Share

Bab 2

Penulis: Nelda Friska
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wanita yang Mencuri Hati Suamiku

Part 2

Sarapan pagi ini mereka lalui dengan keheningan. Nada sesekali melirik Attar yang sejak semalam tidak berbicara padanya. Nada paham, Attar pasti kesal karena lagi-lagi ia menunda untuk mempunyai anak. Usia pernikahan mereka sudah jalan tiga tahun. Namun, Nada punya alasan mengapa ia menundanya. Dirinya masih terikat kontrak kerja dan ia tidak ingin terjadi masalah jika ia sampai hamil.

"Aku berangkat dulu."

Perkataan Attar, membuyarkan lamunan Nada. Ia perhatikan suaminya yang tengah mengelap bibirnya dengan tissu.

"Pulangnya gak malam, kan?"

"Belum tahu," jawab Attar sekenanya. "Baik-baik di rumah," imbuhnya setelah mengecup kening sang istri.

"Mas." Nada mencekal pergelangan tangan Attar. "Maaf soal semalam. Aku ... aku mengecewakan kamu lagi," imbuhnya dengan nada yang sarat akan penyesalan.

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Bukankah sudah biasa seperti itu?" sarkas Attar.

"Mas, aku kan sudah sering mengatakan alasannya. Aku minta kamu ngerti demi karir aku. Cuma satu tahun lagi, setelah itu, aku siap untuk hamil."

"Ya, ya, memang harus selalu aku yang mengerti kamu. Lalu bagaimana dengan orang tuaku yang sudah ingin memiliki cucu? Apa kamu tidak kasihan pada mereka? Kenapa harus selalu aku yang mengerti. Kamu itu istriku, Nada. Harusnya kamu menurut apa pun perkataan suamimu. Tanpa kamu bekerja pun, aku masih sanggup menghidupimu," tegas Attar berusaha menahan emosi yang sudah hampir naik. Sungguh, ia kecewa pada istrinya yang lebih mementingkan karir ketimbang dirinya.

"Mas--"

"Sudahlah, aku pergi."

Nada menatap kepergian suaminya dengan perasaan bersalah. Dirinya tidak nyaman jika Attar sudah seperti itu. Meskipun ia tahu ia salah, tapi seharusnya Attar mengerti akan posisinya sebagai seorang model yang masih terikat kontrak kerja. Sejenak Nada berpikir. Ia mencari cara untuk meredakan kekecewaan Attar. Tiba-tiba, satu ide terlintas. Nada akan memberikan kejutan dengan datang ke kantor Attar untuk membawakannya makan siang.

šŸ„€šŸ„€šŸ„€

Nada menatap gedung yang menjulang tinggi di depannya. Ia tersenyum membayangkan suaminya yang pasti terkejut dengan kedatangannya. Dengan membawa paper bag berisikan makan siang, Nada berjalan anggun memasuki kantor Attar dan menuju ruangan suaminya.

Sampai di depan pintu ruangan Attar, Nada sedikit heran karena Siska, sekretaris suaminya tidak ada di tempatnya.

"Mungkin sedang ke toilet," gumamnya.

Tangan Nada hampir saja mengetuk pintu ruangan itu. Namun, hal itu ia urungkan mengingat dirinya yang akan memberikan kejutan pada Attar.

Setelah memastikan penampilannya sempurna, perlahan ia buka pintu itu. Sejenak, Nada terpaku. Pandangannya bersirobok dengan dua orang yang berada di dalam sana.

Attar dan Naura menghentikan tawa ketika melihat siapa yang datang. Attar terkejut melihat kedatangan Nada, sedangkan Naura terlihat gugup karena kepergok sedang berdua oleh istri atasannya.

"Selamat siang, Bu Nada," sapa Naura. Ia berdiri untuk menyambut istri atasannya itu.

"Siang." Nada menjawab singkat. Matanya tertuju ke arah meja yang dipenuhi makanan. Ternyata Attar tengah menikmati makan siang dengan wanita yang Nada tidak tahu siapa dia.

Sedangkan Naura begitu gugup. Ia takut Nada akan salah paham terhadapnya. Apalagi Nada belum tahu kalau dia adalah sekretaris baru Attar, menggantikan Siska.

"Naura, kamu boleh keluar." Attar yang mengerti situasi, segera mengambil tindakan.

"Baik, Pak." Naura mengangguk sopan pada Nada sebelum keluar. "Permisi, Bu."

Nada hanya mengangguk. Ia tatap kepergian Naura dengan perasaan yang ... entah. Ia tidak tahu siapa wanita itu. Mendapati dia yang tengah menikmati makan siang bersama suaminya, tentu saja Nada sedikit curiga.

"Dia Naura, sekretaris baru yang menggantikan Siska," jelas Attar yang mengerti kebingungan Nada tentang Naura.

"Oh. Memangnya Siska ke mana?"

"Dia resign karena hamil. Suaminya meminta dia untuk berhenti bekerja dan dia menurut. Istri yang baik, bukan?" jawabnya.

Nada paham Attar sedang menyindirnya. Tidak ingin terjadi pertengkaran, Nada memilih mengalihkan pembicaraan.

"Aku bawain Mas makan siang. Tapi sepertinya, Mas sudah makan," ujarnya kecewa.

"Maaf. Kalau aku tahu kamu mau ke sini, pasti aku gak makan duluan," ucap Attar merasa bersalah pada istrinya.

"Ya sudah, kalau begitu makanan ini aku kasihkan ke OB saja. Sayang kalau dibuang."

"Jangan." Attar menarik pergelangan tangan Nada untuk dituntunnya menuju sofa. "Aku baru makan sedikit, jadinya belum kenyang. Duduklah, kita makan bareng," imbuhnya yang tidak ingin mengecewakan istrinya.

Nada pun menurut. Ia mulai menyiapkan makanan yang ia masak dan menatanya di atas meja. "Aku masak udang goreng kesukaan kamu," ucapnya.

"Mau aku suapin?" tawarnya kemudian.

"Gak usah. Kamu juga harus makan, kan?"

Attar mulai melahap makanan yang dibawakan Nada. Masih seperti tadi pagi. Mereka makan dalam suasan hening, tidak ada canda tawa seperti yang Attar lakukan dengan sekretarisnya tadi.

Diam-diam, Nada merasa aneh dengan sikap suaminya. Tatapan Attar terlihat berbeda ketika sedang berbicara pada Naura. Apakah ini hanya prasangka Nada saja? Akan tetapi, kenapa ia merasa jika suaminya menyukai wanita itu?

Tanpa Attar dan Nada sadari, seseorang dari balik pintu memperhatikan keduanya dengan pandangan sendu.

*

*

Bersambung.

Bab terkait

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 3

    Wanita yang Mencuri Hati SuamikuPart 3"Aku pulang, ya. Maaf kalau kedatanganku mengganggu kamu.""Kok kamu ngomong begitu?" Attar menatap Nada tak suka. Dari nada bicaranya, Attar tahu istrinya tengah kecewa karena ia tak acuhkan dari semalam."Soalnya kamu diam terus, gak seperti biasanya. Kamu juga kayak gak suka aku datang. Padahal, aku sengaja membawakan makan siang sebagai permintaan maafku karena kejadian semalam."Attar menghela napas kasar. Melihat wajah Nada yang murung seperti itu, hatinya seketika merasa bersalah. Ia pun tak tahu mengapa bisa bersikap demikian. Padahal, kejadian seperti semalam bukan hal yang pertama. Nada sudah terlalu sering mengatakan jika ia belum siap memiliki anak, dan Attar selalu mencoba untuk mengerti dan tidak mempermasalahkan. Namun sekarang, ia merasa kesal pada istrinya hingga mengabaikannya. Apakah karena ia sudah terlalu lelah?"Maaf, aku hanya sedang banyak pikiran." Attar mendekati Nada dan meraih jemari istrinya untuk digenggam. "Maaf, y

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 4

    Wanita yang Merebut Hati SuamikuPart 4Suasana di dalam lift masih mencekam. Attar sibuk menenangkan Naura, sedangkan Nada terisak sambil duduk memeluk lutut. Menyaksikan langsung perhatian suaminya kepada wanita lain, Nada merasa tersisihkan sebagai istri. Apa Attar tidak sadar kalau saat ini ia pun berada di tempat yang sama? Ataukah karena terlalu khawatir pada Naura, ia sampai melupakan kehadiran Nada di antara mereka?Tak lama kemudian, lift akhirnya kembali menyala dan terbuka. Orang-orang sudah berkerumun di depan sana. Mereka langsung menyambut Attar yang membopong Naura dengan wajah panik."Mbak Naura kenapa, Pak?" tanya salah satu karyawan."Dia hampir kehabisan napas. Naura takut akan gelap. Saya harus segera membawanya ke rumah sakit." Attar melangkah cepat, tetapi perkataan karyawannya sukses membuatnya membeku di tempat."Pak, bagaimana dengan istri Bapak? Dia juga sepertinya terlihat syok."Teringat Nada, Attar berbalik ke arah lift, bergegas menghampiri Nada dengan Na

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 5

    Wanita yang Mencuri Hati SuamikuPart 5"Terima kasih, Pak. Hari ini Bapak sudah banyak menolong saya," ucap Naura tulus. Saat ini mereka baru saja sampai di depan rumah Naura. Seperti janjinya, Attar menunggui sekretarisnya itu hingga diperbolehkan pulang oleh Dokter. "Tidak usah berlebihan, Naura. Sudah menjadi tugas saya untuk membantu. Kalau kamu masih belum sehat, besok tidak usah masuk kerja. Kamu boleh istirahat selama dua hari.""Ti-tidak perlu, Pak. Saya sudah baikan, kok. Besok saya pasti masuk kerja.""Kamu yakin?" Attar memastikan. "Sangat yakin. Bapak tenang, saya pasti baik-baik saja," jawabnya dengan senyuman."Ya sudah, terserah kamu. Sekarang, kamu masuk, gih! Istirahat.""Kalau begitu, saya masuk dulu. Sekali lagi te--""Jangan ucapkan itu lagi. Saya bosan mendengarnya," sela Attar cepat, membuat tawa Naura berderai indah dan Attar terpaku dibuatnya."Maaf," ucapnya di sela tawa. "Bapak juga hati-hati di jalan," imbuhnya.Attar hanya mengangguk. Ia pun berjalan men

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 6

    Wanita yang Mencuri Hati SuamikuPart 6Attar menatap punggung Nada yang tidur membelakanginya. Semenjak pertanyaan yang istrinya lontarkan tidak bisa ia jawab, Nada mediamkannya sampai saat ini. Attar bingung dengan perasaannya sendiri. Seharusnya ia menjawab dengan tegas bahwa Nada lah pemilik hatinya. Namun, sebagian dari dirinya kini tidak mengatakan demikian. Ada nama wanita lain yang diam-diam menyusup dan menggeser posisi Nada.Kenyamanan yang ia rasakan bersama Naura dan tidak bisa Nada berikan, membuatnya sulit menampik jika sebagian hatinya kini berpaling kepada sekretarisnya itu."Nad, kamu sudah tidur?" Tidak ada jawaban, tetapi Attar tahu Nada masih terjaga. Isakan kecil yang lolos dari bibir istrinya sesekali terdengar, menandakan Nada belum bisa memejamkan mata, seperti dirinya."Nad, aku minta maaf. Jangan marah lagi, ya."Nada tetap bergeming tanpa berniat menjawab. Attar pun akhirnya pasrah. Ia akan memberikan kesempatan pada Nada sampai kemarahan istrinya mereda. S

