Share

Bab28. Penolakan Adam

Penulis: Hada_tm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Seperti yang dikatakan Adam. Akhir pekan ini, Adam mengajak Husein dan Salwa, untuk berkunjung ke rumah Pak Ramli.

Saat Adam melihat Husein dan Salwa berjalan beriringan, Adam pun tersenyum menatap mereka. "Kalian sudah siap?" tanya Adam yang sedang duduk di kursi ruang tamu.

"Sudah, Mas!" jawab Salwa.

Husein dan Adam yang kompak memakai kemeja kotak-kotak berlengan panjang, dan Salwa yang memakai gamis dengan warna senada dengan kemeja yang dipakai Adam dan Husein.

"Ayo! Kita berangkat sekarang!" Adam kemudian berdiri dari duduknya.

"Bismillahirrahmanirrahim! Semoga ini menjadi yang terbaik untuk semua. Semoga keputusanku ini tidak menyakiti hati keluarga Pak Ramli," ucap Adam dalam hati.

Seperti biasa, Adam membonceng Salwa, sedangkan Husein menaiki motornya sendiri.

"Mas Husein hati-hati ya!" pesan Salwa sebelum mereka benar-benar berangkat.

"Iya! Kalian juga hati-hati ya!" balas Husein.

Hampir satu jam perjalanan mereka menuju ke rumah Pak Ramli, akhirnya mereka sampai jug
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   29. Penjelasan Adam

    "Maafkan Adam, Pakde! Tapi untuk saat ini, Adam benar-benar tidak bisa meninggalkan mereka," ucap Adam sambil tersenyum melihat kedua adiknya itu.Ada keheningan setelahnya. Pak Ramli juga tidak bisa memaksa Adam untuk menerima anaknya.Kalau ditanya apakah Pak Ramli kecewa? Jelas, Pak Ramli sangat kecewa dengan penolakan Adam.Apalagi Nurul, anaknya lah yang mengajukan untuk bertaaruf kepada Adam. Pak Ramli merasa sedih untuk Nurul.Entah darimana Nurul bertemu dengan Adam, sehingga membuat Nurul berani memintanya untuk melamar Adam lewat almarhum Abah Ali."Boleh Pakde bertanya, Dam?"Adam mendongak untuk melihat Pak Ramli."Boleh, Pakde!" jawab Adam."Jika Pakde tanya tentang kesiapan kamu untuk menikah, apakah kamu sudah siap?"Pak Ramli benar-benar berusaha untuk mengubah jawaban Adam. Selain karena untuk anaknya. Pak Ramli juga ingin sekali memiliki menantu dari salah satu anaknya Ali Habibah.Adam terdiam sebentar. Adam memikirkan kembali perasaannya, apakah dia benar-benar sud

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   30. Tentang Walimatul 'Urs

    Sudah dua hari Amira pergi ke Semarang, untuk menghadiri walimatul 'urs kerabatnya. Sekaligus juga Amira akan melihat pameran busana yang kebetulan juga diadakan di Semarang. Hari ini, Salwa memutuskan untuk menutup butiknya. Bukannya tidak mampu bekerja sendirian. Tidak lain karena hari ini Salwa harus mengecek kain yang tersedia di kios Adam. Saat seperti ini, biasanya ada Amira yang menjaga butik. Namun kali ini, Salwa sendirian, tidak ada yang membantu. Selesai mengecek kain yang diinginkannya. Salwa kemudian duduk santai di meja kasir, sembari menunggu pelanggan. Daripada waktu luangnya tidak sia-sia, Salwa memutuskan untuk membantu Adam di kios untuk hari ini. "Dek, kamu mau makan apa?" tanya Adam. Selesai sholat dzuhur, Adam memutuskan mencari makan siang untuk mereka berdua. "Apa aja, Mas! Kalau ada yang pedes-pedes. Atau kalau tidak ada makanan yang pedas, yang ada sambal ya!" balas Salwa. "Ya sudah! Mas Adam pergi dulu ya! Kamu beneran nggak apa-apa kan ditinggal Ma

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   31. Tegas Dalam Berbicara 1

