Share

8. Seperti Orang Lain

Penulis: Rainfall
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-04 17:23:59

 “Mengapa kamu membiarkan tunanganmu sendirian di pesta?” Tanya Brama dengan wajah serius.

Dirga masih berdiri mematung. Sambil melihat dengan tatapan kesal kepada Vanessa dia menghembuskan nafas lelah terlebih dahulu. Kemudian memandang lurus kepada kakeknya.

“Dia sudah besar, bisa mengurus dirinya sendiri.” Jawab Dirga dingin.

Vanessa hanya bisa terdiam. Dia kesal mendengar jawaban Dirga, ada sedikit rasa harap dari dirinya tentang Dirga. Harapan bahwa Dirga akan berkata maaf atau menyesali perbuatannya. Namun yang keluar hanya kata-kata dingin yang menusuk hati. Sekali lagi Vanessa teringat dengan perkataan Dirga yang bilang kalau dia tidak mencintai Vanessa. Apa yang bisa diharapkannya?

“Itu betul, tapi tidak sepatutnya kamu mendiamkannya seperti ini Dirga. Kalian sudah bertunangan." Kata Brama sambil memegang kepalanya dan menghembuskan nafas lelah.

“Itu betul.” Jawab Dirga.

“Perlakukanlah wanita dengan baik Dirga.” Kata Brama.

Dalam diri Vanessa dia mencibir sikap Dirga. Baginya Dirga hanya memperlakukan Vanessa saja yang tidak baik. Sementara artis kesayangannya mendapatkan perlakuan sangatlah baik. Bahkan Dirga rela untuk menelpon Tania ketika dia jauh, berbeda dengan Vanessa yang diperlakukan seperti penjahat.

“Pada akhirnya tidak ada apapun dengannya. Dia bahkan bisa mengobrol santai dengan kakek setelah membuat seisi pesta kacau karena ulahnya.” Gerutu Dirga.

“Karena ada Bintang.” Jawab Brama.

Dirga menaikan alisnya satu. Wajahnya memperlihatkan tanda tanya dan penolakan.

“Aku masih harus menyapa tamu-tamuku yang lain Dirga. Duduklah di sebelah Vanessa sampai pesta berakhir.” Kata Brama kemudian bangkit berdiri meninggalkan mereka berdua.

Dirga duduk di sebelah Vanessa seperti yang diperintahkan, namun mereka tidak berbicara sepatah katapun satu dengan yang lain. Dirga hanya diam sambil memperhatikan acara.

Sementara itu Vanessa merasa tidak nyaman. Didiamkan sungguh menyebalkan. Apa bedanya dengan dirinya yang menunggu di rumah sakit ketika Vanessa siuman. Jika Vanessa tidak bertanya terlebih dahulu sampai beres pesta pasti Dirga tidak akan mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya Vanessa menyerah.

“Kalau kamu mau pergi silahkan. Aku bisa menikmati pesta sendiri.” Kata Vanessa.

“Tidak.” Jawab Dirga singkat.

“Kamu marah kan?” tanya Vanessa.

“Benar, karena tingkahmu sendiri.” Ucap Dirga tajam.

“Lucu ya, bertunangan tetapi terpaksa menemani tunangannya sendiri.” Kata Vanessa.

“Ada banyak hal yang harus aku lakukan di pesta.” Kata Dirga.

Contohnya menemani artis terkenal dari perusahaanmu kemana mana kan? Gerutu Vanessa dalam hati. Namun dia tidak mampu mengungkapkannya.

“Oh.” Jawab Vanessa.

“Ada banyak kolega perusahaan di sini. Pesta ini bisa menjadi timbal balik positif dan negatif bagi perusahaan.” Kata Dirga.

“Aku serius kalau kamu mau pergi silahkan siapa tahu ada yang menunggu.” Kata Vanessa.

Vanessa bermaksud untuk menyinggung Tania secara tersirat di depan Dirga. Namun Dirga tetap menunjukan ekspresi yang sama. Entah dia peka atau tidak tentang perkataan dari Vanessa.

“Betul ada yang menunggu.” Kata Dirga terus terus.

Vanessa mendesah lelah. Dia sudah menduga jika Tania sudah menunggu Dirga.

“Kolega-kolega perusahaan yang berharga, pasti menunggu untuk diberi kabar mengenai kemajuan perusahaan di sini.” Ucap Dirga.

