"Ini bonus buat mas Lutfhi." ucap Pak Arif memberikan uang hampir setengah milyar."Sekali lagi terima kasih Pak Arif atas bonus yang di berikan. Saya senang bisa berbisnis dengan Pak Arif." balas Lutfhi menjabat tangan Pak Arif.Tak hanya Lutfhi yang mengucapkan terima kasih pada pak Arif. Tapi seorang Tini juga turut mengucapkan banyak terima kasih pada pak Arif. Dia begitu bahagia dengan apa yang telah di lakukan oleh pak Arif pada Lutfhi. Bonus yang besar itu, semakin membuat Lutfhi kaya raya.Tak hanya bonus yang di dapat Lutfhi dari pak Arif saja. Tapi Lutfhi juga sudah di janjikan oleh seorang Riza sebuah bonus besar akan kesuksesan Lutfhi mendapatkan tanah untuk proyek perumahan miliknya tersebut. Lutfhi dan Tini yang sudah di tunggu di sebuah kafe oleh Riza. Siap datang menuju kafe yang telah di pesan oleh Riza.Tidak lagi menaiki motor atau angkutan umum. Untuk bertemu dengan Riza. Lutfhi sudah menggunakan sebuah mobil mewah yang dia beli hasil bonus yang dia dapatkan. Sehin
Lutfhi dan Tini terlihat melewati kediaman rumah Agung. Dengan tentengan paper bag berwarna coklat. Lutfhi dan Tini begitu bahagia membawa bungkusan berisi pakaian mahal yang mereka beli di salah satu toko ternama tersebut.Kedua pasangan suami istri itu berpapasan dengan Agung yang baru keluar dari gerbang rumahnya. Agung terlihat seperti ingin pergi bertemu dengan rekan bisnisnya. Dengan pakaian yang begitu rapi, serta sebatang rokok yang berada di tangan kanannya.Lutfhi yang sakit hati dengan ulah Agung yang melakukan santet terhadap dirinya. Memilih untuk tidak menyapa mantan bosnya tersebut. Begitu juga dengan Tini yang sering di hina oleh Agung saat dirinya belum memiliki apapun. Keduanya pun memperlihatkan wajah kebencian pada seorang Agung.Agung yang merasa tidak di hargai oleh Lutfhi dan Tini yang dahulu makan uang Agung untuk hidup sehari-hari. Langsung membuang ludahnya di belakang tubuh Lutfhi. Tak ketinggalan kalimat bernada sindiran diucapkan Agung pada Lutfhi. Hingga
"Tin... Tini... Tin... Ibu haus nak." Ujar Ibu Tini dengan suara lirihnya.Suara ibu Tini tersebut terdengar oleh anaknya yang lain. Dia pun langsung menghampiri ibu Tini untuk menanyakan apa yang di butuhkan oleh ibunya tersebut."Ibu butuh apa?" tanya anaknya dengan begitu panik."Tini mana.. Dia dimana?" tanya ibunya kembali.Anak ketiganya itu pun bingung. Sebab Tini sejak ibunya jatuh sakit, hingga sekarang. Belum juga datang untuk menjenguk ibunya sendiri. Padahal ibu Tini terkenal begitu sayang pada Tini. Akan sangat heran, jika Tini masih belum menjenguk ibunya tersebut. Mungkin itu yang membuat ibu Tini begitu sedih dengan kenyataan pahit yang harus di alaminya.Wajah ibunya sudah sangat kurus, mungkin itu faktor asupan makanan dari ibunya yang sudah mulai berkurang. Ketika sakit, memang ibunya sudah jarang makan. Sehingga tubuhnya kini mulai kurus kering. Itu yang menjadi kekhawatiran bagi anak-anaknya. Tapi tidak dengan Tini yang masih enggan menjenguk ibunya yang hampir se
