Berniat Mengakhiri Hidup
"Hiks ... hiks, hiks."
Terlihat Aina masih menangis meratapi kondisi kakinya yang lumpuh, Jaden masih setia berada di samping Aina. Meskipun ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, selain kata penenang berharap wanita dihadapannya berhenti menangis.
"Kenapa saya bisa seperti ini, Dokter? Kenapa saya bisa terluka parah seperti ini, apa salah saya hingga Allah menghukum saya seperti ini?" tangis Aina pecah kembali, meratapi nasib dan juga kakinya.
Jaden yang mendengar penuturan dari Aina mengeryit heran, kenapa bisa Aina bertanya seperti itu. Seharusnya dialah yang lebih tahu, kenapa dia bisa sampai terluka.
"Apa kamu tidak ingat sesuatu, di mana Nona bisa kecelakaan tepatnya 5 hari yang lalu?" tanya Jaden dengan nada herannya.
"Apa! Saya kecelakaan, Dokter? Tapi, saya tidak mengingat apa-apa, selain ingat di mana saya saat itu tengah mempersiapkan kado untuk
Obsesi AlyaSeperti yang dipinta Big Bosnya, Martin keluar dari rumah sakit. Lalu mulai menghubungi beberapa rekannya melalui earphone, untuk melakukan misi mencari keberadaan Rafael dan juga Alya."Kerahkan beberapa orang kita untuk mencari seseorang bernama Raditia Rafael, dan Alya Adriana dimana pun mereka berada. Cari, dan pastikan malam ini kalian menemukan mereka. Karena Big Bos, tidak suka kata gagal. Apa kalian mengerti," tegas Martin saat ia memberikan arahan pada rekannya, dan langsung tersambung ke beberapa rekannya yang tidak lain anak buah Jaden juga."Aku akan mengirimkan data mereka, pastikan jika kedua orang itu masih berada di Jakarta ataukah keduanya telah berada di luar kota Jakarta. Jadi, periksa data mereka baik itu lewat jalur darat, mau pun udara agar kita lebih mudah melacak keberadaan mereka," sambung Martin."Baik, kami mengerti!" jawab serentek beberapa rekan Martin secara
Hilangnya Kesucian SaniaTidak jauh berbeda dengan rencana jahat Alya, di negara berbeda tepatnya di Negara Belanda.Terlihat di dalam apartemen, ada sepasang pria dan wanita tanpa busana berada di atas ranjang. Sang wanita terus saja menangis, dan tidak berhenti memberikan pukulan kecil pada sang pria.Ya, sesuai rencana Devan yang tidak lain kekasih gelap Sania telah mengambil kesucian Sania. Ia telah berhasil melakukan niatnya untuk menodai Sania, dengan cara memberikan obat perangsang pada Sania terlebih dahulu."Kamu jahat, Devan! Jahat sekali, hiks, hiks," Sania terus saja menangis, ketika ia telah sadar, dan terbangun dari tidurnya ia telah dalam kondisi tanpa busana.Kemudian saat ia melihat di bagian bawah, ada bercak merah. Intinya juga merasakan sakit, ia mengerti satu hal jika sang kekasih telah mengambil kesuciannya yang selama ini ia jaga. Karena ia berharap hanya suaminya
Penculikan Rafael dan AlyaSetelah membersihkan diri, dan membalut luka di tangan kanannya, Jaden berjalan menuju ruang inap di mana Aina berada.Cekelek!Hal pertama yang Jaden lihat adalah sang sahabat duduk dengan posisi tertidur, lalu pandangannya mengarah ke tempat tidur terlihat Aina masih menutup matanya karena pengaruh obat bius."Sam! Samuel!" panggil Jaden dengan suara pelan."Sam! Bangunlah, istirahat dan pergilah ke ruanganmu sekarang," ulang Jaden dengan menggoyang bahu Dokter Samuel."Eegghh ... kamu sudah datang, Jaden. Kupikir kamu masih lama, maaf aku ketiduran saat menjaga Aina," ucap Dokter Samuel dengan suara khas bangun tidur."Tidak apa-apa, kamu pergilah dan istirahat di ruanganmu," saran Jaden, yang mengerti sahabatnya pasti lelah."Iya, aku pergi dulu. Kamu juga jangan lupa makan, dan melalaikan kesehatanmu sendiri saa
