Baim berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan memegangi perutnya yang di tinju dengan kerasnya oleh seorang Lutfhi. Baim berjalan dengan rasa sakit yang teramat, hingga dia terlihat begitu tak bersemangat.Kinasih berpapasan dengan Baim tepat di ruang tamu rumahnya. Dia melihat Baim yang begitu kesakitan. Kinasih sempat khawatir dengan kondisi dari Baim yang terlihat begitu lemas. Itu yang membuat Kinasih langsung membantu Baim untuk duduk di atas sofa.Baim pun duduk sambil terus memegangi bagian perutnya. Wajah panik seorang Kinasih tak pernah hilang, dia terlihat tak percaya dengan apa yang di lihat akan suaminya tersebut. Kinasih benar-benar tidak pernah melihat Baim seperti saat ini. Melihat tubuh Baim yang terlihat lunglai."Kamu kenapa Sayang?" tanya Kinasih dengan wajah paniknya."Tadi Lutfhi menonjokku saat di proyek." jawab Baim dengan sedikit kesakitan."Kenapa bisa begitu?" tanya Kinasih kembali."Lutfhi tahu aku menjual semua barang yang ada di proyeknya. Lutfhi melihat se
Seorang miliarder tua memilih untuk pulang kampung halaman. Namanya adalah haji Sholeh. Sudah hampir 40 tahun dia menghabiskan waktunya untuk membuka usaha di kota. Di mana ini adalah kesempatan bagi haji Sholeh untuk bisa mengabdikan hidupnya pada kampung halamannya.Haji Sholeh terlihat begitu senang saat sopir pribadinya mulai membawa mobilnya menuju rumah yang baru di belinya. Haji Sholeh pun kembali mengingat setiap lokasi yang ada di kampung halamannya. Mungkin semuanya sudah tidak sama lagi, sudah jauh berbeda sejak 40 tahun yang lalu.Haji Sholeh pun menyempatkan diri untuk singgah di salah satu warung yang masih berdiri hingga saat ini. Haji Sholeh ingat betul, sebelum keberangkatan dirinya menuju kota. Dia sempat di berikan sebuah roti oleh pemilik warung tersebut. Hingga haji Sholeh tidak akan melupakan bagaimana baiknya pemilik warung itu memberikan dirinya bantuan.Kini warung yang sebagian di bangun dari kayu itu, sudah berganti pedagang. Bukan orang yang dahulu haji Sho
Dengan kondisi kamar yang begitu berantakan, Fajar dan tiga orang temannya asyik bermain game dengan layar televisi yang besar. Mereka begitu menikmati setiap permainan yang di sungguhkan oleh game tersebut. Fajar berulang kali merayakan kemenangan dari dirinya. Sementara teman-temannya pun tak kalah berisik ketika mereka merayakan kemenangan saat memenangkan pertandingan di game tersebut.Lutfhi yang masih kesal dengan seorang Baim. Tak tahan dengan suara berisik yang ada di kamar Fajar. Apalagi waktu semakin larut malam. Lutfhi pun meminta Fajar dan teman-temannya untuk segera tidur. Mungkin mereka harus bangun pagi untuk sekolah. Itu yang harus di lakukan oleh Fajar dan teman-temannya.Fajar tak menghiraukan kedatangan Lutfhi yang begitu marah terhadap dirinya. Dia menanggapi santai amarah dari ayahnya tersebut. Tak ada rasa takut sedikit pun dari seorang Fajar terhadap Lutfhi. Padahal Lutfhi sudah akan memukul seorang Fajar. Namun Fajar tetap santai dengan sikap Lutfhi yang begitu
