Tidak ada yang bisa menggambarkan betapa bahagianya hati Ziona sekarang ini. Laki-laki yang sudah sah menjadi kekasihnya banyak mengajarkan hal baik kepadanya.
“Kamu boleh memakan coklatnya.” Ucap Zefa karena sejak tadi wanitanya hanya memandangi makanan manis berbentuk hati tersebut.
“Aku tidak akan memakannya. Aku akan menyimpannya di kulkas. Bagaimana bisa aku memakannya sementara kamu membuatnya dengan susah payah.” Ziona tidak berdusta. Dia belum siap untuk memakan hadiah dari kekasih hatinya.
“Coklat itu untuk dimakan Ziona. Aku bisa membuatkannya lagi untukmu.” Zefa hanya bisa tersenyum melihat tingkah menggemaskan dari gadis itu.
“Tidak mau Zefa. Aku akan membawanya pulang. Untuk merayakan hari jadian kita aku yang akan mentraktir kamu makan.”
“Tidak-tidak! Aku yang harus mentraktirmu. Kebetulan aku mendapatkan murid dengan bayaran ya
Zefanya bangun diakibatkan suara ponsel yang sedari tadi berdering. Terlalu panik hingga dia lupa memberi kabar kepada Riko jika dirinya menginap di kondonium milik kekasih hatinya. “Di mana kamu? Tumben sekali nggak pulang?” Baru dijawab Riko sudah memberikan pertanyaan interogasi. Pria itu mengkhawatirkan Zefanya yang tidak memberi kabar sama sekali. Bukan terlalu protektif tetapi karena Zefanya selalu pulang setiap harinya.“Maafin aku Rik, aku tidak pulang karena tadi malam Zio tiba-tiba sakit. Aku tidak bisa meninggalkannya di kondonium sendirian. Wajahnya pucat sekali.” Zefanya memberi jawaban atas pertanyaan laki-laki yang sudah seperti kakak untuknya.“Aku pikir kamu kenapa-kenapa. Apa dia sudah minum obat? Kalau begitu rawat dulu saja dia! Dia sendirian di negara ini dan dia membutuhkan kamu. Ya sudah aku tutup dulu telponnya. Jangan lupa siapkan sarapan untuknya.”
Setelah mata kuliah selesai, Zefanya berkutat di perpustakaan karena dia sedang mengumpulkan beberapa bahan untuk mempekuat tugas akhir syarat kelulusannya. Dia tidak punya cukup uang untuk membeli buku-buku yang baru. Itu sebabnya dia pun memanfaatkan fasilitas kampus yang ada.“Hai Zef!” sapa seorang perempuan yang kebetulan teman satu Angkatan dengan Zefanya“Hai Sas!” Balas Zefanya singkat lalu kedua matanya kembali melihat isi buku.“Lagi sibuk ya Zef?” tanya Saskia sembari duduk berhadapan dengan Zefanya. Hanya sebuah meja coklat yang membatasi jarak di antara mereka.“Lumayan Sas.” Zefanya masih menjawab seadanya membuat wanita itu merasa terabaikan.“Gimana kalau kita jalan setelah tugasmu selesai? Sudah lama lho kita tidak jalan bersama.” Saskia adalah salah satu anak yang beruntung dari Indonesia. Bersama dengan Zefanya dan Carlo, gadis itu mulai men
Akhir-akhir ini Zefanya disibukkan dengan tugas akhirnya. Tinggal menghitung bulan laki-laki itu akan menyelesaikan pendidikan sarjananya. “Zef, ada titipan makanan nih buat kamu.” Salah satu pelayan naik ke rooftop untuk menemuinya yang sedang sibuk dengan buku-buku kuliahnya.“Dari siapa Dit?” Zefanya melihat wajah temannya yang meletakkan bungkus makanan di atas meja.“Dari pacar kamu. Katanya kamu harus makan sehat karena akhir-akhir ini kamu sering bergadang untuk menyelesaikan tugas akhirmu.”“Ziona maksud kamu?”“Ya iyalah. Memangnya kamu punya pacar lain selain dia? Buruan makan sebelum dingin. Itu pesan dari dia.” Adit yang kebetulan adalah sesama perantau seperti dirinya menyampaikan pesan dari Ziona.“Lalu ke mana dia? Kenapa dia nggak naik?”“Tanyakan saja padanya! Ribet banget sih! untuk apa punya hp kalau nggak dipake.
