Beranda / Romansa / White Love / Mandi kembang

Share

Mandi kembang

Penulis: Yani m
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rangga berjalan santai menuju meja Mira. Lelaki berpostur tegap itu sudah memikirkan sesuatu untuk membalas teman lamanya itu. 

"Mira ya? Kayaknya udah lama banget nggak ketemu sampe pangling, aye," ucap Rangga berpura-pura seolah baru melihatnya. 

"Iya, nih udah lama ya. Lu kerja di sini juga? Bareng Mentari?"

"Iya, udah lama kok. Tapi ... kamu kok berubah banget ya. Jaga badan kali, perawatan ke salon bareng Mentari biar kinclong ," ucap Rangga seraya mengulum senyum. 

Mira membulatkan bola matanya, wanita itu merasa semakin tidak nyaman. Raut muka semringah berubah murung seketika. Kemudian pergi ke meja kasir diikuti suami dan anaknya yang juga bertubuh subur. 

Entah kata apa yang cocok untuk menggambarkan hubungan keduanya. Mereka saling peduli dan nyaman saat bersama. 

"Ngapain lu, diapain si Mira ampe mendeliki gitu matanya pas liat gua," ucap Mentari yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Rangga. 

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • White Love   Surat Talak

    Aku terbangun saat terdengar kumandang azan subuh. Kemudian segera mengambil air wudhu dan shalat di rumah.Fadil masih terlelap di atas tempat tidur. Entah sampai kapan lelaki itu akan lari dari kewajibannya kepada Allah.Di dalam sujudku, tidak hentinya diri ini mendoakan Mas Fadil agar kembali ke jalan dan agar rumah tangga ini kembali baik-baik saja.Aku berusaha bersikap senormal mungkin dan melupakan kejadian semalam. Menyiapkan sarapan dan memasakkannya air panas untuk mandi.Ayam jantan telah berkokok sedari subuh. Akan tetapi, lelaki itu masih lelap dalam buaian mimpi. Selang beberapa menit, akhirnya Fadil terbangun dan terlihat sedang mencari-cari sesuatu.Lelaki itu menggapai gawai yang ada di atas nakas, kemudian melakukan sebuah panggilan vidio dengan seseorang.Aku nengintipnya dari balik pintu, ia terlihat se

  • White Love   Turun Ranjang

    Siang pun berganti malam, tepat pukul dua belas malam. Emak dan Mentari telah siap dengan ritual mandi kembang. Angin malam yang menerobos celah jendela mulai menusuk pori-pori kulit gadis yang hanya memakai selembar kain itu. "Mak, emang harus pake air dingin ya? Aye udah kedinginan nih." "Belum juga mulai, udah dingin aja, lu." "Seriusan, Mak. Kalau nggak percaya, coba Emak aja yang mandi kembang." "Ogah, emang emak mau kawin lagi." "Kali aja." "Udah, ah. Udah waktunya nih." Emak melihat ke arah jam dinding yang ada di luar kamar mandi. Kemudian, menyiramkan air bercampur aneka warna bunga ke atas kepala Mentari. Tidak lupa, beberapa mantra turut dibacakan bersama guyuran air yang mengalir ke tubuh Mentari. Mentari menggigil kedinginan, seluruh tubuhnya basah kuyup. Angin malam yang menerpa membut gadis lajang itu semakin menggigil hingga menimbulkan bunyi gemerutuk gigi ya

  • White Love   Galau

    Perjodohan Rangga sedikit mengusik hati Mentari. Ada perasaan aneh yang gadis itu rasakan. Antara takut kehilangan sosok sahabat dan kehilangan sebuah perhatian kedepannya.Hari itu, Mentari tidak bersemangat dalam bekerja. Beberapa kali melakukan kesalahan, bahkan hampir menumpahkan pesanan pelanggan."Ga, ada cewek nyariin lu di depan," ucap Rizal seraya menunjuk ke pintu utama.Rangga tampak mencari sosok yang dimaksud. Manik cokelatnya menatap lurus ke depan. Kemudian pergi ke arah depan.Selang beberapa menit, Rangga kembali bersama seorang gadis belia berambut panjang. Gadis berseragam putih abu-abu itu mengapit lengan Rangga dengan manja.Mereka mendekati Mentari yang tengah membersihkan meja."Tari, kenalin, ini Dina-adik almarhum Dini," ucap lelaki berpostur tegap itu seraya menatap ke arah gadis cantik di sampingnya."Mentari," ucap Mentari sembari mengulurkan tangan ke arah Dina.&nb

