Pintu utama terbuka, muncullah Olivia dengan wajah lesu dan pucat pasi. Abyan langsung menghambur dalam pelukan perempuan itu. Napasnya tersengal, terasa lelah. Namun, sekarang sedikit lega karena masih bisa melihatnya."Apa yang terjadi, Sayang? Kenapa tadi ibu nangis-nangis?""Tidak ada, Mas. Memangnya kenapa?" Kening Olivia mengerut, menatap malas pada suaminya."Firasatku, kamu jatuh dari tangga.""Kita gak punya tangga, Mas.""Oh iya." Abyan menepuk jidat sendiri. Entah kenapa dia bisa berpikir ke sana padahal kontrakan mereka tak ada tangganya. Bahkan rumah yang baru saja dijual pun sama.Ah ya, mungkin karena desain rumah baru mereka rencana akan ditingkat dua. Jadi, tentu saja ada tanggal di dalam rumah. Abyan menghela napas panjang, dia lantas melangkah menuju dapur hendak mengambil minuman untuk meredakan rasa lelahnya."Ibu mana?""Tidak tahu.""Papa?""Tidak tahu.""Sejak tadi kamu gak lihat ibu sama papa sampai gak tahu mereka di mana?""Iya."Melihat Olivia yang terkesan
"Apa katamu?!" Jelas sekali gurat kecewa di wajah Abyan mendengar jawaban dari istrinya.Seorang istri yang begitu dia cintai harus mendua bahkan mengusir mertua sendiri? Abyan tidak menduga, padahal perempuan itu telah banyak berkorban demi keluarga suaminya."Aku mengusir ibu dan papa karena sibuk ngurusin hidup aku, Mas!" ulang Olivia dengan raut wajah santai, lantas kembali menonton televisi.Semua yang Abyan dengar bagai sambaran petir di siang bolong. Napasnya tersengal, emosi tiba-tiba saja memuncak. Sayang sekali karena dulu dia bersumpah tidak akan menyakiti fisik Olivia lagi."Laki-laki mana yang menjadi selingkuhanmu? Ingin kupecahkan kepalanya!""Aku tidak mau memberitahumu. Duduk saja, nikmati hidup. Ibu sama papa sudah dewasa, mereka pasti tahu bagaimana cara bertahan hidup.""Olivia?!" bentak Abyan, kedua mata menampilkan semburat merah. Dia memaksa perempuan itu ikut berdiri.Mereka saling pandang. Jelas sekali tidak ada rasa takut dalam diri Olivia. Perempuan itu just
Bab 42. Teriakan Maut"Mas!""Abyan!"Lelaki itu hanya tertawa. Sebenarnya sejak tadi dia memang marah, tetapi amarah itu meluruh seiring terdengarnya lagu Happy Birthday. Dia langsung tahu kalau memang mereka hanya mencoba memberi kejutan.Melihat dekorasi balon dalam kamar begitu banyak. Abyan tahu apa yang harus dia lakukan. Maka tanpa persiapan matang, dia akting pura-pura pingsan.Sayang sekali karena hanya berlangsung sebentar. Dia takut jika ibunya kerepotan membawa Abyan ke rumah sakit sambil menangis, padahal hanya prank semata. Bisa-bisa netizen memviralkan, lalu mengecap Abyan sebagai anak durhaka."Mas, kok tega banget, sih? Jantungku sampai mau copot rasanya!" gerutu Olivia memanyunkan bibir tipisnya."Iya, loh. Ibu sama papa kamu juga kaget." Ibu Namira menambahkan."Kalian pikir aku gak kaget? Semula aku pikir Olivia jatuh dari tangga, padahal di kontrakan kita gak ada tangga. Lalu aku pikir Ibu sama Papa emang diusir dari sini gara-gara Olivia mau berduaan sama pacarny
Bab 43. Rasa CemburuAbyan mendorong kasar tubuh Fatah. Namun, tanpa sengaja menyentuh dadanya. Perempuan jadi-jadian itu langsung menjilat bibir sendiri, sementara Abyan melompat ke belakang Olivia.Sungguh, dia bisa saja mematahkan leher makhluk tersebut, tetapi memilih menghindar saja karena tahu bahwa waria biasanya tidak punya malu berteriak mengaku hamil padahal bodong dan sebagainya.Abyan tidak mau menjadi korban. Apalagi sekarang dia sudah punya istri. Bagi Abyan, pacaran dengan makhluk jadi-jadian bisa merusak harga dirinya karena seolah tidak ada perempuan tulen lagi di dunia ini."Empuk, kan, Mas? Lebih empuk ketimbang dada rata istri kamu.""Heh, Pak Lampir. Pertama, jangan banding-bandingin yang kawe sama ori suami aku mau original walau kalah gede sama punya kamu. Terus, sejak kapan laki-laki punya rahim?""Aduh, calon adik madu aku. Kamu itu ya selalu lupa sama nama aku. Kenalin, Fatma. Oke? Fatma, ingat itu, bukan Pak Lampir atau Fatah. Bego banget, sih!" cetus Fatah
