Rong Guo terbangun. Matanya berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan pekat di sekitarnya. Lingkungan yang asing menyelimuti dirinya, menimbulkan perasaan heran dan kebingungan yang menghantui hatinya.Bau busuk yang menyengat bercampur dengan udara pengap membuat napasnya terasa sesak. Ketika matanya terbuka, yang tampak hanya bayangan gelap di sekelilingnya."Tempat apa ini?" pikirnya, mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar. "Berapa lama aku tak sadarkan diri? Mengapa semua tenagaku seolah-olah menghilang?" Hatinya dipenuhi kegelisahan.Dalam kepanikan, Rong Guo segera duduk bersila dalam posisi lotus dan mulai melakukan pemeriksaan internal.Sebagai seorang kultivator, langkah pertama setelah tersadar adalah memeriksa aliran energi Qi di dantian dan memastikan kondisi inti mutiaranya. Dalam hati, ia berharap semuanya masih dalam keadaan baik. “Semoga tidak terjadi sesuatu yang merugikanku,” batinnya.Namun, saat pemeriksaan berlangsung, Rong Guo
Kaisar tampak begitu agung namun terkesan jahat, saat duduk di singgasana. Jubah kuningnya yang mencolok menambah aura dominasi yang mengelilinginya. Sulaman naga dengan cakarnya terlihat mencolok, menghiasi seluruh permukaan jubahnya dan berpadu sempurna dengan mahkota berkilau yang ia kenakan di kepalanya.Di belakang kaisar, terpasang papan kaligrafi besar yang indah, bertuliskan “Kekaisaran Qi Tu Dalu,” membuat Rong Guo terdiam dan berusaha memahami situasi yang aneh ini.Namun, saat ia fokus mengamati wajah kaisar yang tampak bijaksana tersebut, Rong Guo tertegun. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Wajah kaisar ini sangat mirip Zhang Long Yin!” pikirnya dalam hati, mengenang sosok Pemimpin Sekte Wudang di Kekaisaran Qingchang yang berasal dari Benua Longhai.Rong Guo berusaha menekan semua rasa kaget yang menguasai dirinya. Ia melanjutkan pemindaian terhadap ruangan itu dengan penuh perhatian.Di samping kaisar, seorang perempuan duduk dengan anggun, namun wajahnya ter
Dalam dunia dimensi lain yang dikenal sebagai Qi Tu Dalu, sebuah arena bulat memancarkan atmosfer yang memukau. Tribun penonton terlihat memenuhi kursi-kursi yang disusun meninggi, menciptakan suasana yang megah dan menggairahkan.Di siang hari yang cerah itu, arena tersebut dipenuhi oleh sekitar dua puluh lima ribu orang penonton yang bersemangat. Suara hiruk-pikuk menggema, bersamaan dengan teriakan-teriakan sorakan yang memuji seorang petarung terkenal bernama Zhu Hun.“Zhu Hun! Zhu Hun!”“Ayo habisi Zhan Fengxie, manusia lemah itu!” teriak seorang penonton dengan berapi-api.“Jangan kecewakan kami, Zhu Hun! Ingat... kami sudah menaruh banyak taruhan di meja judi, untuk kemenanganmu!” suara lainnya bersahutan.Teriakan serta sorakan yang menggugah semangat itu resonan di seluruh arena, menandakan ketegangan menjelang duel.Dari balik kerangkeng, Rong Guo mengamati keramaian tersebut dengan penuh perhatian.“Bagaimana aku bisa menang dalam duel ini jika energi Qi-ku diblokir?” pikir
Dalam situasi mendesak yang sarat ketegangan, Rong Guo dengan penuh harap berulang kali membisikkan kata-kata lembut kepada Kalung Bintang Abadi yang melayang-layang di dalam dantiannya.“Ayo bangkit, Bintang Abadi. Aku tahu energimu hampir habis, setelah semua kekuatanmu yang kuserap beberapa waktu lalu,” bisik Rong Guo, berusaha menumpukan seluruh fokusnya. “Namun, sebagai artefak kuno, aku yakin kamu masih menyembunyikan kekuatan yang luar biasa. Pastilah kamu memiliki cadangan energi yang tersembunyi... Bangkitlah, Bintang Abadi!”Suara Rong Guo terdengar lembut, seolah ia sedang merayu seorang anak kecil yang pernah dekat dengannya, berharap bisa membangkitkan semangat artefak legendaris itu.Sementara itu, di latar belakang, suara gemuruh menggema dengan intens. Semua penonton di arena berteriak keras, menyerukan semangat untuk Zhu Hun, sang ahli tombak yang ditakuti.“Bunuh dia! Hancurkan pecundang itu!” teriak salah seorang penonton, sorakannya disambut oleh ribuan suara lainn
BYUR!Sebuah ember berisi air dingin tercurah di atas kepala Rong Guo, mengejutkannya dari keadaan pingsan. Dengan cepat, ia terbangun, namun kepalanya masih terasa pening dan tubuhnya lemas, seperti seseorang yang kehabisan tenaga.Dalam kebingungan, ia mengerutkan kening dan berusaha membuka matanya lebar-lebar agar bisa sadar sepenuhnya.“Apa yang terjadi?” pikirnya, melirik ke kanan dan ke kiri.Ia melihat ruangan batu yang kumuh dan gelap, tempat di mana ia terkurung di dalam penjara yang dingin.Tangan dan kakinya terikat rantai yang berat, membuatnya harus berdiri di tengah ruangan dengan tangan terangkat karena beban tersebut. Rasa lelah akibat pertarungan melelahkan di arena masih membebani tubuhnya. Dalam duel sebelumnya, usahanya untuk mengeksekusi Istana Pedang benar-benar menguras seluruh energinya.Tiba-tiba, “Plok – plok – plok!”Suara tepuk tangan menggema di telinganya, diikuti oleh langkah kaki pelan yang mendekat dari arah belakang. Rong Guo merasakan ketegangan men
Yang namanya Cermin Shikong Jing Jing adalah sebuah benda artefak kuno, sebuah warisan yang ditinggalkan oleh seorang suci dari era yang lampau.Seperti yang kita ketahui, ketika seorang ahli mencapai tingkat kultivasi tertinggi—dikenal sebagai Yongheng atau Abadi—suatu saat nanti mereka akan meninggalkan dunia ini untuk menjelajahi dimensi yang lebih tinggi, atau nirwana.Hal ini terjadi karena tubuh fisik mereka sudah tidak lagi sejalan dengan keberadaan dunia fana yang mereka huni. Energi Qi yang mengalir di dunia fana tidak lagi cocok untuk seorang abadi. Hanya tinggal menunggu waktu saja, sampaimereka mengalami kenaikan ke nirwana, bergabung dengan para abadi.Biasanya, para ahli tingkat Abadi ini akan meninggalkan kenangan yang berharga bagi para kultivator dunia fana, agar orang-orang atau para ahli tetap mengingat kehadiran dan pengaruh mereka yang agung di masa lalu.Cermin Shikong Jing Jing adalah peninggalan seorang Abadi yang pernah bertahta dan berdiri dipuncak dunia pers
Yin Zhi Dalu, di Istana Kekaisaran Yousha.Rembulan menggantung indah di cakrawala malam, bulat sempurna, dikelilingi oleh lingkaran halo yang mempesona. Di atas sana, langit tampak mulus tanpa noda, tak ada seorangpun awan yang berani mengganggu keindahan malam.Sesuai dengan namanya, Kekaisaran Yousha memang terkenal di seluruh penjuru Yin Zhi Dalu, bukan karena kedamaian atau kemakmuran.Hampir semua orang di kekaisaran ini membawa watak yang jahat, sifat serakah, dan egois yang tinggi. Hal ini tercermin dalam situasi yang tegang dan suasana mencekam di seluruh kekaisaran Yousha, di mana intrik dan pengkhianatan bersembunyi di balik senyuman.Saat ini, waktu telah menunjukkan periode xhou shi, yang ditandai dengan bunyi kentongan kedua yang baru saja berbunyi, mengumumkan pergantian malam.Tiba-tiba, kesunyian malam pecah oleh suara dentuman yang bergema, mengguncang keheningan Istana Kekaisaran.BAM!Sekumpulan asap putih mengepul ke udara setelah bunyi keras tersebut. Sejenak, ar
Kuil Malaikat Api – Yin Zhi Dalu.Ketika dini hari tiba, sebelum matahari pagi memperlihatkan sinarnya di ufuk timur, suasana di kuil penyembahan Malaikat Api yang reyot dan usang terasa dingin dan sunyi.Rong Guo bersembunyi di tempat itu, jauh dari jangkauan pengamatan Lima Jagoan Istana Yousha, membuat kemungkinan untuk terdeteksi di sini sangat kecil.Di tengah kuil yang hampa, api unggun yang menyala memancarkan cahaya, menandakan ada makhluk hidup lain yang hadir di sana. Di sekelilingnya, beberapa kelompok pengemis dan peminta-minta berkumpul dalam kesederhanaan, berbagi cerita dan kehangatan meskipun dalam kemiskinan.“Tahukah kau? Pada pelelangan yang akan diadakan besok, Lembaga Pelelangan Dadu Kembar akan menjual salah satu artefak paling langka, Kalung Bintang Abadi!” suara pengemis bernama Shan tiba-tiba bergema, penuh semangat saat menyampaikan berita itu kepada temannya.“Kalung Bintang Abadi?” Gu, sesama pengemis, melirik dengan skeptis. “Apa yang begitu istimewa darin
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga