Share

Bab 7

Penulis: Nelda Friska
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah tiga hari Nada berada di Anyer, belum pernah sekali pun ia menghubungi Attar. Hal itu tentu saja membuat Attar cemas. Tidak seperti biasanya Nada seperti ini. Istrinya itu pasti akan menghubunginya setiap hari ketika mereka berjauhan.

Attar yakin, Nada masih marah karena kejadian di dalam lift waktu itu. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi istrinya, tetapi sayang ponsel Nada tidak aktif dari kemarin. Hal itu lah yang makin membuatnya merasa cemas. Sayangnya, Attar tidak mempunyai nomor teman-teman istrinya sehingga ia tidak bisa menanyakan kabar Nada kepada mereka.

Ketukan di pintu, membuyarkan keterpakuan Attar yang tengah memperhatikan ponsel. Menunggu, siapa tahu Nada memberinya kabar, itu yang Attar lakukan saat ini.

"Masuk!" serunya setelah meletakkan ponsel ke atas meja.

Naura muncul begitu pintu terbuka. Senyum manis tersungging dari bibir wanita berusia dua puluh enam tahun itu.

"Maaf, Pak. Saya hanya ingin mengingatkan kalau jam dua siang nanti kita ada meeting dengan pihak dari PT. Angkasa Raya," ucap Naura setelah berdiri di hadapan meja kerja milik Attar.

"Oh ya, saya hampir lupa. Kamu persiapkan saja semuanya, nanti kita berangkat sekalian makan siang di sana."

"Baik, Pak. Saya permisi."

Attar hanya mengangguk. Ia tatap tubuh Naura hingga hilang di balik pintu, kemudian fokusnya kembali pada layar ponsel yang tadi ia letakkan di atas meja.

Nada masih belum menghubunginya.

Pukul satu siang, Attar berangkat bersama Naura menuju tempat meeting yang akan diadakan di sebuah restoran jepang. Keduanya menempati meja yang sudah dipesan secara khusus untuk pertemuan kali ini. Tak lama kemudian, pihak dari PT. Angkasa Raya pun tiba. Mereka memulai meeting yang membahas tentang kerja sama proyek yang akan mereka lakukan mulai bulan depan. Semuanya berjalan lancar. Pihak dari PT. Angkasa Raya pun berpamitan terlebih dahulu, sedangkan Attar mengajak Naura untuk menikmati makan siang sebelum kembali ke kantor.

"Alhamdullillah, meetingnya berjalan lancar ya, Pak."

"Iya, Naura. Saya pikir meeting kali ini akan berjalan alot, mengingat kemarin saya sempat beradu argumen dengan Pak Santoso. Tapi syukurlah, apa yang saya takutkan tidak terjadi," ucap Attar sembari mengecek ponsel kembali, tetapi hasilnya sama. Nomor Nada masih tidak aktif.

Mereka kembali fokus pada makanan, sampai terdengar desisan Naura dengan wajah yang berubah merah. Tangannya ia kibaskan di depan mulut akibat makanan yang ia makan terlalu pedas.

"Kamu kenapa?" Attar sedikit panik melihat wajah Naura yang memerah.

"Makanannya pedas, Pak."

"Kamu gak kuat makan pedas?"

"Iya." Naura menjawab sambil terus mengibaskan tangan di depan mulut.

Merasa kasihan, Attar pun mengambilkan minum untuk sekretarisnya itu. "Ini, kamu minum dulu."

Dengan sigap, Naura mengambilnya. Namun, karena tergesa-gesa, ia sampai tersedak dan air minum itu tumpah mengenai pakaian yang ia kenakan.

"Pelan-pelan minumnya." Attar bangkit dari duduk, menghampiri Naura dengan membawa tissu di tangannya.

"Lihat kan, baju kamu basah. Pipi kamu juga belepotan gini," tegurnya sembari mengelap pipi Naura dengan telaten. Tubuh Attar yang menunduk, membuat jarak wajah mereka begitu dekat.

"P-pak."

"Hmm."

Attar yang masih fokus mengelap pipi sekretarisnya, tidak sadar akan kegugupan yang dirasakan Naura.

"S-sudah, Pak. Biar saya melakukannya sendiri," cicit Naura yang membuat Attar tersadar. Wajah mereka begitu dekat.

Attar memperhatikan wanita yang berada di depannya ini. Alis tebal nan rapi, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang merona merah karena malu, dan bibir dengan polesan lipstik warna pink yang membuat Attar makin sulit mengalihkan pandangan. Dari jarak sedekat ini, Attar bisa menyaksikan kecantikan Naura yang tidak berbeda jauh dengan Nada.

"Kamu cantik," ucapnya spontan.

"A-apa, Pak?"

"Kamu cantik, Naura," ulangnya yang membuat pipi Naura makin merona.

"T-terima kasih atas pujiannya, Pak." Naura tergagap.

Attar mengunci tatapannya pada mata sekretarisnya itu. Naura pun tidak bisa menghindar. Pandangan mereka beradu bersama desiran hangat di dada masing-masing. "Kamu tahu?," bisik Attar. "Kamu wanita selain Nada yang berhasil membuat saya ingin memandangimu terus. Entah mengapa saya ingin berada dekat dengan kamu setiap saat. Katakan Naura ... apa ini namanya saya jatuh cinta?"

Naura terperangah, "m-maksud Bapak?" Ia makin dibuat gugup.

"Saya--"

Prok

Prok

Prok

"Wah hebat! Ada yang lagi mesra-mesraan di tempat umum rupanya."

"Meisya?" Attar refleks menjauhkan tubuhnya dari Naura. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya sedikit gugup. Ia tidak menyangka jika adik iparnya itu bisa berada di tempat yang sama dengan dirinya, ditambah Meisya melihat apa yang ia lakukan kepada Naura.

"Makan dong! Memangnya orang kalau datang ke tempat ini mau ngapain?" jawab Meisya ketus. Matanya beralih pada Naura yang kelihatan salang tingkah.

"Ini Naura, sekretarisku," ucap Attar yang mengerti maksud tatapan Meisya.

"Sekretaris? Kok aku baru lihat seorang sekretaris yang diperhatikan bossnya sampai segitunya," ujar Meisya dengan nada mengejek. "Mas Attar perhatian banget sama dia. Tadi aku malah mengira kalau dia itu pacarnya Mas Attar, bukan sekretaris," timpalnya sinis.

"Kamu cuma salah paham, Mei. Tadi aku cuma membantu dia," kilah Attar masih mengelak.

"Ya ... terserah Mas Attar saja lah. Aku cuma menyimpulkan dari apa yang aku lihat. Aku sudah lama lho, berada di sini memperhatikan kalian. Kasihan, ya Mbak Nada kalau sampai dia tahu apa yang suaminya lakukan di belakangnya."

"Meisya, sudah kubilang kamu cuma salah paham. Kami berada di sini juga karena kerjaan," sergah Attar tak terima dipojokkan oleh adik iparnya. Ia tidak ingin jika Meisya melaporkan kejadian ini pada istrinya.

"Mas mungkin bisa mengelak, tapi aku gak bodoh. Aku bisa membedakan mana yang murni urusan kerjaan dan mana yang melibatkan hati!" tukas Meisya dengan nyalang. Tak peduli kini orang-orang mulai memperhatikan mereka. "Ingat, Mas Attar. Kalau sampai dugaanku benar, aku gak akan tinggal diam. Aku sendiri yang akan mendukung Mbak Nada agar berpisah dengan Mas Attar!"

Meisya terengah, menahan emosi supaya tidak meledak di depan kakak iparnya itu. "Dan kamu!" Matanya kini beralih pada Naura yang masih menunduk. "Kamu juga wanita. Kamu pasti tahu kalau atasan kamu ini sudah beristri. Punya harga diri lah sedikit. Jangan menikmati perhatian yang diberikan oleh suami orang! Sayang, cantik tapi berbakat jadi pelakor!"

"Meisya, jaga ucapan kamu!"

"Apa? Mas Attar mau marah? Silakan! Aku gak takut! Akan kulaporkan kejadian ini sama Mbak Nada biar dia tahu kelakuan suaminya di belakangnya! Aku sangat menyayangi Mbak Nada. Aku gak akan terima kalau dia sampai disakiti oleh Mas Attar. Andai Mas Attar tahu beban yang ditanggung Mbak Nada selama ini, aku yakin Mas Attar akan menyesal karena telah mengkhianati dia!"

