Entah keberanian dari mana, Salsabila malah masuk ke dalam kamar Alan saat pria itu sedang melakukan ritual paginya, mandi. Salsabila hanya ingin menyiapkan setelan baju kerja Alan, setelah itu akan kembali diam-diam keluar kamar tanpa diketahui oleh pria itu. Tetapi ternyata Salsabila salah prediksi. Tepat saat Salsabila mengeluarkan pakaian dari lemari, Alan sudah keluar dari kamar mandi yang hanya dibalut handuk yang melilit di pinggangnya, tubuh Alan mengkilap karena basah membuat Salsabila hanya bisa meneguk air liur menatapnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Sa?" tanya Alan menatap Salsabila keheranan.Salsabila dibuat salah tingkah dengan keadaan Alan sekarang. "A–aku … aku hanya menyiapkan pakaian kerja untuk kamu, Mas."Alan semakin dibuat bingung, apa maksud Salsabila sebenarnya. Apa wanita itu sedang mempermainkannya, semalam wanita itu terus saja menyakitinya dengan kalimatnya, tetapi sekarang wanita itu malah perhatian kepadanya. Sebenarnya aTerjaga sepanjang malam dan mengkonsumsi tiga gelas kopi pahit memang bukan pilihan yang bagus apalagi Alan malah memaksanya untuk melakukan kegiatan di pagi hari yang begitu menguras tenaga Salsabila. Kepala Salsabila sekarang pusing dan malah mual luar biasa. Lambung Salsabila pasti protes saat ini. Belum lagi menangis semalaman, mata Salsabila bengkak sekarang. Karena sakit dan penampilannya yang urakan, Salsabila jadi tidak bisa melakukan kegiatannya secara maksimal. Meskipun ia bisa tertidur hanya beberapa jam saja, tetapi tetap saja Salsabila merasa begitu lemas. Salsabila terpaksa datang ke kantor meskipun ia tahu keadaannya yang sudah sakit dan lemah. Kalau dipaksakan hadir di pertemuan yang sudah dijadwalkan bisa-bisa Salsabila akan menjadi pusat perhatian atau lebih parahnya limbung karena tidak mampu menahan sakit.Salsabila terpaksa meminta Dimas dan manajer yang berkaitan dengan meeting kali ini untuk mewakilinya. Sementara Salsabila hanya berada dibalik meja k
"Mintalah bantuan Ayah dan Bunda. Kamu tahu bukan bagaimana sayang dan hormatnya Salsa kepada mereka? Aku yakin Salsabila akan menuruti mau mereka."Perkataan Alexa itu juga cukup masuk akal buat Alan. Oleh karena itu, usulan dari Alexa membuat Alan memutuskan untuk tidak pergi ke kantor hari ini. Sementara Salsabila tetap pergi ke kantor hari ini, wanita itu memang luar biasa. Bisa tetap memikirkan pekerjaan saat rumah tangga mereka sudah diujung tanduk begini. Hari itu juga, Alan terbang ke Surabaya dengan jadwal penerbangan paling cepat untuk segera menemui kedua orang tuanya. Entah bagaimana caranya, Alan meminta bantuan kepada kedua orang tuanya itu.Saat melihat Alan muncul di Surabaya, kedua orang tuanya tentu saja bingung. Alan datang tanpa rencana dan pemberitahuan terlebih dulu, apalagi Alan datang sendirian dan tidak bersama dengan Salsabila. Meskipun maju mundur, Alan pada akhirnya mengatakan maksud tujuannya datang berkunjung ke Surabaya. Alan mulai me
Setelah selesai makan dengan Rangga siang itu, Salsabila meminta untuk diantar pulang ke rumah. Karena sudah tahu alasannya tumbang, Salsabila memilih beristirahat dan tidak lagi kembali ke kantor. Rumah dan tempat tidur, itu yang dibutuhkan oleh Salsabila saat ini.Salsabila tentu saja harus menjaga kesehatannya, apalagi sekarang ada makhluk hidup yang tengah bertumbuh dalam rahimnya. Bagaimanapun juga, Salsabila harus menjaga dan merawat kesehatan bayinya itu."Rangga, terima kasih atas bantuanmu seharian ini, ya," ucap Salsabila ketika mobil yang dikemudikan oleh Rangga sudah memasuki komplek tempat tinggal Salsabila dan Alan.Rangga berdeham, kemudian mengangguk kecil. "Kalau boleh tahu, apa rumah tangga Mbak Salsa dan Pak Alan sedang ada konflik lagi atau masalah? Mbak kelihatan terbebani sekali."Salsabila menghela napas dengan pelan. "Ya, namanya juga rumah tangga. Ada pasang surutnya."Salsabila memilih jawaban diplomatis untuk Ra