“Selain kolega pasti ada artis yang menunggu.” Kata Vanessa dengan tatapan tajam.

“Betul.” Kata Dirga.

“Sudah kuduga.” Ucap Vanessa spontan. Dia tidak tahan lagi ingin mengumpat.

“Kupikir karena amnesia otakmu menjadi tumpul, ternyata kamu bisa menyadari bahwa semua artis di sini menunggu feedback baik dari perusahaan.” Ucap DIrga.

Vanessa mencibir. Dia bingung apakah penjelasannya sampai di logika Dirga atau tidak. Karena ternyata Dirga merespon tentang perusahaan. Sementara yang Vanessa maksud adalah Tania.

“Bukannya kamu bersama artis terkenal itu sedari tadi?” Tanya Vanessa.

“Tania? Betul.” Jawab Dirga.

“Kenapa ga sama dia aja?” Tanya Vanessa. Dia akhirnya spontan untuk mengemukakan apa yang ada di pikirannya.

“Tania sudah dewasa, ini bukan pesta pertamanya. Dia kenal banyak orang penting di perusahaan yang bisa membuat karirnya semakin baik.” Jawab Dirga.

Jadi Tania dewasa sementara Vanessa tidak. Begitulah respon Vanessa dalam benaknya. Namun seperti tadi, dia tidak mampu mengucapkannya.

“Temani saja dia, aku tidak apa-apa.” Jawab Vanessa lelah.

“Tidak.” Jawab Dirga singkat.

“Kenapa?” Tanya Vanessa.

“Karena kakek menyuruhku di sini.” Jawabnya.

Vanessa hanya bisa terdiam mendengar jawaban Dirga. Entah kenapa semakin dia mengobrol dengan Dirga, dia semakin melihat sifatnya. Dirga adalah pribadi yang unik, sesekali terlihat angkuh, namun terkadang di depan Vanessa dia seperti anak kecil polos yang hanya mengikuti nalar, logika dan perintah dari atasannya.

“Tapi…, aku merasa aneh terkadang jika di dekatmu.” Kata Dirga tiba-tiba.

“Kenapa?” Tanya Vanessa penasaran.

“Aku merasa kamu seperti orang lain yang berbeda, terutama sifat dan respon dirimu. Biasanya kamu hanya diam saja jika kita bertemu dan tersenyum sopan lalu menundukan kepala. Namun kini kamu nampak berbeda.” Kata Dirga.

Mendengar jawaban Dirga, Vanessa merasa setuju dengannya. Dia sejak awal merasa ini bukan dunianya. Meskipun dia mendapat diagnosis amnesia dari dokter namun dunia yang dia tempati saat ini lebih terasa seperti, Dunia Khayalannya.

***

Vanessa pulang dari pesta lewat tengah malam. Dia dan Silvia nampak kelelahan. Silvia tinggal di mansion yang sama dengan Vanessa, meembuat Vanessa tersadar bahwa di rumahnya ada banyak pekerja yang tinggal bersama dengannya. Bimo rupanya memperlakukan pekerja rumahnya dengan baik, karena mereka semua diberikan tempat istirahat yang nyaman di rumahnya. Bisa jadi hal ini untuk memudahkan Bimo juga jika memerlukan bantuan mereka segera.

Vanessa yang kelelahan langsung merebahkan diri di atas kasurnya. Kasur empuk berselimut tebal tersebut membuatnya nyaman. Matanya yang sudah berat segera tertutup dalam hitungan sebentar. Membuatnya terhanyut dalam mimpi.

Mimpi Vanessa cukup aneh, dia berada di sebuah café kecil. Sepertinya kedai kopi entah di mana. Terlihat dari jejeran biji-biji kopi asli di dalam jar kaca yang unik. Pemandangan tersebut terlihat sangat familiar bagi Vanessa. Apakah dia pernah mengunjungi kedai kopi tersebut.

Tanpa dia sadari pandangannya tertuju pada seorang gadis yang usianya terlihat lebih muda dari dirinya. Gadis itu dikuncir kuda serta mengenakan topi kedai di atas kepalanya. Dia berdiri di belakang meja kasir. Sesekali memperhatikan para pengunjung yang padat menempati meja-meja tamu. Senyumnya ramah dan familiar. Namun Vanessa tidak dapat mengingat siapa gadis tersebut.

Gadis itu melihat ke arah arloji di tangannya. Sepertinya dia menunggu jam pulang kerja. Kemudian dia berbalik menuju pintu belakang. Vanessa yang penasaran mulai mengikutinya.

Brakkkk…..

Terdengar suara yang cukup keras dari balik pintu. Vanessa yang mulai memasuki ruangan melihat sesuatu yang tidak terduga di depannya. Gadis itu sedang menghadapi beberapa pekerja wanita yang lain. Seperti kasus pembulian pada umumnya dia berdiri membelakangi loker. Di depannya terlihat beberapa gadis sedang tertawa mengejek. Gadis paling depanlah yang menggebrak loker tadi. Tangannya masih menyentuh loker.

Awalnya Vanessa mengira gadis kasir itu akan ketakutan, namun nyatanya dia menatap balik dengan tatapan mengancam. Membuat naik pitam tiga gadis di depannya. Entah mengapa mimpi ini terasa nyata, aroma, suara bisa terdengar jelas oleh Vanessa. Bahkan tiap adegan serasa sangat nyata.

Gadis yang melakukan pembulian itu mendekatkan wajahnya ke gadis kasir. Dengan senyum mengejek dia berkata, “Sekarang kamu makin berani ngelawan ya Hana!”

Bab terkait

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   9. Dunia Pararel

    Vanessa terbangun dari mimpinya. Sekali lagi nama Hana terngiang dalam mimpinya. Siapa sebenarnya Hana? Mengapa dua kali datang ke mimpinya? Kemudian mengapa kejadian di mimpi tersebut terasa nyata. Bahkan aroma kopi di café terasa sangat familiar baginya.Hari itu dia bertekad akan mencari tahu siapa sebenarnya Hana. Siapa sebenarnya dirinya serta apa hubungannya dengan Hana. Tidak lama seseorang mengetuk pintu kamarnya.Tok..tok…tok…“Siapa?” Tanya Vanessa.Pintu dibuka, seorang wanita tua masuk ke dalam kamarnya. Wanita tersebut terlihat elegan dengan kacamata kecilnya. Mengenakan pakaian rapi lengkap dengan jas kerja.“Halo Vanessa, saya dengar anda kehilangan ingatan anda. Saya ke sini atas perintah Pa Bimo.” Ucap wanita tersebut.Vanessa yang masih terduduk di kasur tidur serta mengenakan piama tidak tahu harus merespon bagaimana. Pasalnya dia merasakan aura diskriminatif dan menjengkelkan d

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   10. Berpura-pura Menjadi Vanessa

    Vanessa masih terduduk di ranjang rumah sakit tempat dia siuman pertama kali. Dia ingat siapa dirinya, dari mana asalnya serta semua memori yang pernah dijalaninya. Ketika siuman beberapa hari yang lalu dia senang karena terbangun sebagai seorang putri kaya raya serta memiliki tunangan tampan. Namun semua itu sirna ketika memorinya kembali.Dia bukanlah Vanessa. Dirinya yang asli adalah Hana. Seorang gadis yatim piatu yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena terhalang biaya. Hana bekerja sebagai pegawai di kedai kopi percis seperti mimpinya. Karena berasal dari golongan kurang mampu dia kerap kali mendapat perlakuan tidak baik semenjak masa sekolah. Bahkan di tempat kerjanya pun dia kerap mendapat perlakuan tidak baik.Dia pun masih tidak mengerti mengapa dia diperlakukan demikian. Apakah karena dia tidak memiliki uang membuat orang-orang dengan mudahnya memperlakukannya jauh dari kata manusiawi? Bahkan sahabat yang dia percaya memin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   11. Kenangan Lama Hana dan Vanessa

    “Apa kamu gila?” Ucap Dirga.Hana menggeleng. Dia merasa alasannya masuk akal. Jika memang Dirga tidak mencintai Vanessa ya sudahi saja. Memangnya dia dalam novel? Tentu saja tidak.Dirga memegang kepalanya.“Apa kamu tahu jika pertunangan kita dibatalkan akan menyebabkan perusahaanmu dan aku mengalami kesulitan?” Tanya Dirga.Hana menggeleng. Dia tidak berfikir sejauh itu. Rupanya kisah cinta orang kaya sangatlah rumit. Seharusnya dia tetap menjadi Hana yang biasa, walaupun beban hidupnya sulit.“Perusahaanku bergerak di bidang entertainment, menghasilkan artis dan aktor terbaik setiap tahunnya. Sementara perusahaan milik keluargamu bergerak di bidang media, baik cetak ataupun elektronik. Apa sampai di sini kamu menangkap perkataanku?” Kata Dirga sambil memastikan.Hana mengangguk.“Tidak hanya karena kakek kita berdua berteman, tetapi karena kedua perusahaan saling membutuhkan satu sama lain

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   12. Kebenaran Atas Kecelakaan

    “Duduklah Dirga. Tidak usah tegang seperti itu.” Kata Brama.Dirga duduk di sofa yang tersedia. Brama bangkit dari kursi kerja menuju sofa di sebrang Dirga. Wajah Dirga nampak kaku. Dia berharap kakek tidak akan keterlaluan memarahinya. Dia kesal dengan sifat Vanessa yang ceroboh. Kejadian dia tercebur di kolam saja belum lama. Tetapi hari ini ada kabar bahwa dia mengalami kecelakaan kedua. Sebetulnya apa yang dipikiran Vanessa. Jika memang dia ingin berenang di rumahnya tersedia kolam, tidak harus memaksakan di kolam kotor sembarangan.“Bagaimana harimu?” Tanya Brama.“Baik seperti biasa.” Kata Dirga.“Aku dengan Vanessa mengalami kecelakaan lagi. Apakah itu benar?” Tanya Brama.Dirga menelan ludah. Ternyata apa yang dipikirkannya tepat. Brama menanyakan kabar perihal Vanessa.“Benar.” Jawab Dirga singkat.“Aku tahu kamu merasa terpaksa ketika aku meminta kamu untuk be

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   13. Apa Kamu Benar-benar Vanessa?

    “Kenapa namaku tidak boleh disebut Bintang?” Tanya Dirga.Hana dan Bintang terkejut. Orang yang dibicarakan ternyata ada di belakang mereka. Bagaimana bisa Dirga datang tanpa disadari oleh mereka berdua.“Seumurmu masih haruskah diberitahu?” Tanya Bintang.Mendadak ruangan menjadi panas. Hana yang panik takut mereka berdua bertengkar akhirnya mencoba untuk mencairkan suasana. Baru kali ini dia harus bertemu dengan Bintang dan Dirga secara bersamaan.“Sebentar, bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” Tanya Hana.“Aku?” Tanya Dirga.“Tentu saja, siapa lagi yang aku tanya.” Kata Hana.“Aku masuk tentu saja lewat pintu Vanessa. Aku heran mengapa kamu tidak tahu.” Kata Dirga.Hana menepuk pelipisnya. Dia heran sekali bagaimana bisa orang ini menjadi pimpinan perusahaan besar.“Maksudnya kami saja tidak sadar kamu bisa masuk ke rumahku.” Kata Hana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   14. Dirga Pingsan

    “Apa kamu benar-benar Vanessa?” Tanya Bintang.Hana mematung. Dia kaget dengan perkataan Bintang. Tapi dia mencoba mencari cara agar Bintang tidak semakin curiga. Dia ingat perkataan Silvia apa yang akan terjadi padanya jika ada yang tau dia bukanlah Vanessa sebenarnya.“Tentu saja.” Jawab Hana. Dia berusaha tersenyum senatural mungkin, agar Bintang tidak semakin mencurigainya.Bintang kemudian melihat hasil masakan Vanessa. Dia tahu seumur hidup teman kecilnya ini tidak bisa masak. Diantara mereka bertiga Dirga lah yang bisa masak. Mengejutkan bukan seorang Dirga yang menyebalkan ternyata jago memasak.“Bagaimana bisa Vanessa yang aku kenal sedari kecil langsung berubah?” Kata Bintang sambil menyilangkan lengannya.“Berubah maksudnya?” tanya Hana.“Vanessa yang aku kenal menyentuh dapur saja tidak pernah.” Kata Bintang.Hana menelan ludah. Dia harus mencari alasan paling log

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   15. Naskah Novel Vanessa

    Hana duduk di meja kerja Vanessa. Meja kerjanya bersebrangan dengan meja kerja milik Silvia. Rupanya Silvia benar-benar asistennya yang setia. Dia juga turut serta untuk membuat cover dan ilustrasi untuk novel yang Vanessa buat.“Silvia?” Tanya Hana.“Iya?” Tanya Silvia balik.“Kenapa aku harus menulis novel sekarang?” Tanya Hana.“Para pembaca anda mengirimkan email kepada perusahaan, mereka menunggu anda untuk menerbitkan chapter terbaru dari series novel yang anda buat.” Kata Silvia.Hana menepuk kepalanya. Seumur hidup, dia belum pernah membuat novel. Bagaimana bisa dia meneruskan pekerjaan Vanessa. Sial sekali memang hidupnya. Sekali lagi dia menyesal, menjadi orang kaya rupanya tidak semudah yang dia pikirkan.“Aku belum punya inspirasi.” Kata Hana mencari alasan.Silvia menghela nafas. Kemudian dia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju rak buku. Ini pertama k

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   16. Peringatan dari Tania

    “Ganti!” Seru Dirga.Pagi-pagi sekali, Dirga menjemput Hana untuk menemaninya dalam acara perusahaan yang akan dilangsungkan di balkon hotel mewah. Menurut Dirga, setelah amnesia selera berbusana Vanessa amat payah. Biasanya dia bisa menata busananya sesuai dengan acara. Namun kini, selera berpakaiannya seperti orang yang tidak pernah memakai barang bermerek.“Tidak!” Ucapnya ketus setelah kesekian kalinya Hana mengganti pakaian.“Apa bagusnya sih memakai pakaian tertentu ketika pergi ke tempat acara.” Kata Hana mendengus kesal.“hufh!”Dirga menghembuskan nafas kesal. Dia melipat kedua tangannya di depan. Kemudian berjalan menuju Hana yang berwajah kesal dan lelah setelah berkali-kali mengganti pakaian.“Dengar! Sebagai tunanganku, kamu harus menjalani acara penting hari ini. Jadi…!” Ucap Dirga sambil memotong kata-kata terakhirnya.“Jadi?” Tanya Han

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05

Bab terbaru

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   49. Keluarga Penuh Rencana

    "Tuan?"Dirga menengok ke arah Faisal. Dia sadar bahwa sedari tadi dia melamun. Parah sekali hari ini. Dia tidak bisa fokus sama sekali karena memikirkan Vanessa."Bisakah rapat dibatalkan? Sepertinya aku butuh angin segar," ucap Dirga.Faisal mengangguk. Dia pun sadar bahwa tuan mudanya sedang tidak dalam kondisi yang baik. "Saya akan urus pembatalan rapat hari ini. Kemudian saya akan membelikan beberapa obat jika memang anda memerlukannya."Tidak lama kemudian Faisal keluar. Menyisakan Dirga sendirian di sana. Dia kemudian kembali memikirkan Vanessa. Apakah benar bahwa orang yang ada di dalam rumah tunangannya itu adalah orang lain. Jika memang benar, mengapa Silvia diam saja? Malah seakan dia mengetahui hal ini lebih dibandingkan dengan Dirga sendiri."Ini membuatku gila! Lebih baik aku memastikannya saja!" usulnyaKring....Telepon di ruangannya berdering. Dia kemudian mengangkat telepon kantor yang terletak di mejanya tersebut. Terdengar suara wanita da

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   48. Terjatuh

    "Ayo!" teriak Vanessa.Mereka sedang berjalan melewati jalan setapak kecil. Abraham mengikutinya dari belakang."Vanessa, ini aneh sekali," ucap Abraham.Gadis itu menengok. "Aneh? Apanya yang aneh? Apakah kamu sepertiku yang belum pernah menemui tempat seperti ini?""Bukan-bukan," bantahnya. Abraham mendengar beberapa cerita dari Silvia tentang Vanessa. "Sifatmu benar-benar berkebalikan dengan apa yang dia ceritakan.""Siapa?" tanya Vanessa. Dia memasang wajah kebingungan."Silvia, asistenmu," ungkapnya. "Menurut Silvia kamu adalah gadis kaya raya pendiam dan anggun. Namun yang aku lihat benar-benar berbeda.""Oh itu," Vanessa memutar bola matanya. Jelas saja jika Vanessa yang dahulu terlihat berbeda. Dia sudah diajari tata krama dan sopan santun. Membuatnya terkekang penuh dengan aturan. "Anggap saja setelah bertukar tubuh aku memiliki kepribadian yang baru.""Yah meskipun kamu berbeda dari Hana. Tapi dia pun sama, kalian ben

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   47. Silvia, Kamu Gagal!