  • White Love   Cemburu

    Pagi buta, Mentari sudah siap dan tampil cantik dengan seragam restonya. Gadis berlesung pipit itu melirik ke arah jam dinding beberapa kali."Kenapa, Neng, Nunggu Rangga ya? Udah cantik amat jam segini," ucap Emak berusaha menggoda anaknya."Ih, Emak, biasa aja," jawab Mentari ketus. Gadis itu mencoba menyembunyikan wajahnya yang mulai merona."Eh, kalau dipikir-pikir. Lu sama Rangga kan udah sahabatan dari piyik. Kalian juga sama-sama jomlo. Udeh, jadian aja sama Rangga. Ntar Emak yang ngomong ke orang tuanya.""Jomlo dari mane? Si Rangga tuh kemarin udah dijodohin sama Dina-adiknya almarhum Dini.""Telat dong, lu. Sabar aje, ye. Ntar Emak cariin jodoh yang baik buat lu.""Udah ah, pagi-pagi udah ngomongin jodoh. Aye kan jadi badmood."Mentari pun terdiam, menyadari bahwa Rangga akan segera ada yang memiliki. Itu artinya, ia harus mundur perlahan dan mengubur semua rasa yang terlanjur tumbuh di dalam hati.&nb

  • White Love   Pengakuan

    Matahari bersinar cerah hari ini tidak terik juga tidak mendung. kediaman Rangga sudah terlihat ramai. Para tetamu memenuhi bagian dalam dan luar rumah Rangga.Dina terlihat cantik berbalut kebaya warna merah muda. Gadis muda itu duduk diapit oleh kedua orang tuanya. Binar di matanya melukiskan kebahagiaan yang ada di dalam hatinya.Rangga pun terlihat tampan dengan setelan jas warna hitam, senada dengan celana kain hitam. Mereka tampak cocok berdampingan, bagai Romeo dan Juliet.Namun, lelaki berparas tampan itu terlihat agak murung. Seolah ada yang mengusik hatinya. Ia melihat ke sekeliling seperti mencari-cari seseorang.Para tetamu sudah mulai tidak sabar menunggu acara segera dimulai. Akan tetapi, belum sempat acara dimulai, Rangga meminta izin terlebih dahulu untuk berbicara dengan Dina.Mereka pun pergi ke arah belakang memilih tempat yang agak sepi. Halaman belakang rumah dipilih Rangga

  • White Love   Kasmaran

    Rangga masuk ke dalam kamar setelah menerima amukan dari kedua orang tuanya. Pria berhidung mancung Itu seolah tidak menghiraukan kata-kata pedas yang keluar dari mulut mereka.Rangga terlalu bahagia karena ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Di dalam benaknya saat ini hanya ada Mentari seorang.Malam itu Rangga tidak bisa tidur. Hatinya gelisah dan tidak sabar menunggu pagi. Ia berharap malam segera berlalu dan berganti siang agar ia bisa bertemu dengan pujaan hatinya.Di tempat lain keadaan Mentari tidak jauh berbeda dari keadaan Rangga. Gadis berparas ayu itu pun gelisah sepanjang malam.Namun, ada sedikit yang mengganjal hatinya yaitu keadaan Dina. Apa yang terjadi kepada gadis muda itu? Apa dia baik-baik saja?Mentari merasa sangat bersalah kepada Dina. Ia berharap, Dina dapat mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan sudi memaafkan dirinya dan Rangga.***Pagi itu,

