Keesokan harinya, Rong Guo bangun dengan tubuh yang segar luar biasa, seakan-akan sebuah energi baru telah mengalir melalui dirinya. “Kondisi tubuhku terasa jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan jauh lebih baik daripada ketika aku selesai menerima inti mutiara dari senior Mo Shilin!”Sepanjang hari itu, wajah Rong Guo berseri-seri. Dia menjalani semua pekerjaan di dapur Sekte Wudang dengan hati yang gembira, tanpa beban sedikit pun. Meskipun tangannya sibuk pemasukan kayu bakar di perapian pikirannya berkeliaran membayangkan nikmatnya menjadi Kultivator.“Meskipun aku menerima inti mutiara dari senior Mo Shilin, namun proses pencucian tulang dan pembersihan otot belum terjadi. Baru tadi malam, ketika berkultivasi di tikar kosmis, semuanya menjadi nyata!”Rong Guo bersiul-siul sepanjang hari. Rasanya lega telah menjadi seorang kultivator yang sesungguhnya.Memang pengalaman yang alami bagi seseorang saat pertama kali dapat merasakan aliran udara di dunia nyata, dan mengumpulkann
Seminggu telah berlalu sejak permulaan bulan, dan Rong Guo terus mengamati pembagian sumber daya yang dilakukan oleh ketiga jenius, yang dianggap sebagai tingkatan tertinggi di antara semua murid. Meskipun demikian, ia tak henti-hentinya berlatih.Tikar kosmis dan sinar bulan malam yang seharusnya menjadi teman setianya dalam berkultivasi secara sembunyi-sembunyi, belakangan ini sukar untuk dia lakukan. Sekte Wudang saat ini begitu ramai dan sibuk. Di mana-mana, selalu ada murid yang berpatroli, mereka menjaga keamanan Gunung Wudang menjelang acara penerimaan murid di pelataran luar. Bahkan pada tempat sepi, tempat dimana Rong Guo biasa berlatih, kini sering dijumpai petugas Sekte.Penerimaan murid baru selalu menjadi momen penting bagi perkembangan sebuah sekte dalam memupuk kekuatan. Kekhawatiran tentang kemungkinan penyusupan ke dalam sekte, terutama oleh kelompok dari aliran hitam, adalah kejadian yang sering terjadi. Perekrutan murid baru di aliran putih sering menjadi sorotan ba
Saat Rong Guo melangkah maju dengan penuh keyakinan, suara berisik yang mirip dengan dengungan sayap lebah seketika terdengar memenuhi atmosfer disana, menciptakan suasana yang tegang dan tanda tanya.Namun, ternyata ini bukanlah suara dengungan yang biasanya dihasilkan oleh lebah yang sedang terbang mengepak sayap. Ini adalah suara yang ditimbulkan oleh bisikan-bisikan halus yang terjadi di sekitar lokasi penerimaan murid baru itu. Bisikan-bisikan tersebut ternyata berasal dari murid-murid Sekte Wudang sendiri, yang saat itu ikut menonton dan menyaksikan keramaian dengan penuh antusiasme."Apakah Rong Guo masih berkeinginan untuk mengikuti ujian masuk dan menjadi murid di pelataran luar?" tanya seorang murid dengan nada ragu, "Apakah dia tidak mempertimbangkan kemampuannya?""Anak itu memang tidak pernah menyerah. Aku selalu kagum dengan orang-orang yang gigih dan penuh semangat seperti dia. Namun, dalam hal Rong Guo... hmm, aku tidak bisa berkomentar banyak. Dia mungkin akan merasak
Di tengah lapangan yang luas milik Sekte Wudang, suasana hening yang mendalam menyebar, saat semua murid yang ada di sana dilanda keterkejutan. Rasa kaget ini menyebar cepat diantara murid baru, juga para senior yang telah lama berada di sekte ini, semuanya terhanyut dalam rasa terkejut yang sama.Bahkan, suara gemerisik dahan-dahan pohon mulberry yang berdiri kokoh dan gagah, ketika angin berhembus, seolah-olah hilang dalam keheningan. Semua orang terpaku oleh penampilan mengejutkan dari Rong Guo.Meski dia hanya menghasilkan sebelas poin di Energy Meter, namun itu berarti dia telah berhasil melewati batas standar sepuluh poin yang ditentukan.“Rong Guo lulus?”Di antara murid-murid sekte Wudang, percakapan yang berapi-api mulai bermunculan."Apakah benar bahwa Rong Guo tidak memiliki inti mutiara yang berharga? Bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki inti mutiara mampu menghasilkan kerusakan yang mencapai angka sebelas poin?" kata seorang murid yang menonton dari Hutan Mullb
