Malam ini Samira dan Wisnuaji sudah bertolak meninggalkan India dan menuju ke lokasi honeymoon mereka yang kedua yaitu Uni Emirat Arab. Entah apa yang mau dilakukan Wisnuaji di tempat ini. Apakah Wisnuaji mau mengajaknya melihat Burj Khalifa atau entah apa.Ketika sampai di sana. Mereka bahkan merasakan jet leg selama sehari. Di hari kedua setelah mereka merasa baikan baru mereka memulai aktivitas mereka di tempat ini. Benar saja, Wisnuaji mengajak Samira ke Burj Khalifa dan setelahnya mereka menuju ke Abu Dhabi.Di hari ketiga ini, Samira diajak oleh Wisnuaji ke Sheikh Zayed Grand Mosque."Mas, kita sholat di sini?""Iya. Sebelum kita lanjut lagi."Samira hanya bisa menghela nafasnya, berbeda dengan di India ketika Wisnuaji menggempur dirinya habis habisan. Namun sudah 3 hari ini mereka bahkan tidak melakukan hubungan suami istri. Samira tidak mempermasalahkannya namun ia hanya takut jika atrofi Vagina nya terasa kembali karena sawahnya tidak di aliri oleh sang suami.Di sana mereka
Samira menatap suaminya yang duduk dengan santai, tenang dan sepertinya tidak terganggu dengan penerbangan kelas ekonomi yang mereka lakukan kali ini. Bahkan tadi Samira sempat melihat Wisnuaji berselfie ria dan di kirimkan ke grup WhatsApp keluarga Widiatmaja yang berisikan Wisnuaji, Juna, Nada, Ningrum dan pendatang terbaru yaitu Samira sendiri.Isi pesan Group WhatsApp keluarga WidiatmajaWisnuaji : Papa pulang sekarang dari Dubai *sending picture* Nada : Yah Papa, padahal aku kan pengen nyusul ke sana 🙄.Juna : mau ngapain kamu nyusulin ke sana istri?Nada : Mau menjalankan misi rahasianya si sampah 😂 soalnya aku penasaran juga.Juna : ngapain sih penasaran wong kalo pengen bisa praktek langsung.Ningrum : Juna cepetan ke rumah sakit temani Eyang kalo sudah selesai kerjaannya.Nada : Jun, sudah di absen sama Eyang. Buruan kamu ke sana nggak usah mampir ke rumah dari kantor. Baju kamu aku gosend saja ke rumah sakit.Juna : sekalian makan buat makan malam ya.Nada : mau d
"Jun," bisik Nada kepada Juna "Hmm" "Kita ngapain di panggil ke sini lagi?" Bisik Nada kepada sang suami. "Nggak tau, katanya wajib hadir Nad," bisik Juna balik kepada istrinya. Tepat di hari ke 8 meninggalnya Gunawan Huri, Wisnuaji menelepon Juna dan Nada agar segera ke Surabaya. Ketika sang anak dan menantunya menanyakan untuk apa mereka harus ke Surabaya lagi, Wisnuaji hanya mengatakan bahwa Samira membutuhkan dukungan keluarga, jika Wisnuaji jujur, bisa di pastikan Juna beserta Nada tidak akan mau datang ke Surabaya hanya untuk menghadiri pembacaan surat wasiat Gunawan Huri. Di ruang tamu Gunawan Huri kini mereka duduk bersama pasangan dan anak anak mereka. Wisnuaji, Samira, Juna dan Nada duduk di satu sofa panjang yang berhadapan langsung dengan sang pengacara yang ada di hadapan mereka. Sedangkan Nuno dan Meinita duduk berhadapan dengan Rizal dan keluarganya. "Jun, suasananya mencekam kaya di kuburan," bisik Nada kepada sang suami yang masih bisa di dengar Samira yang dudu
