Samira mengurai pelukan Wisnuaji karena ia mendengar suara handphone miliknya berdering. "Mas, aku angkat teleponnya dulu ya," kata Samira ketika ia berhasil melepaskan dirinya dari pelukan Wisnuaji. Wisnuaji hanya menganggukkan kepalanya. "Nada?" Desis Samira pelan. "Angkat saja Sam." Kini Samira menggeser layar ke sisi kanan dan ia angkat telepon dari calon anak menantunya. "Assalamualaikum." "Waalaikum Salam Tan." "Gimana Nad?" "Gini Tan, aku nyoba telepon Papa kok nggak di angkat-angkat ya? Papa lagi sama Tante nggak?" "Iya." "Tolong bilangin dong Tan, buat pulang besok." "Why?" "Soalnya Eyang ulang tahun ke 77 tahun Tan." Samira tampak berfikir sebelum akhirnya ia bisa menjawab Nada. "Nad, besok Papa pulang sama Tante ya." "Yang bener Tan?" Tanya Nada antusias. "Iya, beneran. Bagusnya di kado apa ya Nad?" "Hmm, Tante buruan sah jadi menantu kayanya sudah jadi kado istimewa buat Eyang," kata Nada santai yang membuat Samira tertawa. Wisnuaji yang memperhatikan it
Malam ini adalah malam di mana nazar yang Ningrum ucapkan untuk mengadakan acara wayangan jika Nada berhasil hamil akhirnya di laksanakan. Samira yang diminta Ningrum untuk membantu acara tersebut memilih untuk tinggal di Jogja hingga acara berlangsung. Kini pada saat kehamilan Nada yang hampir 2 bulan dan seminggu lagi adalah acara pernikahannya dengan Wisnuaji akan di gelar di Surabaya. Semakin ia mengenal Wisnuaji semakin ia mengetahui sifat Wisnuaji yang sebenarnya. Seperti saat ini, wajah Wisnuaji terlihat di tekuk sejak awal jalannya acara. "Mas, mukanya jangan ditekuk gitu, nanti fans kamu kabur," goda Samira pada Wisnuaji yang terlihat malas menghadiri acara ini. "Aku masih merasa kalo semua ini berlebihan Sam." Samira hanya menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia paham maksud Wisnuaji. "Iya Mas, aku paham tapi ini adalah nazar yang pernah ibu ucapkan dulu. Kalo Nada hamil, ibu mau buat acara wayangan." "Aku nggak masalah, tapi kenapa nggak sekalia
"Ck...ck...ck...." Robert berdecak sambil menyedekapkan tangannya di depan dada ketika melihat foto prewedding Samira dan Wisnuaji. "Lo kenapa Bet?" Tanya Deva. "Nih nonton foto si Om sama Tante." "Tante cantik dan awet muda kaya gue ya?" Tanya Deva sambil mengedipkan matanya berkali kali di hadapan Robert. "Najis kalo Lo," umpat Robert yang membuat Deva tertawa terbahak bahak di sampingnya. "Woii...tungguin gue, kesrimpet jatuh ini gue nanti," kata Salma sambil berusaha berjalan cepat menuju ke arah Robert dan Deva. "Iya, jangan lupa di sumpelin dulu itu pakai tisu gunung kembar Lo biar nggak melorot," kata Deva yang membuat Robert harus menahan tawanya namun gagal. Salma menghela nafasnya dan kini sedang memperhatikan kedua sahabatnya yang sedang sibuk tertawa tawa dengan laknatnya. "Gue di kutuk Tuhan kayanya punya dua temen kaya kalian begini. Cuma Nada yang rada waras, dia dimana sih?" "Tadi lagi debat di atas sama Juna soal baju." "Baju?" "Iya, tuh dia," tunjuk Robert
"Belah duren di pagi hari paling enak dengan suami. Di belah bang...Di belah...silahkan di belah," suara sumbang Deva menggoda Fabian dengan membawa bawa durian yang telah di belah untuk mengejar suaminya mampu membuat teman temannya tertawa "Setan bener Lo Dev sama laki sendiri," kata Robert di sela sela tawanya Mereka semua tau jika Fabian anti durian sedangkan Deva begitu menyukai durian, sehingga Fabian lebih memilih pergi jika mereka semua sedang pesta durian minimal menjaga jarak aman yang berarti sama saja Fabian akan menunggu mereka selesai berpesta di mobil atau tempat lain. "Kalo gue jadi Fabian, sudah gue gampar punya bini macam Deva yang sampah begitu," kata Salma sambil tertawa cekikikan "Deva kalo ngerjain suaminya suka nggak kira kira," kata Juna sambil geleng geleng kepala. "Persis sama kamu kan Jun?" "Aku?" "Yes you" "Mana mungkin aku tega ngerjain kamu segitunya Nad." Nada menarik Nafas dalam dalam dan menutup matanya sekejap sebelum ia membuka matanya lagi
"Naik kereta api. Tut....Tut....Tut... Siapa mau ikut. Ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama," suara Robert yang bernyanyi dengan riangnya sambil menggendong Alano mengisi ruang audio video di dalam kereta api wisata pagi ini. Samira dan Wisnuaji yang duduk di sofa hanya bisa menghela nafas dan pasrah dengan semua ini hingga mereka sampai di Jogja. "Sam..." "Ya Mas, ada apa?" Tanya Samira sambil menoleh kepada suaminya "Kamu kalo capek ikut Nada tidur saja di ranjang daripada di sini kamu ikutan gila." Samira justru tertawa cekikikan karena melihat Alano malah makin bersemangat dengan bertepuk tangan. "Nggak lah, nggak enak. Kita juga baru saja lewat dari stasiun Mojokerto." "Bet, kita karaokean yuk?" Ajak Deva yang membuat Fabian menutup wajahnya dengan majalah "Saat aku lanjut usia. Lagu wajib kita kalo karaokean, gimana babe?" Tanya Robert pada Deva "Aing ikutan dong Babe," kata Salma sambil mulai mencari mi
"Buatkan aku seribu candi dan dua sumur dalam waktu semalam, niscaya nanti malam kamu akan dapat service yang memuaskan," kata Deva pada Fabian yang membuat Fabian menghela nafasnya dan menatap sang istri dengan jengah "Andai tukar tambah istri itu nggak dosa Dev, sudah aku tukar kamu sama boneka Annabelle," kata Fabian yang membuat Salma, Tom dan Robert tertawa "Parah Lo Bi. Gini-gini si sampah limited edition. Lo nggak lihat keawet imutannya sampai kepala tiga begini," kata Salma membela temannya. "Nggak asyik emang kalo bercanda sama Fabian. Kaya tempe kelamaan di goreng jadi garing," oceh Deva siang menjelang sore ini. "Tapi lihat deh, memang keluarga Widiatmaja kalo bikin party suka di luar kebiasaan keluarga lain. Kita sekarang ada di pelataran candi Prambanan gini," kata Robert sambil menatap dekorasi pelaminan Wisnuaji yang ada di dekat mereka berlima. "Namanya juga orang punya duit Bet. Pesta di manapun bisa selagi ada fulusnya," kata Deva dengan santainya "Nih, duit Sa
"Kamu jangan insecure Sam, masalah kita sudah teratasi. Robert kan sudah melakukan pemeriksaan kesehatan sama kamu kemarin, terus kamu juga di anjurkan minum tablet estrogen," terang Wisnuaji ketika dirinya dan Samira duduk di atas ranjang tempat tidur sambil menikmati teh hijau oleh-oleh dari Fabian dan Deva."Aku merasa gagal Mas jadi istri. Kamu sekalinya nikah lagi sudah dapat istri yang menopause, sekarang malah kena atrofi vagina," jelas Samira sambil tertawa getir"So?""Nggak tau kenapa perasaan aku campur aduk, susah buat di jelasin."Wisnuaji tersenyum dan menatap Samira dalam-dalam."Inti kamu tetap masih basah Sam nggak kering kerontang kaya musim kemarau. Semua juga akan lekas membaik selagi kita rutin berhubungan badan sesuai saran Robert dan konsumsi tablet estrogen. Gaya hidup kamu juga harus sehat, olahraga rutin, aku yakin semua baik baik saja. Aku berharap kamu nggak akan konsumsi tablet itu selamanya." Jelas Wisnuaji panjang lebar karena mengkonsumsi tablet estroge
Your heart is always full of love while your hands are always caring for others. I am the luckiest person to have you as my wife.🥰❤️ 1.234 like, 789 commentDeva : first comment, hadiahnya Shahrukh Khan bawain pulang ya Om😁Salma: Om Wisnu bilang,"Hatimu selalu penuh dengan cinta sementara tanganmu selalu mempedulikan orang lain. Aku adalah orang paling beruntung karena dapat memilikimu sebagai istriku." Penasaran sama Tante Samira apakah sudah luluh lantah pas Bapaknya Juna seromantis ini? Dari aku yang nggak pernah di romantisin suami😔Nada : perasaan Om Tom romantis ke Lo Sal?Salma : romantis? Mana ada romantis nglamar kok di ruang tunggu pasien rumah sakit. Asli Nad, laki gue nggak ada romantis romantisnya.Deva : yang penting kalo lagi ngadon mah berubah 180 derajat SalRobert.: Ada yang nangis nggak di ajakin liburan 🤣 Junaidi, tabahkan hati lo, nanti gue beliin balon gambar tayoJuna : kamprett lo Bet !!!Robert : Papa Gula, Mama Gula, anaknya yang kaya Brotowali nakalin
Hari-hari Samira dan Wisnuaji semakin bertambah semarak dengan kehadiran kedua cucu kembar mereka. Bahkan paling tidak 3 kali dalam seminggu mereka akan berkunjung ke rumah sang anak hanya untuk bermain dengan Edel dan Galen. Kini Edel dan Galen telah berusia hampir 6 bulan dan Nada sudah bersiap untuk memasuki dunia kerja kembali. Di karenakan kondisi tersebut Wisnuaji dan Samira benar-benar mencari baby sitter yang memiliki kredibilitas yang baik dan sudah pernah di pekerjakan oleh orang terdekat mereka. Pilihan mereka jatuh ke baby sitter yang pernah merawat anak Meinita dan Nuno. Atas rekomendasi mereka berdua, akhirnya Samira dan Wisnuaji mempekerjakan Sari dan Ana. "Sam, kamu yakin buat pakai Sari dan Ana untuk Edel dan Galen?" "Yakin. Mereka beneran bersertifikat, bahkan mereka fasih berbahasa asing. Aku rasa cocok untuk itu. Apalagi mereka telah menikah dan memiliki anak, amanlah Mas." "Ya sudah, besok kita tinggal bilang sama Juna dan Nada. Tapi aku tetep nggak akan lepas
Wisnuaji dan Samira baru saja mendarat di Yogyakarta internasional Airport. Ketika mereka baru saja keluar dari pintu keluar bandara. Tiba-tiba handphone Samira berbunyi yang menandakan ada pesan masuk. Ketika ia membuka pesan tersebut, ternyata Nada yang mengirimkan foto twins di group keluarga Widiatmaja. Nada : *sending picture* Nada : Eyang Ningrum, Mama Samira dan Papa Wisnu. Ini foto si kembar. Samira langsung tersenyum membaca pesan tersebut. Kemudian ia menyimpan foto si kembar ke dalam folder yang ada di handphonenya. "Kamu kenapa senyum-senyum begitu?" Tanya Wisnuaji kepada Samira ketika mereka baru saja masuk ke mobil. "Ini lagi lihat foto cucu kita. Bule banget ya, Mas? Kayanya gen-nya Pinar kuat sih di si kembar." Wisnuaji hanya menghela nafasnya dan meminjam handphone milik Samira. Ia tersenyum melihat cucunya. Rasa bangga dan bahagia bercampur menjadi satu di dalam dirinya. "Kamu kenapa kaya mau nangis gitu, Mas?" Tanya Samira ketika melihat sang suami berkaca-ka
Minggu pagi ini Samira telah bersiap siap untuk mengikuti acara wisata yang di selenggarakan oleh ibu-ibu dasawisma yang menaungi aster miliknya. Disebut dasawisma karena anggotanya hanya 10 KK. "Mas, ini cuma 10 keluarga aja yang ikut piknik?" Tanya Samira ketika mereka menunggu bus di depan gang perumahan. "Iya. Tapi mereka bawa anak-anaknya." "Lha kita cuma berdua aja. Aneh nggak sih Mas?" "Siapa bilang cuma berdua. Anak-anak masih di jalan. Bentar lagi mereka datang." Samira hanya sanggup melongo mendengar penuturan Wisnuaji. Karena kemarin Wisnuaji hanya mendaftarkan Samira dan dirinya sendiri. "Kemarin kamu cuma daftar dua lho, Mas. Apa masih ada slot kosong?" "Masih. Yang minta Bu ketua buat kita ajak anak-anak kemarin. Nah, itu mereka." Samira menoleh menuju arah telunjuk Wisnuaji. Terlihat Juna sudah menggendong tas ransel dan Nada membawa tas piknik Tupperware. Samira yakin menantunya sudah membawa perbekalan untuk makan siang mereka. "Assalamualaikum Ma, Pa," sapa
Samira menatap Wisnuaji yang sedang mempacking barang-barangnya kedalam travel bag kecil berwarna hitam. Setelah beberapa saat, Samira memutuskan untuk mendekati sang suami."Mas, kamu mau kemana lagi? Kita baru balik tadi pagi dari rumah Juna.""Aku mau touring Harley Davidson, di ajakin Adam. Kamu ikut aja, nanti naik mobil bareng Slamet.""Slamet ikut?""Ya gitu, dia bawa mobil ngintilin di belakang sama istri-istrinya temenku. Kamu ikut juga yuk?"Samira menghela nafasnya."Nggak deh Mas, kasian Nada. Juna sering ke luar kota, kalo enggak juga pulang kantor sudah malam. Aku mau temani dia aja sekalian belajar bikin kue.""Yakin nggak ikut?""Nggak Mas, yang penting kamu hati-hati ya. Nggak usah ngebut kalo di jalan. Sering sering kasih kabar."Wisnuaji hanya tersenyum dan memeluk sang istri."Makasih ya, sudah jadi istri yang mau mencoba memahami hoby suami tanpa ngedumel.""Iya Mas. Lagian itu juga kado dari aku, masa aku larang kamu buat ikut. Kan lucu kalo kaya gitu," kata Sami
Malam ini Samira harus tidur sendirian karena Wisnuaji memilih untuk mengikuti kegiatan Ronda lagi setelah mereka menikah. Walau di kompleks mereka tinggal memiliki satpam, tetapi kegiatan Ronda masih tetap di jalankan agar silaturahmi antar bapak-bapak tetap terjaga. Samira mengingat perdebatannya dengan sang suami tadi siang sewaktu mereka baru saja tiba di rumah setelah beberapa hari berada di Bali."Sam, nanti malam kamu tidur sendiri ya?""Memang Mas Wisnu mau kemana?""Aku mau ikut ronda lagi. Sudah sejak kita menikah, aku nggak pernah ikut ronda sama bapak-bapak. Arisan juga nggak pernah datang.""Kan sudah ada satpam yang keliling kompleks, bahkan kita punya satpam pribadi di depan Mas. Apa itu masih belum cukup?"Kini Wisnuaji hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Mungkin bagi Samira yang sejak lahir sudah tinggal di kawasan elite tidak pernah melihat sang ayah atau kakak laki-lakinya mengikuti kegiatan seperti ini sehingga ia kurang memiliki rasa guyup dengan lingk
Sepulang dari Bali beberapa hari lalu, Samira dan Wisnuaji masih belum bertemu lagi dengan anak serta menantunya."Mas, ke rumah anak-anak yuk?"Wisnuaji hanya menghela nafasnya dan memandang istrinya yang sedang duduk santai sambil menikmati wedang secang buatan Minah."Mereka lagi pulang ke Temanggung. Jauh Sam.""Iya, tapi kasian Nada hamil gini tapi Juna sering ke luar kota. Lagipula Nada itu barusan resign Mas. Biasanya orang yang sibuk tiba-tiba santai pasti bingung, jenuh nggak tau apa yang mesti di lakuin.""Terus kamu mau ngajakin Nada ngapain?""Beli perlengkapan buat twins. Lagipula sudah mau 6 bulan kan Mas, biar nggak ribet kalo dekat-dekat lahiran.""Biar Nada di jemput Slamet aja. Kamu coba telepon dia suruh ke sini.""Kita jemput saja, gimana Mas?""Nggak, lumayan waktu tiga jam bisa buat tidur atau istirahat.""Yowes Mas, aku coba telepon Nada dulu ya?"Wisnuaji hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan. Kini Samira langsung meraih handphonenya dan seger
