Obrolan antara Salsabila dan model yang bernama Rangga itu terus berlanjut. Meskipun tidak bisa mengingat pertemuan keduanya, tetapi Salsabila percaya kalau Rangga itu memang anak pak Gunawan. Tidak ada gunanya juga pria itu membohonginya hanya demi mengobrol bersama dirinya.
"Saya dulu pernah ke panti asuhan beberapa kali. Kita juga pernah mengobrol, Mbak. Tetapi mungkin karena sudah lama sekali, pasti Mbak Salsa lupa."Rangga kembali mengeluarkan suara. Memberitahukan kepada Salsabila kalau sebenarnya mereka pernah bertemu, tidak sering memang tetapi pernah beberapa kaliSalsabila mengangguk ragu. Sejujurnya, dia tergolong orang yang pelupa, dan sesuatu yang ia rasa tidak penting sama sekali tidak perlu ia ingat. "Saya tidak ingat sama sekali. Maaf,” ujarnya penuh penyesalan."Tidak apa-apa, Mbak. Wajar kalau Mbak Salsa lupa, pertemuan kita sudah lama sekali. Kita mungkin bertemu sekitar dua belas tahun yang lalu. Saya pun waktu itu masiMartini. Alan hanya mengonsumsi minuman keras itu, dan tidak mencoba yang lainnya. Alan memang biasanya mengonsumsi martini atau beer saja. Itu pun dalam jumlah yang masih membuatnya sadar. Semenjak kejadian itu, kejadian dua tahun yang lalu, Alan mulai berhenti minum sampai benar-benar teler. Mabuk akan berakibat fatal bagi hidup Alan dan sempat membuatnya ingin menghilang dari bumi.Malam ini Alan menghadiri pesta lajang Daniel, dan membiarkan Salsabila yang menghadiri pesta dari pak Dewa, salah satu kolega bisnisnya. Alan jelas lebih memilih pesta lajang yang dibuat oleh Daniel, dibandingkan menghadiri pesta ulang tahun dari pak Dewa. Setidaknya ia harus ada di pesta lajang si Kampret itu, untuk memberinya selamat karena sebentar lagi pria itu akan menyusulnya, menjadi suami orang. Namun nasib Daniel lebih baik dibandingkan nasibnya, pria itu akan menikahi wanita yang dicintainya, tidak seperti dirinya yang harus terjebak dengan wanita yang sama sekali buka
Pagi sekali Alan bangun meskipun sakit kepala masih menderanya akibat dari martini yang ditenggaknya semalam. Alan harus segera berangkat ke acara pernikahan Daniel, acaranya satu jam lagi. Rencananya ia akan mengajak Salsabila, tetapi wanita itu tidak juga nampak keluar dari kamarnya padahal ia sudah mengabarinya jauh-jauh hari.Sebenarnya Alan bisa pergi tanpa Salsabila, tetapi Daniel mengenal Salsabila. Bukan kenal baik, tetapi mereka sesekali mengobrol ketika Alan membawa Salsabila ke pertemuan mereka. Bahkan bisa dilihat kalau Salsabila lebih nyaman mengobrol dan bercanda dengan Daniel, sangat berbeda perilakunya ketika bersama Alan yang ditemuinya sehari-hari.Alan nyaris kembali menaiki tangga untuk menuju kamar Salsabila, tetapi bude Yun datang mencegah. Katanya Salsabila menitipkan pesan tidak akan ikut ke acara Daniel."Ibu sakit, Pak."Alan mengerutkan dahi. Kenapa ia tidak tahu? "Sakit apa?"Bude Yun meng
Masih teringat jelas bagaimana perlakuan Natasha malam itu kepada Salsabila. Bagaimana wanita itu memperlakukannya hanya karena dirinya menjadi istri dari seorang Alan. Begitu sempurna kah seorang Alan sehingga diperebutkan seperti ini? Mereka semua tidak tahu saja bagaimana sifat dinginnya pria itu, mereka tidak tahu kalau dalam hati pria itu hanya ada satu nama, dan bukan nama mereka, melainkan nama seorang wanita bernama Meira. Kasihan."Tunggu saja wanita-wanita itu akan muncul," teriak Natasha keras menggema ke segala penjuru, mengundang tatapan-tatapan mata yang penasaran berbalik ke arah mereka.Setelah mengatakan kalimat itu Natasha menarik bagian dada dress yang dikenakan oleh Salsabila kemudian mendorongnya hingga terjatuh. Tidak cukup sampai di situ, dia lalu mengambil wine dari meja di sisinya kemudian menyiramkannya ke tubuh Salsabila. Semua berlangsung sangat cepat sampai tiba-tiba orang di sekitar membawanya pergi dan membantu Salsabila berdiri y
Setelah menambah satu jam tidurnya, Salsabila merasa kelaparan. Moodnya sudah lumayan membaik dan tubuhnya juga sudah merasa enakan. Karena perutnya yang sudah meronta-ronta untuk diisi, Salsabila berganti pakaian dan berniat untuk turun ke dapur mencari makanan. Tetapi sebelum itu, Salsabila ingin membasuh muka dan gosok gigi terlebih dahulu. Namun saat ia sedang membasuh wajah, di pantulan cermin toilet Salsabila baru menyadari kalau ia memiliki bekas goresan yang terlihat jelas di dadanya, cukup besar dan dalam. Mungkin dia mendapat luka itu dari goresan permata yang dikenakan oleh Natasha.Salsabila memilih mengabaikan luka itu dan kembali melanjutkan niatan awalnya, turun ke dapur mencari makanan untuk diisi ke perutnya. Di rumah ini Salsabila dan Alan tinggal bersama dua orang pembantu, satunya bertanggung jawab untuk membersihkan rumah dan satunya lagi bertanggung jawab masalah dapur, itu adalah bude Yun, wanita tua yang sudah lama ikut dengan keluarga Dirgantara,
