Bab 68. Luka yang Teramat DalamAbyan sibuk mengejar Wani yang berlari kecil menuju lift. Dia harus segera sampai ke parkiran untuk melajukan motornya agar bisa memberitahu Olivia.Hati perempuan itu pasti teramat sakit. Namun, jika Wani memendam entah sampai kapan, dia bisa turut dibenci. Bagaimana pun, Olivia adalah sahabatnya.Menjadi calon ayah sambung bagi Kenzo? Bukankah hal tersebut sudah menjadi bukti kalau mereka memiliki hubungan spesial? Kepala Wani rasanya mau pecah, tak terasa bulir bening jatuh membasahi pipi.Abyan tidak berhasil mengejarnya karena Wani buru-buru menekan menutup lift, lalu menekan angka satu sebelum lelaki itu berhasil mengulurkan tangan.Menyayangi anak orang lain, menyenangkannya dengan jalan-jalan di mall serta memberi banyak hadiah, lalu mengabaikan anak sendiri. Apa hal tersebut masuk dalam sesuatu yang lumrah?No, Wani tidak pernah setuju jika ada seseorang yang mengambil anak orang lain, kemudian membuang anak sendiri. Wani menghembuskan napas ka
Bab 69. Teruslah Bersandiwara, Mas"Olivia ... maafin aku." Abyan berucap lirih setelah meletakkan ponsel istrinya. Dia menjatuhkan diri di lantai dengan perasaan sedih. Air mata menggenang di pelupuk mata."Kenapa kamu minta maaf, Mas?" tanya Olivia tanpa melepas bantal dari wajahnya."Karena aku telat pulang. Terlalu banyak masalah yang aku temui di jalan tadi, Oliv.""Masalah yang seperti apa, Mas? Ban mobil kempes? Kecopetan?""Iya, kamu dengar tadi aku jawab pertanyaan ibu ya?"Olivia tidak menjawab. Dia berusaha menelan kesedihan. Rasa penasaran tentang perempuan yang suaminya temui tadi masih menggerogoti jiwa.Sungguh, Olivia sangat tidak sabar untuk menemui Wani. Akan tetapi, bagaimana caranya sementara dia masih dalam masa nifas juga takut keluar rumah.Abyan terus menjelaskan tentang apa saja yang dia alami tadi. Tentu saja sebuah kebohongan seperti yang dia lakukan di hadapan ibu dan mertuanya tadi.Meskipun dalam hati merasa sangat berdosa, Abyan tetap melanjutkan karanga
Bab 70. Video CallPOV Olivia________________________"Mas? Kenapa kamu diam saja?" Aku beralih memegang pipi Mas Abyan dengan kedua tangan. Terasa hangat, lantas perlahan memerah. Aku tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran suami sendiri."Kenapa kamu menanyakan itu, Sayang? Dulu, aku pernah melahirkan dan apa rasa cintaku padamu berkurang?""Aku tidak tahu, Mas. Yang punya hati, kan, kamu. Jadi, pastilah kamu yang lebih tahu ketimbang aku.""Selama ini, kamu nggak merasakan? Aku cinta banget loh sama kamu!"Sedetik kemudian, aku tersenyum. Bukan karena bahagia, tetapi demi bisa menutupi luka. Kalau saja cinta, kenapa ada kasus dekat dengan perempuan lain?Sejumput nyeri kembali merebak cepat di dalam dada. Aku menarik napas panjang, menelan segala kesedihan yang ada. Andai saja boleh kembali ke masa lalu, mungkin sebaiknya aku hidup sendiri saja.Tanpa mengenal Mas Abyan, tanpa mengenal Rayan pula."Mas, aku merasakan semuanya. Sungguh, aku merasakannya!""Lalu?""Aku hanya b
"Kenapa aku harus menikahimu?"Aku bisa melihat dengan jelas raut wajah Mas Abyan. Siapa pun akan terkejut saat diminta untuk menikah, padahal sudah memiliki anak dan istri."Tetap pakai kamera belakang ya, awas beralih. Aku penasaran!" pintaku dengan intonasi suara sangat pelan.Dua orang dewasa yang saling berhadapan itu masih tetap diam. Andai saja tidak merasa nyeri pada jalan lahir, aku akan mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi demi bisa sampai, kemudian menangkap basah mereka.Mas Abyan harusnya tidak bertanya alasan, melainkan langsung memberi penolakan. Dia seorang lelaki, patutnya bersikap tegas daripada terus diancam-ancam.Kalau pun dilapor sama polisi, bukankah ada surat perjanjian? Lantas, sampai kapan Mas Abyan akan membiayai hidup mereka? Setelah keluar satu sampai lima milyar?No, itu namanya pemerasan. Mas Abyan tidak boleh terus memakai hati nurani. Urusan Kenzo yang butuh nafkah bukan kewajiban Mas Abyan. Ayahnya yang meninggal pasti masih memiliki sanak keluarga
