Home / Romansa / White Love / Selamat Tinggal, Ustaz

Share

Selamat Tinggal, Ustaz

Author: Yani m
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku masih terpaku dan enggan pergi. Melihat punggung bidang itu menghilang di balik pintu kantor sekertariat. Air dari langit turun membasahi bumi disertai angin yang berembus kencang. Percikannya membuat ujung gamis yang kukenakan sedikit basah. 

"Din, ayo masuk! " pekik Putri yang berdiri di depan kelas seraya melambaikan tangan. 

"Iya! " pekikku, kemudian berlari kecil dengan menutup kepala menggunakan kedua tangan. 

Baru saja berjalan beberapa langkah, sebuah payung hitam menaungi dari derasnya kucuran hujan. Aku membalikkan tubuh untuk melihat si pemilik tangan yang menggenggam payung itu. 

Aku sedikit terhenyak dan mundur ke belakang saat Ustaz Fikri berada tepat di hadapan. Dadaku berdetak cepat saat bola mata saling bertemu. 

"Ustaz! " pekikku tertahan. 

"Pakai payung, biar nggak sakit. "

Lelaki itu memberikan gagang payung itu kepadaku, kemudian berlari hingga tidak terlihat lagi. 

Ak

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • White Love   Kembali

    Aku telah bersiap untuk kembali ke Bandung bersama Ibu dan Bapak. Semua barang telah dikemas rapi di dalam koper. Sebuah amplop putih berisi penempatan untuk pengabdian selama satu tahun, kubuka perlahan."Masya Allah, Dini ditempatkan di Bandung, Bu," ucapku semringah."Alhamdulillah."Ibu dan Bapak mengucap hamdalah bersamaan. Keduanya tampak tersenyum lebar.Mobil yang kami pesan berhenti tepat di hadapan. Bapak bergegas memasukkan barang-barang kami ke dalam bagasi. Netraku mengedar ke sekeliling memandang lekat setiap sudut pondok."Din!" Putri berteriak sambil berlari kecil menuju ke arahku.Aku membentangkan tangan dan memeluk gadis konyol itu."Jangan lupa kasih kabar ya," ucapnya memelas.Mata kami mulai berembun. Ia memelukku erat sebulum akhirnya aku masuk ke dalam mobil."Iya,pasti."Aku mengangguk sambil tersenyum lebar. Setitik air itu akhirnya lolos juga dari sudut mata. Entah kapan lagi k

  • White Love   Jodoh Tidak Akan Tertukar

    Langit tampak cerah hari ini. Awan putih bergumul di beberapa titik. Aku tengah mematut diri di depan cermin. Gaun syar'i merah muda dan hijab dengan warna senada membalut tubuh. Tidak lupa memasang bros manik sebagai pemanis.Wajah hanya kupoles bedak tipis dan sedikit lipstik agar tidak terlihat terlalu pucat. Setelah dirasa cukup, aku segera ke luar kamar.Bunyi klakson terdengar beberapa kali. Aku menyibak tirai dan mengintip di baliknya. Benarlah, Aisyah sudah menunggu dengan kuda besi merah kesayangannya. Kami pergi bersama ke resepsi pernikahan Salma."Lama banget dandannya." Gadis itu mencebik dengan memonyongkan sebagian bibirnya."Kan biar keliatan cantik," jawabku seraya mengembangkan senyum."Okelah, okelah. Ayo, berangkat."Motor yang kami tumpangi pun melaju perlahan. Membelah jalanan yang mulai ramai. Kiri kanan jalan, masih sama seperti dulu. Hanya ada penambahan beberapa bangunan saja.