Berbagai peralatan sudah di siapkan Lutfhi untuk memanggil genderuwo yang ada di dalam keris miliknya. Peralatan itu meliputi dupa, kembang 7 rupa dan pastinya beberapa jimat yang memang sudah di siapkan Lutfhi untuk melakukan santet pada seorang Agung.Kini Lutfhi tinggal mengambil keris yang menjadi tempat bersemayam genderuwo berbadan besar tersebut. Lutfhi sudah tidak sabar untuk melakukan santet pada seorang Agung. Mengingat Agung telah melakukan hal yang menurut Lutfhi tidak beretika pada dirinya.Di saat semua peralatan untuk menyantet Agung sudah tersedia. Lutfhi pun bersiap untuk melakukan santet yang pedih pada seorang Agung. Baginya ini akan jadi santet yang paling menyakitkan untuk Agung. Sama halnya ketika Lutfhi di santet oleh Agung. Lutfhi ingin Agung merasa apa yang Lutfhi rasakan saat itu.Lutfhi mulai membaca beberapa jimat yang memang harus di baca olehnya. Jimat-jimat yang Lutfhi baca adalah jimat untuk memanggil genderuwo peliharaan miliknya. Dengan bertemu langsu
Wajah Agung yang hitam, sempat menjadi pertanyaan banyak orang di kampungnya. Sebab kematian Agung di nilai janggal oleh orang-orang. Hanya wajah Agung yang berwajah hitam, sementara bagian badan Agung tidak menghitam seperti wajahnya. Ini yang menjadi pertanyaan banyak orang, termasuk orang-orang di kampung Agung.Tidak ada yang curiga pada Lutfhi dan istrinya yang telah menyantet Agung. Tapi Lutfhi dan Tini terlihat panik, ketika beberapa warga membicarakan kematian Agung. Hingga beberapa warga mulai curiga akan sikap aneh Lutfhi. Apalagi kini Lutfhi memiliki kehidupan yang jauh lebih mewah. Hingga banyak yang penasaran dengan kekayaan yang di miliki oleh Lutfhi tersebut. Lutfhi harus menjelaskan akan kekayaan yang di milikinya. Sebab kekayaan yang Lutfhi dapat begitu instan. Sehingga banyak warga yang penasaran dengan kekayaan yang Lutfhi dapat tersebut.Melihat gerak-gerik Lutfhi yang sedikit janggal, beberapa warga akhirnya mulai curiga akan kematian Agung yang di sebabkan oleh L
Angin berhembus dengan begitu kencangnya. Menerbangkan dedaunan yang ada di sekitar rumah. tetesan gerimis menari kesana-kemari mengikuti arah angin yang tak beraturan.Lutfhi nampak gelisah di atas kasurnya. Malam yang semakin larut, tapi Lutfhi tidak kunjung tertidur. Padahal kedua matanya terlihat begitu lelah. Namun otaknya tetap tidak merespon untuk tertidur. Sehingga sulit bagi Lutfhi untuk bisa tertidur seperti yang di harapkan olehnya.Lutfhi menggaruk kepalanya. Dia terlihat benar-benar frustasi di buat malam ini. Bagaimana tidak, dia terlihat tidak bisa tidur seperti yang di harapkan olehnya.Tini yang sudah terlelap tidur di samping kiri Lutfhi, akhirnya terbangun. Sebab Lutfhi yang tak kunjung tidur. Terus memainkan handphone miliknya. Apalagi Lutfhi menonton beberapa video di salah satu aplikasi. Jelas suara bising dari video itu semakin membuat Tini tidak dapat tertidur dengan nyaman. Dia pun akhirnya terbangun dari tidur pulasnya tersebut."Kenapa kamu tidak tidur?" tan
Hampir dua bulan di bangun, rumah baru Lutfhi dan Tini pun akhirnya telah usai. Rumah megah dengan bangunan tiga lantai itu, membuat iri para tetangga yang ada di sekitar rumah Lutfhi. Mereka begitu iri dengan rumah mewah yang di miliki oleh Lutfhi.Tini dan Lutfhi yang dua bulan tinggal di rumah kontrakan. Membawa hampir satu truk penuh barang-barang mewah yang mereka beli hasil dari bonus yang Lutfhi dapatkan dari penjualan tanah. Barang-barang mewah yang Tini dan Lutfhi miliki, kembali membuat tetangga di sekitar rumah mereka iri. Apalagi dengan lagak Lutfhi yang terlihat tengil, semakin membuat tetangga di sekitar rumah mereka semakin membenci sosok Lutfhi dan Tini yang sombong.Tidak ada warga yang membantu pindahan dari Lutfhi. Mereka tidak peduli dengan kesusahan yang di alami oleh Lutfhi ketika memindahkan barang-barang miliknya. Sampai seorang pemuda berniat menolong Lutfhi, tapi langsung di tolak oleh Lutfhi secara mentah-mentah. Lutfhi khawatir pemuda itu akan mencuri salah