Bab 44. Ucapan SelamatDua hari setelah kejadian itu, Olivia benar-benar memikirkan kehidupan pernikahannya. Bagaimana tidak, ucapan Fatah kemarin masih terngiang dalam pikiran.Belajar dari pengalaman Kamila kemarin, bisa saja dia melakukan kesalahan yang sama. Apalagi dia juga ibarat tak peduli dengan dosa. Olivia menghela napas panjang, resah dan gelisah.Hal paling dia takuti adalah saat tak bisa mengawasi aktivitas Abyan. Pasalnya, Olivia kerap mengantuk, mungkin saja memang pengaruh hamil."Kenapa, Sayang? Kamu sejak tadi kayak orang lagi banyak pikiran gitu sampai ngusap wajah kasat berkali-kali," tegur Abyan membawakan secangkir teh hangat pesanan sang istri.Sejak tadi pagi sampai sore, dia hanya menghabiskan waktu dengan rebahan dan sesekali makan camilan buatan ibu mertua. Selalu begitu, setiap hamil dia akan bersikap jauh lebih manja dari biasanya."Masih memikirkan omongan Fatah?" sambung Abyan lagi sesaat setelah meletakkan cangkir tersebut di nakas, lalu duduk di tepi r
Seratus hari berlalu tanpa terasa. Selama itu pula Abyan harus menuruti semua keinginan sang istri yang lebih dari kata aneh. Sebenarnya lelah, tetapi mau bagaimana lagi sakit sakitnya mengandung serta melahirkan bukan dia yang merasakan.Biasanya, Olivia akan meminta makanan semisal junk food atau fast food. Lihat saja, dalam kurun waktu tiga bulan berat badannya bertambah lima belas kilogram. Meski begitu, tetap tidak mengurangi kadar kecantikannya.Aneh bahkan semakin aneh dari hari ke hari. Olivia pernah minta dibelikan mie bakso tanpa bakso dan bumbu, lalu mie ayam tanpa ayam bahkan gado-gado tanpa bumbu kacang. Pernah pula memaksa Abyan membeli sepotong donat, juga selembar mie dengan semangkuk air sop bakso.Dan yang paling gila menurut Abyan adalah memintasetengah gelas jus di restaurant. Dia malu bukan main, meskipun memakai masker, menyamar sebagai konten kreator."Mas, cosplay dong jadi apa gitu!" Lagi, untuk ke sekian kalinya Olivia meminta sesuatu yang aneh."Kemarin jadi
Bab 46. Dia Kembali."Tadi kamu bilang apa, Wi? Namanya siapa?""Kamila, Mbak. Kamila Mentari."Jantung Olivia berdegup lebih cepat dari biasanya ketika mendengar nama itu. Sejak saat itu, mereka tidak lagi pernah bertemu dan kehidupan pernikahannya baik-baik saja. Entah apa yang membawa gadis sialan itu menemui Dewi.Cukup lama terdiam, Olivia tidak menyadari jika Dewi sudah duduk di sampingnya sambil membawa pizza. Ya, makanan yang dibawa oleh Kamila untuk Dewi sebagai tanda mereka berteman.Menghela napas berat, pikiran Olivia semakin tidak karuan. Beribu prasangka bersarang dalam otak, dia berharap kedatangan Kamila hanya sebuah kebetulan yang tak akan pernah ada kali ke dua lagi."Sendirian aja, Mbak?" tanya Dewi memecah lamunan Olivia. Perempuan itu mengangguk, lantas menjawab, "Mas Abyan di dalam. Ibu sama papa belum pulang.""Mbak Oliv kenapa kepo tentang perempuan tadi?""Kamu ada urusan apa sama dia? Maksudnya kalian sudah lama kenal? Kok tiba-tiba dia datang ke sini?""Ada
Bab 47. Tangisan Olivia"Kamu bilang melihat Kamila? Di mana?"Olivia menghela napas panjang. Tangannya menarik kasar kursi putih itu, kemudian menjatuhkan bobot di sana. "Di depan rumah kita, Bu. Dia bicara sama Dewi. Katanya mereka teman online dan baru pertama kali ketemu.""Ibu bukan mau su'udzon, tapi apa semuanya memang suatu kebetulan? Bisa jadi Kamila mengintai diam-diam sampai tahu alamat ini atau saat Abyan dalam pengaruh sihir dulu memang sudah pernah cerita masa lalu. Atau dia bekerjasama dengan Dewi? Toh, Dewi juga punya perasaan istimewa sama Abyan."Mendengar dugaan ibu mertua menambah keresahan dalam hati Olivia. Benar, ada kemungkinan mereka bekerjasama atau bisa jadi Kamila melakukannya sendiri dengan berpura-pura menjadi teman online Dewi.Untuk menanyakan pemilik rumah memang wajar karena rumah Abyan paling mencolok di antara yang lain. Akan tetapi, kenapa bertemunya saat mereka baru di sana?Resah dan gelisah. Olivia mengusap wajah gusar berulang kali. Melihat jam
Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.
Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa
Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe
Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu
Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob
Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"
Bab 85. Jawaban dari Sebuah Pertanyaan"Pelankan suaramu, nanti Timothee dengar!""Memangnya dia tidak boleh tahu, Mas? Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, tetapi dia masih terlalu kecil. Timothee bisa hilang kesadaran atau justru mengamuk.""Memang mamanya meninggal di mana, Mas?""Olivia, aku harap kamu bisa tenang dulu sekarang. Sudah jauh malam, besok aku jelaskan, oke?"Sadar dia tak mendapat jawaban yang sesuai keinginan, Olivia beringsut masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Dia kesal karen merasa Abyan menyembunyikan sesuatu.Sementara lelaki itu bersandar panda dinding sambil mengacak rambutnya. Dia semakin bingung sekarang, tetapi di sisi lain sedikit bersyukur karena bisa menyelamatkan Kenzo.Hatinya resah, sedangkan waktu terus berputar. Abyan tidak bisa tidur sekarang. Dia melirik pada ponsel dan membuka aplikasi hijau berlogo telepon itu menunggu pesan dari Kamila.Dia sangat penasaran, tetapi ternyata saat mencoba mengirim pesan, akunnya sudah cen
Bab 84. Perempuan tak BernyawaLepas makan siang bersama, Papa Zafir dan Ibu Namira beristirahat dalam kamar, begitu pula dengan Kenzo. Anak lelaki itu ditemani Bi Inem karena dia masih sakit kepala meskipun demam sudah turun.Kamar Kenzo ada di tengah yang pernah ditempati oleh Bu Lisa dan suami, sedangkan Olivia kembali ke lantai satu. Dia belum bisa naik turun tangga lebih sering karena takut terpeleset."Mas, Timothee itu beneran bukan anak orang jahat, kan? Aku takut dia bawa bom dan meledakkannya di rumah kita. Dia anak orang Prancis, bisa saja kan punya bibit penjajah," kata Olivia menyampaikan unek-unek yang sejak tadi dia pendam."Menurut kamu dia anak orang jahat? Kamu mencurigai Timothee?"Olivia menggeleng mendengar suaminya balik bertanya. Saat memasukkan pakaian Kenzo ke dalam lemari, Bi Surti mengaku tidak menemukan benda mencurigakan. Papa Zafir pun turut memeriksa karena khawatir.Melihat Kenzo yang memilih diam, kecuali berbicara ketika ditanya, hati Olivia memaksa u
Bab 83. Nama BaruPOV AUTHOR___________________"Kenapa terkejut begitu?" lanjut Olivia mendekati suaminya."Nggak apa-apa, Sayang. Tadi cuma lagi serius scrool video di Insta-gram, ada gitu yang bunuh selingkuhan sendiri biar gak ketahuan dari istri pertama." Abyan menjawab sambil berusaha menetralkan suasana hati agar kebohongannya tidak terkuak.Olivia sendiri mengangguk, lalu gegas kembali ke kamar saat mendengar tangisan Muammar. Lelaki itu mengelus dada, sekarang bisa bernapas lega. Bagaimana tidak, tadi dia menerima pesan dari Nadin agar Kenzo ikut tinggal dengannya dengan alasan sibuk.Jujur saja, Abyan bingung. Jika dia membawa Kenzo ke rumah, bukankah akan menuai kontroversi? Pasti Olivia bertanya dia siapa dan bagaimana mereka bertemu. Bagus kalau seandainya Kenzo bisa diajak kerjasama, pasti aman.Pesan dari Nadin kembali masuk ke akunnya. Abyan mengusap wajah, lalu menanyakan perihal itu pada Kamila. Lihatlah bagaimana dia berkirim pesan dengan dua perempuan sekaligus pa