Siang hari itu terjadi keramaian di puncak gunung Wudang. Seorang anak laki laki tampak berdiri di atas podium sekte itu, dia terlihat kikuk dikerumini banyak anak lainnya. Anak itu adalah Rong Guo, yang diminta untuk memberika penjelasana dari mana dia bisa mengolah energi Hawa Murni.Rong Guo mulai memberikan klarifikasi, diikuti pandangan mencemooh kerumunan anak-anak baru.“Dengan ini, aku menegaskan bahwa tidak pernah menggunakan taktik licik atau berlaku curang dalam tindakanku di uji coba Energy meter.” Rong Gu berhenti dan menghela nafas. Dia berusaha meredam detak jantungnya.Meski-un suaranya berbicara tidak menggunakan hawa murni, namun karena keadaan saat itu begitu hening, maka setiap kata yang diucapkannya terdengar jelas dan langsung dipahami oleh para pendengarnya.Rong Guo melanjutkan… “Pada hari itu, saat aku sedang melakukan perjalanan mencari sumber daya di tengah Hutan Pinus Awan, tanpa sengaja menemukan sebuah pohon yang sangat aneh. Pohon tersebut memiliki daun
Pada malam yang sunyi, di sebuah gubuk terpencil yang berada jauh dari kerumunan perumahan di Sekte Wudang, tampak Rong Guo sedang melakukan persiapan untuk melakukan kultivasi. Dia membuka pintu kayu yang sudah lapuk, pikirannya tampak melayang-layang dalam keheningan."Sudah beberapa hari ini, kultivasiku di bawah sinar Rembulan terpaksa harus terhenti, akibat pengawasan yang begitu ketat di setiap sudut sekte. Namun, sepertinya malam ini adalah malam yang sempurna untuk menyerap energi dingin dari Rembulan!" ucap Rong Guo dengan semangat yang mulai membara.Secara keseluruhan, raut wajah dan gerakan Rong Guo mencerminkan isi hatinya yang penuh kegembiraan.Karena, meskipun pada saat itu bulan berada dalam fase bulan mati, yang tampak hanya kegelapan yang menyelimuti cakrawala, namun hal ini tidak menghalangi keinginannya untuk melakukan kultivasi.Sambil memegang dua buah pil di kantong, perasaan hangat menjala di dadanya. "Pil Qi dan Pil darah yang baru saja dibagi sebagai hadiah
Perhitungan jam berdasarkan jam Chen Shi dalam sistem waktu Shichen, yang berarti saat sekarang adalah antara pukul 07.00 hingga 09.00 pagi, pada waktu itu Matahari telah naik dan berada di langit. Cahaya yang terang terpncar ke Hutan Bambu menimbulkan pesona.Di sebuah gubuk yang terlihat reyot dan rampuh, cahaya Mentari tampak menembus celah-celah jendela yang dilapisi kertas tua yang telah sobek di beberapa tempat. Sinar terang yang masuk itu membuat mata Zhao Lei terpapar cahaya menyilaukan, membuatnya menyipitkan mata."Di mana aku berada?" desis Zhao Lei dalam hati. Ia baru saja tersadar dari pingsan dan berusaha untuk bangkit dengan segera.Namun, ketika dia baru saja bergerak tiba-tiba rasa sakit yang luar biasa muncul, menyerang bagian dada."Aduh!" jeritnya.Rasa sakit itu begitu pedih, hingga membuat air mata jatuh dari pelupuk matanya."Apa yang terjadi padaku? Apakah tulang dadaku patah?" pikir Zhao Lei dalam kepanikan.Kemudian, ia mulai mengingat. Di tengah malam, sebel
Di depan Perpustakaan Sekte Wudang, di antara semilir angin yang membawa harum bau tanah basah dan daun-daun pinus dari hutan, hampir saja terjadi insiden antara empat anak orang kaya yang sombong melawan Rong Guo.Setelah Ouyang Jun mengeluarkan kata-kata hinaan, dia langsung berjalan melewati Rong Guo dan Xiao Ning dengan cepat. Dia menutup hidungnya dengan jepitan dua jarinya, seolah-olah ada bangkai tikus di sekitarnya. Di belakangnya, tiga anak lainnya ikut bersama-sama dengannya. Mereka juga adalah anak-anak orang kaya dari Kota Tanshan dan desa di sekitar Gunung Wudang."Anak ini sungguh bau!" kata Chao Sui dengan keras. Ayah anak ini adalah seorang juragan gandum di desa sekitar kaki Gunung Wudang. Suaranya terdengar meremehkan."Bahan bajunya sudah demikian lapuk. Aku tak heran kalau itu tercium apak!" jawab yang lain.Gerombolan itu lalu menyambar Rong Guo dari jalan di Koridor sekte, sehingga dia hampir saja jatuh.Melihat kekasaran, juga saat mendengar kata-kata yang penuh
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!
Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s