Belajar Menerima Meskipun SulitMartin dan anak buah Jaden pun membawa Rafael serta Alya kembali ke Jakarta, bukan hal sulit bagi Martin dan rekannya untuk menemukan keberadaan Rafael. Benar saja, belum sampai malam Martin telah mendapatkan informasi jika Rafael serta Alya berada di Bali, karena agen terbaik Jaden dengan cepat menemukan keberadaan mereka.Tanpa membuang waktu, karena perintah tuannya. Martin pun segera terbang ke Bali demi menjemput kedua orang yang tidak mempunyai hati, telah meninggalkan Aina sendirian di rumah sakit hanya untuk memuaskan hasrat mereka dengan memadu kasih selayaknya suami istri.***Dengan cara menutup kedua mata Rafael dan Alya, Marin membuat keduanya tidak tahu akan dibawa ke mana pergi. Hingga mereka telah berada dalam pesawat, dan dalam perjalanan menuju Jakarta.Saat Rafael, Alya, Martin dan beberapa orang kepercayaan Jaden tengah dalam pe
Tuk! Tuk! Tuk!Jaden mengetuk tangan kursi dengan ujung jari telunjuknya, seraya memikirkan kata tepat apa, agar Rafael bisa lebih mementingkan Aina dari pada Alya selingkuhannya.'Apakah aku harus menunjukkan jati diriku, yang sebenarnya pada Rafael malam ini. Agar aku lebih mudah mengancamnya?''Tidak! Aku tidak akan menunjukkan jati diriku untuk sekarang ini, karena aku tidak mau dia menanggapku remeh seperti dulu.''Rafael bukanlah orang sembarangan dalam dunia bisnis, namanya cukup terkenal. Hanya satu yang bisa membuatnya mau menuruti apa yang kukatan, yaitu dengan mengancam kariernya,' batin Jaden dengan menerawang memandang kearah jalanan.Ya, saat ini Jaden berada di dalam ruangan rahasianya. Tepatnya gedung paling atas rumah sakit Modern Hospital, ia berdiri dari duduknya. Lalu ia memasukan kedua telapak tangan ke dalam saku celananya, seraya memandang ke arah luar dengan banyaknya pemikir
Kebohongan Alya"Apa kamu bisa dipercaya?!""Jika kamu berbohong, kamu akan tahu apa yang kulakukan padamu?!" tanya Jaden mulai menurunkan nada emosinya."Tentu saja, Tuan. Anda bisa mempercayai saya, karena saya bukan wanita yang suka berbohong," jawab Alya dengan nada meyakinkan.Namun, lain di mulut lain di hati. Alya berbohong di depan Jaden, karena ia tidak mau mati konyol di tangan anak buah Jaden.Rafael yang mendengar penuturan Alya merasa tidak terima, karena ia mulai mencintai kakak iparnya."Alya! Jangan katakan itu, Sayang. Aku mencintaimu, dan aku akan mempertahankan kamu di sisiku," tolak Rafael."Aku akan bersikap adil pada kamu dan Aina, jangan katakan kamu akan menjauhiku Alya," teriak Rafael menggema di dalam ruanga, dengan meyakinkan Alya kalau ia benar-benar mencintai kakak dari istrinya.'Aduh, kalau Rafael tidak mau mengikuti apa yang kukatakan tadi. Maka aku takut para penjahat itu akan membunuhku, aku tidak m