    "Bintang sayang!" Clarissa memanggil lembut putranya."Ya Bunda?" jawabnya.Mereka berdua sedang makan malam di sebuah rooftop restaurant bintang lima. Clarissa terlihat puas sekali. Dia merasa bahwa dunianya perlahan kembali berpihak kepadanya."Bagaimana di perusahaan kakek?" tanyanya.Bintang menghentikan makannya. Dia mengajak ibunya makan di sini sebagai bakti, bukan untuk membicarakan perihal perusahaan. "Baik."Clarissa melihat ada yang tidak beres dengan putranya. Dia memang sudah bukan artis lagi, namun dahulu dia adalah seorang artis terkenal. Dia tahu kebohongan yang tertera dalam benak Bintang. "Katakan sayang, apa yang sebenarnya terjadi. Kakek memberikanmu posisi sebagai salah satu pegawai di sana bukankah sebuah kepercayaan yang bagus. Kenapa kamu tidak antusias?""Kita sedang makan Bunda, aku hanya tidak ingin membicarakannya." Bintang meneruskan makan. Mencoba mengalihkan perhatian sang bunda.Clarissa tidak puas. Dia

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   46. Gara-gara Mie Ayam

    "Kita naik lagi!" ucap Dirga."HAH!" Hana kaget dibuatnya. Pasalnya mereka sudah menaiki wahana tersebut sebanyak tiga kali. "Mau naik berapa kali lagi?""Entah, ini pertama kalinya aku menaiki wahana ini. Rasanya aneh, seluruh tubuhku bergetar, kita akan terus menaikinya berulang kali!" ucap Dirga.Hana memutar bola matanya. Niat untuk menjahili Dirga menjadi malapetaka untuknya. Dia tahu bahwa tuan muda itu belum pernah menaiki wahana rakyat biasa. Sayangnya dia benar-benar tidak menyangka bahwa Dirga malah kecanduan."Stop!" cegahnya. Hana tidak ingin naik wahana tersebut hingga keempat kalinya. Perutnya sudah melilit. Dia lapar, jika naik lagi dijamin seluruh isi perutnya akan meloncat keluar. "Lebih baik kita cari makan.""Baiklah, restauran mana yang akan kita tuju?" tanya Dirga.Hana tertawa. Dia tahu ini saatnya menjahili Dirga. "Kita tidak akan ke restauran wahai Tuan Muda CEO."Dirga terlihat kaget. Dia menatap tajam Hana. "

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   45. Pasar Malam

    "Apa yang bisa kamu tawarkan? Jika aku membantumu kembali ke tubuhmu yang semula?"Vanessa sedikit terkejut mendengar respon dari Abraham. Benar juga, seseorang pasti akan membantu jika memang ada hal yang bisa dia berikan. Gadis itu berfikir sejenak. "Apa yang kamu mau?"Abraham tersenyum melihat Vanessa yang menawarkan sesuatu. Kemudian dia mendekat dan membisikan sesuatu di telinga gadis itu. Vanessa mengangguk-angguk. Dia setuju dengan tawaran yang diberikan oleh Abraham.***"Vanessa? Kita sudah sampai!" ucap Abraham.Lelaki itu mengguncang tubuh Vanessa dengan lembut. Ternyata dia tidak sengaja tertidur. Di depan matanya terlihat jalan setapak dari tanah. Dia sempat ragu sejenak."Gimana? Mau melanjutkan?" tanya Abraham.Vanessa kemudian membuka sabuk pengamannya. Dia turun dari mobil. Diikuti oleh Abraham, mereka melakukan persiapan untuk menurunkan beberapa barang. Dari mulai ransel, peralatan memasak yang biasa dilakukan saat

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   44. Pantai

    "Apa kamu percaya kalau aku bukan Hana?" tanya Vanessa.Abraham masih duduk diam. Matanya menerawang seperti memindai pikiran Vanessa saat itu. Gadis itu menunggu jawaban. Akhirnya Abraham memejamkan mata sambil berkata, "tidak!""Bagaimana kalau itu adalah kenyataannya?" tanya Vanessa. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan. Sehingga dirinya menyentuh meja makan."Aku tidak percaya hal semacam ini Hana," ucap Abraham. Dia menyenderkan badan ke kursi di belakangnya. "Aku lebih percaya jika kamu memang kehilangan ingatan seperti halnya kata perawat di Rumah Sakit."Vanessa mengangguk. Memang tidak masuk akal jika dipikirkan. Dia yakin, dia bukan hilang ingatan. Tepat sebelum dia berpindah tubuh, Vanessa mengingat bahwa dia jatuh ke air. Dia kemudian terdiam cukup lama. Dia memikirkan apa penyebab dirinya masuk ke dalam air. Vanessa memegang kepalanya. Mencoba untuk mengingat-ingat.Abraham melihat gadis di depannya berperilaku aneh. Dia langsung mencon