  • White Love   Cinta Lama Bersemi Kembali

    Hari pertama mengajar membuatku sedikit canggung. Anak-anak perempuan usia SD sudah duduk rapi dan terlihat manis.Aku mengajar sekitar enam puluh menit di pagi hari dan enam puluh menit selepas ashar. Ada satu anak yang menarik perhatianku. Tidak seperti anak lain yang terlihat ceria. Anak itu murung dan sedikit bicara.Gadis kecil itu masih terduduk di pojok kelas. Ruangan sudah hampir kosong, anak-anak yang lain telah pulang dan di jemput orang tuanya.Selain santri yang mukim, pondok ini juga menyelenggarakan kelas untuk anak-anak sekitar pondok. Biasanya kelas pagi dan sore.Aku berjalan perlahan mendekatinya. Mencoba mencari tahu sedikit tentang gadis kecil itu."Assalamualaikum, adek kenapa sedih?" tanyaku sambil menatapnya lekat.Anak itu menggeleng pelan. Manik hitamnya terlihat berkaca-kaca."Siapa namamu," tanyaku lembut."Mu-tia," jawabnya gugup."Uminya belum jemput? Ustazah temani dulu ya?"Gadis kecil itu mengangguk

  • White Love   Cinta Lama Bersemi Kembali 2

    Semua mata tertuju ke podium. MC memanggil pengganti Ustaz Zidan Alfarizi. Aku sedikit tersentak saat nama Zidan diucapkan beberapa kali.Mungkinkah itu Zidan yang sama?Belum juga terjawab pertanyaan di benak. Aku harus kecewa karena yang berdiri adalah pemateri pengganti. Entah apa yang terjadi dengan Ustaz Zidan yang dimaksudkan? hingga tidak bisa hadir di tempat.Audience tampak kecewa. Mereka meracau tidak jelas untuk mengekspresikan rasa kecewanya. Aku hanya duduk dan mencatat beberapa materi penting yang disampaikan.Acara pun selesai tepat pada waktunya. Aku dan Putri kembali ke Pondok tanpa kesan istimewa. Selain materi yang berhasil kudapat, hanya rasa penasaran dengan sosok Ustaz Zidan yang membekas di hati. Juga Naura yang terlihat di toilet.♥️♥️♥️Selesai mengajar, aku ikut pelajaran malam Ustaz Yahya. Malam belum begitu larut setelah berakhirnya kelas yang kuikuti. Samar terdengar lagi suara lantunan a

  • White Love   Berpisah Kembali

    Hampir seminggu Zidan berada di Pondok. Ia memutuskan mengisi liburan di dekatku. Kami menjadi lebih akrab dan sering berbincang.Seperti biasa, aku menunggunya di bawah pohon beringin saat jam istirahat. Lokasi yang tidak terlalu ramai dan sejuk membuat kami lebih leluasa bertemu."Ustazah Dini!"Aku menoleh ke arah suara dan melihat Ustazah Iis sedang berjalan menuju ke arahku.Beliau adalah istri Ustaz Yahya yang berarti Ibu sambung Zidan. Dadaku mendadak berdetak kencang. Seperti akan terjadi sesuatu yang kurang baik."Assalamualaikum, sedang apa Ustazah?" tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu."A-nu Ustazah. Ana sedang istirahat," jawabku gugup."Afwan, Ustazah sepertinya kurang baik jika sering berdua dengan Ananda Zidan di sini."Katanya lembut dengan suara halus. Namun terasa perih di hati seperti disayat-sayat sembilu."Tidak enak juga dilihat santri dan rekan yang lain," sambungnya

  • White Love   Perjodohan

    Perjodohan yang dilakukan Ibu dan Bapak membuatku dilema. Bimbang antara cinta dan berbakti kepada orang tua.Namun, jauh di dalam lubuk hati. Aku masih sangat berharap kepada Zidan. Walaupun entah kapan ia akan memenuhi janjinya.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku seketika."Neng, Ibu masuk ya?"Suara Ibu terdengar jelas di balik pintu. Tidak lama, pintu pun terbuka."Mau ya, nerima lamaran anak Ustaz Abdul!" bujuk Ibu dengan muka memelas."Ibu terlanjur mengiyakan, nggak enak kalau ditolak," ujarnya lagi.Aku bergeming, membisu untuk beberapa saat. Namun, hati ini tidak tega melihat Ibu memohon-mohon kepada anaknya.Bukankah sudah menjadi kewajiban anak menuruti dan membahagiakan kedua orang tuanya? Ah, apa yang harus kulakukan sekarang?"Ibu malu kalau nggak jadi, Neng. Ibu udah ngomong-ngomong ke tetangga."Wanita paruh baya itu menunduk dan terlihat sedih. Embun mulai bersarang di manik hitamnya. Aku t