    "Hmmm! Menurut Salwa, jika mereka tidak mampu untuk mengadakan walimatul urs', tidak apa-apa hanya untuk mengundang tetangga dekatnya saja. Kalau memang benar-benar tidak bisa untuk mengadakan walimatul urs' karena memang tidak ada biaya, menurut Salwa tidak ada salahnya mereka hanya memberi kabar kepada tetangga dan orang-orang disekitarnya. Karena kita memang tidak pernah tahu bagaimana sebenarnya keadaan orang-orang tersebut kan!""Lanjutkan penjelasan tentang bagaimana anjuran dari Rasulullah SAW tentang walimatul urs'!" ucap Adam.Salwa mengangguk lalu mengingat-ingat bagaimana dulu abahnya dan Guru ngajinya menjelaskan padanya tentang walimatul urs'. Walaupun tidak ingat semuanya, paling tidak Salwa masih mengingat beberapa hal."Tadikan tentang anjuran mengadakan walimatul urs'. Salwa nggak ingat banyak Mas karena hadistnya banyak. Tapi Salwa ingat satu hadist lagi mas!"Dari Anas, ia berkata, "Nabi SAW tidak pernah menyelenggarakan walimah atas (pernikahannya) dengan istri-is

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   32. Tegas Dalam Berbicara 2

    Setelah mendengar dari cerita Adam, Abah Ali bisa mengambil kesimpulan jika putrinya yang kalau bicara suaranya terlalu lembut, hingga menimbulkan salah paham seperti itu.Setelahnya Salwa ditegur dengan keras Abahnya untuk tidak berkata lembut kepada laki-laki lain di luar sana.Abah menyuruh Salwa untuk berkata dengan tegas dan tidak dengan menggunakan suara yang lembut seperti saat Salwa tengah berbicara kepada keluarganya.Salwa hanya boleh berbicara seperti biasanya hanya di depan keluarganya, orang tua dan anak yatim. Masih boleh berbicara dengan lemah lembut kepada sesama wanita.Selebihnya, Abah meminta Salwa jika berbicara dengan laki-laki lain harus menegaskan suaranya. Bukan kasar, hanya tegas dan tidak lemah lembut seperti jika dia berbicara dengan keluarganya.Salwa saat itu sampai menangis karena tidak menyangka jika cara dia berbicara bisa membuat orang lain salah paham. Bahkan sampai ditegur dengan keras oleh Abahnya.Sejak saat itu, Salwa lebih memilih untuk diam jika

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   33. Tentang Rasa

    Setelah kembali ke kantor, Andhika benar-benar tidak bisa fokus dalam bekerja.Bayang-bayang Salwa yang mencium pipi Husein masih menari-nari di pikirannya.Jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Andhika sadar dan paham betul jika percuma saja dia memiliki perasaan untuk Salwa, karena pada akhirnya dia tidak akan bisa bersama dengan Salwa.Tembok yang menghalanginya sangatlah besar dan tinggi, dan sangat tidak mudah untuk dihancurkan. Atau mungkin malah tidak bisa dihancurkan.Mungkin bisa dihancurkan, jika Andhika mau menjadi mualaf. Itu pun masih belum tentu dia akan berjodoh dengan Salwa.Walaupun Andhika paham dan sadar betul. Tapi Andhika juga tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk membayangkan jika seandainya dia bisa menikah dengan Salwa.Meski belum lama kenal. Tapi Andhika yakin Salwa nantinya akan menjadi seorang Istri yang baik dan juga Ibu yang baik.Bukan tanpa alasan Andhika menilai Salwa seperti itu.Pertama dilihat dari sikap Husein selama Andhika mengenalny

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   34. Tidak Ada Yang Sempurna

    Siang ini di butik, Salwa dan Amira tengah beristirahat setelah selesai sholat Dzuhur dan selesai makan siang.Mumpung belum ada pembeli, Amira bertanya-tanya kepada Salwa tentang laki-laki yang beberapa hari lalu datang ke butik bersama Husein.Amira yang memang menyukai keindahan langsung terpana melihat ketampanan wajah Andhika.Dalam hati Amira berpikir, jika tidak berjodoh dengan Adam, laki-laki yang datang ke butik bersama Husein boleh juga."Ayo dong, Wa! Aku penasaran banget nih sama cowok yang datang kemarin sama Mas Husein!" Amira dengan penuh semangat merecoki Sawla yang sebenarnya sangat enggan membicarakan tentang Andhika.Sebenarnya Amira sudah ingin menanyakannya dari kemarin-kemarin, setelah Husein datang bersama Andhika. Tapi baru kali ini ada kesempatan yang pas untuk menanyakannya."Memangnya kalau kamu sudah tahu dia siapa, kamu mau apa?" tanya Salwa heran."Ya mau di ajak kenalan dong! Siapa tahu jodoh kan? Daripada nunggu kepastian dari Mas Adam yang belum juga ke

