Home / Fantasi / Wonderland: Dongeng Delapan Bidak / 4 | Mengurai Benang Kutukan

Share

4 | Mengurai Benang Kutukan

Author: Nirmala Dara
last update Last Updated: 2022-12-05 16:19:53

“AAAAAAAHH!!” Cinderella berteriak lebih nyaring dari lolongan serigala.

Charles berani menjamin seluruh belahan hutan dapat mendengarnya karena gendang telinga Charles sampai mengeluarkan darah menerima gelombang suara Cinderella.

“Astaga, astaga, Charles. Kepalamu! Tidak! Aku tidak bisa melihat ini! Aku akan berteriak lagi!” Tepat ketika Cinderella menarik napas, kedua tangan Charles berhasil membungkamnya.

Tubuh Charles yang sedang tanpa kepala itu terhuyung-huyung ke belakang hingga akhirnya mereka berdua terjatuh. Posisi Cinderella yang berada dalam dekapan Charles, membuatnya buru-buru ingin bangkit, tetapi ketika ia menoleh ke samping, kepala Charles menggelinding dan menampakkan cengir ompongnya.

Cinderella berteriak lagi, tetapi kali ini suaranya teredam lengan Charles. Cinderella meronta-ronta tak terkendali.

“Cinderella! Hei, Cinderella tenang dulu!” teriak Charles.

Cinderella berhasil meloloskan mulutnya dari tangan Charles. “Bagaimana aku bisa tenang melihat tubuh dan kepalamu terpisah mengerikan begitu?!”

“Hei, aku ini mayat hidup. Aku takkan merasakan apa pun. Lagipula, penyihir yang menyihirku telah mengutukku untuk hidup selamanya sebagai mayat hidup, aku tidak akan mati kecuali seluruh tubuhku tersiram air raksa. Jadi, aku akan baik-baik saja, tenanglah.”

Cinderella masih menutup matanya rapat-rapat. Melihat kepala teman sendiri terpenggal secara langsung—meskipun ia seorang mayat hidup—tetap saja bukan pemandangan yang sedap dinikmati. Cinderella tidak pernah ingin melihatnya lagi.

“Lihat aku. Aku perlu bantuanmu.”

Cinderella masih tak ingin membuka mata.

“Hei, Cindy! Kepalaku takkan bisa kembali ke posisi semula tanpa bantuanmu!”

Telinga Cinderella terasa aneh dengan panggilan itu. Ia memberanikan diri membuka sebelah mata dan menatap kepala Charles. “Bagaimana kau memanggilku tadi?”

“Kalau tidak begitu kau takkan membuka mata,” jelas Charles, “Cindy.”

Cinderella mengerang kesal. “Nama macam apa itu?!”

“Nama julukan. Selama itu berasal dariku, pasti keren.”

“Namaku Cinderella!”

“Dengar, Cindy—”

“Cinderella!” Cinderella menggembungkan pipinya.

“Kau harus menjahit kepalaku.”

Mata Cinderella membelalak. “Apa?!”

“Cari serpihan tulang, lubangi ujungnya, lalu kau bisa gunakan serat tumbuhan sebagai benangnya.”

Cinderella ingin mengumpat. Laki-laki ini benar-benar merepotkan.

“Aku berjanji akan bersama-sama merenggut hidup kita kembali sebagai imbalannya.”

Cinderella menatap mata di kepala terpisah Charles. “Bersama-sama?”

“Ya.”

Cinderella tampak berpikir, lalu ia mengangguk pelan. “Setuju. Oh, dan jangan panggil aku Cindy.”

“Haha, baiklah, Cindy.”

Cinderella memutar bola mata dan mulai mencari apa yang Charles perlukan. Akan membutuhkan waktu lama untuk mencari semua itu. Sekadar berjaga-jaga, ia membawa obor untuk mencari di tempat gelap dan ranting tebal bekas malam bertahan dari serigala hutan untuk pertahanan diri.

Semua keperluan telah terpenuhi, beberapa hewan pengerat membantu Cinderella menemukannya, bahkan membentuk setiap bahan hingga siap digunakan untuk menjahit. Cinderella berseri pada mereka sebelum kembali ke tempat Charles berada. Gadis itu duduk dan memosisikan leher Charles bertopang pada sebagian pahanya, dan kepala Charles di pangkuannya. Ia melantunkan sedikit nyanyian, lalu datanglah beberapa hewan pengerat lagi, mereka lantas membantu Cinderella yang mulai menjahit leher Charles penuh kehati-hatian.