Bagi Salsabila, lebih baik diperlakukan dengan dingin oleh Alan ketimbang sikap hangat yang penuh pura-pura ditujukan untuknya. Bukan karena ada kecenderungan masokis, hanya saja Salsabila tidak ingin punya harapan kosong terhadap pria itu. Sudah cukup tumpukan-tumpukan kosong yang diberikan oleh Alan padanya dahulu.Apa yang Salsabila kira madu manis dalam hubungannya ternyata tak pernah ada yang tulus dilakukan oleh pria itu untuknya. Hm … jadi apa yang sebenarnya Salsabila harus harapkan dari seorang pria bernama Alan?Bahkan setelah malam itu, malam yang Salsabila pikir akan menjadi tolak balik hubungannya dengan Alan, nyatanya malam itu adalah kesalahan dan akan menjadi mimpi buruknya yang tak bisa dilupakan seumur hidupnya. Salsabila ingat betul malam itu, umur pernikahan mereka masih satu tahun, tergolong masih pengantin baru. Saat itu Salsabila masih terhanyut dalam mimpi ketika sebuah ketukan keras di pintu kamar yang mengagetkannya. Ketukannya keras s
Alan tidak mengetahui alasan dibalik kenapa Meira memintanya menikah dengan wanita lain, bukannya meminta untuk dinikahi. Padahal Alan akan melakukan segala cara apa pun agar mereka bisa bersama, bahkan dia akan meninggalkan segalanya, bahkan bersedia melawan orang tuanya demi menikah dan hidup bersama dengan Meira. Tetapi wanita itu menolaknya dan malah memintanya menikahi wanita lain. Alan tidak habis pikir dengan Meira yang tidak masuk akal itu.Alan membawa tangan Meira ke dadanya. Sengaja membuat wanita itu merasakan debaran jantungnya. "Kamu bisa rasakan ini, Meira?" tanyanya. "Degup ini … masih milik kamu, Sayang. Sama sekali tidak bisa tergantikan sekalipun itu Salsabila ataupun wanita yang lainnya."Pelan-pelan Meira melepaskan genggaman tangan pria itu dan kembali membangun jarak dengan mundur beberapa langkah."Alan, kamu salah menafsir maksud aku." Meira menjilati bibir bawahnya sebelum berujar lagi. "Aku minta kamu menikah dengan wanita
Pukul 03.00 dini hari, Salsabila baru menyelesaikan pekerjaannya. Malam ini ia begitu susah untuk tertidur, oleh sebab itu ia menggunakan waktunya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum sempat ia selesaikan di kantor. Dan Salsabila tidak sadar kalau ia baru menyelesaikannya sedini hari ini.Untuk menyegarkan diri, Salsabila berinisiatif untuk meminum teh, mungkin menyeduh teh di malam hari bisa memberinya kesegaran dan bisa tidur dengan tenang dan nyenyak. Sebelum menuruni tangga, Salsabila sempat menoleh di mana letak kamar Alan berada. Apa pria itu sudah pulang? Salsabila sampai tidak menyadari kedatangan pria itu saking sibuknya dengan dunia kerjanya.Sejak perdebatan pagi itu, Salsabila tidak pernah melihat batang hidung suaminya itu. Tetapi Salsabila tidak ambil pusing, toh keadaan seperti ini sering terjadi. Bahkan tidak bertemu berhari-hari padahal mereka satu atap adalah hal yang lumrah terjadi. Memilih abai, Salsabila melanjutkan langkahnya
Salsabila begitu terkejut dengan perlakuan kasar Alan yang begitu tiba-tiba, bahkan kini pria itu menjambak rambutnya dengan kuat. Membuat Salsabila benar-benar tidak bisa melawan kekuatan laki-laki itu."Mas … ini sakit," rintih Salsabila semakin menjadi.Hingga kemudian, ketika air mata Salsabila terjatuh tepat mengenai tangan kanan Alan, pria itu dengan terkejut dan segera melepaskan cengkeraman tangannya di pipi Salsabila dan mundur dengan ekspresi yang benar-benar tak bisa terbaca. Sesaat ia sadar dengan apa yang telah dilakukannya, kesadarannya kini telah kembali. Dia mengumpat dan mengerjap beberapa kali sebelum membuka mata dan menatap Salsabila setengah sadar. "Sa," panggilnya, dengan rasa bersalah dan penyesalan yang besar.Salsabila bangun dan bergerak cepat, meraih cangkir di atas meja nakas dan menyiramkannya ke wajah Alan. Bahu wanita itu naik turun menahan isakan, cangkir terlepas begitu saja dari tangannya dan pecah di lan
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in