Haji Sholeh terlihat begitu antusias saat dia akan berkunjung ke rumah seorang Darwis. Haji Sholeh ingat betul, ketika itu dia kerap membawa Darwis bermain bersama dengan paman Darwis yang sudah meninggal. Darwis kerap merepotkan haji Sholeh terdahulu. Hingga tak heran haji Sholeh ingat dengan momen tersebut."Kita hari ini mau kemana lagi Pak haji?" tanya sang sopir."Kita bakal ke rumah teman saya. Sudah lama saya tidak berkunjung ke rumah dia." jawab haji Sholeh.Perjalanan itu kembali membuka lembaran cerita antara haji Sholeh dengan teman dekatnya terdahulu. Dia ingat betul akan setiap momen yang terjadi. Di mana temannya yang bernama Ahyar itu kerap menghabiskan waktu bersama dengan haji Sholeh. Hingga Ahyar dan haji Sholeh sempat berjanji untuk membuat usaha bersama.Namun harapan keduanya harus pupus, saat Ahyar harus meninggal usai kecelakaan. Hingga rencana untuk membuat usaha bersama itu harus pupus begitu saja. Ahyar dan haji Sholeh pun harus berpisah selamanya.Momen pema
Kamis malam adalah waktu bagi Lutfhi dan Tini untuk kembali memandikan keris miliknya tersebut. Keris itu pun akan menjadi semakin kuat dengan ritual pemandian yang akan di lakukan oleh Lutfhi dan Tini. Mereka berdua pun sudah mempersiapkan beberapa hal yang akan di gunakan selama ritual tersebut. Salah satunya adalah dua ekor ayam hidup yang nantinya akan di gorok oleh Lutfhi untuk di hisap darahnya oleh Genderuwo tersebut.Ada juga beberapa butir telur ayam kampung yang sudah di beli oleh Lutfhi. Telur itu nantinya akan Lutfhi persembahkan sebagai persembahan terakhir untuk Genderuwonya.Begitu juga dengan beberapa dupa yang di bakar oleh Lutfhi. Dupa itu langsung menciptakan asap pekat yang membuat seisi ruangan di penuhi dengan asap. Suasana mistis di tempat itu semakin berasa. Suasana yang semakin membuat Lutfhi dan Tini begitu tegang.Lutfhi mulai membaca beberapa ajian yang di persembahkan untuk Genderuwonya. Mungkin ini akan menjadi ajian yang cukup baik untuk Lutfhi. Sehingga
Puluhan truk melintas jalanan di depan rumah Lutfhi. Truk-truk tersebut membawa berbagai bahan bangunan yang akan di gunakan oleh Lukas untuk membangun sekolah miliknya. Masih ada beberapa bagian yang harus di perbaiki lagi. Sehingga bangunan sekolah itu akan menjadi bangunan sekolah yang kokoh dan tahan lama.Banyaknya debu yang di hasilkan oleh truk-truk itu, sedikit mengganggu Lutfhi yang sedang asyik berada di dalam rumahnya. Lutfhi pun begitu kesal saat debu-debu itu masuk ke dalam rumah. Hingga Lutfhi mencoba menghentikan salah satu truk yang membawa material bahan bangunan tersebut."Kamu kalau bawa truk pelan-pelan dong. Lihat debunya masuk ke rumah saya." Gerutu Lutfhi dengan tegasnya."Maaf Pak. Nanti saya koordinasi sama teman saya yang lainnya." balas sopir truk tersebut."Memang semua bahan bangunan ini punya siapa?" tanya Lutfhi."Ini semua punya Pak Darwis pak. Dia lagi membangun sekolah di ujung kampung itu." jawab sopir tersebut.Lutfhi terhentak dengan Darwis yang bi
Lelah membantu beberapa pekerja yang harus merapikan semua bahan material yang baru di belinya. Lukas kini harus menumpang sebuah angkutan yang membawa dirinya menuju rumah Firman.Ketika adzan maghrib berkumandang, Lukas memilih untuk menepi sejenak. Dia ingin menunaikan shalat magrib terlebih dahulu. Mungkin itu lebih baik, daripada Lukas harus menggabungkan shalat magrib dan Isya secara bersamaan.Lukas masuk ke dalam sebuah masjid yang berada tepat di jalan raya. Dia terlihat begitu antusias saat kumandang adzan dia bisa dengar. Ini adalah sebuah pengalaman yang baik bagi seorang Lukas. Hingga dia tak ingin melewatkan waktu shalat tersebut.Kumandang adzan magrib usai. Kini Lukas melaksanakan sebuah ibadah sunah yang tentunya memiliki banyak pahala. Shalat sunah masjid menjadi ibadah lainnya yang di lakukan oleh Lukas. Dia terlihat begitu khusyuk melakukan ibadah shalat tersebut. Hingga Lukas sangat menikmati shalat tersebut.Shalat sunah yang berjumlah 2 raka'at tersebut usai di