Senyuman yang Dipaksakan"Kenapa baru datang? Apakah kamu tidak tahu jika aku berada di rumah sakit, hem?" tanya Aina begitu ia melerai pelukan dari suaminya."Maafkan aku, Sayang? Di kantor ada sedikit masalah, jadi aku meninggalkanmu saat koma.""Aku tidak punya pilihan, jadi kuutamakan kewajibanku sebagai pimpinan perusahaan terlebih dahulu. Maaf,'' jawab Rafael dengan kebohongannya, padahal selama tiga hari ia berada di Bali dan bersenang-senang bersama Alya."Apakah ada masalah yang serius?" tanya Aina terselip rasa khawatir, karena perusahaan suaminya selama ini terbilang aman-aman saja. Bahkan perkembangan perusahaan juga sangat pesat, dan ia merasa tidak ada hal yang serius pernah terjadi di perusahaan Rafael."Sudah kuselesaikan, kamu jangan mengkhawatirkan perusahaan. Untuk saat ini pilirkan tentang kondisimu, sebab kamu baru siuman, Sayang," jelas Rafael, seraya menggenggam tangan Aina. Kemudian ia memberikan kecupan kecil di pungg
Kecurigaan AinaSetelah Aina mengatakan ingin pulang, mau tidak mau Rafael pun menuruti keinginan sang istri. Meskipun sesungguhnya ia ingin Aina mendapatkan perawatan lebih baik, hingga kesehatan sang istri benar-benar pulih.Namun, sifat keras Aina membuat Rafael luluh. Ia yang melihat Aina baru saja siuman, dan tidak ingin membuat sang istri memikirkan hal berat.Aina hanya menginginkan pulang ke rumah mereka, dan ia harus menuruti. Memgingat sang istri tidak menyukai jika terlalu lama berada di rumah sakit.Rafael pun berjalan ke ruangan Dokter Jaden, di mana dokter tampan itu yang selama ini menangani dan merawat Aina. Setelah sampai di deoan ruangan, terlihat Rafael mengetuk pintu dengan tidak sabarannya.Di dalam ruangan.Terdengar suara ketukan pintu cukup keras, membuat Dokter Jaden yang tengah duduk di kursi putarnya merasa terkejut. Mengingat saat ini, ia dalam posisi melamun, dan hal yang dilamunkan tidak jauh dari pa
Bahagia BersamamuMalam semakin larut, setelah mandi dan mengganti gaun pengantin yang tadi Aina kenakan.Kini ia telah memakai baju tidur, terlihat baju itu begitu tipis dan ia merasa tidak nyaman mengenakannya. Ia merasa malu apabila nanti dilihat oleh Jaden, meskipun ia telah resmi menjadi istrinya tetap saja rasa malu menghinggapi hatinya.'Siapa, sih, yang memesan pakaian ini?' tanya Aina dalam batinnya, seraya menghela napas ketika melihat pantulan tubuhnya di cermin.'Jika Mas Jaden melihatku memakai pakaian ini, bagaimana reaksinya. Aku takut dia mengira kalau aku ingin menggodanya, padahal di sini memang tidak ada pakaian yang lebih pantas dipandang,' gumam Aina sedikit kesal.Jaden yang baru saja keluar dari kamar mandi samar-samar mendengar keluhan sang istri, ia tahu betul sifat Aina dan ia membenarkan jika sang istri tidak akan mungkin mau menggodanya terlebih dahulu. Mengingat Aina bukanlah wanita seperti di luaran sana, tapi untuk k
Bersatunya Dalam Mahligai PernikahanHari yang ditunggu Aina dan Jaden kini telah tiba, di mana keduanya telah resmi menjadi pasangan suami-istri dalam mahligai pernikahan.Ya, pagi tadi seorang Kieran Jaden Tamawijaya telah resmi mempersunting janda muda bernama Aina Anindya.Meskipun Aina dalam status janda, tapi tidak mengurungkan niat Jaden untuk mempersunting wanita cantik nan mungil itu sebagai istrinya.Mengingat begitu besar rasa cinta Jaden pada Aina, membuat ia memantapkan niatnya menjadikan Aina sebagai istri. Apalagi setelah ia mendapatkan restu dari sang kakek, membuat ia begitu semangat membawa Aina ke tengah-tengah keluarganya besarnya.Tidak hanya Jaden yang bahagia hari ini, tapi Aina juga turut merasakan perasaan sama. Begitu pula orang-orang di sekitar Aina dan Jaden, juga turut merasakan kebahagiaan mereka.Mengingat selama setahun belakangan Aina pernah merasakan namanya luka karena pengkhianatan dari orang-o
