan."Kenapa kamu berbohong, Nis?""I-itu...""Kamu gak mencoba untuk mempertemukan Nanda dengan Sella, kan?"Lawan, Nis. Lawan! Kamu jangan diam saja. Kamu harus meluruskan dan memperbaiki hubungan antara Arjuna dengan Sella."I-itu... sebenarnya... aku..., aku memang sengaja ketemuan sama Mbak Sella supaya dia bisa bertemu dengan Nanda, Mas."Mata Arjuna membelalak. Ia menatap Nismara tidak percaya. "Kamu mengkhianati aku, Nis?""Aku gak mengkhianati kamu, Mas. Aku hanya mencoba mempersatukan lagi seorang ibu dan anak

  • Ya, Sayang?   Bertemu Sella

    "Jadi, Pak Arjuna ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, gitu?""Sepertinya." Nismara mengembuskan napas. Ia memainkan kuku-kuku jari tangannya."Memangnya kamu gak tanya alasan kenapa Pak Arjuna bercerai?" Andin sibuk mengunyah keripik singkong yang baru saja di belinya tadi sehabis pulang dari pasar malam."Katanya sih dia itu diceraikan sama istrinya dan ditinggalkan, mungkin karena istrinya gak bisa hidup lebih lama dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Soalnya kalau Mas Arjuna yang menggugat cerai, gak mungkin reaksinya bakal emosional kayak gitu.""Bisa jadi kalau Pak Arjuna itu sedang berbohong, Nis. Dia sebenarnya yang menceraikan mantan istrinya karena ketahuan selingkuh di belakangnya."Nismara menggeleng. "Nggak, Din. Aku yakin Mas Arjuna gak akan melakukan hal tersebut. Mas Arjuna itu tipe anak yang sangat berbakti pada orang tua, Mas Arjuna pasti gak akan mengecewakan kedua orang tuanya, apalagi itu pesan terakhir dari ibunya. Mas Arjuna juga bukan tipe orang yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status