Dengan langkah yang tertatih. Ibu Tini datang ke rumah Tini dengan berjalan kaki. Dia terlihat begitu lelah saat tiba di rumah Tini. Selama ini ibu Tini mengharapkan kedatangan Tini dan Lutfhi untuk menjenguk ibunya tersebut.Wajah tidak senang langsung di perlihatkan oleh Lutfhi dengan kedatangan dari ibunya. Keduanya terlihat kurang nyaman dengan kedatangan ibunya tersebut. Mereka pun begitu acuh saat ibunya mulai masuk ke rumah. Apalagi Lutfhi yang terlihat begitu benci melihat ibu mertuanya yang telah secara mentah-mentah menolak memberikan keris sakti itu pada dirinya. Lutfhi memilih masuk kedalam kamarnya, di banding harus mengobrol panjang lebar dengan ibu mertuanya tersebut.Tini yang juga kecewa pada ibunya. Dengan sangat terpaksa menemani ibu mertuanya itu untuk mengobrol di ruang tamu. Wajah Tini tetap tidak berubah, dia terlihat tetap kurang senang dengan kedatangan dari ibunya tersebut. Dengan kedua tangannya yang di lipat keatas perut, Tini menjawab pertanyaan dari ibuny
Sehari sebelum Sandi kembali ke sekolah. Lukas sudah menyempatkan diri untuk datang ke sekolah. Kedatangan dari Lukas tak lain adalah untuk membuat semua teman-teman Sandi tidak memojokkan seorang Sandi. Lukas mengatakan jika Sandi sangat berusaha untuk bisa keluar dari tekanan yang di hadapi olehnya saat ini.Lukas begitu berharap para guru serta seluruh siswa bisa menerima seorang Sandi sebagai teman mereka. Tidak mengingatkan Sandi akan ayahnya. Sehingga Sandi bisa sekolah dengan baiknya. Tidak akan ada tekanan yang besar untuk Sandi.Seluruh guru tentunya setuju dengan apa yang di minta oleh seorang Lukas. Begitu juga para murid yang siap menerima seorang Lukas apa adanya. Tidak ada yang akan mengingatkan seorang Sandi akan apa kesalahan dari ayahnya. Semuanya akan melupakan kesalahan yang telah di lakukan oleh ayahnya. Tidak akan ada orang yang menghina Sandi dengan apa yang di lakukan oleh Firman.Sandi yang awalnya ragu saat berada di depan gerbang sekolah. Langsung merasa sena
Baim mendatangi rumah adiknya, kedatangan dari seorang Baim tentunya untuk mengajak sang adik berdiskusi. Mungkin dengan berdiskusi dengan adiknya, tidak akan ada lagi kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi antara Baim dengan adiknya tersebut. Ini menjadi hal yang harus di lakukan oleh Baim. Dia tak bisa memutuskan semuanya sendiri, perlu pertimbangan dari adiknya dalam memutuskan apa yang akan dia ambil.Baim duduk di teras rumah adiknya. Salah seorang keponakan Baim yang bernama Mira mulai datang menghampiri Baim dengan wajah sumringah. Dia senang dengan kedatangan dari seorang Baim ke rumahnya. Mengingat Baim yang kerap memberikan seorang Mira hadiah.Baim pun menyempatkan diri untuk bermain bersama dengan Mira terlebih dahulu. Sebelum dia meminta Mira untuk memanggil ibunya menemui Baim. Mira pun langsung melaksanakan tugas yang di berikan oleh Baim pada dirinya. Dia segera masuk kedalam rumah, untuk memanggil ibunya yang sebenarnya sedang masak makan siang.Mira menarik tangan
