Kesya menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangan. Kedua matanya kompak membola melihat keindahan tempat itu. Udara segar langsung menerpa seluruh permukaan kulitnya. Hijaunya dedaunan menyelipkan damai tersendiri di hati. Saat ini Kesya berada di sebuah perkebunan luas milik keluarga Kingston. Semua tebakannya salah, ternyata kencan yang dimaksud Sean adalah berkunjung di desa terpencil ini.
Kesya tersentak karena kaget saat merasakan kehangatan di balik punggungnya. Rupanya Sean melampirkan jas padanya menghalau dari rasa dingin yang kian menusuk."Bagaimana? Kau menyukainya?" Sean mensejajarkan tingginya pada Kesya yang sedang duduk di kursi roda."Aku tidak hanya menyukainya tapi teramat sangat menyukainya. Terimakasih untuk mu sayang." dengan cepat Kesya mengecup singkat pipi Sean.Sean tersenyum manis, debaran jantungnya terasa menggila. "Sayang? Terakhir kali kau memanggilku dengan sebutan romantis itu, pada saat kau sedang meOne Month Later.....Sudah hampir satu bulan lamanya, Kesya terkurung di sebuah kamar yang didominasi warna coklat. Berkali-kali Kesya mengerek bahkan memohon pada Sean agar diberi izin untuk keluar walau hanya sebentar, namun, Sean sama sekali tidak menghiraukan rengekan Kesya, sejak wanita itu diperbolehkan pulang, Sean berubah menjadi lelaki protektif bahkan over protective. Padahal keadaan Kesya sudah semakin membaik dan kini dia bahkan sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.Kesya mendudukkan dirinya di atas ranjang dan langsung saja matanya melirik ke samping tempat tidur. Seperti biasa, setiap paginya Sean hanya akan menitipkan pesan di atas nakas kamar sebelum berangkat ke kantor. Kesya melepas nafas kasar, tanpa membuka dia sudah sangat hapal isi surat itu, isinya tidak berbeda jauh dari hari sebelumnya. Apalagi kalau bukan kalimat-kalimat manis untaian cinta.Dengan malas, Kesya segera beranjak dari tempat tidur lalu menuruni
"Semua sudah siap?" Sean berujar setengah berbisik, sesekali matanya bergerak liar ke arah ranjang."Kalau bukan karena kau sahabatku, sudah ku bunuh kau saat ini juga." balasan suara dari balik panggilan terdengar meninggi."Aku tidak butuh retorika mu saat ini, yang ku inginkan hanya hasilnya." Sean dengan nada angkuh sama sekali tidak menanggapi kekesalan Dastan."Semua berjalan sesuai rencana mu." balas Dastan singkat."Kerja bagus. Kau memang bisa diandalkan. Tidak sia-sia aku memelihara mu selama ini." Sean berujar dengan nada ringan, sengaja semakin menabur bara di dada Dastan."Apa kau bilang! Kau pikir aku hewan peliharaan mu! Dasar gila! Kau memang...."Langsung saja Sean memutus panggilan secara sepihak, telinganya hampir meledak ketika Dastan berujar dengan suara membahana. Sean sama sekali tidak peduli apa yang tengah di rasakan Dastan disana, hanya saja sebagai sahabat yang sudah lama menjalin hubu
Suasana di hotel itu begitu mengharukan, semua tamu bahkan turut terhanyut dalam manisnya lautan bukti cinta Sean. Bulir-bulir air mata yang terasa hangat menghujani pipi Kesya, telapak tangan itu bergerak tanpa sadar menempel di di kedua bibirnya."Kau.... kau... bagaimana aku mengatakannya." kepala Kesya tertunduk saat bibirnya tak bisa mampu tuk sekedar berucap.Sean berusaha menahan diri untuk tidak segera membawa tidak tubuh bergetar Kesya ke dalam pelukan.Kesya menarik nafas panjang sebelum kemudian berujar. "Aku merasa tidak pantas untuk semua ini Sean, kau bahkan merendahkan dirimu di hadapan semua orang hanya untuk wanita seperti ku." Kesya menyeka air matanya yang semakin berjatuhan. "Kau tidak perlu melakukan seperti ini padaku, harga ku tidak semahal itu."Sean tersenyum tipis. "Kau tidak hanya sekedar berharga bagiku Kesya, tapi segalanya. Kau segalanya bagiku, aku tidak peduli dengan asal usul mu, yang ku tahu aku mencintaim
