Baru saja aku merasakan pembelaan dari Mas Arman namun kali ini dia tidak ada di pihak ku lagi. Sakit yang baru kualami ketika mengalami keguguran tak, sebanding dengan rasa sakit ketika Mas Arman mempermalukan aku dengan cara seperti ini. “Maaf Bu, kali ini waktunya kurang Pas. Jadi, saya harap jika Ibu mau ambil pinjaman di Bank segera menghubungi kami kembali. “ Kemudian kedua orang itu meninggalkan kami bertiga yang masih meredam amarah. “ Apa...?” Ibu mau ambil uang pinjaman di bank untuk apa.” Mas Arman berbalik ke arah Ibu“ Untuk selingkuhan Ibu kan? Tidak usah bohong semua sudah jelas.” Aku berusaha berdiri menghadapi keduanya. Ku beranikan diri ini untuk tetap kuat dan tegar“Sinta...! Tutup mulutmu. Siapa yang selingkuh?” Tatapan Ibu ke arahku“ Tidak usah bohong Bu. Meskipun saat ini aku belum tahu semuanya. Tapi, Sinta yakin Salah satu diantara kedua lelaki tempo hari adalah selingkuhan Ibu.” “Apa-apaan ini. Sinta, sejak kapan kamu berani dengan Ibu?“ Mas Arman tetap
Secepat inikah Mas Arman mendapatkan penggantiku. Kali ini Tuhan menguji kesabaran ku lagi. Hati mana yang tak sakit, tak dapat pembelaan dari suami. Bahkan dengan cepat dirinya mendapatkan penggantiku. “Kenapa? Kaget. Jangan berpikir Mas Arman akan tergila-gila padamu dan akan bertahan denganmu.” Jari telunjuknya tepat mengenai dadaku. “ Aku yakin ini bukan mau dari Mas Arman. Ini pasti cuma, sandiwaramu saja," jawabku untuk meyakinkan dirinya“ Terserah, apa tanggapanmu. Kakak iparku yang pelit. Jadi mulai sekarang kamu tak bisa mengancamku lagi.” Diambilnya koper Mas Arman kemudian bergegas menuju mobil wanita tapi mirip pria itu. Diriku masih berdiri mematung menatap keduanya pergi. Ingin rasanya aku menghubungi Mas Arman menantikan jawabannya. Tapi, rasanya kurang pas jika saat ini aku menghubunginya. Kulihat Jam di gawaiku menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit. Masih ada waktu untuk menunaikan ibadah salat asar. Segera kumenuju dapur mengambil air wudu kemudian bersiap
POV GayatriSejak aku mengenal Ibu Arman yang bodoh itu dari si Tedi selingkuhannya entah kenapa wanita ini terlihat sangat mudah dibodohi. Dia ingin aku menikahi anaknya yang berstatus suami orang. Aku sih oke saja. Selagi Bunda cantik ini bisa menghasilkan uang untukku. zaman sekarang siap sih yang tidak mau uang. Apa lagi... hanya melakukan pekerjaan untuk membodohi wanita tua ini. Pagi ini kucoba datang ke rumah Ibunya Arman untuk membawakan sarapan pagi yang sudah ku pesan khusus. Tak lupa pula makanan untuk si Tante kutaruh sedikit bumbu mantra agar dirinya semakin terpikat padaku. “Assalamu’alaikum, Bunda cantik!" Sudah kebiasaan aku dengan Ibu Arman jika bertemu cipika cipiki dulu biar lebih akrab. “Wa’alaikumussalam, eh Gayatri. Makin cantik saja.” “Tadi, kebetulan lewat Bu! Jadi, sekalian saja aku mampir untuk bawakan ini ke Yayang Arman. “ Ku berikan makanan dalam sebuah kantong kresek berisi bumbu mantra. “ Oh, terima kasih sekali. Ayo mampir dulu cantik. Kita mak
Betapa sakitnya hati ini ketika Mas Arman lebih memilih untuk membela Wanita ondel- ondel itu dibandingkan aku istrinya. “ Mbak Nov, ayo kita pulang! Perasaanku semakin risih di sini.” Kutarik tangan Mbak Novita kemudian bergegas meninggalkan tempat itu. Mungkin kali ini mata Mas Arman sudah dibutakan oleh uang. Terlihat jelas wanita tadi menggunakan, rambut palsu untuk menutupi kepalanya agar terlihat mirip wanita tulen. Ingin secepatnya cerai dirinya. Namun, uangku belum dikembalikan akibat ulah Ibunya. “ Sin, kita mau ke mana? “ Mbak Novita bertanya padaku namun aku pura-pura tak mendengar“ Sin, jangan cepat- cepat jalannya! Aku tak kuat mengejar langkahmu.” Kali ini Mbak Novita semakin membesarkan suaranya namun lagi- lagi aku tak menghiraukannya. “ Auh...! Sakit. Sin, tolong aku!” Kakinya terkilir.” Mbak Novita tiba-tiba jatuh terperosok ke lubang jalan. Bagian lututnya mengeluarkan darah. Aku menoleh kemudian menolongnya untuk berdiri. Segera kumembawanya ke puskesmas t
“Jangan...Jangan kotori tanganmu untuk menyakiti mereka Yang.” Di gandengnya tangan Gayatri untuk keluar dari tempat ituMereka menuju jalan pulang. Sepanjang jalan mereka lebih memilih banyak diam. Tiba di persimpangan jalan, Arman yang menyetir mobil Gayatri segera berbelok menuju rumahnya. “Yang, jangan lupa bilang ke Ibu kamu! Aku boleh pinjam sertifikat rumahnya akan kugadaikan ke Bank. Gayatri janji akan mengembalikan secepatnya ditambah utang Ibu ke Sinta dua kali lipat juga akan ku bayarkan," bujuk Gayatri“Iya sayang, aku janji akan meminjamnya ke Ibu.” Dirangkul nya tangan Gayatri“Eh satu lagi Yang, kapan kamu ceraikan istri kamu yang sombong itu?“ “ Aku janji sayang secepatnya akan kuceraikan dia. Tapi...kamu harus bayar utang Ibu dulu.” “ Menurutku, ceraikan saja dulu dia. Biar kita bebas ke mana saja yang kita mau.” Bujuk Gayatri yang semakin menjadi. “Betul juga katamu! Oke sampai di rumah akan kubicarakan pada Ibu.” Mobil yang mereka naiki telah sampai di depan ru
“Yang, aku... aku pulang dulu ya. Masih banyak pekerjaan yang akan aku selesaikan!" Gayatri berdiri dan buru-buru ingin meninggal tempat itu. “ Oh iya, besok kita ke temuan lagi yang.” Arman memegang pergelangan tangan Gayatri. “ boleh Yang, tapi....tapi ada satu syarat.” Di palingkan wajahnya ke arah Arman. “Apa syaratnya Yang?" tanya Arman penasaran. “ Kamu jangan pernah memegang bagian wajahku, karena kita belum muhrim.” jawab Gayatri. “Loh, biasanya kan. Kita sering berpelukan aku juga kadang mencium kamu. Kenapa sekarang sudah berubah?" tanya Arman semakin heran. “ I-Iya setelah kupikir- pikir kita kan mau nikah. Gayatri tidak mau punya keturunan yang tidak baik. Jadi Gayatri ingin kita secepatnya merencanakan pernikahan demi menghindari zina, Yang.” Dilepasnya rangkulan Arman. “ Oke, jadi kapan aku datang melamar mu," tanya Arman dengan tak sabar. “ Nanti... nanti Gayatri berkabar ya.““Jangan lama- lama berpikir Yang. Ingat aku sudah sangat serius denganmu. Aku rela me
Kenapa kamu pindah rumah tak bilang ke aku dulu? Kamu menganggap aku selama ini Apa?” Arman berusaha meredam rindunya pada Gayatri karena tak ada kabar. “Bukan... Bukan itu maksud aku Yang! A-Aku, tidak mau merepotkan kamu.” “Aku kan calon suami kamu Gay, sudah seharusnya kamu merepotkan aku, ada apa dengan kamu sebenarnya?”tanya Arman. “ Tidak apa Mas, hanya aku ingin pindah rumah agar jarak rumah dan tempat kerjaku dekat," jawabnya asal. “ Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi, Yang? Mas kangen! “ “Maaf Mas, untuk seminggu ini jangan pernah hubungi Gayatri atau bertemu dengan Gayatri dulu. Karena, Gayatri lagi sibuk. Banyak yang harus Gayatri persiapkan untuk pernikahan kita nanti. ” “Masa tak punya waktu sedikit pun untukku Gay? Apa kamu tak mengerti dengan perasaanku?” Telepon terputus. Arman menghubungi nomor Gayatri kembali. Namun, nomornya sudah tidak aktif. Kemudian dihubungi nya lagi berkali-kali. Tapi, hasilnya masih sama nomornya tetap tidak aktif. “Gayatri....! Awa
“Sin, bagaimana kabarnya?” Sebuah pesan masuk dari Mas Heri di aplikasi hijau ponselku. “ Alhamdulillah, baik Mas," jawabku. “ Malam ini ada waktu? Kita, cari makan di luar yuk!“ ajak Mas Heri. “ Boleh! Tapi, aku ajak Mbak Novita Ya.”“Oke, jam berapa bisa kujemput?” tanya Heri kembali. “Jam Tujuh boleh,” Ketika malam tiba, Heri segera menjemput Sinta di rumah kontrakannya. Tak lupa Novita juga ikut. Sesampainya di tempat makan yang mereka datangi, segera memesan makanan. Beberapa saat kemudian Gayatri pacar Arman ada juga datang ke tempat itu. Kedatangannya ke situ bersama seorang lelaki sedang bergandengan tangan. Dari awal di pintu masuk secara tak sengaja Sinta lebih dahulu melihat kedatangannya.“ Mbak Nov, bukannya itu Si Wanita ondel- ondel?” tanyaku ke Mbak Novita. “ Iya Bu, itu dia si pengacau rumah tangga orang. Mengakunya, wanita tulen padahal berjakun," celoteh Mbak Novita. Setelah Gayatri duduk dengan pasangannya kami segera mendekatinya. Mas Heri yang ada di s