BAB 34Rena, Reni juga Alvin sudah menunggu di ruang konseling begitu Zayn beserta Adam datang. Menyapa singkat dalam upaya menjaga tata krama. Tanpa menambah basa-basi lainya, Zayn menyemburkan tanya langsung pada inti pokoknya. “Ceritakan sejelas-jelasnya tentang insiden kemarin sore!”Ketiganya duduk bersisian. Alvin tampak santai saja sedangkan si kembar kikuk seperti anak ayam kehilangan induknya. Bulu kuduk mereka berdiri ketika menggali lagi momen absurd kemarin sore. Reni si ember bocor lah yang mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk membuka kalimat. Hanya saling menyenggol siku sampai gajah bersayap pun takkan selesai jika tidak ada yang berani memulai.Dengan kepala dingin Zayn mendengarkan begitu teliti. Setiap kalimat demi kalimat si kembar dipindai dan ditelaahnya dan dia bernapas lega setelah memastikan semuanya murni hanya refleks semata. Walaupun terkadang rasa panas menjalar di ulu hati ketika Zayn tidak sengaja melirik resleting celana Alvin, tiba-tiba saja dia m
BAB 35Wajah tampan yang baru keluar dari kamar utama begitu kacau. Berhiaskan lingkaran mata mengerikan kekurangan tidur akibat kekesalan, kemarahan, juga kecurigaan yang menjejali benaknya berjubel menjadi satu. Dini hari Zayn baru bisa memejamkan mata dan sepagi ini sudah terbangun lantaran tidurnya tak nyenyak.Dia baru selesai mandi pagi, rambutnya dibiarkan acak-acakan tanpa disisir. Saat pintu terbuka dia disambut si kucing imut yang mengeong di depan pintu meminta jatah makanannya. “Hei dasar kucing gendut. Ini masih pagi, aku pun belum sarapan tapi kamu sudah meminta jatah makanmu. Seharusnya kamu diet!” Zayn membungkuk, menceramahi Sultan yang mengeong dan menatapnya penuh permohonan. “Miaw… miaw.” Sultan mengeong manja dalam posisi duduk menggemaskan sembari menggoyangkan ekor. “Minta makan sama majikanmu sana!” Zayn berkacak pinggang dan bersungut-sungut. Sultan malah makin mendekat bukannya takut.“Eits… jaga jarak! Kita belum benar-benar saling menerima! Kamu masih da
BAB 36Di kamar utama, aktivitas dilakukan dalam diam. Hanya gemerisik pakaian yang terdengar juga bunyi peralatan make-up yang ditutup buka. Althea menghadap cermin. Memulas bibir dan menyapukan kuas bedak sembari mencuri-curi pandang melalui pantulan di depannya, sedangkan di seberangnya, si pria yang menekuk wajah tengah memakai dasi disusul arloji. Embusan napas Althea tiupkan sepelan mungkin demi mengusir atmosfer mencekik yang menyesaki seantero kamar. Baru kali ini ia mendapati Zayn dalam mode super dingin, karena sikapnya di awal-awal pertemuan cenderung ketus menjengkelkan, bukan mendiamkan.Althea merasa jantungnya seolah diremas kasar saat Zayn mendiamkannya. Ngilu merayap mengganggu di hatinya, sungguh menyiksa. Semarah itukah Zayn padanya lantaran semalam pulang terlambat tanpa bertanya alasannya?Althea tidak tahu, alasan Zayn terbungkus kemarahan membelit bukan hanya karena masalah keterlambatan pulang, tetapi juga karena terhasut ucapan Alvin. Zayn baru saja menemuk