Ziona keluar dari kelas bersama Novi. Dia sudah mendapat pesan jika Abira dan kedua orang tuanya sudah ada di parkiran.“Vi, aku duluan ya. Keluargaku udah nunggu di parkiran.” Ziona berpamitan pada sahabatnya.“Tetap semangat Ziona. Aku akan menjaga Zefanya untukmu.” Novi menyempatkan diri untuk mengejek Ziona sebelum gadis itu benar-benar pergi.“Awas kalau kamu sampai macam-macam! Aku nggak akan pernah mengampunimu!” Ancam Ziona dengan mengepalkan tangan dan tampilan wajah yang berkerut.“Aku bukan pelakor kali Zi. Cepat pergi sebelum kamu mendapatkan ceramah yang panjang.”“Bye Vi!” Seru Ziona melambaikan tangannya ke udara.Tempat tujuan Ziona adalah parkiran. Dari kejauhan dia sudah melihat Abira melambaikan tangan dari dalam mobil.“Papi di mana?” tanya Ziona tatkala bokongnya sudah duduk di bagian depan.
Sudah 3 hari Ziona dan keluarganya menghabiskan waktu bersama. Tidak pernah dia mampir ke 1000 tasty restaurant karena takut hubungannya dengan Zefanya diketahui oleh keluarganya. Sebelum pulang Mor mengajak istri dan putri sulungnya mengunjungi kondonium milik Ziona. Mereka akan melihat bagaimana kehidupan Ziona melalui tempat itu.“Zi, sepertinya kamu membutuhkan seseorang untuk bersih-bersih. Lihat ini!” Alana mengoles tangannya ke sebuah lemari kayu yang berdebu. “Mami akan kirimkan asisten rumah tangga untuk membantumu.”“Nggak usah mi, Zio masih bisa sendiri. Lagi pula di sini ada jasa tukang bersih-bersih harian kok. Nggak perlu memakai pembantu segala.” Bantah Ziona. Dia tahu hal ini akan terjadi.Alana juga memeriksa isi kulkasnya. Tidak ada persediaan makanan selain beberapa butir telur yang dibelikan oleh Zefanya beberapa hari yang lalu. “Kam
Siang ini jadwal kuliah Ziona kosong. Kebetulan Zefanya juga sudah memberitahu jika dirinya sedang sibuk dengan tugas-tugasnya di perpustakaan. Tidak tahu harus berbuat apa di kampus, Ziona mengajak Novi pergi ke mol. Ada beberapa barang yang dia perlukan.“Kita makan dulu aja ya. Tadi kita belum makan siang di kampus.” Ujar Novi. Sejak tadi perutnya mengeluarkan bunyi keroncong karena belum diisi ulang.“Okei. Kamu mau makan apa emangya?” Ziona balik bertanya.“Aku mau makan chicken chrispy” “Aku juga mau itu. Rasanya enak sekali waktu Zefa membelikannya untukku.” Pikiran Ziona membayangkan ayam goreng berselimutkan tepung itu.“Bukannya kamu selalu makan sehat ya? Mami kamu bisa mencak-mencak kalau tahu putri bungsunya makan junk food.” Sindir Novi. Bersahabat dari SMP membuatnya mengenal bagaimana Ziona. Gadis i
Ketika Ziona naik menggunakan lift dan sampai di depan kediamannya, ternyata Zefanya sudah berdiri sembari menyandarkan punggungnya di pintu.“Kamu ke sini?” tanya Ziona dengan senyum yang merekah.“Iya dong. Beberapa hari ini aku sibuk banget dengan tugas-tugas dan pekerjaanku. Aku sampai mengabaikan murid les aku yang paling spesial.” Zefanya mengusap kepala Ziona yang tersenyum kepadanya. “Biar aku yang bawakan!” Laki-laki itu meraih tentengan yang tergantung di tangan kekasihnya itu.“Aku pikir kamu udah lupa dengan muridmu ini.” Jawab Ziona dengan kartu akses yang ditempelkan ke pintu. “Ayo masuk!”Mereka berdua masuk dan langsung duduk di sofa. “Gimana tugas-tugas kamu? Masih banyak banget ya?” tanya Ziona sembari mengeluarkan makanan ringan dari tasnya. Gadis itu melupakan nasihat Alana dan membeli keripik singkong kesukaannya.&
Ziona mengantarkan ART baru ke kamar yang tidak jauh dari dapur. Rambut wanita itu ikal dan kulitnya tidak putih. Logat bahasanya juga terdengar berbeda. “Ini kamar kamu ya.” Ucap Ziona dengan senyuman. Sejak kecil dia sudah terbiasa bermain dengan PRT di rumahnya.“Baik nona.”“Kalau aku lihat usia kamu masih muda. Apa sudah lama jadi PRT seperti ini?” Ziona ingin tahu karena rata-rata ART di rumahnya sudah berusia setengah abad.“Sudah 5 tahun nona. Umurku 25 tahun nona. Aku sempat bekerja di Kuala Lumpur dan langsung pindah ke sini. Pendapatan di sini lebih besar dan sangat lumayan untuk membantu keluarga di kampung.”“Kampungmu di mana?” Ziona semakin penasaran. Sepertinya dia tidak akan kesepian lagi di kondonium besar itu.“Saya dari NTT nona.”“Baiklah. Untuk makan malam kita pesan saja dari l
Duka yang begitu dalam membuat Ziona dan Zefanya menunda bulan madu mereka. Mungkin mereka akan melakukannya setelah Ziona benar-benar siap secara mental. “Hidup adalah kesempatan dan mati adalah keuntungan bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan.” Pendeta mengucapkan kalimat terakhir sebelum menurunkan peti Abira ke liang lahat.Ziona tak berhenti menangis, demikian juga dengan orangtuanya. Zefanya memeluk Ziona, tidak melarang ketika istrinya menangis di pelukannya. “Kamu nggak sendirian, sayang. Kamu memilikiku dan orangtuamu. Kami akan selalu menjagamu.” Zefanya menenangkan Ziona sambil mengusap punggungnya.***Tiga bulan telah berlalu,Zefanya sedang mengancing kemejanya ketika Ziona mendekatinya sambil membawa blazer. Mereka akan berangkat ke kantor di pagi hari dan saat sore Zefanya akan mengontrol kedainya. Dia sudah memiliki beberapa cabang dan dia harus membagi pikirannya antara perusahaan dan kedai.Mereka turun ke lantai satu, Alana dan Mordekhai telah menungg
Dua hari sebelum pernikahan, penjahit handal kepercayaan keluarga Ziona menunjukkan hasil jahitannya. Gambar Ziona telah berubah wujud menjadi sesuatu yang nyata.“Mau mencobanya sekarang?” tanya penjahit dan anggukan Ziona menunjukkan antusiasnya. “Karyawanku akan membantu kalian untuk memakainya.”Zefanya dan Ziona masuk ke ruangan terpisah. Setelah mengenakan tuxedo, Zefanya keluar dari ruangan dan dia harus menunggu karena Ziona masih sibuk di ruang gantinya.Beberapa menit menunggu, akhirnya Ziona keluar dengan gaun pengantin hasil rancangannya. Zefanya bergeming, pandangannya tidak berpindah ke tempat lain, seakan-akan tidak ada pemandangan yang lebih indah daripada calon istrinya. Padahal wajah dan rambut Ziona belum dirias layaknya seorang pengantin.“Kenapa?” tanya Ziona ketika Zefanya hanya bergeming saja. Zefanya tersadarkan karena pertanyaan Ziona dan dia geleng-geleng untuk mengembalikan pikirannya. “Kamu sangat cantik, sayang. Kamu sangat cantik mengenakan gaun h
Zefanya dan Ziona segera masuk ke dalam mobil. Sebelum Zefanya menyalakan mesin mobil, dia melihat ke samping dan memegang tangan Ziona. “Sayang, kita harus siap dengan apa pun yang akan terjadi. Aku tahu ini nggak mudah, tapi kuatkan hatimu. Aku akan selalu ada untuk kamu.”Ziona menggenggam tangan Ziona. Mendadak ketakutan membuat tanganya dingin dan berkeringat. “Bagaimana kalau Abira nggak bisa bertahan, Zef. Aku sangat takut.”Zefanya mendekat dan dia memeluk Ziona lagi. “Kita berdoa saja, sayang. Tuhan pasti akan melakukan yang terbaik untuk Abira.”Sesampainya di rumah sakit, Ziona dan Zefanya berlari ke ruangan Abira. Ketika masuk, mereka melihat Alana menangis sambil menciumi tangan Abira.“Mami, bagaimana keadaan Abira? Dia baik-baik saja, kan?” Ziona mendekati Alana dan ibunya segera berdiri. “Apa yang terjadi, Mi?”Alana tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi dia memeluk Ziona. Alana menangis dan Ziona mengusap punggungnya untuk menenangkannya. “Abira pasti a
Tiga bulan berlalu setelah Zefanya menerima investasi dana dari Mordekhai. Akhirnya Zefanya memiliki dua cabang di Jakarta. Dia tidak hanya memiliki satu karyawan, tetapi sekarang dia telah mempekerjakan beberapa pelayan, satu manager, dan tiga supervisor yang ditempatkan di setiap kedai.Hari ini Zefanya tidak ke perusahaan dan Ziona ingin menemuinya di kedai. “Lex, tolong antar aku ke kedai. Aku nggak bawa mobil karena tadi pagi Zefanya yang menjemputku,” pinta Ziona pada sekretarisnya.“Baik, Nona.”Alex mengambil kunci mobilnya, dan dia mengantar Ziona ke kedai. Sesampainya di sana, seorang pelayan memberi tahu mereka jika Zefanya masih rapat dengan manajer dan supervisor. “Nggak apa-apa. Kami akan menunggu di sini. Tolong siapkan dua potong martabak dan milk shake saja untuk kami,” ucap Ziona pada pelayan.Setengah jam menunggu, akhirnya Zefanya menemui mereka. “Kamu pasti menunggu lama,” ucap Zefanya sambil mengusap kepala Ziona. “Aku memperbaharui kontrak kerja dengan
Zefanya duduk di sofa, tepat di depan Mordekhai dan Alana. Saat ini mereka sedang duduk di ruang kerja Mordekhai. Zefanya masih diam, takut salah bicara saat bersama mereka. Dia hanya menunggu apa yang ingin mereka katakan padanya.Zefanya meremas celananya ketika Mordekhai berdeham. Calon ayah mertuanya lebih menakutkan dibandingkan puluhan preman di luar sana. Zefanya masih takut mereka akan menghalangi cintanya dengan Ziona meskipun mereka telah makan malam bersama.“Kapan kau akan menikahi Ziona?” tanya Mordekhai. Suaranya serius dan dia melihat ketegangan Zefanya. “Saya harus mengumpulkan uang sebelum menikah dengannya. Meskipun saya nggak bisa memberikan pernikahan mewah kepada Ziona tapi saya aku harus bertanggung jawab untuk membiayainya.”Alana tersenyum ketika melihat kesungguhan Zefanya tetapi dia belum mengatakan apa-apa. Sementara Mordekhai masih mempertahankan wibawanya di depan calon menantunya. Sebenarnya dia menginginkan menantu yang derajat kekayaannya bisa
“Aku sudah mendengar semuanya dari Alex,” ucap Abira ketika adiknya masih saja diam sejak tadi. “Kenapa kamu nggak menceritakannya padaku, Zi? Apa kamu nggak menganggap aku sebagai kakakmu lagi?”Ziona tidak langsung menjawab. Dia memerlukan waktu untuk mengatur kata-katanya. Meskipun dia tidak tega ketika melihat wajah pucat Abira, namun dia harus kuat demi dirinya sendiri. Merasa sudah siap untuk menyampaikan isi hatinya, Ziona menarik napas dan melihat Abira. “Apa situasinya akan berubah kalau aku menceritakan semuanya sama kamu?”Abira terdiam karena pertanyaan Ziona. Dia kehilangan kehangatan yang selama ini dia dapatkan dari Ziona. Beberapa detik kemudian Abira menemukan jawabannya. “Situasinya pasti akan berbeda kalau kamu menceritakannya sama aku. Aku pasti akan membelamu di depan papi dan mami.”“Benarkah kakak akan membelaku? Bukankah selama ini kakak selalu protes kepada papi dan mami? Kakak selalu merasa kalau aku lebih beruntung karena bisa melakukan banyak hal.
Ziona dan Mordekhai duduk di mobil. Sebelum mereka berbicara, Mor meminta sopirnya keluar dari mobil.“Baik, Tuan.” Sopir itu keluar dan Mordekhai melihat ke samping.“Bagaimana keadaanmu, Nak? Apakah kamu makan dengan baik?”“Bagaimana keadaan Abira?” Ziona menolak untuk menjawab pertanyaan Mordekhai. Dia tidak mau termakan oleh bujukan sang ayah. Dia sering mengalaminya saat kecil. Ketika dia merajuk, Mordekhai atau Alana akan memberikan sesuatu padanya agar dia tidak merajuk lagi. Perlahan Ziona berubah karena apa pun yang dilakukan orangtuanya pasti karena Abira.“Abira di rumah, Nak. Bagaimana denganmu? Papi ingin tahu tentang keadaanmu.”Ziona mengembuskan napas panjang karena Mordekhai tidak menyerah dengan pertanyaannya. “Apakah seorang anak akan baik-baik saja saat keluar dari rumahnya? Aku rasa papi sudah tahu jawabannya.”“Kalau kamu nggak baik-baik saja, seharusnya kamu pulang ke rumah, Nak. Mami dan Abira sangat menginginkanmu di rumah.”“Menginginkanku?” Nada sua
Ziona melihat Zefanya sedang menghitung hasil penjualan hari ini. Zefanya hanya memiliki satu karyawan yang membantunya karena dia belum bisa membayar lebih banyak orang. Ziona menarik kursi dan duduk di sampingnya.“Aku memiliki tabungan, Zef. Kalau kamu mau memakai uangku untuk mengembangkan bisnismu, aku nggak keberatan untuk memberikannya,” ucap Ziona.Zefanya tersenyum sambil memasukkan uang ke dalam tas penyimpanan. Dia telah memisahkan sebagian uang untuk belanja dan kebutuhan harian, sisanya dia akan setor ke bank untuk disimpan. Jika dulu Zefanya akan tersinggung setiap kali Ziona menawarkan bantuan, sekarang dia mulai percaya diri dengan kehidupannya. Zefanya juga mempercayai calon istrinya.Zefanya menarik kursi lain dan dia duduk di depan sang kekasih. Dia menarik tangan Ziona, menggenggamnya dengan lembut, dan dia menatap wanita itu sambil tersenyum. “Kamu harus menyimpan uangmu, sayang. Lagipula usaha ini masih baru dan aku nggak mau gegabah dengan mengeluarkan
Tanpa sepengetahuan Ziona, Zefanya pergi ke rumah mewah milik Mordekhai. Kendaraan roda duanya hampir tidak bisa masuk karena satpam tidak memberikan izin kepada Zefanya.“Apakah Anda benar-benar sudah membuat janji dengan Tuan Mor?” satpam bertanya sebelum membuka gerbang karena dia tidak mau memasukkan sembarangan orang ke dalam rumah. Beberapa tahun lalu dia pernah melakukannya, ternyata orang itu adalah penguntit yang sangat terobsesi kepada Ziona. Sejak saat itu orangtua Ziona memberikan peraturan tegas kepada setiap tamu yang hendak masuk ke rumah mereka.“Saya sudah membuat janji dengan orangtua Ziona,” jawab Zefanya.Satpam masih belum percaya, akhirnya Zefanya menghubungi Alex. “Satpam tidak mengizinkanku masuk,” ucap Zefanya saat ponsel menempel di telinganya.“Biarkan aku berbicara dengannya,” balas Alex.Zefanya memberikan ponselnya kepada satpam, dan dia melihat satpam itu manggut-manggut ketika berbicara dengan Alex.Satpam mengembalikan ponsel Zefanya, lalu dia mene