Untuk membunuh rasa penasaran dari seorang Lutfhi. Tini dan Lutfhi pun menyempatkan diri untuk datang ke proyek pembangunan sekolah dari Lukas. Keduanya begitu antusias untuk tahu donatur dari pembangunan sekolah tersebut. Mengingat Lukas belanja bahan bangunan dengan begitu banyaknya. Tidak mungkin semua itu hanya mengandalkan uang dari Darwis semata.Tini dan Lutfhi langsung bertemu dengan sosok haji Sholeh yang terlihat begitu antusias melihat kedatangan keduanya. Mereka pernah bertemu, saat Lutfhi menjadi salah satu pekerja di pabrik milik haji Sholeh. Kenangan itu membawa luka lama bagi seorang Lutfhi. Dia pernah di keluarkan dari pabrik haji, sebab dia ketahuan mencuri salah satu bahan di pabrik tersebut. Sontak Lutfhi pun harus di keluarkan oleh haji Sholeh.Ada sedikit rasa canggung dari seorang Lutfhi untuk kembali bertemu dengan haji Sholeh. Saat itu Lutfhi masih di maafkan oleh haji Sholeh, sebab Darwis meminta keringanan pada seorang haji Sholeh. Oleh sebab itu kasus pencu
Sehari sebelum Sandi kembali ke sekolah. Lukas sudah menyempatkan diri untuk datang ke sekolah. Kedatangan dari Lukas tak lain adalah untuk membuat semua teman-teman Sandi tidak memojokkan seorang Sandi. Lukas mengatakan jika Sandi sangat berusaha untuk bisa keluar dari tekanan yang di hadapi olehnya saat ini.Lukas begitu berharap para guru serta seluruh siswa bisa menerima seorang Sandi sebagai teman mereka. Tidak mengingatkan Sandi akan ayahnya. Sehingga Sandi bisa sekolah dengan baiknya. Tidak akan ada tekanan yang besar untuk Sandi.Seluruh guru tentunya setuju dengan apa yang di minta oleh seorang Lukas. Begitu juga para murid yang siap menerima seorang Lukas apa adanya. Tidak ada yang akan mengingatkan seorang Sandi akan apa kesalahan dari ayahnya. Semuanya akan melupakan kesalahan yang telah di lakukan oleh ayahnya. Tidak akan ada orang yang menghina Sandi dengan apa yang di lakukan oleh Firman.Sandi yang awalnya ragu saat berada di depan gerbang sekolah. Langsung merasa sena
Baim mendatangi rumah adiknya, kedatangan dari seorang Baim tentunya untuk mengajak sang adik berdiskusi. Mungkin dengan berdiskusi dengan adiknya, tidak akan ada lagi kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi antara Baim dengan adiknya tersebut. Ini menjadi hal yang harus di lakukan oleh Baim. Dia tak bisa memutuskan semuanya sendiri, perlu pertimbangan dari adiknya dalam memutuskan apa yang akan dia ambil.Baim duduk di teras rumah adiknya. Salah seorang keponakan Baim yang bernama Mira mulai datang menghampiri Baim dengan wajah sumringah. Dia senang dengan kedatangan dari seorang Baim ke rumahnya. Mengingat Baim yang kerap memberikan seorang Mira hadiah.Baim pun menyempatkan diri untuk bermain bersama dengan Mira terlebih dahulu. Sebelum dia meminta Mira untuk memanggil ibunya menemui Baim. Mira pun langsung melaksanakan tugas yang di berikan oleh Baim pada dirinya. Dia segera masuk kedalam rumah, untuk memanggil ibunya yang sebenarnya sedang masak makan siang.Mira menarik tangan