BAB 37Alfred ikut merecoki perbincangan Zayn dengan para kolega bisnis Lidya. Tujuannya tentu saja hendak mencari muka. Bahkan tetap mengekori begitu Zayn menyudahi bertukar kata dan hendak mencari Althea.“Kudengar, Kara datang lagi ke Jakarta. Paman harap kamu tidak membuat skandal lainnya yang bisa menjatuhkan citra perusahaan. Skandalmu meniduri anak didikmu bisa mudah teredam dengan cara pernikahan. Tetapi perselingkuhan akan menghancurkan segalanya. Sebaiknya hati-hati, mengingat sahamku di perusahaan ibumu cukup banyak. Jangan sampai para pemegang saham merugi karena ulahmu.” Alfred melenggang santai setelah menderaikan peringatan dan menepuk pundak Zayn. Untuk ukuran orang yang takut merugi seharusnya ekspresinya cemas, bukan malah menyeringai puas. Pikiran Zayn carut marut. Kabar burung Althea saja sudah membuatnya sakit kepala. Disusul ucapan pamannya barusan membuat kesemrawutannya lengkap sudah, ditambah lagi disebutnya satu nama yang telah dikuburnya dalam-dalam menjad
BAB 38"Maaf," bisik Zayn tulus. Sudah yang ketiga kalinya dia mengucap kata yang sama.“Se-sebenarnya ada apa? Kenapa kamu mendadak begini?” tanya Althea terbata. Air mata masih setia membasahi.“Maaf.” Lagi-lagi hanya itu yang keluar dari mulut Zayn. Dia kebingungan entah harus menjelaskan dari mana. Rengkuhannya semakin erat merapat.Althea membalikkan tubuh yang asalnya membelakangi Zayn. Mempertemukan netra mereka dalam satu garis lurus.“Aku juga minta maaf. Seharian ini aku ingin minta maaf, tapi kenapa kamu pergi dan mengabaikanku? Kemarin aku pulang larut karena terjebak macet. Ada kebakaran ruko di arah jalan pulang, bateraiku habis jadi gak bisa mengabari,” lirih Althea parau masih terbalut sedu sedan. Hidungnya bahkan sudah memerah sepenuhnya. Zayn menatap dalam tanpa kata. Jemarinya menghapus air mata Althea dan membelai kepalanya lembut. “Benar begitu?” ujarnya pelan, keraguan masih belum sirna.Kepala cantik Althea mengangguk. “Kalau enggak percaya, hubungi saja nomor
BAB 39Di ufuk Timur, langit berangsur terang menembus batas. Merona indah berwarna biru muda bersama semburat keemasan berpadu selaras. Si binar penyemangat hari mulai mengintip dari balik pilar pancang Bumi. Merambat naik menaungi segarnya pagi hari. Embusan hawa sejuk dari pendingin ruangan juga udara pagi menyapu kulit pundak Althea yang terbuka. Mengundang kelopaknya yang memejam rapat untuk membuka. Mata indahnya mengerjap perlahan lalu kembali mengatup, menggapai-gapai selimut yang sedikit turun lantaran tak sempurna menutup daksa. Ia mengernyit. Ada yang berbeda, raganya terasa luar biasa remuk juga pinggangnya seperti dilingkupi bobot beban. Althea berusaha membuka mata beratnya supaya terjaga sempurna. Ia menunduk dan mengintip ke balik selimut, mengamati dirinya yang ternyata tak berbusana, hanya tertutup selimut sebagai pelindung. Lalu ia meraba pinggangnya dan mendapati sebuah lengan kekar melingkar mendekapnya erat. Althea yang berbaring miring menoleh dan terperanja
BAB 40Lidya sedang menata menu sarapan di meja makan dibantu seorang asisten rumah tangga. Di sana hadir Ningrum dan Martha yang semalam ikut menginap. Mereka datang jauh-jauh dari Malang untuk menghadiri pesta keluarga dan baru akan kembali menggunakan penerbangan sore ini. "Hai, tampan. Mana Althea?" tanya Lidya begitu melihat Zayn muncul tanpa istrinya di ruang makan. Sudah segar dengan raut wajah semringah. "Ada di kamar, Bu. Selamat pagi, Tante," Zayn tak lupa menyapa kedua sepupu ibunya yang duduk bersisian di meja makan. "Sudah mau tiga bulan menikah, auranya masih secerah manten baru." Ningrum menimpali menggoda yang dibalas kekehan kecil oleh Zayn. Memang benar dia menikah sudah tiga bulan lamanya. Akan tetapi, menjadi pengantin yang sesungguhnya baru terjadi tadi malam. Kamar lama Zayn menjadi saksi bisu telah bergantinya oli mesin yang berkarat hingga berkerak dengan yang baru. Di mana dia melepas keperjakaan yang amat dijaganya hingga usia sematang ini tak ubahnya ana
BAB 41Sudah dua minggu berlalu semenjak pesta di rumah Lidya. Tak ada lagi perseteruan di antara dua sejoli itu. Interaksi keduanya bertambah akrab juga akur. Setiap malam Zayn membantu Althea mengerjakan tugas kuliah supaya cepat rampung dengan maksud terselubung reward penuh gelora setelahnya, tentu saja sesudah mengamankan Sultan sebelumnya. Setiap kali Zayn dan Althea berdekatan. Sultan selalu berusaha merecoki dan menyela di tengah. Mengeong manja mencari perhatian pada Althea yang kini fokusnya terbagi. Entah itu di saat sedang menonton televisi, saat di meja makan, bahkan sering kali menerobos masuk ke kamar utama. Seolah ingin memberi jarak dan kerap mengaum galak jika Zayn mengecup mesra sang majikan di hadapannya. Seperti saat ini, Sultan merecoki di bawah meja makan. Zayn yang pulang terlambat langsung duduk merapatkan kursi di samping Althea. Sultan mengitari kaki Zayn juga Althea supaya saling menjauh. Dua sejoli itu tak peduli, di bawah sana si bola bulu tengah mondar
Wedding Drama Season 2EndingSemilirnya udara segar Puncak menguarkan relaksasi alami. Jakarta dengan kadar tinggi polutannya, memang paling ideal dinetralisir di sini. Tempat favorit para penduduk ibukota mencharge ulang energi termasuk Zayn. Desain interior kamar villa didominasi warna monokrom juga material kayu-kayuan. Ranjang dan furniturnya pun terbuat dari kayu jati berukir khas Jepara. Kelambu putih yang menaungi tempat tidur menguarkan aura nyaman untuk merebahkan diri. Berpadu hawa sejuk pegunungan menambah syahdu tempat yang dibuat khusus untuk berlibur dari kesibukan mengais pundi-pundi. Berdandan cantik, mengenakan pakaian terbaik, sekali lagi Althea mengecek penampilannya di depan cermin. Dalam rangka menyambut sang suami yang beberapa saat lalu mengabarkan sudah sampai di daerah Ciawi, Althea ingin terlihat berbeda malam ini. Althea mulai berpikir untuk perlahan menata diri sebagai ibu juga istri, termasuk mengubah penampilan menjadi lebih anggun demi keutuhan rumah
Wedding Drama season 2 Bab 29Prang!!!“Awhhh!”Bunyi gaduh perabotan jatuh berpadu pekikan, mengejutkan Tante Esme yang sedang khidmat membaca Alkitab. Baru sepuluh menit dibuka, Alkitab ditutup dan kembali disimpan ke meja bertaplak rajutan tangan. Kacamata baca turut ditanggalkan, ditaruh berdampingan. Meninggalkan ruang baca, Tante Esme bergegas ingin memeriksa apa gerangan yang sedang terjadi di dapur pada pukul enam pagi ini. Tante Esme mendapati Chelsea sedang meringis-ringis di depan wastafel. Keran air mengalir deras menyiram punggung tangan kiri yang dari jauh pun tampak kemerahan, kontras terpantul di permukaan kulit Chelsea yang putih pucat. “Chel, tangan kamu kenapa?“Oh… i-ini barusan sauce pannya nggak sengaja kesenggol.” Tante Esme hendak memangkas jarak, tetapi terhenti saat slipper sandal rumahan yang mengalasi telapak kaki menemukan sensasi basah. “Hati-hati, Tan!” Chelsea berseru khawatir. Marmer dapur dipenuhi ceceran makanan begitu pula di atas kompor. Sauce