Hari ini adalah hari Sabtu dan waktu di mana Nada beserta Juna akan menghabiskan waktu bersantai mereka bersama sahabat-sahabat Nada."Jun, seneng deh punya suami yang bisa nyambung kalo lagi ngeghibah sama anak-anak," kata Nada sambil menatap suaminya yang sibuk memanuver Range Rover hitam menuju kedai kopi milik Ervin."Seneng apa seneng?""Ya seneng lah, jadi aku bisa ajakin kamu kumpul sama anak-anak.""Tapi kenapa ngeluh terus di postingan Papa?"Kini Nada tertawa sambil menepuk lengan Juna."Ya habis kamu nggak pernah bisa romantis kaya Papa gitu, bilang kek terimakasih istriku yang paling cantik, sexy, i love you atau apalah."Kini justru Juna tertawa sambil geleng geleng kepala."Ngapain sih Nad harus di umbar umbar, orang dari jaman kita muda sampai tua sudah ada Friendster, Facebook, Instagram malah sekarang ada Tik tok juga, kalo jaman papa muda kan nggak ada, mau janjian ketemu pacar paling juga lewat surat kalo enggak pas terakhir ketemu udah janjian duluan. Jadi biarin a
Group WA DeSaNaDeva : Nad, gue kepo nih sama reaksi Papa Gula, sini bisikin sama gue dulu.Salma : iya Nad, buruan. Gue sudah nggak sabar buat mengghibah.Deva : mana sih ini nyonya Widiatmaja junior🙄Salma : nggak mungkin kalo lagi ngadon, secara Robert nglarang Juna buat ngegenjot Nada dulu selama trimester satu.Nada : kata Juna Papa mau urusin semuanya sendiri. Tapi feeling gue nggak enak.Deva : kalo mau gebukin Om Redi gue siap nih buat bantuin.Salma : parah, nanti kalo Lo ikutan bukan masuk rumah sakit tapi masuknya ke liang kubur.Deva : makanya perlu di coba ini. Lama gue nggak ikut pertandingan.Salma : berani taruhan gue, Fabian nggak akan berani KDRT kalo bininya modelan Deva begini.Nada : kalo Papa main fisik terus kalah gimana? Jangan sampai mukanya yang innocent dan imut di usia senja itu hilang. Gue nggak mau kehilangan aset berharga yang bisa gue bangga-banggain😭Salma : kamprett!! Punya mantu satu biji doang modelan Nada begini.Deva : kalo kalah ya bonyok, tapi
Samira menutup matanya ketika menyadari jika malam ini Wisnuaji menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata."Mas, tolong kamu turunkan kecepatannya. Aku belum punya cukup bekal untuk pulang.""Emergency Sam.""Walau ini darurat tapi resikonya kita yang akan ke surga secara kilat," keluh Samira pada sang suami.Wisnuaji hanya menghela nafas dan segera menurunkan kecepatan mobilnya, tidak sampai tiga puluh menit kemudian, mereka telah tiba di UGD salah satu rumah sakit. Samira yang langsung mendapatkan pertolongan pertama sedangkan Wisnuaji yang mengurus administrasinya, tidak lama Wisnuaji meninggalkan Samira, akhirnya ia menghampiri sang istri yang sudah selesai mendapatkan pertolongan dari tenaga medis."Sam, gimana?""Alhamdulillah Mas, nggak harus di jahit ini. Nggak tau deh kalo bukan karena Deva sekarang gimana keadaannya."Wisnuaji hanya tersenyum menanggapi kata-kata Samira. Dirinya bahkan belum tau bagaimana kondisi mantan suami Samira setelah mereka meninggalkan villa milik
Nada sedang fokus melihat video yang dikirim Deva ke group ghibah beranggotakan dirinya, Salma dan Deva karena Robert memilih hengkang dari group ini. "Terus Pa, tonjok Pa sampai mampus," Oceh Nada sambil menonton video tersebut. "Nad, kamu ngapain sih?" Tanya Juna karena Nada tidak keluar-keluar dari kamar mereka yang ada di rumah Ningrum. "Ini Jun, lagi nyemangatin Papa buat hajar Redi." Juna mengernyitkan keningnya mendengar kata-kata sang istri. "Kok kamu tau Papa sampai hajar Redi? Padahal Papa belum cerita apa-apa sama aku." Kini Nada mematikan handphonenya dan menatap sang suami yang kini telah ada di hadapannya. Kemudian Nada berdiri dari posisi duduknya di bantu Juna. "Makasih Jun," kata Nada pada Juna. "Iya. Terus itu kamu bisa lihat video Papa hajar Redi dari mana?" Ulang pertanyaan Juna pada Nada. "Dari bininya Fabian." Juna mengernyitkan keningnya mendengar kata-kata Nada. "Kok dia bisa dapat?" "Namanya juga Adeeva Abriana Utama alias bigos nomer satu yang ngg
