Share

Ji Hwan [5]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-09 20:07:02

“Ji Hwan itu kok bisa fasih berbahasa Indonesia sih, Sha?” tanya Amara tiba-tiba.

Pertanyaan yang di luar dugaan itu membuat kedua sahabatnya memandang Amara dengan terpana. Hari itu mereka baru saja selesai berenang. Rumah Brisha dilengkapi sebuah kolam renang cantik yang membuat iri Sophie dan Amara. Keduanya tidak ada kuliah dan datang mengunjungi Brisha lewat tengah hari. Ketiganya memang sudah membuat janji akan menghabiskan sisa hari itu bersama.

“Kamu serius menanyakan itu?” tanya Brisha blak-blakan.

Amara tampak malu. Namun sebelum gadis itu berkomentar, Sophie sudah mendahuluinya. “Tentu saja dia serius!” tandas Sophie dengan keyakinan penuh.

“Memangnya apa saja yang kalian obrolkan kalau sedang berdua? Kamu nggak pernah tanya langsung sama Ji Hwan, ya?” Brisha setengah mengeluh. Berpura-pura, tentunya.

“Ya udah, jangan dijawab,” balas Amara dengan pipi terasa panas.

Brisha

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Ji Hwan [6]

    Amara berusaha keras mencegah kerutan muncul di keningnya, atau mengangkat alis yang menandakan ada pertanyaan yang mengganjal di benaknya. Alasannya simpel saja. Dia tak mau kedua sahabatnya ini makin getol saja menggoda Amara. Lihat saja apa yang tadi terjadi. Amara cuma mengajukan satu pertanyaan tapi sudah menciptakan kehebohan bagi Brisha dan Sophie. Bagi Amara, keduanya sungguh membuat kesal.“Kamu tahu kan kalau Ji Hwan itu sekarang kuliah di Fakultas Ilmu Komputer? Tahu kan kalau letak kampusnya bersebelahan dengan fakultas kita?” Brisha menggoda Amara sambil mengedipkan mata. Gadis itu tampak menahan tawa.“Aku menyesal menanyakan soal Ji Hwan tadi,” Amara mendesah dengan bibir mengerucut. “Kalian malah terus-menerus meledekku. Salah ya, kalau aku pengin tahu? Padahal itu kan cuma pengetahuan simpel. Mau bertanya langsung ke Ji Hwan kok rasanya tidak nyaman. Tapi nanya ke kalian malah jadi heboh.”Sophie menepuk bahu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Wonderstruck   Jejak Monster [1]

    Perbincangan ringan dan dijejali canda itu meninggalkan bekas di dada Amara. Untungnya bukan sesuatu yang membuatnya panik atau ketakutan. Melainkan menyisakan gelitik geli yang terasa membuat perutnya mulas. Dia mulai yakin, Sophie dan Brisha akan kian getol mendorongnya untuk memacari Ji Hwan. Apalagi setelah mereka melihat sendiri Amara bisa cukup nyaman berbincang dengan cowok itu.“Kalau suatu hari nanti kamu punya pacar, semoga bisa membuat traumamu makin berkurang ya, Mara,” harap Brisha saat mereka berada di kamar gadis itu untuk berganti baju. “Dan aku penginnya orang itu adalah Ji Hwan.”“Aamiin,” respons Sophie. “Kamu harus berhenti menganggap semua cowok itu sama, Mara. Pokoknya, aku pengin ngeliat kamu jadi Amara yang dulu, Amara yang menurut Brisha ceria dan supel. Karena aku belum pernah kenalan sama Amara versi itu.”“Udah, ah! Kok jadi ngomongin pacar, sih? Aku beneran belum berminat ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Wonderstruck   Jejak Monster [2]

    Otak Amara memasuki mode primitif, membuatnya seakan tidak mengerti setiap kata yang diucapkan oleh cowok di depannya. Wajah Marcello tampak muram, mungkin ingin menunjukkan penyesalan yang sudah menenggelamkan dirinya. Namun Amara sama sekali tidak tertarik untuk memberikan simpati.Di mata Amara, cowok ini adalah perwujudan dari iblis yang sebenarnya. Belasan tahun mereka menjalin pertemanan dan Cello bersikap begitu manis pada Amara. Hingga gadis itu tak memiliki setitik pun rasa tak nyaman tiap kali berada di dekat Cello. Bagi Amara, Cello adalah sahabat yang akan melindunginya jika memang dibutuhkan. Namun kenyataannya?Bola mata Amara bergerak-gerak, memandang ke berbagai arah. Dia ingin berteriak meminta pertolongan tapi tahu sia-sia saja. Area parkir saat itu sungguh sepi. Tak akan ada yang mendengar suaranya.“Mara, ngomong, dong! Jangan diam aja. Kamu kan kenal siapa aku. Aku bukan cowok jahat, Mara. Aku betul-betul minta maaf karena pernah berbu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Wonderstruck   Jejak Monster [3]

    “Takut? Memangnya ada apa? Kamu pucat banget,” kata Ji Hwan. Cowok itu mengeluarkan sapu tangan dari kantong celananya. “Pakai ini untuk menghapus keringatmu. Saputangannya bersih, kok.”Amara meraih saputangan berwarna krem itu dengan jari-jari gemetar, seolah terserang tremor. Gadis itu mengusapkan benda itu ke wajahnya yang berkeringat. Setelah itu, Amara memasukkan saputangan milik Ji Hwan itu ke dalam tasnya. “Nanti kukembaliin kalau udah dicuci,” gumamnya dengan suara lirih.“Kamu kenapa, Mara? Kenapa takut?” tanya Ji Hwan lagi dengan nada sabar.Bibir Amara terkelu. Mana mungkin dia bisa memberi tahu Ji Hwan tentang pertemuannya dengan cello tanpa membongkar rahasia kelam gadis itu, kan? Karena itu, dia cuma menatap Ji Hwan tanpa mampu melakukan apa pun.“Ya udah, jangan dijawab kalau kamu memang nggak bisa jelasinnya. Mau kuantar pulang?” tanya Ji Hwan lembut. “Atau kamu mau ke ruma

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Wonderstruck   Jejak Monster [4]

    Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, benak Amara begitu kusut. Tubuhnya memang sudah berhenti gemetar kecuali jari-jemari gadis itu. Akan tetapi, Amara masih belum kuasa menghalau semua ketakutannya. Jika otaknya bekerja rasional, Amara mungkin tak akan berani meminta diantar pulang oleh Ji Hwan. Sebab, cowok itu bisa dibilang orang asing bagi bagi Amara. Si Monster yang jelas-jelas dikenalnya selama belasan tahun saja, bisa melakukan hal-hal bejat yang tak terbayangkan.Namun, saat itu Amara tak bisa memikirkan hal-hal semacam itu. Dia cuma ingin pulang. Entah mengapa, orang yang dirasanya paling aman untuk dimintai tolong selain Brisha dan Sophie yang saat itu tak bisa membantunya, adalah Ji Hwan.Sebenarnya, apa yang diharapkan Cello dengan mendatanginya? Ingin Amara memaafkannya? Atau gadis itu akan berlari mendekat dengan gembira dan bersedia kembali menjadi teman baiknya? Melupakan semua tirai pengap yang dipasang paksa dalam hidup Amara oleh

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • Wonderstruck   Jejak Monster [5]

    Begitu tiba di kamarnya, Amara buru-buru meletakkan tasnya begitu saja di atas meja belajar, sebelum melompat ke atas ranjang dan terbaring kaku di sana. Matanya merayapi langit-langit kamar, tapi pikirannya jelas tidak berada di sana. Rasa shock masih mengepul dari setiap detak jantung Amara yang berirama cepat.“Aku nggak mau ngeliat muka Cello lagi. Tolong, jangan pernah datang untuk ketemu sama aku lagi,” ucap Amara di masa lalu, di depan Cello dan keluarganya.Dia sedang menimbang-nimbang apa yang harus dilakukannya. Perlukah Amara memberitahukan soal itu kepada ibunya? Karena Cello baru saja melanggar perjanjian yang mengikat kedua keluarga sejak lebih satu setengah tahun silam. Jika Amara diam saja, dia cemas cowok itu akan kembali berusaha menemuinya. Amara tak mau hidup dalam ketakutan.Cello adalah sosok yang ingin dijauhinya seumur hidup. Dulu, Amara memang memiliki kasih sayang berlimpah kepada temannya itu. Namun sayang cowok it

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • Wonderstruck   Jejak Monster [5]

    “Mara, Mobilmu kenapa? Mogok, ya?” tanya Merry malam harinya. Mereka sedang makan malam berdua. Amara yakin, ibunya mendapat laporan dari orang di rumah kalau tadi dia pulang tanpa membawa mobil. Tepatnya Ayu. Bukan sesuatu yang keliru, tapi jika sudah menyangkut perempuan itu, kekesalan Amara gampang terpancing. Padahal, dulu hubungan gadis itu dengan Ayu baik-baik saja. Hingga Amara tak sengaja mendengar obrolan Ayu via ponsel entah dengan siapa.“Ya,” Amara berdusta.“Sudah dibawa ke bengkel?”Amara merespons tanpa pikir panjang. Mengarang cerita tentu saja. “Belum, Ma. Kata temanku cuma ada kabel yang longgar. Bukan masalah serius.”Amara kembali tertunduk, berpura-pura meruahkan konsentrasi pada makanan di piringnya. Hanya ada dirinya dan sang ibu di dapur.“Siapa cowok yang mengantar mobilmu tadi? Ayu bilang, dia belum pernah ngeliat orang itu.” Merry bersuara lagi.Itu pertan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • Wonderstruck   Jejak Monster [6]

    Namun, tentu saja sebelum bisa leluasa mengobrol dengan Ika, salah satu orang yang berjasa menemani Amara di saat-saat terendahnya, harus ditunda. Merry sama gembiranya dengan Amara saat melihat Ika. Karena perempuan itu mengaku belum makan, Merry memaksa Ika untuk makan malam di dapur sendirian. Sementara Merry menagih janji Amara untuk membahas tentang Cello.“Tadi kamu ketemu Cello di kampus?” todong Merry begitu Amara menutup pintu kamarnya. Gadis itu duduk di tepi ranjang, meminta ibunya melakukan hal yang sama. Merry yang awalnya berdiri di dekat meja rias, pindah ke sebelah kanan putrinya.“Iya, Ma. Dia minta maaf dan segala macamnya. Aku nggak mendengar semua kata-katanya karena aku keburu ketakutan.” Amara bergidik ngeri membayangkan lagi apa yang terjadi tadi siang. Dia menuturkan secara ringkas apa yang terjadi. Merry mendengarkan dengan wajah pucat pasi.“Cello kok bisa nekat datang ke kampusmu? Apa dia udah lupa sama pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status