🍂 Kondisi Alya yang Memprihatinkan'Kak Alya?' gumam Aina yang bisa di dengar semua orang di dalam ruang tamu.Aina masih saja memperhatikan foto sang kakak kini berada dalam tangannya, ia terkejut sekaligus bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi pada Alya Kakaknya.Polisi yang melihat Aina terpaku seraya melihat foto sang kakak, tidak bisa membendung rasa ingin tahunya. Karena tujuan kedua polisi itu memang ingin tahu, jika Aina adalah salah satu keluarga Alya. Mengingat dua polisi itu mendapatkan tugas untuk mencari tahu, sebab pemilik rumah sakit merasa tidak enak hati bila datang sendiri ke kediaman keluarga Tamawijaya."Apa Anda mengenal wanita di dalam foto itu, Nona?" tanya polisi ingin tahu."Iya, saya mengenalnya. Dia adalah kakak kandung saya, Alya. Kenapa dengannya, Pak?""Tolong katakan padaku, apa yang terjadi dengan Kak Alya?" tanya Aina bertubi, dan mulai mengkhawatirkan keadaan sang kakak."Wanita yang berada
Rasa SyukurSetelah pulang dari menyelamatkan Aina, kini Jaden membawa wanitanya ke kamar Aina sendiri. Terlihat pria tampan itu sama sekali tidak meninggalkaan Aina barang sebentar saja, ia setia menanti calon istrinya sadar dari pengaruh obat bius yang diberikan Rafael saat mau menculik Aina.Waktu sudah menunjukkan pukul enam malam, terlihat Aina mulai membuka matanya. Sesaat ia dihinggapi rasa ketakutan, ketika teringat mantan suaminya berniat menculiknya."Aku tidak mau ... lepaskan aku, Rafael!" teriak Aina seraya terbangun, dan langsung terduduk dengan seluruh badan bergetar karena ketakutan.Jaden yang terkejut mendengar suara wanitanya, seketika berdiri dan berusaha menenangkan Aina dari rasa ketakutannya."Sstt, tenanglah. Kamu sudah aman, Sayang," gumam Jaden, dan langsung memberikan pelukan dan membelai punggung Aina pelan."Aku takut sekali, Mas.""Aku takut kalau Rafael akan menculikku, tadi aku masih ingat kalau dia mene
Penyelamatan AinaIring-iringan mobil yang dikendarain oleh preman suruhan Rafael, kini tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Karena Rafael baru teringat kalau koper, beserta isinya masih berada di rumahnya. Apalagi ada paspor yang harus iya bawa mengingat ia akan membawa Aina pergi dari kota Jakarta, sebelum Jaden menyadari kalau ia-lah dalang dalam penculikan Aina."Cepat kendarai mobil ini, kita ke rumahku terlebih dulu," perintah Rafael seraya merangkul Aina di kursi penumpang.Terlihat Aina tengah menutup matanya, karena pengaruh obat bius yang diberikan Rafael padanya."Baik, Pak," jawab salah satu preman yang tengah mengendarai mobil Rafael, terlihat satu mobil di belakang mobil Rafael terdapat beberapa preman yang sengaja Rafael bayar untuk membantunya melancarkan aksinya dalam menculik mantan istrinya itu.'Semoga saja anak buahnya Jaden tidak menyadari kalau Aina tengah kuculik,' batin Rafael, seraya mengecup puncak kepala Aina.