Samira menatap penampilannya di cermin sore ini. Setelah beberapa saat beristirahat sebentar dari acara pengajian siang tadi, kini dirinya sudah mulai mempersiapkan diri lagi untuk acara selanjutnya. "Mas, buruan lah kamu mandi terus kita berangkat." Wisnuaji hanya menghela nafas dan menaruh laptop yang sedang ia amati tentang laporan rugi laba pabrik Garmen milik keluarga yang kini telah ia serahkan kepada anaknya. "Aslinya aku lebih milih di rumah aja Sam. Nggak tau sih ini pundak rasanya kaku." Samira menoleh dan menatap suaminya yang sedang memegang area sekitar pundak dan bahunya. "Mas, besok waktu kita ke rumah sakit sekalian saja ya cek kadar kolesterol kamu sama tensi kamu." "Why?" "Ya cek rutin saja. Lagipula seusia kita ini kan wajib cek rutin dari EKG, gula darah sewaktu, kolesterol sampai tensi." "Ya sudah, besok saja sekalian. Aku mandi dulu ya." "Okay." Selesai mempersiapkan dirinya, ia menyiapkan baju yang akan di pakai sang suami di acara malam ini. Karena me
Hari-hari Samira dan Wisnuaji semakin bertambah semarak dengan kehadiran kedua cucu kembar mereka. Bahkan paling tidak 3 kali dalam seminggu mereka akan berkunjung ke rumah sang anak hanya untuk bermain dengan Edel dan Galen. Kini Edel dan Galen telah berusia hampir 6 bulan dan Nada sudah bersiap untuk memasuki dunia kerja kembali. Di karenakan kondisi tersebut Wisnuaji dan Samira benar-benar mencari baby sitter yang memiliki kredibilitas yang baik dan sudah pernah di pekerjakan oleh orang terdekat mereka. Pilihan mereka jatuh ke baby sitter yang pernah merawat anak Meinita dan Nuno. Atas rekomendasi mereka berdua, akhirnya Samira dan Wisnuaji mempekerjakan Sari dan Ana. "Sam, kamu yakin buat pakai Sari dan Ana untuk Edel dan Galen?" "Yakin. Mereka beneran bersertifikat, bahkan mereka fasih berbahasa asing. Aku rasa cocok untuk itu. Apalagi mereka telah menikah dan memiliki anak, amanlah Mas." "Ya sudah, besok kita tinggal bilang sama Juna dan Nada. Tapi aku tetep nggak akan lepas
Wisnuaji dan Samira baru saja mendarat di Yogyakarta internasional Airport. Ketika mereka baru saja keluar dari pintu keluar bandara. Tiba-tiba handphone Samira berbunyi yang menandakan ada pesan masuk. Ketika ia membuka pesan tersebut, ternyata Nada yang mengirimkan foto twins di group keluarga Widiatmaja. Nada : *sending picture* Nada : Eyang Ningrum, Mama Samira dan Papa Wisnu. Ini foto si kembar. Samira langsung tersenyum membaca pesan tersebut. Kemudian ia menyimpan foto si kembar ke dalam folder yang ada di handphonenya. "Kamu kenapa senyum-senyum begitu?" Tanya Wisnuaji kepada Samira ketika mereka baru saja masuk ke mobil. "Ini lagi lihat foto cucu kita. Bule banget ya, Mas? Kayanya gen-nya Pinar kuat sih di si kembar." Wisnuaji hanya menghela nafasnya dan meminjam handphone milik Samira. Ia tersenyum melihat cucunya. Rasa bangga dan bahagia bercampur menjadi satu di dalam dirinya. "Kamu kenapa kaya mau nangis gitu, Mas?" Tanya Samira ketika melihat sang suami berkaca-ka