  • White Love   Jodoh Yang Tidak Diharapkan

    Mentari termenung seorang diri di depan teras. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa cintanya akan melukai orang lain.Entah ini salah siapa? Cintanya yang datang tidak pada waktunya atau takdir yang mempertemukan mereka bertiga.Mentari bertekad untuk keluar dari Resto. Ia tidak ingin menjadi bulan-bulanan Dini setiap hari. Ia pun bergegas untuk pergi ke Resto walaupun hari itu adalah jatah liburnya.Suasana Resto sudah tampak ramai. Hampir semua meja telah dipenuhi pengunjung. Semua karyawan terlihat sibuk. Mentari tidak sengaja melihat ke arah Dina. Gadis muda itu pun tampak sama sibuknya."Biarlah aku yang mengalah, biarkan Dina bekerja dengan tenang di sini," gumam Mentari pelan.Mentari melangkah pasti menuju kantor pak Andri. Jantungnya berdetak kencang ketika hendak masuk ke sebuah ruangan berpintu cokelat.Setelah mengetuk pintu beberapa kali akhirnya menteri masuk. tampak Pak And

  • White Love   Sahabat Lama

    Keesokan harinya, Mentari sudah bangun dari subuh. Gadis muda itu sedang membersihkan rumah di bantu oleh Jaka. Mentari bertugas menyapu lantai, sedangkan Jaka sedang asik menyapu halaman rumah sambil bersenandung.Keduanya tampak kompak saling membantu. Sungguh pemandangan yang jarang terjadi pada sepasang muda mudi.Selang beberapa menit, suara deru motor membuat keduanya menghentikan aktifitas mereka. Rangga tampak turun dari motor dan menatap lekat ke arah Jaka. Sosok pria asing yang baru pertama kali dilihatnya dan berada di rumah kekasih hatinya.Rangga pun bergegas menemui Mentari, keduanya saling bertatap penuh tanya. Kemudian duduk di kursi yang berada di teras rumah."Siapa tuh cowok? tanya Rangga penasaran." Nggak tahu, tanya aja sendiri," jawab Mentari ragu.Rangga tercenung untuk sesaat. Ia menatap lekat ke arah Mentari, kemudian beralih ke arah Jaka."Siapa, lu. Ngapain di

Bab terbaru

  • White Love   Perubahan sikap Bulan

    Mentari yang terjatuh di balik pintu kamar Bulan tampak syok dan kaget melihat tingkah sang anak yang semakin aneh dan brutal."Kenapa, Tar?" tanya Emak cemas, kemudian membantu Mentari untuk berdiri kembali."Bulan, tadi dorong Mentari sampai keluar dari kamar.""Kok bisa Bulan punya tenaga sebesar itu?" tanya Emak makin khawatir.Wanita paruh baya itu membuka pintu perlahan dan mengintip aktivitas sang cucu kesayangan dari balik pintu. Bulan nampak sedang berbicara dengan bonekanya, seolah boneka itu benar-benar hidup. Tidak jauh berbeda dengan Mentari, Emak pun tampak Syok dan kaget."Cepat bawa ke dokter!" pinta Emak yang masih terlihat Syok."Ya, Mak, besok Mentari dan Rangga kan bawa Mentari ke Dokter."Hingga adzan subuh berkumandang. Mentari dan Emak belum juga bisa memejamkan mata. Mereka tidak habis pikir dengan apa yang terjadi dengan gadis kecil kesayangannya itu. Mereka merenung di ruang tamu

  • White Love   Trauma Bulan

    Sesampainya di rumah, suasana sudah semakin sepi. Hanya ada segelintir orang yang masih membantu membuat beberapa keperluan untuk pernikahan Mentari. Sang calon pengantin duduk dengan wajah muram di ruang tamu. Emak menyambut dengan cemas melihat ekspresi wajah sang anak."Ada apa? Apa yang terjadi sama Bulan? tanya Emak cemas."Kemungkinan Bulan trauma dan perlu di terapi," jawab Mentari lemas."Astaghfirullahaladzim, Kenapa jadi begini? Semoga cucu Nenek enggak apa-apa ya? Semoga cepet sembuh," ujar Emak seraya memeluk tubuh kecil sang cucu."Tapi pernikahan tetap jalan kan? Semua sudah disusun rapi dan undangan sudah disebar?" tanya Emak yang tampak kembali cemas."Insyaallah, pernikahan akan dilakukan sesuai rencana. Sambil mengobati trauma Bulan," jawab Rangga dengan tatapan lembut kepada sang anak.Akhirnya pasangan yang hendak menikah itu pun lebih terfokus kepada pengobatan Bulan dari