Wedding Drama Season 2 Bab 28“Mas, apa suaraku kekencengan ya?” cicit Althea yang masih terengah. “Tapi aku suka,” bisik Zayn, mengerling nakal. “Desahanmu lebih merdu irama dari piano dan biola.”Pipi Althea bersemu. Zayn beringsut mengecup mesra bibir Althea yang setengah terbuka. Melirik ke tengah ranjang, keduanya tertawa kecil.Si bayi cantik berpipi chubby itu merengek manja didera haus dan lapar lumrahnya para bayi. Tak mungkin egois karena memang beginilah dinamika menjadi orang tua, Zayn memberi ruang agar Althea bisa leluasa memberikan hak putri mereka. Zayn melebarkan selimut guna menutupi tubuh Althea yang nyaris polos kemudian ikut bergabung naik ke atas kasur. “Maaf ya, Mas. Karena Iza keburu bangun,” cicit Althea terdengar tak enak hati. Zayn paham maksud kalimat Althea. “It’s okay, sebagai orang tua, Iza tetap menjadi prioritasku. Dan aku senang karena sekarang Iza juga jadi prioritasmu. Thank you, Mommy.” Althea mengangguk malu. Apresiasi Zayn selalu sehebat in
Wedding Drama Season 2 Bab 27. Gempa Bumi “Nah, aku udah geser dikit. Mas tinggal terlentang aja, biar aku bisa naik.” Althea berkata dengan nada tanpa dosa sembari menyentuh dada bidang Zayn, sorot manis netra imutnya menyihir.Jantung bertabuh riuh menggemparkan raga juga jiwa yang sedang bertarung. Tetap mematuhi titah ego yang mengungkung atau menyerah pada gejolak purba yang meraung. Disuguhi percikan-percikan kerling nakal namun lugu, elusan merayu. Sungguh, benteng beku yang dibangun Zayn mulai retak tanpa disuruh. “Kenapa mukanya merah? Mas demam ya?” cicit Althea panik seraya menyentuh kening sang suami. Buru-buru Zayn menepis telapak tangan halus Althea. Bukan apa-apa, efeknya menyaingi daya kejut listrik. Menyengat dahsyat sekujur pori, meremangkan bulu roma, mendidihkan gelora kelelakiannya yang terlanjur memanas. Gaun minim tipis yang dikenakan Althea tersingkap hingga mencapai pinggul. Ditambah keharuman favoritnya yang menguar dari tubuh Althea merasuki celah hidun
Wedding Drama Season 2 Bab 26Sejak pulang dari gereja, gangguan overthinking menjangkiti Althea. Ketika mengikuti misa, perasaan Althea berkecamuk terganggu. Niatan untuk fokus berdo’a terbelah-belah dikarenakan kehadiran Chelsea yang seakrab itu dengan Zayn. Interaksi mereka ternyata sedekat yang digosipkan teman-teman sekampusnya. Sikap Zayn terhadap Chelsea juga ramah dan ceria. Berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan respons Zayn ketika bertukar kata dengannya. Parahnya, kebanyakan hadirin misa mengira Chelsea adalah istri Zayn membuat pikiran Althea bertambah keruh, berbeda dengan para suster dan pendeta yang sudah mengetahui fakta bahwa Zayn hanyalah bosnya Chelsea. Cepat-cepat Chelsea bertindak meralat. Menjelaskan bahwa dirinya hanya sekretaris Zayn dan sebatas teman saja saat sedang tidak bekerja. Chelsea juga tak lupa memperkenalkan Althea sebagai istri Zayn, sedangkan si empunya lebih banyak diam. Hati Althea mencelos kecewa karena untuk pertama kalinya
Wedding Drama Season 2 Bab 25Menggeliat, Althea terjaga dari tidurnya. Selain cahaya matahari pagi yang menginterupsi menerobos ventilasi, ia juga dibangunkan oleh si kecil yang mirip dengan Zayn versi perempuan, sudah tengkurap di dekatnya.“Sayang,” sapa Althea sengau, lantas menilik kasur juga mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ada dirinya dan Aliza tanpa Zayn di dalam kamar. “Daddy ke mana ya? Apa sudah bangun duluan?” tanya Althea pada si kecil yang menyentuh-nyentuh pipinya, menarik perhatiannya. “Anaknya Mommy ini juga rajin kayak Daddy nih, pagi-pagi banget udah bangun aja.” Althea bercicit memuji. Menjawil gemas dagu Aliza yang dibalas senyuman lebar oleh putrinya itu, memamerkan gusi merah yang belum ditumbuhi gigi. Menyaksikan betapa pintarnya Aliza merespons interaksi yang Althea bangun setelah berbulan-bulan tak ingin peduli, serbuan rindu menyerang. Seolah sudah sekian lama tak berjumpa, Althea meraih Aliza dan membawanya ke atas tubuh, memeluknya denga
Wedding Drama Season 2 BAB 24Mengiringi gulita yang kian larut, hujan kembali turun seperti kemarin. Kali ini menyapa lebih ramah, tak mengajak petir beserta angin ribut bermain bersama.Rintik gerimisnya menguntai simfoni merdu melahirkan lagu pengantar tidur yang sempurna. Meninabobokan Althea setelah puas terisak hingga membasahi bagian belakang kemeja suaminya.Hampir satu jam lamanya, Zayn membiarkan embusan hangat teratur menyapu tengkuk. Kedua mata yang mengatup dibukanya sedikit demi sedikit hingga melebar sempurna. Langit-langit kamar bernuansa pink bertabur stiker khusus berbentuk bulan dan bintang menjadi hal pertama yang tertangkap ruang pandang. Berkelap kelip menghiasi suasana remang ruang tidur Aliza.Ketika mendengar langkah kaki tergesa mendekat ke kamar Aliza, Zayn sebenarnya belum tertidur. Dia hanya sedang merebahkan diri meluruskan punggung yang pegal setelah seharian beraktivitas sambil membawa-bawa Aliza. Selain itu, Zayn juga sedang memastikan Aliza sudah be
Wedding Drama Season 2 Bab 23Gelombang-gelombang tak nyaman berdebur kencang menyentak debaran jantung memompa lebih cepat. Spekulasi ketidakharmonisan rumah tangganya dengan Zayn tak henti menjadi topik bisik-bisik rekan-rekan studinya. Telinga Althea mendidih, tetapi ia tak bernyali untuk mendebat sebab belum begitu akrab dengan lingkungan studinya yang masih baru. Terlebih lagi mahasiswa kelas akhir pekan kebanyakan usianya lebih dewasa. Ada yang single, ada juga yang sudah punya anak remaja. “Pasti cewek yang mereka lihat di parkiran itu sekretaris Mas Zayn. Cuma dia yang punya ciri-ciri kayak yang tadi disebutin. Tapi hari ini kan bukan hari kerja, ngapain sih Mas Zayn bepergian sama Mbak Chelsea sambil bawa-bawa Iza? Dilihat orang-orang malah jadi bahan gosip!” kesal Althea menggerutu pelan. “Tapi Mas Zayn bareng Mbak Chelsea pasti cuma bareng-bareng buat ngurusin pekerjaan. Mungkin di weekend kali ini kebetulan memang ada kerjaan. Nggak mungkin kan Mas Zayn sama Mbak Chels
Wedding Drama Season 2 Bab 22Perkuliahan kelas akhir pekan jelas berbeda sistemnya dengan kelas reguler. Hampir 95 persen orangnya tidak bersinggungan langsung dengan mahasiswa yang berkuliah di hari kerja. Gosip-gosip panas yang berembus di lingkungan kampus pun sangat jarang sampai di telinga para pengikut kelas akhir pekan dan mereka memang tidak memiliki waktu untuk mengurusi tektek bengek semacam itu, fokus pada studi yang menyita waktu libur mereka. Mengingat Althea kembali melanjutkan studi dengan mengulang semester yang sempat tertunda yakni dua semester, maka dari itu kawan-kawan barunya belum mengenal Althea secara detail. Realisasi perkuliahan pun berjalan masih dini, mereka belum banyak berinteraksi bertukar informasi pribadi. Yang mereka tahu status Althea sudah menikah, hanya sebatas itu. Keriuhan seisi kelas senyap dalam hitungan detik laksana serangga malam yang terinjak. Semua mata menoleh pada Althea yang masih mematung setelah direspons tegas menusuk oleh dosen p