Minggu pagi ini Samira telah bersiap siap untuk mengikuti acara wisata yang di selenggarakan oleh ibu-ibu dasawisma yang menaungi aster miliknya. Disebut dasawisma karena anggotanya hanya 10 KK. "Mas, ini cuma 10 keluarga aja yang ikut piknik?" Tanya Samira ketika mereka menunggu bus di depan gang perumahan. "Iya. Tapi mereka bawa anak-anaknya." "Lha kita cuma berdua aja. Aneh nggak sih Mas?" "Siapa bilang cuma berdua. Anak-anak masih di jalan. Bentar lagi mereka datang." Samira hanya sanggup melongo mendengar penuturan Wisnuaji. Karena kemarin Wisnuaji hanya mendaftarkan Samira dan dirinya sendiri. "Kemarin kamu cuma daftar dua lho, Mas. Apa masih ada slot kosong?" "Masih. Yang minta Bu ketua buat kita ajak anak-anak kemarin. Nah, itu mereka." Samira menoleh menuju arah telunjuk Wisnuaji. Terlihat Juna sudah menggendong tas ransel dan Nada membawa tas piknik Tupperware. Samira yakin menantunya sudah membawa perbekalan untuk makan siang mereka. "Assalamualaikum Ma, Pa," sapa
Samira menatap Wisnuaji yang sedang mempacking barang-barangnya kedalam travel bag kecil berwarna hitam. Setelah beberapa saat, Samira memutuskan untuk mendekati sang suami."Mas, kamu mau kemana lagi? Kita baru balik tadi pagi dari rumah Juna.""Aku mau touring Harley Davidson, di ajakin Adam. Kamu ikut aja, nanti naik mobil bareng Slamet.""Slamet ikut?""Ya gitu, dia bawa mobil ngintilin di belakang sama istri-istrinya temenku. Kamu ikut juga yuk?"Samira menghela nafasnya."Nggak deh Mas, kasian Nada. Juna sering ke luar kota, kalo enggak juga pulang kantor sudah malam. Aku mau temani dia aja sekalian belajar bikin kue.""Yakin nggak ikut?""Nggak Mas, yang penting kamu hati-hati ya. Nggak usah ngebut kalo di jalan. Sering sering kasih kabar."Wisnuaji hanya tersenyum dan memeluk sang istri."Makasih ya, sudah jadi istri yang mau mencoba memahami hoby suami tanpa ngedumel.""Iya Mas. Lagian itu juga kado dari aku, masa aku larang kamu buat ikut. Kan lucu kalo kaya gitu," kata Sami
Malam ini Samira harus tidur sendirian karena Wisnuaji memilih untuk mengikuti kegiatan Ronda lagi setelah mereka menikah. Walau di kompleks mereka tinggal memiliki satpam, tetapi kegiatan Ronda masih tetap di jalankan agar silaturahmi antar bapak-bapak tetap terjaga. Samira mengingat perdebatannya dengan sang suami tadi siang sewaktu mereka baru saja tiba di rumah setelah beberapa hari berada di Bali."Sam, nanti malam kamu tidur sendiri ya?""Memang Mas Wisnu mau kemana?""Aku mau ikut ronda lagi. Sudah sejak kita menikah, aku nggak pernah ikut ronda sama bapak-bapak. Arisan juga nggak pernah datang.""Kan sudah ada satpam yang keliling kompleks, bahkan kita punya satpam pribadi di depan Mas. Apa itu masih belum cukup?"Kini Wisnuaji hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Mungkin bagi Samira yang sejak lahir sudah tinggal di kawasan elite tidak pernah melihat sang ayah atau kakak laki-lakinya mengikuti kegiatan seperti ini sehingga ia kurang memiliki rasa guyup dengan lingk
Sepulang dari Bali beberapa hari lalu, Samira dan Wisnuaji masih belum bertemu lagi dengan anak serta menantunya."Mas, ke rumah anak-anak yuk?"Wisnuaji hanya menghela nafasnya dan memandang istrinya yang sedang duduk santai sambil menikmati wedang secang buatan Minah."Mereka lagi pulang ke Temanggung. Jauh Sam.""Iya, tapi kasian Nada hamil gini tapi Juna sering ke luar kota. Lagipula Nada itu barusan resign Mas. Biasanya orang yang sibuk tiba-tiba santai pasti bingung, jenuh nggak tau apa yang mesti di lakuin.""Terus kamu mau ngajakin Nada ngapain?""Beli perlengkapan buat twins. Lagipula sudah mau 6 bulan kan Mas, biar nggak ribet kalo dekat-dekat lahiran.""Biar Nada di jemput Slamet aja. Kamu coba telepon dia suruh ke sini.""Kita jemput saja, gimana Mas?""Nggak, lumayan waktu tiga jam bisa buat tidur atau istirahat.""Yowes Mas, aku coba telepon Nada dulu ya?"Wisnuaji hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan. Kini Samira langsung meraih handphonenya dan seger
"Sam, semuanya sudah selesai di packing?" Tanya Wisnuaji pada Samira. "Sudah Mas. Btw beneran ini kita dapat gratisan nginap di hotelnya Tom dan Salma?" Tanya Samira balik kepada sang suami. "Iya. Katanya jatah mereka sekarang soalnya kemarin sudah Fabian sama Deva yang bayarin." "Bayarin?" "Iya. Mereka kalo liburan bersama itu digilir siapa yang nanggung transportasi serta akomodasinya. Sekarang jatahnya mereka besok yang babymoon kayanya jadi jatahnya Nada sama Juna." Samira hanya menganggukkan kepalanya dan segera ia menuju ke depan meja riasnya untuk mempersiapkan diri karena Juna dan Nada sebentar lagi akan sampai bersama Ningrum. Satu jam setelahnya keluarga Widiatmaja sudah dalam formasi komplitnya yang terdiri dari Ningrum, Wisnuaji, Samira, Juna dan Nada. Kini mereka semua segera menaiki Toyota Vellfire hitam untuk menuju ke Yogyakarta internasional Airport di Kulon Progo. Di dalam mobil suasana yang santai namun tidak seterbuka biasanya karena Ningrum ada bersama merek
Alarm di handphone Samira bergetar, kemudian ia bangun dan melihatnya dengan tersenyum. Ketika ia menengok ke sisi sebelah kanan ranjangnya, tampak sang suami yang sedang tertidur dengan pulas. Segera ia bangun dari posisi tidurnya dan mencium bibir Wisnuaji dengan pelan hingga sang suami mengerjapkan matanya. Penglihatan Wisnuaji tanpa kacamata atau contact lens yang sedikit kurang fokus membuatnya menatap Samira dengan menyipitkan matanya. "Happy birthday Mas," kata Samira sambil tersenyum di depan wajah Wisnuaji. "Tanggal berapa sekarang?" "Tanggal tiga Mas." "Astagfirullah, aku lupa. Makasih ya," kata Wisnuaji sambil bangun dari posisi tidurnya untuk duduk di ranjang. "Sama-sama. Selamat ulang tahun ke 57 ya Mas. Semoga di usia...," Perkataan Samira terhenti ketika bibirnya secara tiba-tiba di lumat oleh Wisnuaji. Samira hanya sanggup menutup matanya dan menerima pemberian sang suami. Bahkan Samira terbawa suasana hingga ia mengalungkan tangannya ke leher Wisnuaji. Wisnuaj
Dua hari setelah singgah di Surabaya untuk melakukan RUPS, Samira dan Wisnuaji kembali ke Jogja menggunakan kereta sesuai keinginan Wisnuaji yang ingin menikmati perjalanan. Sepanjang perjalanan dari stasiun Gubeng hingga Stasiun Yogyakarta banyak hal yang mereka obrolkan berdua. "Mas," panggil Samira ketika mereka menyadari di gerbong ini hanya mereka berdua penghuninya. "Hmm." "Berasa naik gerbong pribadi ya, sepi begini." "Ya beginilah kalo bukan weekend, libur panjang rata-rata nggak terlalu ramai. Apalagi kereta pagi seperti ini." "Mas," panggil Samira lagi ketika Wisnuaji tidak banyak mengajaknya bicara. "Apa?" "Aku kemarin undang satu orang lagi untuk datang di acara tasyakuran yacht rent kita." "Siapa?" "Heni. Istrinya Redi." Satu detik.... Dua detik.... Tiga detik.... Samira masih menanti reaksi Wisnuaji yang ternyata tetap sama yaitu terbengong bengong di sampingnya. Mau tidak mau Samira harus menceritakan semuanya pada sang suami. "Iya Mas. Sepulang RUPS kemar