Sandi menatap wajahnya dengan penuh rasa gembira. Dia terlihat begitu bahagia akan datang ke sekolah. Mungkin sudah cukup lama Sandi tidak datang ke sekolah. Hingga Sandi pun harus mengulang kembali pelajaran yang pernah dia pelajari.Sandi berharap keputusan dari dirinya untuk kembali ke sekolah akan menjadi keputusan yang baik. Sehingga Sandi tidak akan menyesali apa yang telah di ambil oleh dirinya. Dia akan menyukai keputusan untuk kembali ke sekolah. Tidak akan ada masalah atau apapun yang akan membuat dirinya merasa kurang nyaman dengan semuanya.Lukas menghampiri Sandi yang masih terus menatap wajahnya di depan cermin. Dia kembali meyakinkan Sandi untuk tetap yakin pada keputusan dari dirinya untuk kembali ke sekolah. Lukas meminta Sandi untuk menebalkan telinganya. Tidak ada yang harus Sandi takutkan, semuanya akan baik-baik saja untuk Sandi. Dia tidak harus khawatir dengan semua yang mungkin akan terjadi pada dirinya. Semua itu akan baik-baik saja seperti biasanya.Sandi sema
Lutfhi masih begitu merasakan rasa sesak yang teramat di lehernya. Cekikan Genderuwo itu benar-benar membuat dia kesulitan bernapas. Hingga Lutfhi berusaha untuk menetralisir kesulitan dari dirinya itu dengan menarik napas sepanjang mungkin. Sebelum membuangnya secara perlahan.Lutfhi benar-benar kesal dengan Genderuwo miliknya sendiri. Genderuwo yang haus akan tumbal itu, tak pernah bisa bersabar. Padahal Lutfhi sedang berusaha mencari cara agar bisa menumbalkan seorang Baim untuk Genderuwo tersebut. Namun Genderuwo itu terlalu tidak sabar. Sehingga dia terus meminta Lutfhi untuk segera melakukan apa yang dia minta.Lutfhi yang terus berusaha menjadikan Baim sebagai tumbal berikutnya. Tak pernah diam, dia terus berusaha. Namun Lutfhi belum menemukan momen yang tepat untuk membuat Baim menjadi salah satu tumbal yang akan Lutfhi persembahkan pada Genderuwo miliknya. Lutfhi masih cukup berusaha untuk membuat semuanya menjadi lebih baik lagi.Tini yang melihat Lutfhi kesal, menghampiri L
Mendengar ibu dari Baim masuk rumah sakit, Darwis pun langsung mengajak seluruh anggota keluarganya untuk datang menjenguk ibu Baim. Tentu kedatangan dari Darwis dan keluarganya adalah untuk memberikan dukungan penuh pada ibu Baim yang masih terbaring lemas di atas ranjang.Baim menyambut baik kedatangan dari keluarga Darwis itu. Dia sangat senang, akhirnya ada dari pihak keluarga Kinasih yang akhirnya datang menjenguk ibunya. Mengingat istrinya sendiri yang hingga kini belum datang untuk menemui ibu mertuanya tersebut."Senang rasanya bisa melihat Kak Darwis, Kak Ima serta Lukas datang menjenguk Ibu saya. Ini benar-benar luar biasa buat Saya." ujar Baim."Kami juga senang bisa datang menjenguk ke sini. Maafkan kami baru bisa datang menjenguk hari ini." balas Darwis.Darwis pun melihat kondisi dari ibu Baim yang masih begitu lemas. Dia terlihat begitu merasakan kesakitan yang teramat besar. Hingga Darwis pun merasa iba dengan apa yang di lihatnya. Darwis benar-benar merasakan kesediha
Satu koper uang hasil dari usaha bakso yang di miliki oleh Lutfhi, di setorkan pada sebuah bank ternama. Itu hanya satu dari keuntungan yang di hasilkan oleh Lutfhi. Dia masih banyak memiliki usaha lainnya yang memiliki omzet penjualan yang begitu tinggi. Sehingga mimpi Lutfhi menjadi salah seorang terkaya di desanya pun dengan begitu cepatnya tercapai.Beberapa orang pun melihat Lutfhi dengan tatapan yang penuh kekaguman. Mereka menganggap Lutfhi adalah seorang pengusaha yang benar-benar hebat. Dia memiliki banyak uang hasil dari usahanya tersebut. Tanpa mereka tahu, jika Lutfhi selama ini di bantu oleh sosok Genderuwo berbadan besar.Lutfhi semakin sesumbar saat banyak orang yang mulai mengajak ngobrol. Di luar bank, Anton yang merupakan seorang pensiunan karyawan pabrik gula. Meminta tips pada seorang Lutfhi dalam membuka usaha. Dia ingin uang pensiun yang di miliki oleh dirinya, di gunakan untuk membuat sebuah usaha. Mungkin Lutfhi bisa memberikan sedikit saran pada seorang Anton