  • White Love   Persiapan Pernikahan

    Malam sudah semakin larut. Bulan pun tampak sudah tertidur lelap. Mentari dan Rangga belum juga dapat memejamkan mata. Mereka saling berpandangan satu sama lain, merasakan debaran jantung yang semakin berdetak liar.Rangga mulai berusaha untuk menggapai jari-jemari Mentari. Namun wanita muda itu berusaha untuk menepisnya yang beberapa kali."Tidurlah, udah malam!" pinta Mentari kemudian berbalik membelakangi tubuh Rangga.Rangga terlihat kesal. Wajahnya mulai memerah. Akan tetapi, ia tidak bisa berbuat lebih. Hanya memandangi punggung Mentari yang entah kenapa terlihat begitu seksi di mata Rangga. Akhirnya Rangga pun terdiam. Ia tidak berani untuk memaksa sang kekasih hati untuk memenuhi hasratnya.Rangga tahu betul karakter Mentari yang teguh dan tegas, apalagi untuk hal-hal yang melanggar norma. Lelaki itu memilih untuk menahan hasrat yang mulai naik dan menjalar ke seluruh

  • White Love   Permohonan Orang Tua Dina

    Deru suara motor terdengar jelas dari dalam rumah. Mentari dan Emak bergegas mengintip dari balik tirai jendela. Terlihat Rangga turun dari kuda besi kesayangannya, kemudian berjalan menuju ke arah rumah Mentari.Mentari segera membukakan pintu untuk sang pangeran hatinya." Di mana? Mana orangnya? tanya Rangga dengan mimik cemas."Nggak tahu, padahal tadi masih ada di depan," jawab Mentari yang masih terlihat tegang."Duduk dulu, Ga!" pinta emak kepada sang mantan sang menantu.Baru saja Rangga hendak duduk di atas kursi tamu. Tiba-tiba terdengar derit suara pintu terbuka.Tampak kedua orang tua Dina berdiri di balik pintu dengan muka tegang dan sedih. Mereka segera menghambur ke arah Mentari yang sedang duduk tidak jauh dari tempat duduk Rangga."Tari, tolong Dina, maafkan anak Ibu. Tolong cabut

  • White Love   Penyesalan Dina

    Bulan disambut bahagia oleh seluruh anggota keluarga. Mereka pulang ke rumah Emak, di sana kedua orang tua Rangga pun sudah menunggu untuk menyambut sang cucu."Alhamdulillah, cucu Emak selamat," ujar Emak seraya memeluk tubuh mungil cucu kesayangannya.Nyak pun segera menghampiri dan memeluk Bulan dalam tangis haru dan bahagia."Cepat kasih makan, kayaknya lemes banget tubuhnya!" pinta Nyak kepada Mentari.Mentari pun segera menyiapkan makanan kesukaan Bulan dan menyuapi sang anak, perlahan. Mata bulat yang selalu berbinar itu, tampak cekung dan menghitam. Tubuh Bulan kurus dan tidak bertenaga."Makan yang banyak!" pinta Mentari lirih seraya memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut Bulan. Tanpa terasa, air mata pun menetes perlahan melihat Bulan yang makan dengan lahap. Entah sudah berapa hari anak itu seperti tidak menyentuh makanan, ia tampak kelap