Meisya tidak tahan lagi. Bergegas ia pergi sebelum tangannya yang sudah gatal, menjambak rambut Naura. Meisya tentu tahu kalau rumah tangga kakaknya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Setelah melihat kejadian barusan, kini ia paham mengapa hal itu bisa sampai terjadi. Pantas saja Nada memutuskan untuk berhenti bekerja, rupanya kakaknya itu mulai menyadari gelagat Attar di belakangnya. Namun, di saat Nada ingin memperbaiki rumah tangga mereka, justru Attar malah mulai main hati dengan sekretarisnya. Sumpah, meisya tidak terima kakaknya disakiti seperti itu.

Attar sendiri masih terpaku di tempatnya. Mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Meisya. Beban? Apa yang disembunyikan Nada selama ini darinya?

*

*

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Persada Mulia
kshn nada...pengorbanan dia demi keluarganya hrs dibayar dg pengkhianatan suaminya, semoga ada laki2 yg tulus mencintai dia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 8

    Wanita yang Mencuri Hati SuamikuPart 8"Kamu yakin dengan keputusan ini? Gak akan menyesalinya nanti?""Aku yakin, Cin." Nada berujar sembari menyesap secangkir espresso kesukaannya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe setelah melakukan sesi pemotretan beberapa kali.Sebenarnya Cindy kurang setuju dengan keputusan yang diambil oleh sahabatnya. Mengingat karir Nada sedang bagus-bagusnya dan sayang jika harus dilepas begitu saja. Akan tetapi, Cindy juga mengerti akan permasalahan yang sedang dihadapi Nada, hingga sahabatnya itu harus mengambil keputusan ini."Nad, sebagai sahabat, aku hanya bisa mendukung setiap keputusan yang kamu ambil. Apalagi ini menyangkut nasib rumah tangga kamu. Tapi bagaimana dengan uang ganti rugi? Kamu yakin mau mengeluarkan uang sebesar itu?" tanya Cindy ingin memastikan. Sudah menjadi resiko bagi mereka jika memutuskan berhenti sebelum kontrak kerja selesai. Membayar ganti rugi dan itu bukan uang yang sedikit."Aku sudah memikirkannya matang-matang

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 9

    "Terima kasih, Nak Attar. Sudah membantu Naura selama saya dirawat di rumah sakit. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya jika Nak Attar tidak ada. Sekali lagi, terima kasih.""Sama-sama, Pak. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong sesama, apalagi menyangkut Naura yang memang merupakan sekretaris saya," jawab Attar disertai senyuman tulus. Kini mereka sudah berada di rumah Naura setelah tiga hari ayahnya dirawat di rumah sakit. Attar sengaja menjemput mereka dan mengantar sampai ke rumah. Mungkin ini terlalu berlebihan. Akan tetapi, bagi Attar merupakan kebahagiaan tersendiri karena bisa membantu wanita yang diam-diam mencuri hatinya. "Naura ini putri saya satu-satunya. Saya tidak tahu bagaimana dengan nasibnya jika sampai saya meninggal. Semoga saja, sebelum saya menghadap yang kuasa, Naura sudah mendapatkan jodoh yang baik, yang bisa menyayangi dan mencintai dia setulus hati." Wandi, ayahnya Naura berujar dengan sendu. Ia memikirkan nasib putrinya jika ia sampai meni

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 10

    "Ini ... kamu sengaja memesan tempat privat untuk kita?" Attar terkejut melihat sekeliling ruangan yang telah dipesan Naura. Di atas meja sudah tersedia berbagai hidangan dan juga kue ulang tahun yang bertuliskan angka 30. Semua telah dipersiapkan Naura untuk merayakan ulang tahun atasannya itu."Saya memang sengaja menyiapkan ini untuk Bapak sebagai kejutan. Semoga Pak Attar suka." Naura memasang senyum manis. Ia sangat senang melihat Attar yang terlihat takjub pada apa yang ia persiapkan untuk pria itu. Ia ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Attar, orang yang kini sangat spesial baginya."Apa ini tidak terlalu berlebihan?""Bapak tidak suka?" tanyanya dengan raut kecewa."Oh, bukan begitu. Justru saya sangat suka. Hanya saja, saya tidak menyangka kamu menyiapkan semua ini untuk saya."Naura bernapas lega. Ia mengambil kue ulang tahun yang sudah ia persiapkan dan membawanya ke hadapan Attar. "Bapak tiup dulu lilinnya, setelah itu kita nikmati hidang

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 11

    Attar dan Naura masih sama-sama diam. Keduanya terlalu syok dengan apa yang terjadi barusan. Attar tidak menyangka Nada akan menyaksikan langsung pengkhianatan yang ia lakukan. Entah ada apa dengan dirinya bisa sampai lepas kendali dan mencium Naura. Apa mungkin karena terbawa suasana? Atau mungkin karena ia memang menginginkan Naura. Attar merasa dirinya telah menjadi suami yang paling buruk. Melakukan pengkhianatan di saat istrinya dengan susah payah menyiapkan kejutan. Namun, Attar tak bisa menampik adanya gejolak rasa ketika berdekatan dengan Naura. Kehangatan yang sudah lama tak ia dapatkan dari Nada, kini ia rasakan bersama sekretarisnya."Saya antar kamu pulang." Attar memecah keheningan di antara mereka. Ia tidak ingin lebih lama berada di tempat ini, tempat yang menjadi saksi betapa br*ngseknya seorang Attar."Tidak usah, Pak. Biar saya pulang sendiri. Lebih baik Bapak susul Bu Nada." Naura mencoba menolak. Ia terlalu malu atas apa yang terjadi di antara mereka barusan."Di

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 12

    Dua hari semenjak kejadian itu, Nada masih belum ingin bertemu dengan Attar. Tak peduli dengan suaminya yang hampir dua jam sekali bolak balik ke Apartemen milik Cindy dengan harapan agar mereka bisa bertemu dan berbicara. Nada sadar sikapnya ini tergolong kekanakan. Akan tetapi, ia masih belum siap karena takut emosinya tidak bisa terkontrol. Ia ingin marah, mencaci dan memaki Attar yang telah tega mengkhianatinya. Meski hubungan Attar dan Naura belum sampai pada tahap yang lebih jauh, tetapi tetap saja mereka berdua sudah bersentuhan fisik. Nada tidak bisa terima. Selama ini ia selalu berusaha menjaga kesetiaan di tengah-tengah godaan yang selalu datang mendera. Namun kini, Attar dengan mudahnya berpaling hati karena ia belum bisa mewujudkan keinginan suaminya itu. Namun, perkataan Cindy pagi ini membuat Nada berpikir ulang. Sahabatnya itu benar, Nada tidak boleh membiarkan masalah ini berlarut. Ia dan Attar harus bicara, setidaknya untuk menentukan tentang nasib rumah tangga merek

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 13

    Attar mengendarai mobil dengan perasaan bahagia. Setelah membaca pesan dari Nada, ia mempercepat pekerjaan supaya lekas selesai. Attar sudah tidak sabar ingin bertemu sang istri. Memeluk dan meminta maaf, hal pertama yang akan Attar lakukan.Tentang Naura, semenjak kejadian itu memang mereka saling menjaga jarak. Keduanya bersikap canggung, apalagi kalau mengingat apa yang mereka lakukan malam itu. Berc*uman kemudian dipergoki oleh Nada, hal yang sangat memalukan bagi keduanya. Attar masih bisa melihat riak sendu di wajah Naura ketika ia berusaha mengabaikannya di luar jam kerja. Akan tetapi, hal itu harus Attar lakukan sebagai bentuk usaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Nada.Memasuki pekarangan, Attar bergegas keluar mobil dan memasuki rumah. Hal pertama yang Attar lihat adalah Nada sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan ponsel. Sang istri langsung berdiri begitu melihat Attar masuk. Keduanya saling tatap, hingga Attar yang terlebih dahulu mendekat dan memeluk tubuh sang

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 14

    "Nad, kok kamu diam saja? Kamu gak suka aku ajak?"Attar melirik sang istri yang semenjak berangkat hanya diam. Nada lebih senang menatap ke luar daripada berbicara dengan suaminya. Sejujurnya Nada belum paham akan maksud Attar membawa serta dirinya. Nada takut akan menyaksikan kejadian yang membuatnya kembali merasakan sakit hati. "Enggak. Aku hanya heran kenapa kamu ajak aku ke sana. Padahal bisa saja wanita itu tidak menginginkan kehadiranku," jawab Nada tanpa menoleh. Rasanya enggan sekali menyebut nama Naura di depan suaminya.Attar tersenyum. Satu tangannya terulur dan menggenggam jemari sang istri. "Aku sengaja ngajak kamu, biar kamu gak curiga lagi sama aku.""Wajar kalau aku curiga. Kamu kan mau ketemu sama wanita yang kamu cintai juga. Pasti nanti ada drama peluk-pelukan." Nada mencibir. Ia terlalu muak jika mengingat adegan suaminya bersama Naura ketika di dalam lift. Attar tak mampu menjawab. Wajar jika Nada berpikiran seperti itu karena memang istrinya pernah melihat ia

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 15

    Attar masih berusaha mengejar Nada meski sang istri tidak menggubris panggilan darinya. Pria itu hanya bisa merutuki diri. Ia menyesali sikapnya yang lepas kendali hingga membentak istrinya. Attar hanya tidak ingin Nada berbuat kasar kepada Naura yang tidak sepenuhnya bersalah.Ia yang salah. Berani mencoba bermain api hanya karena alasan kesepian dan kurang perhatian. Attar tidak sadar jika perbuatannya itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari. "Pak Attar!"Attar yang baru saja akan memasuki mobil, urung dilakukan karena mendengar teriakan Naura. Gadis itu berlari menghampirinya dengan wajah yang terlihat cemas."Ada apa?""Maaf jika mengganggu. Tapi Ayah saya sudah siuman dan ia ingin bertemu Bapak," ujar Naura seraya mengatur napas yang terengah akibat berlari mengejar Attar."Saya tidak bisa menemui ayah kamu sekarang, Naura. Saya harus mengejar Nada.""Tapi, Pak." Naura menahan lengan Attar. "Ayah saya sangat ingin bertemu dengan Bapak. Saya mohon demi kesehatan beliau. Bap

Bab terbaru

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 35

    "Siang Mas. Bagaimana kabarnya hari ini? Aku lagi ada sedikit masalah di tempat kerja. Mas mau denger cerita aku gak?"Nada membenahi selimut yang menutup tubuh Attar, kemudian duduk di samping ranjang tempat pria itu berbaring. Setelah dinyatakan koma oleh Dokter, sudah empat bulan Attar masih belum sadarkan diri. Nada sempat syok mendengar kabar ini dari Salma. Pasalnya kondisi Attar sempat drop dan Dokter menyatakan harapan hidupnya sangatlah tipis. Namun, Nada terus meyakinkan Salma agar jangan menyerah. Nada meminta Salma supaya tidak meminta Dokter untuk mencabut alat-alat yang menempel di tubuh Attar yang saat ini dijadikan penopang hidup pria itu. Nada yakin Attar masih mempunyai harapan dan selama apa pun itu, Nada akan dengan setia menungguinya. Nada terus bercerita. Mengajak Attar berbicara seperti yang disarankan oleh Dokter. Meski mata pria itu tertutup, tetapi Nada yakin dalam alam bawah sadarnya, Attar masih bisa mendengar suaranya. "Bangunlah, Mas. Apa kamu tidak ing

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 34

    "Masyaa Allah, Mbak cantik sekali."Nada menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ya, Meisya benar. Ia memang cantik dalam balutan pakaian pengantin. Nada menghirup napas sebanyak-banyaknya untuk mengurangi kegugupan. Hari ini hari pernikahannya dengan Gibran. Sebentar lagi statusnya akan kembali menjadi seorang istri, tetapi dari pria yang berbeda. Semalam, Nada sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahan ini. Ia tidak ingin keluarganya dan keluarga besar Gibran menanggung malu. Untuk Attar ... Nada harus berusaha untuk bisa melupakan pria itu. Nada hanya bisa berdoa agar mantan suaminya segera siuman dan keadaannya makin membaik. "Mbak, kok Mbak malah murung? Senyum dong. Hari ini hari bahagia buat Mbak. Sebentar lagi Mbak akan menjadi istri dari Dokter Gibran. Apa ada yang mengganjal dalam pikiran, Mbak? Cerita sama aku biar perasaan Mbak sedikit lega," tutur Meisya seraya menggenggam tangan sang Kakak. Nada segera menghapus titik bening yang hampir keluar dari sudut netranya

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 33

    "Nad, ini kamu minum dulu.""Makasih, Cin."Nada menerima sebotol air mineral yang diberikan Cindy. Kini mereka berada di rumah sakit, menunggu Attar yang sedang ditangani oleh Dokter. Tembakan yang dilakukan orang itu tepat mengenai punggung Attar. Nada sempat histeris melihat Attar yang terkulai tak berdaya dengan darah yang keluar dari punggungnya. Beruntung polisi segera datang menyelamatkan mereka dan menangkap dua orang penjahat yang mencoba menghabisi Nada. "Aku takut banget, Cin. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada Mas Attar. Dia seperti ini karena menyelamatkan aku," ucap Nada di sela isakan. Semenjak Attar dibawa ke rumah sakit, Nada tidak berhenti menangisi mantan suaminya. Ia merasa bersalah karena menjadi penyebab Attar mengalami hal buruk seperti ini."Kamu tenang. Lebih baik kamu banyak-banyak berdoa supaya dia bisa diselamatkan. Apalagi besok kamu itu mau nikah, Nad. Kamu jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Nanti setelah tahu keadaan Attar, lebih baik kamu pula

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 32

    "Tidak!"Wandi setengah berteriak di depan dua orang yang mendatangi rumahnya. Orang tua pelaku pemerkosa putrinya itu mencoba bernegosiasi dengan menawarkan tanggungjawab dengan pernikahan, asalkan Wandi mencabut tuntutan dan putra mereka bebas dari penjara. Namun, Wandi tidak bodoh. Ia tidak akan pernah sudi menikahkan putrinya dengan orang bejad seperti putra mereka."Pak Wandi, kami datang ke sini untuk mengajak berdamai. Putra kami pun sudah bersedia menikahi putri Anda dan bertanggungjawab pada bayi itu. Apa Bapak tidak kasihan pada calon cucu Bapak jika ia terlahir tanpa seorang Ayah?" "Lebih baik cucu saya lahir tanpa seorang ayah daripada harus mendapatkan ayah seperti putra Anda. Saya masih bisa mengurusi cucu dan putri saya meski tanpa bantuan kalian. Sekarang, silahkan keluar dari rumah saya karena saya tidak akan berubah pikiran. Putra kalian tetap harus mendapatkan hukuman yang setimpal," tukas Wandi dengan geram. Ia sudah tidak ingin berbicara dengan orang yang mengang

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 31

    Setelah menemui Attar di kantornya tempo hari, Nada benar-benar membuktikan ucapannya untuk membantu Naura. Dibantu oleh Gibran, Nada mulai mencari orang yang menemukan Naura tergeletak di pinggir jalan untuk dimintai keterangan sekaligus dijadikan saksi di hadapan polisi. Atas keterangan dari Pak Wandi yang untungnya mengenal salah satu dari orang tersebut, akhirnya Nada dan Gibran mendapatkan informasi dan tidak ingin membuang waktu untuk melapor ke kantor polisi. "Laporan sudah diproses dan polisi akan memulai penyelidikan. Menurut temanku, mereka akan mengecek cctv yang dipasang di jalan itu untuk melihat plat dan jenis mobil si pelaku," terang Gibran yang membuat Nada sedikit bernapas lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku berharap semoga mereka bisa ditangkap secepatnya.""Aku pun berharap begitu." Gibran menimpali. "Aku berharap masalah ini segera selesai sebelum hari H pernikahan kita."Nada terpaku sesaat. Ia hampir melupakan pernikahannya dengan Gibran yang tinggal tiga Minggu

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 30

    Nada menghela napas panjang sebelum masuk ke gedung kantor milik mantan suaminya. Niatnya untuk membantu Naura sudah bulat. Ia berharap Attar mau bekerjasama dengannya untuk membuat Naura sembuh seperti sedia kala. Jika memang seperti apa yang pria itu katakan bahwa ia sudah tidak mempunyai perasaan apa pun lagi kepada mantan sekretarisnya, setidaknya Attar mau berbaik hati sebagai bentuk rasa simpati kepada wanita itu.Setelah memantapkan hati, Nada memasuki kantor diiringi tatapan dari para karyawan yang tentu saja mengenalnya. Bahkan sebagian dari mereka menyapa Nada dan dibalas dengan senyuman ramah."Pak Attar ada di tempat?" tanya Nada pada seorang wanita yang duduk di meja yang dulu ditempati Naura. Nada yakin wanita ini adalah pengganti Naura sebagai sekretaris Attar."Ada, Bu. Maaf, apa ibu sudah membuat janji?""Belum. Tolong sampaikan saja padanya Nada ingin bertemu.""Baik, Bu. Tunggu sebentar."Wanita itu menghubungi Attar dan memberitahu apa bahwa Nada ingin bertemu. Set