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 7

    Sudah tiga hari Nada berada di Anyer, belum pernah sekali pun ia menghubungi Attar. Hal itu tentu saja membuat Attar cemas. Tidak seperti biasanya Nada seperti ini. Istrinya itu pasti akan menghubunginya setiap hari ketika mereka berjauhan.Attar yakin, Nada masih marah karena kejadian di dalam lift waktu itu. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi istrinya, tetapi sayang ponsel Nada tidak aktif dari kemarin. Hal itu lah yang makin membuatnya merasa cemas. Sayangnya, Attar tidak mempunyai nomor teman-teman istrinya sehingga ia tidak bisa menanyakan kabar Nada kepada mereka.Ketukan di pintu, membuyarkan keterpakuan Attar yang tengah memperhatikan ponsel. Menunggu, siapa tahu Nada memberinya kabar, itu yang Attar lakukan saat ini."Masuk!" serunya setelah meletakkan ponsel ke atas meja.Naura muncul begitu pintu terbuka. Senyum manis tersungging dari bibir wanita berusia dua puluh enam tahun itu."Maaf, Pak. Saya hanya ingin mengingatkan kalau jam dua siang nanti kita ada meeting d

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 8

    Wanita yang Mencuri Hati SuamikuPart 8"Kamu yakin dengan keputusan ini? Gak akan menyesalinya nanti?""Aku yakin, Cin." Nada berujar sembari menyesap secangkir espresso kesukaannya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe setelah melakukan sesi pemotretan beberapa kali.Sebenarnya Cindy kurang setuju dengan keputusan yang diambil oleh sahabatnya. Mengingat karir Nada sedang bagus-bagusnya dan sayang jika harus dilepas begitu saja. Akan tetapi, Cindy juga mengerti akan permasalahan yang sedang dihadapi Nada, hingga sahabatnya itu harus mengambil keputusan ini."Nad, sebagai sahabat, aku hanya bisa mendukung setiap keputusan yang kamu ambil. Apalagi ini menyangkut nasib rumah tangga kamu. Tapi bagaimana dengan uang ganti rugi? Kamu yakin mau mengeluarkan uang sebesar itu?" tanya Cindy ingin memastikan. Sudah menjadi resiko bagi mereka jika memutuskan berhenti sebelum kontrak kerja selesai. Membayar ganti rugi dan itu bukan uang yang sedikit."Aku sudah memikirkannya matang-matang

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 9

    "Terima kasih, Nak Attar. Sudah membantu Naura selama saya dirawat di rumah sakit. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya jika Nak Attar tidak ada. Sekali lagi, terima kasih.""Sama-sama, Pak. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong sesama, apalagi menyangkut Naura yang memang merupakan sekretaris saya," jawab Attar disertai senyuman tulus. Kini mereka sudah berada di rumah Naura setelah tiga hari ayahnya dirawat di rumah sakit. Attar sengaja menjemput mereka dan mengantar sampai ke rumah. Mungkin ini terlalu berlebihan. Akan tetapi, bagi Attar merupakan kebahagiaan tersendiri karena bisa membantu wanita yang diam-diam mencuri hatinya. "Naura ini putri saya satu-satunya. Saya tidak tahu bagaimana dengan nasibnya jika sampai saya meninggal. Semoga saja, sebelum saya menghadap yang kuasa, Naura sudah mendapatkan jodoh yang baik, yang bisa menyayangi dan mencintai dia setulus hati." Wandi, ayahnya Naura berujar dengan sendu. Ia memikirkan nasib putrinya jika ia sampai meni