Charles memejamkan mata, menikmati senandung lembut Cinderella seraya merasakan ujung potongan tulang dan serat tumbuhan yang menembus kulit dan dagingnya tanpa rasa sakit.

“Kau beruntung,” Charles membuka suara. “Memiliki suara merdu yang bersahabat dengan alam.”

Cinderella berhenti bernyanyi.

“Sementara aku, tidak memiliki kemampuan apa-apa dan harus berjuang sendirian untuk tetap utuh di hutan ini.”

Cinderella lama terdiam, membiarkan jari-jari busuknya membuat jalinan rapi di leher laki-laki itu. “Charles,” panggilnya. “Jika aku tidak salah dengar, kau sempat menyebut-nyebut penyihir dan kutukan.”

Charles membuka mata perlahan. Pandangannya menerawang ke langit, tampak memikirkan sesuatu.

“Apa yang terjadi padamu sebelum tubuhmu membusuk?”

Charles terdiam beberapa lama, ia menarik napas seperti manusia hidup, lalu memberanikan diri untuk memulai cerita. Menggali kembali luka yang telah dikuburnya empat tahun lalu. “Aku dibunuh oleh Nightblade.”

Cinderella memiringkan kepalanya, mempertanyakan apa itu Nightblade.

“Dua makhluk berasap yang hampir memakan kita semalam.”

Cinderella berusaha mengingat. Oh, jadi itu alasan mengapa Charles tampak begitu ngeri untuk menghadapi mereka. Kedua kaki Charles seakan menancap ke tanah kala itu. Sebab, merekalah yang telah membunuh Charles.

“Aku tengah berburu sendirian malam itu,” Charles melanjutkan kisahnya.  “Aku terlampau jauh ke dalam hutan, dan tidak mungkin kembali ke istana menembus gulita. Perutku kelaparan, sial pula hariku berburu saat itu karena aku tidak berhasil mendapatkan satu buruan pun, para binatang di hutan ini seolah mempermainkanku. Hanya berbekal busur dan panah, aku tetap mencari buruan untuk kusantap hari itu. Kemudian aku bertemu seorang wanita yang sangat buruk rupa, kulitnya hijau kebiruan oleh sebab urat-urat yang menonjol pada seluruh permukaan tubuhnya, keriputnya juga tak manusiawi, seakan sudah ratusan tahun termakan usia. Tapi anehnya, dia masih terlihat cantik. Wanita itu lalu menawariku segenggam buah apel. Jingga buah itu terlihat begitu segar dengan embun-embun yang mengalir pada kulitnya. Aku benar-benar tergiur.

“Penyihir itu tidak bicara, ia hanya memberiku isyarat untuk mengikutinya jika aku menginginkan buah itu. Dikuasai nafsu dan rasa lapar, aku tak berpikir panjang untuk mengekornya. Kupikir, aku akan digiring menuju sebuah rumah, tetapi ternyata wanita tua itu menghilang begitu saja di sebuah tanah lapang yang luas. Meninggalkanku bersama gelap malam dan bintang-bintang. Lalu ….”

Cinderella menunggu.

Charles tampak meneguk liur ketika menyusun kembali memori itu. “Lalu muncul kedua makhluk berasap itu dari sisi kanan-kiriku. Rupanya persis, bahkan kilau bilah pipih di kedua tangan mereka pun tak berubah dari yang kulihat malam itu bersamamu. Aku ketakutan. Tidak ada yang dapat kulakukan kala itu, selain menggunakan busurku dan memanah kedua tubuh mereka dalam waktu sepersekian detik. Namun, apa yang terjadi?”

“Kedua anak panahmu meleset?”

Charles menggeleng. “Kedua anak panahku tepat sasaran, tetapi hanya berakhir menembus tubuh asap mereka. Ketika aku berusaha lari, salah satu tangan mereka menyayat nadiku. Darah mengalir deras darinya, lalu disambut sayatan lain di punggungku, lalu di lengan, kaki, leher, dan empat bilah tajam itu menyayat seluruh bagian tubuhku tanpa ampun pada akhirnya. Aku menjerit menahan perih. Ketika sadar tubuhku telah berlumur darah, aku tidak dapat menjerit lagi. Aku tumbang kehabisan tenaga. Kemudian wanita tua itu memunculkan diri di hadapanku, masih dengan buah apel di tangannya. Lalu kuku-kukunya memanjang. Dan dengan sekali remas, apel itu hancur hanya menyisakan sari. Hal berikutnya yang kurasakan adalah, kuku-kuku itu bergerak menusuk dadaku, mengoyak dan mencabut satu-satunya organ yang membuatku masih bernyawa. Lalu penyihir itu mencabut organ itu; jantungku.”

Jemari Cinderella terhenti. Begitu terkejut, sampai ia melihat dada Charles lamat-lamat untuk memastikan kebenarannya. Lalu dibukanya satu kancing kemeja Charles, Cinderella terkesiap kecil. Benar saja, luka berlubang dengan bekas cakar tak rapi menganga di sana, memamerkan tulang-tulang rusuk dan daging sobek dari dalam dada Charles, tengah melompong tempat kosong yang seharusnya adalah jantung.

“Hal terakhir yang aku lihat adalah mata hijau Sang Penyihir yang menyala, lalu aku mati,” lanjut Charles mengakhiri sesi ceritanya. “Entah beberapa minggu setelahnya, aku terbangun di sebuah gubuk, sudah dalam keadaan menjadi mayat hidup. Seorang wanita muda terlihat tengah meracik dengan terburu-buru. Begitu ia melihatku sadar, ia langsung memberiku kain goni dan pakaian lamaku, lalu menyuruhku cepat-cepat menyelamatkan diri. Ia bilang, ia telah mengutukku dengan memberiku kesempatan hidup selamanya selama aku tidak tersiram air raksa.”

“Apakah dia penyihir yang membunuhmu?”

“Bukan, karena ia tidak memiliki mata hijau yang menyala. Dan bagiku, kutukan yang ia berikan justru merupakan anugerah. Karena meski bukan sebagai manusia seutuhnya, aku akhirnya dapat merasakan dunia kembali.”

“Mengapa dia menghidupkanmu kembali?”

Charles terlihat ragu beberapa saat. “Mm … ah, penyihir muda itu berkata padaku bahwa aku tidak berhak mati, karena aku tak bersalah.”

“Lalu kau pergi begitu saja?”

“Tidak. Sebelum aku pergi, aku menanyai namanya sebagai bentuk terima kasihku.”

“Lalu apakah ia menjawab?”

“Ya. Nama penyihir itu adalah Anastasia.”

***

Related chapters

  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   Wonderland: Negeri Bawah Tanah yang Digdaya

    Sejak negeri-negeri di Dunia Dongeng masih berupa hamparan tak bernama, telah hadir negeri bawah tanah dengan kisahnya yang melegenda. Seorang gadis kecil dari negeri di atas tanah menaklukkan Ratu Merah dan segenap kerajaannya yang besar. Menundukkan Jabberwocky di bawah kuasanya dan dinobatkan sebagai pemimpin baru Wonderland. Ialah Ratu Alice. Berabad lamanya Ratu Alice hidup dengan anugerah dari penduduk Wonderland yang panjang usia; abadi sebagai gadis kecil. Disebabkan kehebatannya, Alice tumbuh sebagai ratu yang kuat dan angkuh. Masa demi masa berlalu, ramalan-ramalan baru menunggu untuk setiap negeri di Dunia Dongeng yang kini telah bernama. Ratu Alice merekrut makhluk-makhluk kuat dari negeri di atas tanah untuk menyempurnakan kerajaannya. Sejak saat itu, gelar sebagai rakyat Wonderland adalah kebanggaan bagi mereka yang terpilih. Sementara penduduk murni Wonderland kian merana di bawah kuasa Ratu Alice yang tiran, kekanakan, dan kejam.

    Last Updated : 2022-12-05
  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   1 | Ada Mayat Hidup di Hadapan Gadis Itu

    BABAK 1: AWAY CINDERELLA Dara berhati muliaTiba bersama kereta kencanaPesonanya yang jelitaMemikat permata cintanyaNamun, nahas. Hilanglah sepatu kaca *** Sebab, sebuah dongeng tidak pernah seindah itu. "Cinderella?" "Ya, Bu?" "Hidupmu selesai." Cinderella membeku. Baru kali ini tulang-tulangnya membatu ketika mendengar gertakan Ibu Tiri. Ia tahu Ibu Tiri sekadar mempermainkannya, sebab ancaman membunuh sudah jadi asupan telinga Cinderella hari demi hari. Namun, kali ini lain. Ibu Tiri tahu Cinderella berhasil ke istana dan menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Mengalahkan dua kakak tirinya yang malam itu bisa saja dipinang Pangeran, tetapi karena kehadiran Cinderella, Pangeran justru berpaling dari mereka dan memilih meminang Cinderella. Cinderella telah melanggar larangan terberat Ibu Tiri: jangan pernah datang ke istana. Jadi ini. Jadi ini alasan mengapa Ibu Peri tak pernah hadir dalam hidup Cinderella, mengapa Cinderella harus melakukan segalanya sendiri, dan se

    Last Updated : 2022-12-05
  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   2 | Pelajaran Hidup—Uhuk, Mayat Hidup—Pertama

    Hidup bagai lelucon. Ketika seseorang baru saja dinobatkan sebagai gadis terjelita satu negeri, esok harinya lenyap tanpa jejak, dan berakhir di hutan antah berantah sebagai mayat hidup yang buruk rupa. Meski ia masihlah Cinderella. Perlu menyesuaikan diri ketika berada di tubuh mayat hidup. Cinderella harus terbiasa dengan luka-luka dan bau kurang sedap yang menguar darinya maupun Charles. Ia sudah bersiap akan terjangan aroma bangkai, namun nyatanya aroma mereka berdua tidak seburuk itu. Berdampingan dengan Charles, Cinderella menyusuri hutan gelap negeri Sepatu Kaca. Suara burung hantu dan kepak kelelawar yang berkelebat sesekali membuat Cinderella berjengit-jengit terkejut di tengah obrolannya dengan kawan barunya itu. “Jadi, Pangeran Charming sudah meminangmu malam itu?” “Begitulah.” “Di depan kedua kakak dan ibu tirimu?” Mengingat memori itu membuat Cinderella memejamkan mata, sakit dalam benaknya kembali terasa, senyata nyeri pada tikaman beling di jantungnya.

    Last Updated : 2022-12-05
  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   3 | Berita Palsu untuk Istana

    Berdasarkan apa yang diajarkan Charles, serigala dengan posisi paling maju di antara serigala di lingkarannya adalah yang akan pertama menyerang. Berdasarkan pengalaman laki-laki itu juga, yang mana pun yang terakhir, itu adalah pimpinan mereka, dan justru, pimpinannya lah yang harus dikalahkan lebih dulu, karena jika dia sudah dapat ditundukkan, maka para serigala pengikutnya takkan berani maju lagi.“Kiri!”Hendak merealisasikan pelajaran yang didapat, Cinderella malah berteriak sambil berbalik dan melindungi kepalanya. Serigala pertama menyerang, cakaran besar merobek punggung Cinderella. Cinderella tetap tak berkutik ketakutan.Charles mengerang, dihantamnya tengkuk serigala yang menyerang Cinderella, lalu ia berbalik untuk menendang serigala yang menyerang dari arah kanan. “Lakukan apa yang kuajarkan, Cinderella!”Cinderella menggeleng ketakutan. “Aku tidak bisa!”Sementara itu, serigala lain menyerang Charles bertubi-tubi. Beberapa mengarah ke Cinderella, tetapi berhasi

    Last Updated : 2022-12-05

Latest chapter

  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   4 | Mengurai Benang Kutukan

    “AAAAAAAHH!!” Cinderella berteriak lebih nyaring dari lolongan serigala.Charles berani menjamin seluruh belahan hutan dapat mendengarnya karena gendang telinga Charles sampai mengeluarkan darah menerima gelombang suara Cinderella.“Astaga, astaga, Charles. Kepalamu! Tidak! Aku tidak bisa melihat ini! Aku akan berteriak lagi!” Tepat ketika Cinderella menarik napas, kedua tangan Charles berhasil membungkamnya.Tubuh Charles yang sedang tanpa kepala itu terhuyung-huyung ke belakang hingga akhirnya mereka berdua terjatuh. Posisi Cinderella yang berada dalam dekapan Charles, membuatnya buru-buru ingin bangkit, tetapi ketika ia menoleh ke samping, kepala Charles menggelinding dan menampakkan cengir ompongnya.Cinderella berteriak lagi, tetapi kali ini suaranya teredam lengan Charles. Cinderella meronta-ronta tak terkendali.“Cinderella! Hei, Cinderella tenang dulu!” teriak Charles.Cinderella berhasil meloloskan mulutnya dari tangan Charles. “Bagaimana aku bisa tenang melihat tubuh dan kep

  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   3 | Berita Palsu untuk Istana