"Apa-apaan ini!" Charles melempar ponsel di atas lantai sesaat setelah menyaksikan sebuah berita yang mampu menghebohkan dunia. "Bisa kau jelaskan apa maksud semua ini!" tatapan mata Charles menggelap, ingin rasanya meremukkan seluruh tulang Ben detik ini juga."Maafkan saya Tuan namun, Tuan muda tidak menginginkan salah satu dari keluarga Kingston turut serta dalam pertunangannya tadi malam." dengan hati-hati Ben merangkai kalimat sebaik mungkin mencegah kemarahan Charles yang sudah tampak di wajahnya."Apa mulutmu tidak bisa berkata tidak! Apa kau lupa bahwa aku masih pemilik sah seluruh kekayaan Kingston. Seharusnya kau lebih patuh padaku daripada Sean!" dada Charles naik turun karena desakan emosi."Maaf Tuan namun, sesuai amanat para leluhur Kingston dahulu ketika putra tertua Kingston menikah maka secara otomatis seluruh harta dan kekayaan Kingston akan jatuh padanya. Sama halnya dengan hamba seperti kami, secara tidak langsung Tuan muda Sean a
Hai....Sesuai janji bakalan up lebih dari satu chapter..Terimakasih buat bintangnya yang mahalnya seperti darah🤣 Terimakasih juga yang udah kasih review..Kalian tau gak sih, sebenarnya jari aku udah pada pegel... Semoga gak patah yah kakak kakak.... WkwkwkkwPerlahan kaki Sheila mendekati ranjang Emily. Seperti merasa sedang dalam bahaya sontak saja tubuh Emily memberi respon. Dia meringsut mundur hingga terjebak di tembok."Kenapa nyonya Kingston yang terhormat, apa kau takut padaku?" seringai tajam Sheila seperti ingin mengoyak lapisan kulit Emily. "Kau... terlihat sangat mengerikan saat ini. Lihatlah, kulit mulus mu yang dulu terawat kini berubah menggelap dan menjijikkan. Wajahmu yang dulu selalu membuat kaum hawa berteriak iri kini tak lebih dari si buruk rupa. Rambut panjang yang dulu sehalus sutra kini berubah jadi kasar bagaikan aspal. Rasanya aku ingin menangis saat ini, dulu kau dipandang ratu oleh dunia tapi sekarang kau sama
Sean memasuki kediaman Kingston dengan langkah lebar. Semua pelayan menunduk hormat sebagai sambutan atas kedatangannya. Mengabaikan kehormatan itu, Sean memindai seksama semua wajah yang kompak menatap ke arahnya. Lelaki itu memasang wajah bingung ketika melihat dokter Derrick turut andil dalam pertemuan ini. Rasa penasarannya semakin mendesak, Sean segera mendekati sofa lalu duduk dengan santai."Segera mulai topiknya." dengan sikap angkuh Sean melempar sindiran kepada seorang pria yang duduk di kursi kebesaran Kingston."Nikmatilah dulu jamuan tuan rumah. Bukankah terkesan tidak sopan jika kau tidak mencicipi jamuan pemilik rumah?" Charles menyesap secangkir kopi lalu melirik sekilas pada Sean."Aku tidak tertarik. Kedatangan ku bukan untuk bertamu. Kau tentu sangat tahu itu bukan?" Sean tersenyum miring ketika melihat raut wajah Charles berubah kaku."Bagaimana keadaan Kesya sejauh ini." dokter Derrick mengambil sikap inisiatif saat me
Jiwa iblis Sheila meronta puas saat melihat tubuh Emily meluruh di lantai. Darah segar mengucur deras dari dahi wanita pesakitan itu, sambil terisak-isak tangan Emily masih menempel di kedua telinganya. Sheila melarikan tangan ke dalam tas kecilnya, sesuatu yang berkilat berbibir tajam keluar dari dalam tas itu. Dengan santai, Sheila menyapu permukaan tajam benda itu hingga jemari telunjuknya meneteskan darah. Dengan sengaja, Sheila mengasah benda tajam itu di atas lantai. Emily lagi-lagi bergetar takut, bunyi nyaring kali ini jauh lebih tajam dari sebelumnya. Puas dengan pemanasannya, Sheila menghentikan gesekan itu."Emily, kau ingin hidup tenang bukan?" bisiknya tepat di telinga wanita itu. "Bagaimana jika kau mengakhiri hidup mu. Pergi saja ke alam baka, disana jauh lebih bahagia daripada disini." Sheila menarik wajahnya untuk mengamati sekilas wajah Emily. "Bagaimana Emily, kau mau bukan? Tenang saja, tidak akan ada yang mengetahui semua rencana kita, tidak Sean, Kes
Mobil hitam itu berhenti di depan sebuah apartemen mewah. Kesya menurunkan kakinya perlahan, masih dengan lutut bergetar, hampir saja tubuhnya limbung jika tidak segera berpegangan pada pintu mobil."Anda baik-baik saja nyonya?" Ben berujar dengan nada khawatir."Aku tidak apa-apa, jangan khawatir." Kesya mencoba tersenyum demi menghilangkan kekhawatiran yang terlihat jelas di wajah lelaki itu.Memilih untuk mengerti, Ben akhirnya menurut. Raut wajah khawatirnya perlahan-lahan mulai berangsur-angsur.Meskipun begitu, Kesya sangat memuji kesetiaan Ben. Lelaki itu benar-benar seperti bayangan Sean. Dia hanya akan tunduk dan menurut pada Sean."Ben, tolong rahasiakan masalah tadi. Aku tidak ingin semakin membebani Sean. Kali ini menurutlah padaku, ini semua demi kebaikan Sean." jawaban Kesya tersirat kebenaran namun, masih saja Ben meragu akan itu."Tuan muda bukanlah lelaki bodoh nyonya. Dalam waktu dekat, beliau pasti
Hari ini benar-benar datang. Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka,momentyang ditunggu-tunggunya kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama kesakitan, merasa malu untuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan. Seorang perempuan yang sangat cantik tampak mengenakan gaun berwarna putih panjang. Potongan gaun pernikahan itu sedikit merendah di bagian dad@ membentuk hurufVmenampakkan leher jenjang nan bahu seksi itu. Tubuh indahnya terbungkus mewah dan membuat matanya tampak enggan berpaling. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar itu. Dia sangatlah cantik bak seorang Dewi. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Lengannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar ketika di sentuhkan ke w
"Apa maksudmu!"Wajah Charles mengeras mendapat perlakuan sedemikian buruk. Langkahnya untuk segera bertemu dengan Emily tertahan begitu saja karena para pengawal langsung bergerak sigap, memagari dirinya supaya tidak bisa masuk. Charles menggertakkan giginya, kemarahannya yang tampak kelas menguar dari matanya membuat suasana disini terasa mencekam. Begitupun halnya dengan para pengawal itu, tetapi mereka lebih menaruh rasa takut pada kemarahan Sean nantinya. Lelaki itu akan murka jika perintahnya dibantah, bisa saja leher mereka akan menjadi sasaran amukannya. Karena itulah untuk menghindari semuanya, mereka lebih baik memilih perintah Sean."Ku katakan sekali lagi menyingkir dari jalanku" desis Charles mengancam."Maaf tuan. Anda tidak bisa masuk."Rupanya amarahnya itu tak lagi bisa ditahan. Di detik yang sama Charles menelusupkan tangannya di balik jas, meraih senjatanya sebelum kemudian menodongkannya tepat di dahi pengawal itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?"Dahi Kesya berkerut ketika melihat keberadaan Sean di dapur. Lelaki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek selutut. Kesya melangkah maju ke arah Sean sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sean yang rupanya memergoki kebingungan istrinya tersenyum tipis. Perempuan itu pastilah bertanya-tanya mengapa keadaan rumah ini sepi. Namun Sean tidak ingin menyudahi kebingungan Kesya untuk waktu yang cepat, dia masih ingin menikmati wajah cantik itu dalam selang waktu yang lama."Kemana semua para pelayan? Sejak kita pindah di rumah ini, aku tidak menemukan siapapun selain kita berdua dan beberapa pengawal yang berjaga di luar." sambil menolehkan kepala ke arah Sean, Kesya berkata. Mengambil jarak sedekat mungkin, berdiri tepat di bawah dagu Sean.Ekspresi Sean lembut sementara jemarinya bergerak, menyelipkan anak-anak rambut yang menempel di dahi Kesya. Perempuan itu sungguh cantik, meski tanp
"Selamat pagi."Bisikan lembut yang menyapu indera pendengaran berhasil menembus kesadaran Kesya. Perlahan kelopak matanya mengerjap sebelum kemudian mata coklat terang itu terbuka lebar. Hal yang pertama sekali menyapa penglihatannya adalah wajah Sean yang sangat dekat dengan wajahnya, pipi Kesya merah padam, dia hendak menundukkan kepala tetapi jemari Sean langsung dengan bergerak sigap meraih dagunya memaksa menoleh ke arahnya."Apa yang sedang kau pikirkan? pipimu merona, dan itu membuatku bertanya-tanya." ujar Sean sambil menggeser hidungnya di hidung Kesya."Aku... tidak baik-baik saja." suara Kesya serak, senyumnya terurai karena malu-malu.Sean terkekeh kecil, kemudian menarik pinggang Kesya semakin merapat padanya. Tangannya bergerak sensual mengusap permukaan kulit Kesya, sementara matanya terpaku kedalam mata coklat itu. Sean menipiskan bibirnya ketika melihat pipi Kesya yang bertambah merah padam. Perempuan itu tengah men