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 10

    "Ini ... kamu sengaja memesan tempat privat untuk kita?" Attar terkejut melihat sekeliling ruangan yang telah dipesan Naura. Di atas meja sudah tersedia berbagai hidangan dan juga kue ulang tahun yang bertuliskan angka 30. Semua telah dipersiapkan Naura untuk merayakan ulang tahun atasannya itu."Saya memang sengaja menyiapkan ini untuk Bapak sebagai kejutan. Semoga Pak Attar suka." Naura memasang senyum manis. Ia sangat senang melihat Attar yang terlihat takjub pada apa yang ia persiapkan untuk pria itu. Ia ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Attar, orang yang kini sangat spesial baginya."Apa ini tidak terlalu berlebihan?""Bapak tidak suka?" tanyanya dengan raut kecewa."Oh, bukan begitu. Justru saya sangat suka. Hanya saja, saya tidak menyangka kamu menyiapkan semua ini untuk saya."Naura bernapas lega. Ia mengambil kue ulang tahun yang sudah ia persiapkan dan membawanya ke hadapan Attar. "Bapak tiup dulu lilinnya, setelah itu kita nikmati hidang

Bab terbaru

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 35

    "Siang Mas. Bagaimana kabarnya hari ini? Aku lagi ada sedikit masalah di tempat kerja. Mas mau denger cerita aku gak?"Nada membenahi selimut yang menutup tubuh Attar, kemudian duduk di samping ranjang tempat pria itu berbaring. Setelah dinyatakan koma oleh Dokter, sudah empat bulan Attar masih belum sadarkan diri. Nada sempat syok mendengar kabar ini dari Salma. Pasalnya kondisi Attar sempat drop dan Dokter menyatakan harapan hidupnya sangatlah tipis. Namun, Nada terus meyakinkan Salma agar jangan menyerah. Nada meminta Salma supaya tidak meminta Dokter untuk mencabut alat-alat yang menempel di tubuh Attar yang saat ini dijadikan penopang hidup pria itu. Nada yakin Attar masih mempunyai harapan dan selama apa pun itu, Nada akan dengan setia menungguinya. Nada terus bercerita. Mengajak Attar berbicara seperti yang disarankan oleh Dokter. Meski mata pria itu tertutup, tetapi Nada yakin dalam alam bawah sadarnya, Attar masih bisa mendengar suaranya. "Bangunlah, Mas. Apa kamu tidak ing

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 34

    "Masyaa Allah, Mbak cantik sekali."Nada menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ya, Meisya benar. Ia memang cantik dalam balutan pakaian pengantin. Nada menghirup napas sebanyak-banyaknya untuk mengurangi kegugupan. Hari ini hari pernikahannya dengan Gibran. Sebentar lagi statusnya akan kembali menjadi seorang istri, tetapi dari pria yang berbeda. Semalam, Nada sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahan ini. Ia tidak ingin keluarganya dan keluarga besar Gibran menanggung malu. Untuk Attar ... Nada harus berusaha untuk bisa melupakan pria itu. Nada hanya bisa berdoa agar mantan suaminya segera siuman dan keadaannya makin membaik. "Mbak, kok Mbak malah murung? Senyum dong. Hari ini hari bahagia buat Mbak. Sebentar lagi Mbak akan menjadi istri dari Dokter Gibran. Apa ada yang mengganjal dalam pikiran, Mbak? Cerita sama aku biar perasaan Mbak sedikit lega," tutur Meisya seraya menggenggam tangan sang Kakak. Nada segera menghapus titik bening yang hampir keluar dari sudut netranya

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 33

    "Nad, ini kamu minum dulu.""Makasih, Cin."Nada menerima sebotol air mineral yang diberikan Cindy. Kini mereka berada di rumah sakit, menunggu Attar yang sedang ditangani oleh Dokter. Tembakan yang dilakukan orang itu tepat mengenai punggung Attar. Nada sempat histeris melihat Attar yang terkulai tak berdaya dengan darah yang keluar dari punggungnya. Beruntung polisi segera datang menyelamatkan mereka dan menangkap dua orang penjahat yang mencoba menghabisi Nada. "Aku takut banget, Cin. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada Mas Attar. Dia seperti ini karena menyelamatkan aku," ucap Nada di sela isakan. Semenjak Attar dibawa ke rumah sakit, Nada tidak berhenti menangisi mantan suaminya. Ia merasa bersalah karena menjadi penyebab Attar mengalami hal buruk seperti ini."Kamu tenang. Lebih baik kamu banyak-banyak berdoa supaya dia bisa diselamatkan. Apalagi besok kamu itu mau nikah, Nad. Kamu jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Nanti setelah tahu keadaan Attar, lebih baik kamu pula