"Sam, semuanya sudah selesai di packing?" Tanya Wisnuaji pada Samira. "Sudah Mas. Btw beneran ini kita dapat gratisan nginap di hotelnya Tom dan Salma?" Tanya Samira balik kepada sang suami. "Iya. Katanya jatah mereka sekarang soalnya kemarin sudah Fabian sama Deva yang bayarin." "Bayarin?" "Iya. Mereka kalo liburan bersama itu digilir siapa yang nanggung transportasi serta akomodasinya. Sekarang jatahnya mereka besok yang babymoon kayanya jadi jatahnya Nada sama Juna." Samira hanya menganggukkan kepalanya dan segera ia menuju ke depan meja riasnya untuk mempersiapkan diri karena Juna dan Nada sebentar lagi akan sampai bersama Ningrum. Satu jam setelahnya keluarga Widiatmaja sudah dalam formasi komplitnya yang terdiri dari Ningrum, Wisnuaji, Samira, Juna dan Nada. Kini mereka semua segera menaiki Toyota Vellfire hitam untuk menuju ke Yogyakarta internasional Airport di Kulon Progo. Di dalam mobil suasana yang santai namun tidak seterbuka biasanya karena Ningrum ada bersama merek
Alarm di handphone Samira bergetar, kemudian ia bangun dan melihatnya dengan tersenyum. Ketika ia menengok ke sisi sebelah kanan ranjangnya, tampak sang suami yang sedang tertidur dengan pulas. Segera ia bangun dari posisi tidurnya dan mencium bibir Wisnuaji dengan pelan hingga sang suami mengerjapkan matanya. Penglihatan Wisnuaji tanpa kacamata atau contact lens yang sedikit kurang fokus membuatnya menatap Samira dengan menyipitkan matanya. "Happy birthday Mas," kata Samira sambil tersenyum di depan wajah Wisnuaji. "Tanggal berapa sekarang?" "Tanggal tiga Mas." "Astagfirullah, aku lupa. Makasih ya," kata Wisnuaji sambil bangun dari posisi tidurnya untuk duduk di ranjang. "Sama-sama. Selamat ulang tahun ke 57 ya Mas. Semoga di usia...," Perkataan Samira terhenti ketika bibirnya secara tiba-tiba di lumat oleh Wisnuaji. Samira hanya sanggup menutup matanya dan menerima pemberian sang suami. Bahkan Samira terbawa suasana hingga ia mengalungkan tangannya ke leher Wisnuaji. Wisnuaj
Dua hari setelah singgah di Surabaya untuk melakukan RUPS, Samira dan Wisnuaji kembali ke Jogja menggunakan kereta sesuai keinginan Wisnuaji yang ingin menikmati perjalanan. Sepanjang perjalanan dari stasiun Gubeng hingga Stasiun Yogyakarta banyak hal yang mereka obrolkan berdua. "Mas," panggil Samira ketika mereka menyadari di gerbong ini hanya mereka berdua penghuninya. "Hmm." "Berasa naik gerbong pribadi ya, sepi begini." "Ya beginilah kalo bukan weekend, libur panjang rata-rata nggak terlalu ramai. Apalagi kereta pagi seperti ini." "Mas," panggil Samira lagi ketika Wisnuaji tidak banyak mengajaknya bicara. "Apa?" "Aku kemarin undang satu orang lagi untuk datang di acara tasyakuran yacht rent kita." "Siapa?" "Heni. Istrinya Redi." Satu detik.... Dua detik.... Tiga detik.... Samira masih menanti reaksi Wisnuaji yang ternyata tetap sama yaitu terbengong bengong di sampingnya. Mau tidak mau Samira harus menceritakan semuanya pada sang suami. "Iya Mas. Sepulang RUPS kemar