POV AUTHOR ___________________ "Tidak, Bu. Mas Abyan tidak kecelakaan, aku hanya khawatir kalau misal terjadi sesuatu." "Nak, katakan. Ibu takut terjadi sesuatu sama Abyan." Olivia menghela napas panjang. Bagaimana bisa dia menceritakan tentang semua yang dilihatnya pada ibu mertua? Kalau penyakitnya kambuh bagaimana, sementara hanya ada mereka berdua di sana selain Bi Inem dan Bi Surti. Namun, jika terus menyimpan rahasia itu sendirian, lantas terjadi sesuatu, apa dia akan disalahkan atau dianggap melakukan kerjasama dengan Nadin? "Abyan kenapa? Dia di mana?" desak Ibu Namira lagi membuat Olivia semakin bingung. Dia dilema bahkan sangat dilema. "Katakan, Nak. Ibu tidak masalah. Berbagilah cerita, anggap ibu ini teman kamu. Kalau terjadi sesuatu pada Abyan, ibu akan selalu mendoakannya. Doa ibu untuk anak, doa istri untuk suami itu insya Allah sama-sama makbul. Ceritakan, Nak, ibu tidak akan marah. Justru ibu bisa semakin penasaran." Olivia menghela napas panjang lagi. Dia mem
Olivia : Kenapa kamu gak angkat telepon dariku, Mas? Kamu lagi sibuk banget, ya, kerjanya?Pesan Whats-App dari Olivia membuat Abyan mengusap wajah gusar. Dia membacanya dari luar, jadi masih aman apalagi menyembunyikan status kalau akun itu sedang online.Ponsel dia simpan di saku celana, kemudian melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi kerja.Ada perasaan khawatir ketahuan sama Wani lagi. Meskipun Olivia tetap di rumah karena kondisi yang tidak memungkinkan, tetap saja bisa menemukan jawaban atas segala teka-teki yang bersarang dalam benaknya karena memiliki sahabat paling setia dalam segala hal.Abyan terus membelah jalan dengan perasaan sedih. Bibirnya terangkat tipis lantas bergumam, "maafkan aku, Olivia."Sementara rumah yang baru saja dia tinggal kembali sepi dari penghulu dan kedua saksi. Hanya tersisa tiga orang hitam tadi di sana. Mereka tersenyum menerima sebuah amplop tebal dari Nadin."Kalau Bu Nadin perlu bantuan, kami akan segera datang.
"Bener juga, sih, Mas. Kalau ada Tante Lisa sama Om Herman, khawatir kamu dipaksa pisah sama anaknya. Bagaimana pun, mereka pasti gak mau Olivia terluka. Senang atau tidak, tetap saja kamu mengucapkan ijab qabul di depan penghulu dan dua saksi.""Tapi kan nikahannya gak sah karena Nadin masih dalam masa iddah, Wan," sela Yasin merasa tidak terima.Dia memang tidak kenal dengan Olivia. Namun, tentu memiliki rasa simpati. Bagi mereka yang berakal tentu merasakan hal serupa dengan Yasin. Belum genap seminggu melahirkan, kemudian suami menikah lagi apakah pantas?No, sangat tidak wajar."Benar juga, sih. Kalau menurut aku lebih baik beritahu sekarang, gak peduli ada mertua atau sudah pulang. Mereka pasti bantu bahkan bisa melapor ke polisi dengan banyak pertimbangan. Hari itu kamu tidak sengaja menabrak mereka, kan, Mas? Cuman ya tetap salah karena menyalip kendaraan. Meski begitu, tetap akan ada pertimbangan karena kami sudah ngasih cukup banyak uang ganti rugi, kan, Mas?"Abyan mengangg
Bab 75. Pergi dari Hidupmu"Olivia, kamu nampar aku?!""Iya, aku nampar kamu. Kenapa?!" Emosi Olivia semakin memuncak bahkan tanpa sadar telah meninggikan suara.Ibu Namira bergerak cepat membawa cucunya keluar dari kamar karena terkejut, lalu menangis. Di dalam kamar, Wani menitikkan air mata. Dia sudah berusaha membantu sebisa mungkin, tetapi justru mendapat masalah serta menjadi korban."Aku nggak nyangka kalau kamu itu pengkhianat!" bentak Olivia lagi, amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Sekarang dia merogoh tas selempang yang dipakai, kemudian melempar kartu ATM ke lantai dengan kasar. "Noh, ambil punya kamu. Jangan titip ke aku. Nanti duit kamu aku ganti, baru ambil lima puluh ribu kok buat beli bensin. Ini juga gara-gara ngikutin suami kamu!""Kamu ngikutin aku?" Abyan menyela."Iya, karena disuruh sama istri kamu yang super duper baik itu. Aku janji bakal ganti." Setelah itu, melangkah cepat ke luar kamar tanpa mengindahkan omelan dari Olivia.Sekarang dia tidak lagi pedul
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa