Semua keluarga sedang berkumpul di halaman untuk menyambut kedatangan Brandon dan Lily, yang rencananya akan melahirkan putra pertama mereka di Newcastle. Entah bagaimana Brandon bisa begitu percaya diri bahwa Lily memang akan melahirkan seorang putra untuknya. Sementara bagi Lily sebenarnya tidak terlalu penting entah itu bayi laki-laki atau perempuan yang ada di perutnya, dia hanya ingin melahirkan anak pertamanya di dekat kedua saudarinya Cecil dan Lucy, karena itu Brandon harus mengalah untuk menuruti keinginan istrinya. Walaupun sebenarnya Brandon masih ingin bersikeras bahwa putra pertamanya harus lahir di tanah leluhurnya sebagai seorang Lington sejati, tapi sekali lagi tidak ada yang bisa menolak kemauan Lily.
Begitu turun dari kereta Lily langsung menghampiri Lucy dan Cecil, mereka sempat berpelukan sebentar sampai akhirnya Lily mulai mengeluh dengan perut besarnya yang merepotkan saat ingin memeluk Cecil. Henry tanpa sadar ikut tertawa mendapati mulut sembrono Lily
"Henry apa itu kau ?" Cecil baru akan berbaring saat menyadari ada yang membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk, karena itu memang hanya kebiasaan Henry, tapi dia tidak biasa datang selarut ini."Kenapa kau belum tidur? " tanya Cecil heran mendapati pria itu sedang berjalan mendekati ranjangnya. Karena memang tidak biasanya Henry mau mendatangai kamarnya kecuali hanya untuk mengucapkan selamat malam dan itu pun biasanya dia hanya berdiri di pintu."Boleh aku melihatnya? "Tanya Henryagak mengejutkan saat menatap perut Cecil."Oh tentu, " ya, seharusnya Cecil memang tidak boleh terburu-buru salah paham, dia tau yang diinginkan Henry memang hanyalah bayi di perutnya.Henry naik perlahan keatas tempat tidur di sampingnya, Cecil membiarkan Henry menyentuh perutnya yang mulai bergerak dan pria itu merasa takjub ketika menatap Cecil."Aku tidak tau jika dia bisa bergerak," Henry benar-benar merasa sangat Luar biasa, dia mulai merunduk untuk mene
Cecil cukup antusias karena ini adalah kali pertama Henry melibatkan dirinya dalam kegiatannya. Dua hari setelah kedatangannya di London Henry membawa Lady Cecil untuk menghadiri sebuah pesta salah seorang rekan bisnisnya. Lord Hamiltonakan melalukan penyerahan resmi seluruh kepemimpinannya pada putra tunggalnya Fredrick Hamilton. Henry sudah lama melakukan kerja sama dengan perusahaan Hamilton yang sekarang akan di pimpin oleh putra sang Earl. Henry juga sudah cukup mengenal fredrich Hamilton sejak dirinya bekerjasama dengan perusahaan orang tuanya selama hampir lima tahun ini.Di hadapan para tamu undangan Henry dan Fredrik kembali menandatangani kontrak kerja sama jangka panjang mereka dengan formasi kepemimpinan yang baru. Semua tamu undangan ikut bertepuk tangan untuk memberi selamat pada mereka berdua.Cecil yang masih berdiri tiba-tiba terkejut ketika melihat Houl Anderson berada di antar para tamu yang saat itu ikut berdiri untu
Cecil benar-benar tidak tahan jika harus membayangkan dirinya bakal bertemu lagi dengan Houl Anderson seperti tadi. Rasanya penderitaan ini sudah cukup tanpa perlu lagi ditambah dengan kehadiran pria itu lagi dalam hidupnya, karena Houl Anderson hanya akan selalu mengingatkan Cecil pada tumpukan dosa-dosanya."Bagaimana jika aku pulang labih dulu ke Canterbury?" tanya Cecil ketika mereka masih berada di dalam kereta dalam perjalanan kembali ke townhouse Stanley,"kau tau aku tidak akan memiliki teman di sini. "Henry agak terkejut saat menatap Cecil sebentar untuk menilai keseriusannya, "Maaf kupikir Anda bisa menikmati waktu bersamaku," sebenarnya Henry ingat bagaimana tadi sang Lady terlihat begitu canggung ketika harus duduk bersama para istri Ton."Maafkan aku," sesal Cecil, tiba-tiba merasa khawatir jika sudah menyinggung Henry."Aku akan mengantarkan Anda ke Canterbury jika Anda menginginkannya, Lady."Cecil tidak berani menatap Henry, karena
James dan Alex sengaja berkunjung ke Canterbury untuk berlibur di akhir pekan, kadang Alex memang masih sering rindu pada sang bibi, jadi selama dia tinggal di London Alex memang sengaja memanfaatkan waktunya untuk sesering mungkin berkunjung. Kadang hanya untuk menemani sang Bibi mengurus taman mawarnya atau hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menyulam. Entah bagaimana kegiatan yang dulu sangat di bencinya itu belakangan mulai menjadi kegiatan yang menyenangkan, mengingat betapa Alex pernah sangat merindukan hal sepele itu selama dia tinggal di Amerika. Mungkin benar jika tempat terbaik untuk hidup itu adalah tempat dimana orang-orang yang kita kenal berada, itulah kenapa Alex mulai kembali mempertimbangkan keinginannya untuk kembali menetap di Inggris.Ini adalah kali pertama Lady Cecil bisa menemukan cukup banyak teman untuk menyulam di rumahnya, karena dulu Lucy dan Lily memang lebih sering mengabaikannya, Lucy lebih suka mengurung diri dengan buku-bukunya,dan bagi Lil
"Bangunlah Cecil... Bangun! " Henry kembali memberinya udara untuk mendorong paru-parunya kemudian memompa lagi, berulang-ulang sampai tiba-tiba nafas Lady Cecil kembali tersengal berat dan Henry merasakan jantunya ikut berdenyut kembali."Oh Tuhan...! " Mia terlonjak dari keterpurukannya dan segera kembali memeriksa denyut nadi dan jantung putrinya"George tolong aku! "Henry segera bangkit dan mundur menjauh, membiarkan George dan Mia menangani putrinya. Mia menggosok telapak tangan dan telapak kaki Cecil agar tetap hangat, George menarik batal memiringkan putrinya ke kiri sebentar sambil menekan-nekan pangkal tenggorokannya agar bisa kembali bernafas, karena Cecil seperti masih tersengal-sengal untuk mendapatkan udara. Sebuah tarikan nafas dalam mengakhiri ketegangan mereka karena selanjutnya, nafas sang Lady mulai menjadi teratur setelah sempat terbatuk-batuk kecil. George membaringkan tubuh putrinya pelahan, meluruskannya agar peredaran darahnya segera kemb
Akhirnya lady Cecil siuman setelah hampir dua minggu, bibi Dorothy segera membantu sang Lady untuk duduk."Oh, Nona, apa Anda ingin minum, " sang bibi sudah mengambil cangkir berisi air putih untuk nonanya yang sepertinya belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi."Bibi dimana bayiku?, tanya Cecil setelah menyentuh perutnya yang rata."Putri Anda sedang tidur di kamarnya," terang sang bibi sambil kembali membenahi selimut Lady Cecil."Putri, " kutip Cecil, dan sang bibi hanya mengangguk dan tersenyum." Istirahatlah, Nona, ini masih larut. ""Aku ingin melihatnya," mohon Cecil."Bayi Anda masih tidur. ""Aku hanya ingin melihatnya, antarkan aku ke kamar bayiku, " Cecil benar-benar mulai berkeras sampai sang bibi tidak punya pilihan kecuali menuruti keinginan nonanya."Baik lah tapi Anda masih harus berhati-hati saat berjalan, Nona. "Cecil mengangguk dan mengikuti instruksi sang bibi untuk tetap berpegangan p
Bagaimana semua ini bisa terjadi, dirinya menikahi wanita yang juga tidak menginginkannya. Bahkan kali ini dirinya juga sedang melakukan saran sang Lady untuk mencari wanita untuk kesenangannya. Henry memasuki sebuah rumah hiburanyang terkenal menyajikan wanita-wanita dengan kualitas terbaik di seluruh London. Tadinya dia pikir beberapa wanita akan cukup untuk melupakan masalahnya, tapi ternyata dirinya tetap tidak bisa menikmati apa pun di tempat itu, begitulah akhirnya Henry kembali memilih pulang dengan berjalan kaki. Henry sampai kembali dirumahnya setelah lewat tengah malam, dan dia hanya ingin segera kembali melihat putrinya. Dia segera berjalan menaiki tangga tanpa memanggil pelayan dia hanya melempar mantelnya di sofa kemudian langsung menuju kamar bayi. Henry hanya tidak menyangka bakal menemukan Lady Cecil yang sedang tertidur di kamar bayinya sambil menyusui putrinya, Henry yang masih berdiri di ambang pintu hanya memperhatikannya sampai bebe
Cecil terlihat sangat buruk ketika Lucy datang, entah sejak kapan kakak perempuannya itu sudah duduk seperti mayat hidup penunggu bingkai jendela.Lucy yang baru datang dari Newcastle segera mendatangi kediaman kakaknya, entah sudah berapa lama dirinya tidak melihat Cecil, kakaknya itu terlihat agak kurus dan pucat. sambil melepas kancing mantelnya Lucy berjalan menghampiri kakak perempuannya, dia meletakkan mantel tersebut di punggung kursi yang akhirnya dia duduki untuk menghadapi Cecil yang masih diam seperti marmer beku yang sewaktu-waktu bisa hancur atau terbelah. Ya, sepertinya Cecil memang sedang labil seperti apa yang ia tulis dalam surat-suratnya."Sepertinya aku akan gila Lucy," ungkap Cecil seperti sudah benar-benar kehilangan semangat hidup."Apa yang ter jadi?" tanya Lucy yang mulai memperhatikan gadis kecil di pangkuan kakaknya, gadis kecil itu kembali menggeliat saat Cecil coba menahannya di sana. Lucy pun segera mengulurkan tangannya untuk