Proses percintaan itu berlangsung begitu lama. Setelah ledakan yang luar biasa yang menguras kekuatan fisik dan mental, Kesya terbaring di sana dengan mata nyalang. Dadanya bergerak naik turun berjuang keras untuk memompa udara ke paru-parunya. Tubuh Sean masih terbaring di atasnya, dini hari menjelang lelaki itu seolah enggan melepaskan diri dari tubuhnya.Napas Sean sama terengahnya dengan napas Kesya. Dadanya pun bergerak naik turun sementara kepalanya tenggelam di sisi wajah Kesya, sesekali menggesekkan bibirnya mengirim sinyal senyar untuk kembali menggoda Kesya. Perempuan ini berhasil membuatnya kehilangan kontrol dan itu membuatnya senang. Sean mengeecupi garis leher Kesya, bibirnya mengulas senyum tipis ketika mengingat percintaan mereka tadi. Bagaimana tidak, dia harus membimbing Kesya yang tidak berpengalaman ke dalam hal-hal lain yang tentunya membawa mereka dalam kepuasan bersama."Kau baik-baik saja?"Suara Sean yang terdengar parau tiba
"Istriku."Bisikkan itu lembut mengalun bagaikan musik syahdu yang menyejukkan hati. Di bawah kegelapan temaram Kesya merasakan lekukan lehernya dikecupii. Deru napas terasa panas menggelitik, dadanya yang malang sesak menahan debaran yang memukul. Suara lenguhan lolos tak tertahan ketika merasakan sentuhan itu bertambah intim. Tubuhnya yang tak berdaya, hanya bisa pasrah ketika diraup dan dibawa ke atas ranjang.Sean mengawasi wajah Kesya yang merona karena malu. Ketika kepala Kesya menyentuh permukaan ranjang, lelaki itu langsung menyusul di atasnya, menghadiahkan ciuman terbuka dan lidah menggoda yang tidak mungkin bisa ditolak Kesya. Tanpa ampun Sean meelumat, menccicipi, dan mennyesap kelembutan bibir Kesya yang terasa manis dan meledakkan hasratnya dengan cepat."Bolehkah aku memilikimu seutuhnya malam ini?"Suara Sean yang terdengar parau tiba-tiba terdengar dekat di sisi telinganya, membuat Kesya sedikit terkesiap. Ditatapnya kedal
"Sudahkah ku katakan bahwa hari ini kau cantik sekali?"Sean menangkup sisi kiri dan kanan Kesya lalu menciumnya mesra.Mereka telah selesai mengucapkan sumpah pernikahan dan kali ini adalah saat untuk menyambut para tamu.Hotel itu disulap begitu indah dan mewah layaknya istana. Seluruh sudut ruangan berhias ornamen-ornamen klasik dan bunga-bunga harum mewangi yang sangat indah di pandang mata.Kesya tersipu malu bercampur haru, tak hanya hotel itu yang berhias bunga namun juga hatinya. Para tamu yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan secara langsung pernikahan mereka juga tidak sungkan untuk menunjukkan raut kebahagiaan.Kedua kelopak mata Kesya terpejam rapat ketika melihat wajah Sean yang perlahan-lahan mendekati wajahnya. Dia sudah bersiap menerima sentuhan lembut di bibirnya.Dan benar saja, saat sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya, Kesya langsung tersenyum lebar. Dia mengalungkan kedua tanga
Kesya menggenggam erat-erat kalung yang sudah melingkar di lehernya. Selepas kepergian Diandra, dadanya seketika membuncah bahagia. Meskipun melalui Diandra, namun secara tidak langsung restu Emily bersamanya. Dia mematut wajahnya kembali di hadapan cermin. Beruntung riasan Bobby tidak memudar seperti dugaannya. Kesya menghembuskan nafas pendek, sebentar lagi statusnya akan berubah. Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kesya mengangkat kepalanya."Kau cantik sekali wanita penari." ujar Adrian melangkah maju ke arah Kesya.Senyum Kesya melebar. "Terimakasih Adrian." bisiknya sepenuh hati.Adrian tersenyum tipis bercampur kepedihan. Rasanya sakit sekali harus merelakan wanita yang kita cintai bersanding dengan lelaki lain. Tetapi demi kebahagiaannya, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.Berbahagialah Kesya, semoga cintaku segera menghilang. Aku tidak ingin selamanya tersiksa dengan ci
Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka, hati yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama keburukan, merasa malu tuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan.Seorang wanita dibalut dengan gaun mewah sedang duduk menatap dirinya di pantulan kaca. Dia sangatlah cantik bak seorangDewi yang turun dari kahyangan. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Tangannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar hendak menyentuh wajahnya."Aku sangat membenci air mata pengantin, dengan alasan apapun. Jadi tolong hentikan desakan air matamu, sebelum seluruh riasan mahal ini luntur." Bobby berujar cepat, memberi peringatan keras sebelum hal yang ditakutkannya terjadi.Kesya tersenyum lebar lalu menganggukkan kepala. Sekuat t