  • White Love   Fitnah Yang Keji

    Rumah telah dipenuhi sanak saudara, keluarga dan beberapa tetangga dekat. Aneka hidangan, kue dan minuman segar telah disajikan rapi di atas karpet permadani.Aku duduk di atas karpet dekat ibu. Menunggu calon pendamping hidup yang akan datang. Tersimpan banyak do'a dan harapan untuk memulai hidup baru.Ketiga kakakku menyempatkan diri untuk datang dan bertemu calon suami adik bungsunya. Mereka terlihat bahagia dan asyik berbincang di ruang keluarga. Mengenang masa kecil dan masa sekolah.Sesekali terdengar gelak tawa yang menambah keceriaan rumah. Ketiga keponakanku berlarian kesana kemari membuat spot di jantung Kak Rianti."Aduh, hati-hati ntar jatuh. Awas pecah!"Suara Kak Rianti membuatku terkekeh. Akankah aku seperti itu kelak? Mengejar dan selalu mencemaskan buah hatiku. Ah, malah tambah ngawur otak ini.Hampir satu jam menunggu, dari jadwal yang dijanjikan. Ibu terlihat gelisah, manik hitamnya melihat ke ara

  • White Love   Ujian Hati

    Sudah hampir satu jam berlalu. Aku berdiri di depan surau, memandang jauh ke depan. Namun, yang ditunggu tidak nampak seorang pun.Mungkinkah anak-anak itu dilarang mengaji oleh orang tuanya? Padahal baru seminggu yang lalu hati ini begitu bahagia, karena bertambahnya jumlah anak-anak yang mengaji.Akhirnya, selang beberapa menit dua anak kecil terlihat menuju ke surau sambil berlari."Assalamualaikum, Ustazah. Apa kami terlambat?" tanya Tasya dengan terengah-engah."Nggak, sayang. Ayo masuk!" ajakku dengan tersenyum ramah.Baru saja kaki ini hendak melangkah ke dalam surau, tiga anak yang lain kembali datang bersamaan."Assalamualaikum, Ustazah, maaf kami telat."'Allhamdulillah,' bisikku di dalam hati.Aku mengangguk seraya tersenyum lebar. Masih ada anak-anak dan orang tua yang masih mempercayaiku.Biarlah jika memang hanya lima anak ini yang sudi belajar denganku. Itu sudah lebih dari cukup. Semua kuniatkan karena Allah sema

Latest chapter

  • White Love   Perubahan sikap Bulan

    Mentari yang terjatuh di balik pintu kamar Bulan tampak syok dan kaget melihat tingkah sang anak yang semakin aneh dan brutal."Kenapa, Tar?" tanya Emak cemas, kemudian membantu Mentari untuk berdiri kembali."Bulan, tadi dorong Mentari sampai keluar dari kamar.""Kok bisa Bulan punya tenaga sebesar itu?" tanya Emak makin khawatir.Wanita paruh baya itu membuka pintu perlahan dan mengintip aktivitas sang cucu kesayangan dari balik pintu. Bulan nampak sedang berbicara dengan bonekanya, seolah boneka itu benar-benar hidup. Tidak jauh berbeda dengan Mentari, Emak pun tampak Syok dan kaget."Cepat bawa ke dokter!" pinta Emak yang masih terlihat Syok."Ya, Mak, besok Mentari dan Rangga kan bawa Mentari ke Dokter."Hingga adzan subuh berkumandang. Mentari dan Emak belum juga bisa memejamkan mata. Mereka tidak habis pikir dengan apa yang terjadi dengan gadis kecil kesayangannya itu. Mereka merenung di ruang tamu