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 29

    "Bagaimana, Nak? Apakah kamu bersedia?"Abdullah mengulang pertanyaan setelah cukup lama Nada diam saja. Ia paham jika Nada masih kaget karena pertanyaannya yang mendadak. Akan tetapi, Abdullah tidak ingin menunggu lebih lama karena ia pun tahu jika sang putra sudah jatuh hati pada wanita ini. Ia tidak ingin Gibran terperosok ke dalam zina jika dibiarkan terlalu sering menemui Nada dan menghayalkan wanita ini.Nada melirik ke arah Gibran. Bisa ia lihat sorot mata penuh harap dari pria itu. Jika sudah begini, Nada tidak bisa jika harus mengecewakan Gibran dan keluarganya. Pun dengan papanya yang juga menaruh harapan besar padanya.Setelah memantapkan hati, akhirnya Nada mengangguk sambil menjawab, "iya, saya bersedia."Ucapan hamdalah dari semua orang yang berada di ruangan itu mengiringi jawaban dari Nada. Gibran tersenyum lega seraya menatap Nada dengan lekat, seakan ingin memberitahu bahwa ia sangat berterima kasih karena Nada mau menerimanya."Gib, jangan dipandangi terus. Belum ha

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 28

    "Anda tidak apa-apa, Pak?"Nada begitu khawatir melihat Wandi yang hampir saja limbung. Ia memapah tubuh Wandi untuk didudukkan di kursi tunggu. Nada sempat terpaku ketika melihat wajah Wandi. Ia seperti pernah melihat pria ini, tetapi Nada lupa di mana. Wandi mengucapkan terima kasih dengan lirih. Tubuhnya terasa makin lemah, mungkin karena efek kelelahan dan banyaknya beban pikiran yang ditanggungnya akhir-akhir ini karena kondisi sang putri."Terima kasih sudah membantu saya, Nak. Maaf merepotkan.""Tidak merepotkan sama sekali. Saya malah senang bisa membantu Bapak. Oh ya, kalau boleh tahu Bapak mau ke mana? Keadaan Bapak sepertinya masih lemah. Biar saya antar, takutnya Bapak tidak kuat berjalan," tutur Nada dengan masih memperhatikan wajah Wandi. Mencoba mengingat di mana ia pernah melihat pria paruh baya ini. "Saya ... mau ke ruangan putri saya," jawab Wandi dengan lemah. "Tapi Anda tidak perlu mengantar. Takutnya malah merepotkan. Setelah saya beristirahat sebentar, nanti ju

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 27

    "Bisa kita bicara?"Nada masih terpaku. Kedatangan Attar ke rumahnya yang tidak ia duga, membuatnya ketakutan. Takut sang Papa akan marah dan berakhir mengusir mantan suaminya ini. Meski rasa kecewa pada Attar sampai saat ini belum hilang, tetapi Nada tidak tega jika harus melihat Attar mendapatkan amarah dari papanya."Nad--""Mau bicara apa?" Nada akhirnya menjawab. "Tentang kita. Please, aku janji gak akan lama."Nada menghela napas. Anggukan ia berikan sebelum akhirnya berbicara. "Baiklah, tapi jangan di sini. Papa pasti marah kalau melihat Mas Attar. Tunggu aku di cafe biasa, nanti aku menyusul.""Kenapa gak sama-sama saja?" Attar kecewa."Gak bisa. Kalau Mas Attar mau, silahkan ke sana duluan. Kalau tidak, ya sudah kita tidak perlu bicara." "Oke, aku ke sana duluan."Attar akhirnya mengalah. Ia memasuki mobil dan pergi ke cafe terlebih dahulu. Sedangkan Nada meminta izin kepada Hendra untuk keluar menemui teman. Sebenarnya Nada merasa berdosa karena telah membohongi sang ayah.

DMCA.com Protection Status