  • White Love   Aksi Penyelamatan

    Menteri dan Rangga menunggu beberapa saat di luar rumah itu. Berharap para polisi segera datang untuk membantu mereka. Akan tetapi, setelah lama ditunggu. Polisi pun tidak kunjung datang. Persis seperti adegan di dalam film, di mana para polisi yang selalu datang terlambat. Akhirnya kedua pasangan itu pun sudah tidak sabar dan nekat untuk masuk ke dalam rumah tanpa bantuan siapa pun.Mereka berjalan dengan mengendap, berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun atau pun memancing perhatian orang-orang yang ada di dalam rumah. Mentari berjalan perlahan ke arah belakang untuk memeriksa sekitar, sedangkan Rangga bertugas di depan memantau keadaan di depan rumah itu.Tepat di belakang rumah, Mentari menemukan sebuah jendela yang tertutup rapat. Ia pun berusaha untuk melihat ke dalamnya. Namun, tidak ada alat apa pun yang bisa digunakan sebagai pijakan agar ia bisa melihat ke dalam jendela yang letaknya berada di atas. Mentari pun seg

  • White Love   Pencarian Bulan

    Mentari pagi telah nampak dari ufuk timur. Menerobos celah jendela dan membelai hangat tubuh mungil Bulan yang menggigil semalaman. Gadis kecil itu masih meringkuk di atas tilam kardus. Ia mengerjap beberapa kali, kemudian duduk di sudut ruangan dengan mata sembab akibat menangis semalaman.Gadis kecil itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan berukuran tiga kali empat itu tampak kosong dan hanya ada beberapa tumpuk barang bekas di tiap sudut. Sepertinya itu adalah sebuah gudang yang sudah tidak terpakai lagi. Penerangan hanya dari kaca jendela yang ditutup rapat yang ditutup oleh beberapa kayu besar yang disilangkan.Bulan tergugu di dalam sana seorang diri. Tangis gadis kecil itu terdengar pilu menyayat hati. Sepiring makanan yang diberikan oleh penculik itu tadi malam, tidak ia sentuh sedikit pun. Gadis kecil itu ketakutan, ia menjerit beberapa kali. Meminta pertolongan. Namun, nihil, sepertinya tempat itu sangat terpencil da

  • White Love   Mengungkap Sang Penculik

    Mentari masih tergugu di bawah guyuran hujan yang semakin deras. Entah berapa lama wanita muda itu berlutut di sana. Tubuhnya semakin menggigil, tapi ia tidak bisa bangkit seolah terpaku oleh kejadian yang baru saja ia alami. Jiwanya tidak terima dengan apa yang menimpa putri kesayangannya."Kenapa kemalangan itu kembali terjadi dan menimpa anakku? Apa dosaku Ya Rabb?" liriknya pilu, menyayat hati.Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan Mentari. Nyak tampak turun dari mobil dan berlari menuju wanita malang itu.“Ada apa, Tari?" tanyanya khawatir, seraya menaungi Mentari dengan payung yang ia bawa."Bulan, Bulan diculik, Nyak," jawab Mentari dengan terisak."Astagfirullahaladzim, siapa yang menculiknya?"Wanita paruh baya itu sontak kaget. Dadanya bergemuruh dan panas. Cucu satu-satunya yang baru saja bertemu, hilang dan diculik

  • White Love   Penculikan

    Setelah mengetahui identitas sang peneror. Rangga meminta kedua orang tuanya untuk berbicara kepada orang tua Dina, agar semua permasalahan ini selesai dan tidak semakin berkepanjangan.Senja itu, selepas pulang dari Cafe. Rangga menjemput Mentari untuk menemui kedua orangtuanya. Agar permasalahannya dengan Dina benar-benar selesai. Bulan pun turut serta saat itu, karena ia sudah sangat rindu dengan kakek neneknya.Sesampainya di rumah Rangga. Mereka disambut hangat oleh kedua orang tua Rangga. Bulan segera berlari dan menghambur ke pelukan sang Nenek. Ikatan darah memang lebih kental dari pada air. Walaupun keduanya baru bertemu beberapa saat. Mereka sudah terlihat akrab dan memiliki ikatan batin yang kuat."Nenek!" pekik Bulan seraya memeluk erat sang Nenek."Cucu kesayangan Nenek, ayo masuk."Mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Di s

DMCA.com Protection Status