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   43. Abraham

    "JANGAN BERCANDA YA!"Vanessa terlihat marah. Dia hampir saja mau melawan petugas sampai akhirnya dia melihat pantulan dirinya di kaca sebelah pintu masuk hotel. Tanpa memperdulikan orang-orang, dia mulai menyentuh dirinya sendiri. "Siapa ini? Bagaimana bisa aku?"Dia kemudian menyentuh bahu penjaga. "Kenapa? Kenapa wajahku jadi begini?"Petugas penjaga itu mendorong Vanessa sekuat tenaga. Dia menatap Vanessa dengan jijik. "Orang Gila!"Vanessa yang jatuh terduduk hanya bisa diam. Pikirannya kacau. Dia benar-benar masih tidak menyangka jika dirinya berubah wujud. "Gamungkin! Bagaimana bisa wajahku berubah sedrastis ini?"Dari belakang Vanessa seseorang berdiri. Dia adalah Abraham. Dia menepuk bahu Vanessa kemudian berbisik padanya. "Kita pergi! Aku tidak tahu kamu kenapa tapi aku akan berusaha untuk menolongmu."***Abraham membawa Vanessa ke kosan milik Hana. Vanessa yang merasa asing enggan memasuki tempat itu. "Apa-apaan tempat kum

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   42. Kabur

    Vanessa terlihat kesal. Menurutnya orang asing tadi sangat tidak sopan. Apa dia tidak tahu siapa dirinya? Dia adalah Vanessa Raksawijaya, putri konglomerat kaya yang terkenal di negara ini. Dia juga seorang novelis terkenal. Bisa-bisanya berlagak so kenal seperti itu.Setelah cukup tenang, Vanessa kembali memperhatikan sekeliling. Matanya langsung menyipit. "Apa-apaan kamar sekecil ini! Bisa-bisanya aku ditempatkan di kamar ini? Apa silvia tidak mengurus kamarku dengan benar?"Dia melihat kalender yang terpajang di dinding rumah sakit. Matanya melebar, mulutnya langsung terbuka. "Astaga! Tanggal berapa ini? Hari ini adalah hari penting. Aku harus menghadiri pesta."Vanessa segera bergegas. Dia berniat untuk keluar dan mencari orang-orang yang dikenalnya. Dia menemukan jaket lusuh di kursi. Alisnya terangkat. 'Masa sih cuman ada pakaian seperti ini? Tapi gamasalah deh daripada pake baju rumah sakit.'Diambilnya jaket tersebut, kemudian dikenakannya. Dia me

  • Who Am I (Bahasa Indonesia)   41. Flashback Vanessa

    "Kamu sudah siap?" tanya Abraham.Vanessa mengangguk. "Aku siap! Ayo kita pergi."Bintang masih berdiri di depan pintu kamar Vanessa. Ini adalah hari terakhir mereka di Villa. Matanya terlihat sedih. Jelas sekali Bintang tidak rela jika Vanessa harus bepergian jauh. Dia kemudian mendekati gadis itu. "Vanes! Lebih baik kita jelaskan kepada ayahmu bahwa kamu bertukar tubuh tanpa sengaja! Aku bisa mencoba menjelaskan."Vanessa menggeleng. "Ayolah Bintang! Ini benar-benar menarik kamu tahu? Aku seorang nona besar yang terbiasa hidup menyenangkan harus berpetualang untuk bisa kembali ke tubuh asalku! Ini bisa menjadi novel yang menarik.""Keselamatanmu Vanessa! Lagipula bagaimana aku bisa mempercayakan kamu kepada lelaki asing itu?" Bintang menunjuk Abraham.Abraham sendiri hanya nyengir saja melihat ulah Bintang. Dia melihat jelas bagaimana perasaan yang dimiliki Bintang. "Silahkan kalian berbicara dulu. Kalau kamu sudah siap panggil aku." Abraham kemu

DMCA.com Protection Status