Adik dari Baim terlihat terkejut saat menerima biaya tagihan rumah sakit yang harus di bayar oleh Baim. Ini terlihat seperti sebuah perampokan yang cukup besar. Biaya yang mahal harus di bayarkan oleh dirinya dalam pengobatan dari ibunya tersebut.Adik Baim itu memberikan kartu ATM dari suaminya untuk membayar sebagian biaya rumah sakit ibunya. Namun uang yang ada di kartu ATM suaminya hanya mampu membayar biaya perawatan itu 5 persen saja. Itu di bantu dengan sedikit tabungan yang di miliki oleh suaminya. Ini benar-benar jadi hari yang buruk bagi keluarga besar Baim.Adik Baim pun membawa kertas berupa biaya tagihan untuk ibundanya. Mungkin saja Baim memiliki uang untuk membayar biaya rumah sakit yang semakin hari, semakin membludak tersebut.Adik Baim berjalan menuju Baim yang tengah menyuapi ibunya dengan bubur. Dia terlihat begitu antusias saat menyuapi ibunya tersebut. Namun melihat ibunya yang sudah mulai kembali bersemangat. Adik Baim itu tidak langsung memberikan kertas tagiha
Itu menjadi sebuah hal mungkin berat bagi seorang Sandi. Bagaimana dia di hina dengan begitu buruknya oleh seorang Tini. Padahal Tini sendiri adalah bibi dari Sandi. Namun rasa benci seorang Tini terhadap Firman, telah membutakan rasa ibanya pada seorang Sandi. Hingga Tini dengan begitu kerasnya menghina Sandi.Sandi cukup tertekan dengan apa yang di lakukan oleh seorang Tini pada dirinya. Dia merasa Tini sangat buruk dalam memperlakukan dirinya. Padahal Sandi adalah keponakan dari Tini. Namun Tini justru malah membuat Sandi patah semangat lagi untuk sekolah.Sandi sedikit kesal pada seorang Tini. Bagaimana juga apa yang di katakan oleh Tini adalah sebuah antitesis dari apa yang selama ini Lukas lakukan. Tini membuat semangat seorang Sandi benar-benar turun. Padahal Lukas terus memompa semangat Lukas untuk terus mengebu-gebu dengan apa yang di lakukannya. Semua upaya yang di lakukan oleh Lukas adalah bagian dari apa yang Lukas sebut sebagai sebuah motivasi maju untuk Sandi."Aku pikir
Firman begitu tenang saat perawat mulai menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya. Firman pun terlihat makin bisa di kendalikan oleh perawat itu saat dia mulai berinteraksi dengan perawat itu. Apalagi perawat pria itu melayani seorang Firman dengan penuh ketulusan. Itu yang membuat seorang Firman terlihat begitu bahagia berada di dalam perawatan sang perawat.Angin entah dari mana tiba-tiba datang menghantam kaca jendela ruang perawatan Firman. Seketika angin itu mulai menerbangkan gorden yang ada di kamar perawatan seorang Firman. Hingga perawat itu sempat panik dengan gemuruh angin yang tiba-tiba datang begitu saja.Angin yang tiba-tiba datang menghantam seluruh ruangan perawatan dari Firman itu. Membawa juga sebuah bayangan hitam yang ketika di lihat dari dekat adalah sosok kuntilanak yang acap kali meneror seorang Firman. Kuntilanak dengan perawatan yang seram itu tersenyum pada seorang Firman. Memperlihatkan bagaimana giginya yang di penuhi dengan darah serta sedikit kotor