  • White Love   Trauma Bulan

    Sesampainya di rumah, suasana sudah semakin sepi. Hanya ada segelintir orang yang masih membantu membuat beberapa keperluan untuk pernikahan Mentari. Sang calon pengantin duduk dengan wajah muram di ruang tamu. Emak menyambut dengan cemas melihat ekspresi wajah sang anak."Ada apa? Apa yang terjadi sama Bulan? tanya Emak cemas."Kemungkinan Bulan trauma dan perlu di terapi," jawab Mentari lemas."Astaghfirullahaladzim, Kenapa jadi begini? Semoga cucu Nenek enggak apa-apa ya? Semoga cepet sembuh," ujar Emak seraya memeluk tubuh kecil sang cucu."Tapi pernikahan tetap jalan kan? Semua sudah disusun rapi dan undangan sudah disebar?" tanya Emak yang tampak kembali cemas."Insyaallah, pernikahan akan dilakukan sesuai rencana. Sambil mengobati trauma Bulan," jawab Rangga dengan tatapan lembut kepada sang anak.Akhirnya pasangan yang hendak menikah itu pun lebih terfokus kepada pengobatan Bulan dari

  • White Love   Persiapan Pernikahan

    Malam sudah semakin larut. Bulan pun tampak sudah tertidur lelap. Mentari dan Rangga belum juga dapat memejamkan mata. Mereka saling berpandangan satu sama lain, merasakan debaran jantung yang semakin berdetak liar.Rangga mulai berusaha untuk menggapai jari-jemari Mentari. Namun wanita muda itu berusaha untuk menepisnya yang beberapa kali."Tidurlah, udah malam!" pinta Mentari kemudian berbalik membelakangi tubuh Rangga.Rangga terlihat kesal. Wajahnya mulai memerah. Akan tetapi, ia tidak bisa berbuat lebih. Hanya memandangi punggung Mentari yang entah kenapa terlihat begitu seksi di mata Rangga. Akhirnya Rangga pun terdiam. Ia tidak berani untuk memaksa sang kekasih hati untuk memenuhi hasratnya.Rangga tahu betul karakter Mentari yang teguh dan tegas, apalagi untuk hal-hal yang melanggar norma. Lelaki itu memilih untuk menahan hasrat yang mulai naik dan menjalar ke seluruh

  • White Love   Permohonan Orang Tua Dina

    Deru suara motor terdengar jelas dari dalam rumah. Mentari dan Emak bergegas mengintip dari balik tirai jendela. Terlihat Rangga turun dari kuda besi kesayangannya, kemudian berjalan menuju ke arah rumah Mentari.Mentari segera membukakan pintu untuk sang pangeran hatinya." Di mana? Mana orangnya? tanya Rangga dengan mimik cemas."Nggak tahu, padahal tadi masih ada di depan," jawab Mentari yang masih terlihat tegang."Duduk dulu, Ga!" pinta emak kepada sang mantan sang menantu.Baru saja Rangga hendak duduk di atas kursi tamu. Tiba-tiba terdengar derit suara pintu terbuka.Tampak kedua orang tua Dina berdiri di balik pintu dengan muka tegang dan sedih. Mereka segera menghambur ke arah Mentari yang sedang duduk tidak jauh dari tempat duduk Rangga."Tari, tolong Dina, maafkan anak Ibu. Tolong cabut

  • White Love   Penyesalan Dina

    Bulan disambut bahagia oleh seluruh anggota keluarga. Mereka pulang ke rumah Emak, di sana kedua orang tua Rangga pun sudah menunggu untuk menyambut sang cucu."Alhamdulillah, cucu Emak selamat," ujar Emak seraya memeluk tubuh mungil cucu kesayangannya.Nyak pun segera menghampiri dan memeluk Bulan dalam tangis haru dan bahagia."Cepat kasih makan, kayaknya lemes banget tubuhnya!" pinta Nyak kepada Mentari.Mentari pun segera menyiapkan makanan kesukaan Bulan dan menyuapi sang anak, perlahan. Mata bulat yang selalu berbinar itu, tampak cekung dan menghitam. Tubuh Bulan kurus dan tidak bertenaga."Makan yang banyak!" pinta Mentari lirih seraya memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut Bulan. Tanpa terasa, air mata pun menetes perlahan melihat Bulan yang makan dengan lahap. Entah sudah berapa hari anak itu seperti tidak menyentuh makanan, ia tampak kelap