Niat Rafael Menculik AinaAina telah sampai di mall, ia pun berjalan ke stand tempat aneka perlengkapan bahan kue. Saat ia tengah asyik memilih bahan, tiba-tiba ia merasa ingin buang air kecil.Aina pun bergegas mencari letak di mana toilet berada, Martin dan Rio hanya bisa mengawal calon istri bosnya dari jauh. Mengingat Aina merasa tidak nyaman saat dilihatin banyak orang, makanya ia menyuruh dua orang suruhan Jaden mengawalnya sedikit jauh."Bisa kalian sedikit menjaga jarak, aku janji tidak akan pergi jauh selama di mall," ucap Aina sedikit merasa tidak nyaman, saat Martin dan Rio begitu ketat mengawalnya.''Tapi, Nona. Saya takut Tuan marah pada kami, karena kami tidak bisa menjaga Nona dengan baik," jawab Martin jujur."Tenang saja, pasti Mas Jaden tidak akan marah pada kalian. Selama kalian tidak mengatakannya,'' kekeh Aina.''Aku akan ke toilet sebentar, bisa kalian berdua berada di sini saja. Jangan mengikutiku, karena akueras
Firasat JadenHampir seminggu waktu berlalu, dan Aina kini telah resmi menjadi tunangan seoarang Kieran Jaden Tamawijaya. Segala sesuatu bagi Aina kini terasa indah, serta membahagiakan dalam hidupnya.Setelah begitu banyak Aina melewati rasa sakit dalam diri akan pengkhianatan, yang dilakukan oleh mantan suami dan kakaknya sendiri.Meskipun begitu, Aina tidak menaruh dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya, ia hanya percaya keadilan Allah itu jauh lebih adil dan ia percaya setiap perbuatan pasti suatu saat akan mendapatkan balasan sesuai takaran perbuatan yang pernah dilakukan.Saat Aina merasakan syukur akan kebahagiaan dalam hidupnya, dalam lamunannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh calon suaminya yang memeluknya dari belakang."Sedang apa kamu di sini, aku mencarimu sedari tadi," gumam Jaden seraya memeluk wanitanya yang tengah berdiri di dekat taman bunga, sengaja taman di belakang rumah Jaden ia buat taman karena wanitanya begitu menyukai bu
Kemarahan Rafael dan Juga ObsesinyaSetelah menyeret Alya dekat dengan mobilnya, kini Rafael mencoba menanyakan sebuah kebenaran bahwa Alya yang berada di balik perceraian dengan sang istri Aina."Katakan, apa benar kamu dibalik perceraianku dengan Aina?" tanya Rafael dengan menyengkeram mulut Alya. hingga Alya mengaduh kesakitan."Akkhh ... sakit, Rafael," adu Alya dengan netra mulai berkaca-kaca."Rasa sakitmu tidak seberapa dibandingkan aku kehilangan Aina dari hidupku sekarang, bukankah kamu sudah tahu seberapa besar aku mencintai dia, hah!" bentak Rafael.Alya mendengar kata cinta untuk Aina dari mulut pria yang sangat dicintai seketika merasa cemburu, dengan percaya diri ia menatap netra Rafael tanpa rasa takut."Cih, cinta katamu. Lalu kenapa kamu berselingkuh denganku, bahkan istrimu sendiri melihat adegan panas kita, dan itu saat kita bercinta. kemudian dia pergi meninggalkanmu, apakah itu semua salahku?"Degh!Merasa
Penyesalan yang Terlambat"Apa maksudmu kita sudah bercerai, Sayang?" tanya Rafael seraya ingin mendekati Aina, tapi Kakek Mark langsung menghadan langkahnya.Merasa kesal karena ulah Rafael mengganggu acara pertunangan cucunya, Kakek Mark mulai tegas."Berhenti di tempatmu anak muda, sebelum orang-orangku menyeretmu keluar dari pesta pertunangan cucuku!" tekan Kakek Mark dengan nada rendah dan dingin.Rafael yang mendapatkan kemarahan dari Kakek Mark bukannya takut malah menantang, dan ia berniat menyingkirkan Kakek Mark. Namun, Jaden yang tahu jika tangan Rafael berniat mendorong sang kakek dengan kemarahannya ia maju melindungi kakeknya tepat di depan Kakek Mark."Jangan berani-berani menyentuh Kakekku, dengan tangan kotormu ini. Jika, kamu berani menyentuhnya aku tidak segan untuk mematahkan tanganmu ini," ucap Jaden dingin."Memangnya aku takut ancamanmu, Pria Cupu!Jawabannya, tidak! aku sama sekali tidak takut padamu, dan lagi wanita c