Sandi menatap wajahnya dengan penuh rasa gembira. Dia terlihat begitu bahagia akan datang ke sekolah. Mungkin sudah cukup lama Sandi tidak datang ke sekolah. Hingga Sandi pun harus mengulang kembali pelajaran yang pernah dia pelajari.Sandi berharap keputusan dari dirinya untuk kembali ke sekolah akan menjadi keputusan yang baik. Sehingga Sandi tidak akan menyesali apa yang telah di ambil oleh dirinya. Dia akan menyukai keputusan untuk kembali ke sekolah. Tidak akan ada masalah atau apapun yang akan membuat dirinya merasa kurang nyaman dengan semuanya.Lukas menghampiri Sandi yang masih terus menatap wajahnya di depan cermin. Dia kembali meyakinkan Sandi untuk tetap yakin pada keputusan dari dirinya untuk kembali ke sekolah. Lukas meminta Sandi untuk menebalkan telinganya. Tidak ada yang harus Sandi takutkan, semuanya akan baik-baik saja untuk Sandi. Dia tidak harus khawatir dengan semua yang mungkin akan terjadi pada dirinya. Semua itu akan baik-baik saja seperti biasanya.Sandi sema
Lutfhi masih begitu merasakan rasa sesak yang teramat di lehernya. Cekikan Genderuwo itu benar-benar membuat dia kesulitan bernapas. Hingga Lutfhi berusaha untuk menetralisir kesulitan dari dirinya itu dengan menarik napas sepanjang mungkin. Sebelum membuangnya secara perlahan.Lutfhi benar-benar kesal dengan Genderuwo miliknya sendiri. Genderuwo yang haus akan tumbal itu, tak pernah bisa bersabar. Padahal Lutfhi sedang berusaha mencari cara agar bisa menumbalkan seorang Baim untuk Genderuwo tersebut. Namun Genderuwo itu terlalu tidak sabar. Sehingga dia terus meminta Lutfhi untuk segera melakukan apa yang dia minta.Lutfhi yang terus berusaha menjadikan Baim sebagai tumbal berikutnya. Tak pernah diam, dia terus berusaha. Namun Lutfhi belum menemukan momen yang tepat untuk membuat Baim menjadi salah satu tumbal yang akan Lutfhi persembahkan pada Genderuwo miliknya. Lutfhi masih cukup berusaha untuk membuat semuanya menjadi lebih baik lagi.Tini yang melihat Lutfhi kesal, menghampiri L
Mendengar ibu dari Baim masuk rumah sakit, Darwis pun langsung mengajak seluruh anggota keluarganya untuk datang menjenguk ibu Baim. Tentu kedatangan dari Darwis dan keluarganya adalah untuk memberikan dukungan penuh pada ibu Baim yang masih terbaring lemas di atas ranjang.Baim menyambut baik kedatangan dari keluarga Darwis itu. Dia sangat senang, akhirnya ada dari pihak keluarga Kinasih yang akhirnya datang menjenguk ibunya. Mengingat istrinya sendiri yang hingga kini belum datang untuk menemui ibu mertuanya tersebut."Senang rasanya bisa melihat Kak Darwis, Kak Ima serta Lukas datang menjenguk Ibu saya. Ini benar-benar luar biasa buat Saya." ujar Baim."Kami juga senang bisa datang menjenguk ke sini. Maafkan kami baru bisa datang menjenguk hari ini." balas Darwis.Darwis pun melihat kondisi dari ibu Baim yang masih begitu lemas. Dia terlihat begitu merasakan kesakitan yang teramat besar. Hingga Darwis pun merasa iba dengan apa yang di lihatnya. Darwis benar-benar merasakan kesediha
Satu koper uang hasil dari usaha bakso yang di miliki oleh Lutfhi, di setorkan pada sebuah bank ternama. Itu hanya satu dari keuntungan yang di hasilkan oleh Lutfhi. Dia masih banyak memiliki usaha lainnya yang memiliki omzet penjualan yang begitu tinggi. Sehingga mimpi Lutfhi menjadi salah seorang terkaya di desanya pun dengan begitu cepatnya tercapai.Beberapa orang pun melihat Lutfhi dengan tatapan yang penuh kekaguman. Mereka menganggap Lutfhi adalah seorang pengusaha yang benar-benar hebat. Dia memiliki banyak uang hasil dari usahanya tersebut. Tanpa mereka tahu, jika Lutfhi selama ini di bantu oleh sosok Genderuwo berbadan besar.Lutfhi semakin sesumbar saat banyak orang yang mulai mengajak ngobrol. Di luar bank, Anton yang merupakan seorang pensiunan karyawan pabrik gula. Meminta tips pada seorang Lutfhi dalam membuka usaha. Dia ingin uang pensiun yang di miliki oleh dirinya, di gunakan untuk membuat sebuah usaha. Mungkin Lutfhi bisa memberikan sedikit saran pada seorang Anton
Adik dari Baim terlihat terkejut saat menerima biaya tagihan rumah sakit yang harus di bayar oleh Baim. Ini terlihat seperti sebuah perampokan yang cukup besar. Biaya yang mahal harus di bayarkan oleh dirinya dalam pengobatan dari ibunya tersebut.Adik Baim itu memberikan kartu ATM dari suaminya untuk membayar sebagian biaya rumah sakit ibunya. Namun uang yang ada di kartu ATM suaminya hanya mampu membayar biaya perawatan itu 5 persen saja. Itu di bantu dengan sedikit tabungan yang di miliki oleh suaminya. Ini benar-benar jadi hari yang buruk bagi keluarga besar Baim.Adik Baim pun membawa kertas berupa biaya tagihan untuk ibundanya. Mungkin saja Baim memiliki uang untuk membayar biaya rumah sakit yang semakin hari, semakin membludak tersebut.Adik Baim berjalan menuju Baim yang tengah menyuapi ibunya dengan bubur. Dia terlihat begitu antusias saat menyuapi ibunya tersebut. Namun melihat ibunya yang sudah mulai kembali bersemangat. Adik Baim itu tidak langsung memberikan kertas tagiha
Itu menjadi sebuah hal mungkin berat bagi seorang Sandi. Bagaimana dia di hina dengan begitu buruknya oleh seorang Tini. Padahal Tini sendiri adalah bibi dari Sandi. Namun rasa benci seorang Tini terhadap Firman, telah membutakan rasa ibanya pada seorang Sandi. Hingga Tini dengan begitu kerasnya menghina Sandi.Sandi cukup tertekan dengan apa yang di lakukan oleh seorang Tini pada dirinya. Dia merasa Tini sangat buruk dalam memperlakukan dirinya. Padahal Sandi adalah keponakan dari Tini. Namun Tini justru malah membuat Sandi patah semangat lagi untuk sekolah.Sandi sedikit kesal pada seorang Tini. Bagaimana juga apa yang di katakan oleh Tini adalah sebuah antitesis dari apa yang selama ini Lukas lakukan. Tini membuat semangat seorang Sandi benar-benar turun. Padahal Lukas terus memompa semangat Lukas untuk terus mengebu-gebu dengan apa yang di lakukannya. Semua upaya yang di lakukan oleh Lukas adalah bagian dari apa yang Lukas sebut sebagai sebuah motivasi maju untuk Sandi."Aku pikir
Firman begitu tenang saat perawat mulai menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya. Firman pun terlihat makin bisa di kendalikan oleh perawat itu saat dia mulai berinteraksi dengan perawat itu. Apalagi perawat pria itu melayani seorang Firman dengan penuh ketulusan. Itu yang membuat seorang Firman terlihat begitu bahagia berada di dalam perawatan sang perawat.Angin entah dari mana tiba-tiba datang menghantam kaca jendela ruang perawatan Firman. Seketika angin itu mulai menerbangkan gorden yang ada di kamar perawatan seorang Firman. Hingga perawat itu sempat panik dengan gemuruh angin yang tiba-tiba datang begitu saja.Angin yang tiba-tiba datang menghantam seluruh ruangan perawatan dari Firman itu. Membawa juga sebuah bayangan hitam yang ketika di lihat dari dekat adalah sosok kuntilanak yang acap kali meneror seorang Firman. Kuntilanak dengan perawatan yang seram itu tersenyum pada seorang Firman. Memperlihatkan bagaimana giginya yang di penuhi dengan darah serta sedikit kotor