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 32

    "Tidak!"Wandi setengah berteriak di depan dua orang yang mendatangi rumahnya. Orang tua pelaku pemerkosa putrinya itu mencoba bernegosiasi dengan menawarkan tanggungjawab dengan pernikahan, asalkan Wandi mencabut tuntutan dan putra mereka bebas dari penjara. Namun, Wandi tidak bodoh. Ia tidak akan pernah sudi menikahkan putrinya dengan orang bejad seperti putra mereka."Pak Wandi, kami datang ke sini untuk mengajak berdamai. Putra kami pun sudah bersedia menikahi putri Anda dan bertanggungjawab pada bayi itu. Apa Bapak tidak kasihan pada calon cucu Bapak jika ia terlahir tanpa seorang Ayah?" "Lebih baik cucu saya lahir tanpa seorang ayah daripada harus mendapatkan ayah seperti putra Anda. Saya masih bisa mengurusi cucu dan putri saya meski tanpa bantuan kalian. Sekarang, silahkan keluar dari rumah saya karena saya tidak akan berubah pikiran. Putra kalian tetap harus mendapatkan hukuman yang setimpal," tukas Wandi dengan geram. Ia sudah tidak ingin berbicara dengan orang yang mengang

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 31

    Setelah menemui Attar di kantornya tempo hari, Nada benar-benar membuktikan ucapannya untuk membantu Naura. Dibantu oleh Gibran, Nada mulai mencari orang yang menemukan Naura tergeletak di pinggir jalan untuk dimintai keterangan sekaligus dijadikan saksi di hadapan polisi. Atas keterangan dari Pak Wandi yang untungnya mengenal salah satu dari orang tersebut, akhirnya Nada dan Gibran mendapatkan informasi dan tidak ingin membuang waktu untuk melapor ke kantor polisi. "Laporan sudah diproses dan polisi akan memulai penyelidikan. Menurut temanku, mereka akan mengecek cctv yang dipasang di jalan itu untuk melihat plat dan jenis mobil si pelaku," terang Gibran yang membuat Nada sedikit bernapas lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku berharap semoga mereka bisa ditangkap secepatnya.""Aku pun berharap begitu." Gibran menimpali. "Aku berharap masalah ini segera selesai sebelum hari H pernikahan kita."Nada terpaku sesaat. Ia hampir melupakan pernikahannya dengan Gibran yang tinggal tiga Minggu

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 30

    Nada menghela napas panjang sebelum masuk ke gedung kantor milik mantan suaminya. Niatnya untuk membantu Naura sudah bulat. Ia berharap Attar mau bekerjasama dengannya untuk membuat Naura sembuh seperti sedia kala. Jika memang seperti apa yang pria itu katakan bahwa ia sudah tidak mempunyai perasaan apa pun lagi kepada mantan sekretarisnya, setidaknya Attar mau berbaik hati sebagai bentuk rasa simpati kepada wanita itu.Setelah memantapkan hati, Nada memasuki kantor diiringi tatapan dari para karyawan yang tentu saja mengenalnya. Bahkan sebagian dari mereka menyapa Nada dan dibalas dengan senyuman ramah."Pak Attar ada di tempat?" tanya Nada pada seorang wanita yang duduk di meja yang dulu ditempati Naura. Nada yakin wanita ini adalah pengganti Naura sebagai sekretaris Attar."Ada, Bu. Maaf, apa ibu sudah membuat janji?""Belum. Tolong sampaikan saja padanya Nada ingin bertemu.""Baik, Bu. Tunggu sebentar."Wanita itu menghubungi Attar dan memberitahu apa bahwa Nada ingin bertemu. Set