"Salsabila sakit apa, Bude?" tanya Alan dengan nada khawatir. Bude Yun baru saja memberitahu kalau Salsabila tengah sakit, gara-gara beberapa hari ini Alan menciptakan jarak dengan istrinya itu, ia sampai tidak mengetahui kalau istrinya sekarang sedang sakit. Alan yang memang sering diam-diam memperhatikan Salsabila, sangat menyadari kalau wajah istrinya itu memang terlihat letih dan lemas. Terlihat tidak ada gairah untuk hidup, hal itulah yang mungkin membuat Salsabila akhirnya tumbang juga.Bude Yun menggeleng pelan. "Kurang tahu, Pak. Mungkin Bu Salsa sedang capek atau—"Ucapan Bude Yun terpotong saat suara derap langkah kaki terdengar menuruni anak tangga rumah. Salsabila muncul dengan dandanan rapi di sana. Sempat kikuk saat kedua mata mereka tidak sengaja bertatapan. Salsabila kemudian mendekati Alan sembari menyodorkan ponselnya."Bunda tadi mengirim pesan akan ke Jakarta sore ini. Rumah di Surabaya akan direnovasi, jadi Ayah dan Bunda men
Salsabila sangat gembira ketika orang tua Alan, atau kedua mertuanya itu datang berkunjung dan memutuskan menghabiskan waktu di Jakarta. Namun, yang tidak Salsabila sukai hanya satu, kembali terjebak dalam satu ruangan dengan Alan. Kalau dulu, Salsabila akan tenang-tenang saja meskipun harus tidur bersisian dengan pria itu. Kalau sekarang sudah beda cerita. Pikiran Salsabila bisa kesana-kemari hanya karena melihat pria itu berseliweran di dalam kamarnya, atau karena menatap tempat tidur, tempat di mana keduanya sering menumpahkan nafsu, tempatnya bermanja-manja dan saling memuja dan sekarang sudah berhasil menghasilkan sekarang anak, atau sekedar menendang senandung dan gumaman kecilnya.Tadi di kantor, Salsabila sempat membaca sebuah artikel di internet bahwa dalam beberapa kasus kehamilan, wanita bisa merasakan lonjakan birahi yang dahsyat. Salsabila rasa, dirinya adalah salah satu dari wanita itu. Mencium cologne yang biasa Alan gunakan saja sudah membuat jantung Salsabi
Salsabila sengaja ketus pada pria itu. Seperti saat Alan ingin mengecek suhu tubuhnya, Salsabila malah mengeluarkan stok kata pedasnya. Terlihat jelas wajah kecewa Alan karena penolakan Salsabila, namun pria itu tetap tidak memaksa Salsabila menerima perlakuan manis dan melanjutkan kegi—astaga!"Mas Alan ngapain?" sergah Salsabila sambil menoleh cepat ke arah Alan."Pakai baju. Kamu tadi memintaku untuk mengenakan baju, bukan?"Salsabila mendelik seketika. "Iya, tetapi kenapa di sini?"Alan malah seolah tidak peduli dan tetap melepas handuk di tubuhnya. Handuk itu malah dilempar sembarangan oleh Alan, kemudian tanpa rasa malu mengenakan pakaiannya di depan Salsabila. Kalau seperti ini, pria itu pasti memang sengaja menggoda Salsabila. Buru-buru Salsabila membuang muka, sebelum Alan melihat dan menyadari wajah Salsabila yang sedang memerah."Tidak ada yang belum kamu lihat, Sa. Kenapa mesti sepanik itu?"Salsabila malah memutar bo
"Bunda, Salsa minta maaf!"Salsabila merasa kalau dia perlu meminta maaf kepada Bundanya atas semua masalah yang ditimbulkan selama menjadi istri Alan. Salsabila sudah siap dengan apa yang akan dilakukan oleh bunda Rena, bahkan siap dimarahi oleh wanita yang sangat Salsabila sayangi itu dan sudah dianggapnya sebagai orang tua sendiri.Namun ekspresi yang diperlihatkan oleh bundanya itu tidak sesuai dengan prediksi Salsabila. Wanita itu bahka sudah siap mengahadapi kemarahan yang akan dilontarkan oleh Bundanya, namun ternyata Bunda Rena malah terkekeh."Maaf untuk apa? Alan yang memang kurang ajar. Bunda memang sudah memarahi anak bandel itu habis-habisan. Heran juga Ayah malah tidak memukulnya sampai babak belur karena mempermainkan kamu dan pernikahan sakral kalian."Salsabila seketika menunduk, rasa sedih menyelusup ke dalam hatinya. Sungguh, Salsabila tidak ada niatan untuk menyakiti orang tua di depannya ini dengan masalahnya, Salsabila bahkan
Alan baru saja pulang kantor. Pria itu malah sibuk mondar-mandir ke sana kemari sambil melepas pakaiannya dan mengajak Salsabila mengobrol. Sementara Salsabila tetap duduk tenang di sofa dan menonton televisi sambil mencuri-curi lirik untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh Alan. Tidak lama kemudian terdengar suara gemericik air shower menandakan Alan sedang mandi. Sekitar lima belas menit kemudian, Alan kembali ke kamar dan sudah mengenakan piyama tidurnya, rambutnya masih sedikit basah karena sisa air keramas."Sa," panggil Alan dengan nada pelan."Ya?" jawab Salsabila dengan singkat. "Kamu nonton film apa?""Bombshell," jawab Salsabila masih dengan kalimat yang sangat singkat. Wanita itu memang menjawab semua pertanyaan Alan, tetapi sama sekali tidak menoleh fokusnya tetap terarah ke arah televisi.Namun, meski tidak begitu konsen menontonnya, untungnya Salsabila masih tahu judulnya jika Alan bertanya.Alan tiba-tiba te
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in