  • White Love   Aksi Penyelamatan

    Menteri dan Rangga menunggu beberapa saat di luar rumah itu. Berharap para polisi segera datang untuk membantu mereka. Akan tetapi, setelah lama ditunggu. Polisi pun tidak kunjung datang. Persis seperti adegan di dalam film, di mana para polisi yang selalu datang terlambat. Akhirnya kedua pasangan itu pun sudah tidak sabar dan nekat untuk masuk ke dalam rumah tanpa bantuan siapa pun.Mereka berjalan dengan mengendap, berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun atau pun memancing perhatian orang-orang yang ada di dalam rumah. Mentari berjalan perlahan ke arah belakang untuk memeriksa sekitar, sedangkan Rangga bertugas di depan memantau keadaan di depan rumah itu.Tepat di belakang rumah, Mentari menemukan sebuah jendela yang tertutup rapat. Ia pun berusaha untuk melihat ke dalamnya. Namun, tidak ada alat apa pun yang bisa digunakan sebagai pijakan agar ia bisa melihat ke dalam jendela yang letaknya berada di atas. Mentari pun seg

  • White Love   Pencarian Bulan

    Mentari pagi telah nampak dari ufuk timur. Menerobos celah jendela dan membelai hangat tubuh mungil Bulan yang menggigil semalaman. Gadis kecil itu masih meringkuk di atas tilam kardus. Ia mengerjap beberapa kali, kemudian duduk di sudut ruangan dengan mata sembab akibat menangis semalaman.Gadis kecil itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan berukuran tiga kali empat itu tampak kosong dan hanya ada beberapa tumpuk barang bekas di tiap sudut. Sepertinya itu adalah sebuah gudang yang sudah tidak terpakai lagi. Penerangan hanya dari kaca jendela yang ditutup rapat yang ditutup oleh beberapa kayu besar yang disilangkan.Bulan tergugu di dalam sana seorang diri. Tangis gadis kecil itu terdengar pilu menyayat hati. Sepiring makanan yang diberikan oleh penculik itu tadi malam, tidak ia sentuh sedikit pun. Gadis kecil itu ketakutan, ia menjerit beberapa kali. Meminta pertolongan. Namun, nihil, sepertinya tempat itu sangat terpencil da

  • White Love   Mengungkap Sang Penculik

    Mentari masih tergugu di bawah guyuran hujan yang semakin deras. Entah berapa lama wanita muda itu berlutut di sana. Tubuhnya semakin menggigil, tapi ia tidak bisa bangkit seolah terpaku oleh kejadian yang baru saja ia alami. Jiwanya tidak terima dengan apa yang menimpa putri kesayangannya."Kenapa kemalangan itu kembali terjadi dan menimpa anakku? Apa dosaku Ya Rabb?" liriknya pilu, menyayat hati.Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan Mentari. Nyak tampak turun dari mobil dan berlari menuju wanita malang itu.“Ada apa, Tari?" tanyanya khawatir, seraya menaungi Mentari dengan payung yang ia bawa."Bulan, Bulan diculik, Nyak," jawab Mentari dengan terisak."Astagfirullahaladzim, siapa yang menculiknya?"Wanita paruh baya itu sontak kaget. Dadanya bergemuruh dan panas. Cucu satu-satunya yang baru saja bertemu, hilang dan diculik

  • White Love   Penculikan

    Setelah mengetahui identitas sang peneror. Rangga meminta kedua orang tuanya untuk berbicara kepada orang tua Dina, agar semua permasalahan ini selesai dan tidak semakin berkepanjangan.Senja itu, selepas pulang dari Cafe. Rangga menjemput Mentari untuk menemui kedua orangtuanya. Agar permasalahannya dengan Dina benar-benar selesai. Bulan pun turut serta saat itu, karena ia sudah sangat rindu dengan kakek neneknya.Sesampainya di rumah Rangga. Mereka disambut hangat oleh kedua orang tua Rangga. Bulan segera berlari dan menghambur ke pelukan sang Nenek. Ikatan darah memang lebih kental dari pada air. Walaupun keduanya baru bertemu beberapa saat. Mereka sudah terlihat akrab dan memiliki ikatan batin yang kuat."Nenek!" pekik Bulan seraya memeluk erat sang Nenek."Cucu kesayangan Nenek, ayo masuk."Mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Di s

DMCA.com Protection Status