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 29

    "Bagaimana, Nak? Apakah kamu bersedia?"Abdullah mengulang pertanyaan setelah cukup lama Nada diam saja. Ia paham jika Nada masih kaget karena pertanyaannya yang mendadak. Akan tetapi, Abdullah tidak ingin menunggu lebih lama karena ia pun tahu jika sang putra sudah jatuh hati pada wanita ini. Ia tidak ingin Gibran terperosok ke dalam zina jika dibiarkan terlalu sering menemui Nada dan menghayalkan wanita ini.Nada melirik ke arah Gibran. Bisa ia lihat sorot mata penuh harap dari pria itu. Jika sudah begini, Nada tidak bisa jika harus mengecewakan Gibran dan keluarganya. Pun dengan papanya yang juga menaruh harapan besar padanya.Setelah memantapkan hati, akhirnya Nada mengangguk sambil menjawab, "iya, saya bersedia."Ucapan hamdalah dari semua orang yang berada di ruangan itu mengiringi jawaban dari Nada. Gibran tersenyum lega seraya menatap Nada dengan lekat, seakan ingin memberitahu bahwa ia sangat berterima kasih karena Nada mau menerimanya."Gib, jangan dipandangi terus. Belum ha

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 28

    "Anda tidak apa-apa, Pak?"Nada begitu khawatir melihat Wandi yang hampir saja limbung. Ia memapah tubuh Wandi untuk didudukkan di kursi tunggu. Nada sempat terpaku ketika melihat wajah Wandi. Ia seperti pernah melihat pria ini, tetapi Nada lupa di mana. Wandi mengucapkan terima kasih dengan lirih. Tubuhnya terasa makin lemah, mungkin karena efek kelelahan dan banyaknya beban pikiran yang ditanggungnya akhir-akhir ini karena kondisi sang putri."Terima kasih sudah membantu saya, Nak. Maaf merepotkan.""Tidak merepotkan sama sekali. Saya malah senang bisa membantu Bapak. Oh ya, kalau boleh tahu Bapak mau ke mana? Keadaan Bapak sepertinya masih lemah. Biar saya antar, takutnya Bapak tidak kuat berjalan," tutur Nada dengan masih memperhatikan wajah Wandi. Mencoba mengingat di mana ia pernah melihat pria paruh baya ini. "Saya ... mau ke ruangan putri saya," jawab Wandi dengan lemah. "Tapi Anda tidak perlu mengantar. Takutnya malah merepotkan. Setelah saya beristirahat sebentar, nanti ju

  • Wanita yang Mencuri Hati SuamikuĀ Ā Ā Bab 27

    "Bisa kita bicara?"Nada masih terpaku. Kedatangan Attar ke rumahnya yang tidak ia duga, membuatnya ketakutan. Takut sang Papa akan marah dan berakhir mengusir mantan suaminya ini. Meski rasa kecewa pada Attar sampai saat ini belum hilang, tetapi Nada tidak tega jika harus melihat Attar mendapatkan amarah dari papanya."Nad--""Mau bicara apa?" Nada akhirnya menjawab. "Tentang kita. Please, aku janji gak akan lama."Nada menghela napas. Anggukan ia berikan sebelum akhirnya berbicara. "Baiklah, tapi jangan di sini. Papa pasti marah kalau melihat Mas Attar. Tunggu aku di cafe biasa, nanti aku menyusul.""Kenapa gak sama-sama saja?" Attar kecewa."Gak bisa. Kalau Mas Attar mau, silahkan ke sana duluan. Kalau tidak, ya sudah kita tidak perlu bicara." "Oke, aku ke sana duluan."Attar akhirnya mengalah. Ia memasuki mobil dan pergi ke cafe terlebih dahulu. Sedangkan Nada meminta izin kepada Hendra untuk keluar menemui teman. Sebenarnya Nada merasa berdosa karena telah membohongi sang ayah.

DMCA.com Protection Status