    Berdasarkan apa yang diajarkan Charles, serigala dengan posisi paling maju di antara serigala di lingkarannya adalah yang akan pertama menyerang. Berdasarkan pengalaman laki-laki itu juga, yang mana pun yang terakhir, itu adalah pimpinan mereka, dan justru, pimpinannya lah yang harus dikalahkan lebih dulu, karena jika dia sudah dapat ditundukkan, maka para serigala pengikutnya takkan berani maju lagi.“Kiri!”Hendak merealisasikan pelajaran yang didapat, Cinderella malah berteriak sambil berbalik dan melindungi kepalanya. Serigala pertama menyerang, cakaran besar merobek punggung Cinderella. Cinderella tetap tak berkutik ketakutan.Charles mengerang, dihantamnya tengkuk serigala yang menyerang Cinderella, lalu ia berbalik untuk menendang serigala yang menyerang dari arah kanan. “Lakukan apa yang kuajarkan, Cinderella!”Cinderella menggeleng ketakutan. “Aku tidak bisa!”Sementara itu, serigala lain menyerang Charles bertubi-tubi. Beberapa mengarah ke Cinderella, tetapi berhasi

  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   2 | Pelajaran Hidup—Uhuk, Mayat Hidup—Pertama

    Hidup bagai lelucon. Ketika seseorang baru saja dinobatkan sebagai gadis terjelita satu negeri, esok harinya lenyap tanpa jejak, dan berakhir di hutan antah berantah sebagai mayat hidup yang buruk rupa. Meski ia masihlah Cinderella. Perlu menyesuaikan diri ketika berada di tubuh mayat hidup. Cinderella harus terbiasa dengan luka-luka dan bau kurang sedap yang menguar darinya maupun Charles. Ia sudah bersiap akan terjangan aroma bangkai, namun nyatanya aroma mereka berdua tidak seburuk itu. Berdampingan dengan Charles, Cinderella menyusuri hutan gelap negeri Sepatu Kaca. Suara burung hantu dan kepak kelelawar yang berkelebat sesekali membuat Cinderella berjengit-jengit terkejut di tengah obrolannya dengan kawan barunya itu. “Jadi, Pangeran Charming sudah meminangmu malam itu?” “Begitulah.” “Di depan kedua kakak dan ibu tirimu?” Mengingat memori itu membuat Cinderella memejamkan mata, sakit dalam benaknya kembali terasa, senyata nyeri pada tikaman beling di jantungnya.

  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   1 | Ada Mayat Hidup di Hadapan Gadis Itu

    BABAK 1: AWAY CINDERELLA Dara berhati muliaTiba bersama kereta kencanaPesonanya yang jelitaMemikat permata cintanyaNamun, nahas. Hilanglah sepatu kaca *** Sebab, sebuah dongeng tidak pernah seindah itu. "Cinderella?" "Ya, Bu?" "Hidupmu selesai." Cinderella membeku. Baru kali ini tulang-tulangnya membatu ketika mendengar gertakan Ibu Tiri. Ia tahu Ibu Tiri sekadar mempermainkannya, sebab ancaman membunuh sudah jadi asupan telinga Cinderella hari demi hari. Namun, kali ini lain. Ibu Tiri tahu Cinderella berhasil ke istana dan menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Mengalahkan dua kakak tirinya yang malam itu bisa saja dipinang Pangeran, tetapi karena kehadiran Cinderella, Pangeran justru berpaling dari mereka dan memilih meminang Cinderella. Cinderella telah melanggar larangan terberat Ibu Tiri: jangan pernah datang ke istana. Jadi ini. Jadi ini alasan mengapa Ibu Peri tak pernah hadir dalam hidup Cinderella, mengapa Cinderella harus melakukan segalanya sendiri, dan se

  • Wonderland: Dongeng Delapan Bidak   Wonderland: Negeri Bawah Tanah yang Digdaya

    Sejak negeri-negeri di Dunia Dongeng masih berupa hamparan tak bernama, telah hadir negeri bawah tanah dengan kisahnya yang melegenda. Seorang gadis kecil dari negeri di atas tanah menaklukkan Ratu Merah dan segenap kerajaannya yang besar. Menundukkan Jabberwocky di bawah kuasanya dan dinobatkan sebagai pemimpin baru Wonderland. Ialah Ratu Alice. Berabad lamanya Ratu Alice hidup dengan anugerah dari penduduk Wonderland yang panjang usia; abadi sebagai gadis kecil. Disebabkan kehebatannya, Alice tumbuh sebagai ratu yang kuat dan angkuh. Masa demi masa berlalu, ramalan-ramalan baru menunggu untuk setiap negeri di Dunia Dongeng yang kini telah bernama. Ratu Alice merekrut makhluk-makhluk kuat dari negeri di atas tanah untuk menyempurnakan kerajaannya. Sejak saat itu, gelar sebagai rakyat Wonderland adalah kebanggaan bagi mereka yang terpilih. Sementara penduduk murni Wonderland kian merana di bawah kuasa Ratu Alice yang tiran, kekanakan, dan kejam.

DMCA.com Protection Status