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   35. Ziarah 1

    Pagi hari sekitar jam delapan, Salwa beserta Adam sudah sampai di pemakaman umum, dimana tempat Abah dan Umi dimakamkan.Mereka berdua di luar makam menunggu kedatangan Husein, Andhika dan Amira untuk ziarah bersama-sama.Tidak tahu bagaimana ceritanya, Andhika tiba-tiba saja ingin ikut ziarah ke makam Abah dan Umi, jadi Husein sekarang sedang menjemputnya di kost an.Sedangkan Amira, kemungkinan dia masih berada di jalan."Amira sudah berangkat kan, Dek?" tanya Adam memecah keheningan."Sudah kok, Mas! Mungkin sekitar lima menitan lagi dia sampai!"Adam menganggukkan kepalanya. Dalam hati Adam merasa bersyukur jika masih banyak orang yang mengingat kedua orang tuanya.Mengingat kembali pada hari kepergian Abah dan umi. Mereka terpaksa harus segera menguburkan Abah dan Umi malam itu juga. Padahal saat sudah lewat jam satu malam.Bukan tanpa alasan. Kebetulan esok hari itu akan ada acara walimahan tetangga mereka. Meskipun bukan tetangga dekat, tapi masih satu komplek. Dan di komplek me

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   36. Ziarah 2

    Andhika menahan diri, yang rasanya ingin sekali untuk segera bertanya tentang rasa penasarannya itu.Dia hanya diam melihat ke empat orang yang sedang sibuk mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar makam.Banyak sekali yang ingin Andhika tanyakan kepada Husein atau kepada Adam.Mengapa makam orang tua mereka hanya diberikan batu diatasnya, bahkan juga tidak ada nama di batu tersebut.Sangat jauh berbeda dengan apa yang selama ini diketahuinya, dan tidak seperti makam-makam yang ada disekelilingnya. Ada banyak yang di kijing. Bahkan ada yang diberi bangunan seperti rumah diatasnya. Semakin heran saja Andhika melihatnya.Memang ini bukan pertama kalinya dia melihat bangunan rumah di makam. Tapi yang menjadi pertanyaan Andhika adalah. Mereka kan sama-sama beragama Islam, mengapa perbedaan makam di antara mereka begitu besar.Dalam pikiran Andhika, bukankah mereka satu keyakinan, bukankah seharusnya mereka sama dalam perkara makam. Sama seperti ketika orang Islam sama-sama shal

Bab terbaru

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   39. Tujuan

    Berbulan-bulan telah berlalu. Kehidupan mereka masih berjalan seperti biasanya.Andhika yang masih belum bisa menghapus rasa sukanya pada Salwa. Dan juga masih sering curhat dengan Dara.Sedangkan Ridwan, semakin sering dia berkunjung ke rumah Adam. Tentu saja dengan alasan menyambung tali persaudaraan yang sudah lama terputus.Padahal alasan utama sebenarnya Ridwan sering berkunjung ke rumah Adam, adalah untuk mencari celah bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan restu dari kedua Kakak Salwa itu.Niat Ridwan yang ingin mempersunting Salwa sudah bulat. Namun sebelum dia melamar Salwa secara resmi, Ridwan harus terlebih dahulu mendapatkan restu dari Adam dan Husein.Sesuai dengan tebakan Ridwan sebelumnya, sangat sulit mendapatkan restu dari Adam maupun Husein.Kedua laki-laki tersebut sangat protektif terhadap Salwa. Dari kesekian kali kunjungan Ridwan ke rumah Adam, hanya sekilas Ridwan bisa bertatap muka dengan Salwa, yaitu ketika Salwa mengantarkan minuman untuknya. Selebihnya, Sa

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   38. Sakit Sendirian

    "Nggak semudah itu aku kembali lagi ke Bandung! Aku baru aja lho di Solo. Kontrak untuk kerja disini masih panjang. Nggak profesional banget kesannya kalau aku tiba-tiba mengajukan pindah lagi ke Bandung!" balas Andhika. "Apalagi ini karena urusan pribadiku!" lanjutnya."Ya udah! Kalau gitu gimana senyamanya kamu aja! Aku juga cuma kasih saran!" balas Dara."Aku tahu! Btw, makasih ya, Dar! Udah mau dengerin curhatanku selama ini. Kamu memang yang terbaik! Aku tutup dulu ya! Mau istirahat! Bye!""Bye!"Setelah sambungan telepon terputus, lagi-lagi Dara merasa jika dirinya adalah wanita yang sangat bodoh. Lebih tepatnya bodoh karena cinta.Sudah tahu pasti akan terluka, masih saja mau mendengar curhatan Andhika tentang wanita lain, padahal dia sendiri juga menyukai Andhika."Kalau dipikir-pikir, ternyata aku kuat juga ya jadi wanita. Jadi tempat curhatan gebetan selama ini. Kenapa hidupku nyesek banget sih!" monolog Dara yang tanpa sadar, air matanya kembali menetes untuk yang kesekian

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   37. Curhat

    Semakin hari, perasaan galau Andhika semakin menjadi. Rasa sukanya kepada Salwa bukannya hilang tapi malah semakin bertambah.Saat ini Andhika sedang berbaring santai di kamar kost nya.Andhika kembali mengenang saat-saat awal dia bertemu dengan Salwa.Wanita yang menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan wanita lain, sangat berbeda dengan kebanyakan wanita yang pernah Andhika jumpai.Berawal dari rasa kagum, menjadi rasa suka. Bahkan mungkin sekarang bisa dikatakan rasa sukanya sudah berubah menjadi rasa cinta."Tuhan! Begini amat perjalanan cintaku!" ucap Andhika sembari mengusap wajahnya.Mau memperjuangkan tapi sudah kalah duluan."Curhat sama Dara aja deh!" Putus Andhika.Lalu Andhika mencari ponselnya untuk menghubungi Dara."Hallo!" sapa Dara di seberang sana. "Kenapa? Ada masalahkah? Atau kamu butuh bantuan?" lanjutnya.Andhika terdiam sejenak. "Aku mau curhat!" ucap Andhika."Masalah Salwa lagi? Kali ini kenapa lagi?" tanya Dara. Karena ini memang bukanlah pertama kali And

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   36. Ziarah 2

    Andhika menahan diri, yang rasanya ingin sekali untuk segera bertanya tentang rasa penasarannya itu.Dia hanya diam melihat ke empat orang yang sedang sibuk mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar makam.Banyak sekali yang ingin Andhika tanyakan kepada Husein atau kepada Adam.Mengapa makam orang tua mereka hanya diberikan batu diatasnya, bahkan juga tidak ada nama di batu tersebut.Sangat jauh berbeda dengan apa yang selama ini diketahuinya, dan tidak seperti makam-makam yang ada disekelilingnya. Ada banyak yang di kijing. Bahkan ada yang diberi bangunan seperti rumah diatasnya. Semakin heran saja Andhika melihatnya.Memang ini bukan pertama kalinya dia melihat bangunan rumah di makam. Tapi yang menjadi pertanyaan Andhika adalah. Mereka kan sama-sama beragama Islam, mengapa perbedaan makam di antara mereka begitu besar.Dalam pikiran Andhika, bukankah mereka satu keyakinan, bukankah seharusnya mereka sama dalam perkara makam. Sama seperti ketika orang Islam sama-sama shal

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   35. Ziarah 1

    Pagi hari sekitar jam delapan, Salwa beserta Adam sudah sampai di pemakaman umum, dimana tempat Abah dan Umi dimakamkan.Mereka berdua di luar makam menunggu kedatangan Husein, Andhika dan Amira untuk ziarah bersama-sama.Tidak tahu bagaimana ceritanya, Andhika tiba-tiba saja ingin ikut ziarah ke makam Abah dan Umi, jadi Husein sekarang sedang menjemputnya di kost an.Sedangkan Amira, kemungkinan dia masih berada di jalan."Amira sudah berangkat kan, Dek?" tanya Adam memecah keheningan."Sudah kok, Mas! Mungkin sekitar lima menitan lagi dia sampai!"Adam menganggukkan kepalanya. Dalam hati Adam merasa bersyukur jika masih banyak orang yang mengingat kedua orang tuanya.Mengingat kembali pada hari kepergian Abah dan umi. Mereka terpaksa harus segera menguburkan Abah dan Umi malam itu juga. Padahal saat sudah lewat jam satu malam.Bukan tanpa alasan. Kebetulan esok hari itu akan ada acara walimahan tetangga mereka. Meskipun bukan tetangga dekat, tapi masih satu komplek. Dan di komplek me

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   34. Tidak Ada Yang Sempurna

    Siang ini di butik, Salwa dan Amira tengah beristirahat setelah selesai sholat Dzuhur dan selesai makan siang.Mumpung belum ada pembeli, Amira bertanya-tanya kepada Salwa tentang laki-laki yang beberapa hari lalu datang ke butik bersama Husein.Amira yang memang menyukai keindahan langsung terpana melihat ketampanan wajah Andhika.Dalam hati Amira berpikir, jika tidak berjodoh dengan Adam, laki-laki yang datang ke butik bersama Husein boleh juga."Ayo dong, Wa! Aku penasaran banget nih sama cowok yang datang kemarin sama Mas Husein!" Amira dengan penuh semangat merecoki Sawla yang sebenarnya sangat enggan membicarakan tentang Andhika.Sebenarnya Amira sudah ingin menanyakannya dari kemarin-kemarin, setelah Husein datang bersama Andhika. Tapi baru kali ini ada kesempatan yang pas untuk menanyakannya."Memangnya kalau kamu sudah tahu dia siapa, kamu mau apa?" tanya Salwa heran."Ya mau di ajak kenalan dong! Siapa tahu jodoh kan? Daripada nunggu kepastian dari Mas Adam yang belum juga ke

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   33. Tentang Rasa

    Setelah kembali ke kantor, Andhika benar-benar tidak bisa fokus dalam bekerja.Bayang-bayang Salwa yang mencium pipi Husein masih menari-nari di pikirannya.Jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Andhika sadar dan paham betul jika percuma saja dia memiliki perasaan untuk Salwa, karena pada akhirnya dia tidak akan bisa bersama dengan Salwa.Tembok yang menghalanginya sangatlah besar dan tinggi, dan sangat tidak mudah untuk dihancurkan. Atau mungkin malah tidak bisa dihancurkan.Mungkin bisa dihancurkan, jika Andhika mau menjadi mualaf. Itu pun masih belum tentu dia akan berjodoh dengan Salwa.Walaupun Andhika paham dan sadar betul. Tapi Andhika juga tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk membayangkan jika seandainya dia bisa menikah dengan Salwa.Meski belum lama kenal. Tapi Andhika yakin Salwa nantinya akan menjadi seorang Istri yang baik dan juga Ibu yang baik.Bukan tanpa alasan Andhika menilai Salwa seperti itu.Pertama dilihat dari sikap Husein selama Andhika mengenalny

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   32. Tegas Dalam Berbicara 2

    Setelah mendengar dari cerita Adam, Abah Ali bisa mengambil kesimpulan jika putrinya yang kalau bicara suaranya terlalu lembut, hingga menimbulkan salah paham seperti itu.Setelahnya Salwa ditegur dengan keras Abahnya untuk tidak berkata lembut kepada laki-laki lain di luar sana.Abah menyuruh Salwa untuk berkata dengan tegas dan tidak dengan menggunakan suara yang lembut seperti saat Salwa tengah berbicara kepada keluarganya.Salwa hanya boleh berbicara seperti biasanya hanya di depan keluarganya, orang tua dan anak yatim. Masih boleh berbicara dengan lemah lembut kepada sesama wanita.Selebihnya, Abah meminta Salwa jika berbicara dengan laki-laki lain harus menegaskan suaranya. Bukan kasar, hanya tegas dan tidak lemah lembut seperti jika dia berbicara dengan keluarganya.Salwa saat itu sampai menangis karena tidak menyangka jika cara dia berbicara bisa membuat orang lain salah paham. Bahkan sampai ditegur dengan keras oleh Abahnya.Sejak saat itu, Salwa lebih memilih untuk diam jika

  • Wanita Yang Menundukkan Pandangannya   31. Tegas Dalam Berbicara 1

    "Hmmm! Menurut Salwa, jika mereka tidak mampu untuk mengadakan walimatul urs', tidak apa-apa hanya untuk mengundang tetangga dekatnya saja. Kalau memang benar-benar tidak bisa untuk mengadakan walimatul urs' karena memang tidak ada biaya, menurut Salwa tidak ada salahnya mereka hanya memberi kabar kepada tetangga dan orang-orang disekitarnya. Karena kita memang tidak pernah tahu bagaimana sebenarnya keadaan orang-orang tersebut kan!""Lanjutkan penjelasan tentang bagaimana anjuran dari Rasulullah SAW tentang walimatul urs'!" ucap Adam.Salwa mengangguk lalu mengingat-ingat bagaimana dulu abahnya dan Guru ngajinya menjelaskan padanya tentang walimatul urs'. Walaupun tidak ingat semuanya, paling tidak Salwa masih mengingat beberapa hal."Tadikan tentang anjuran mengadakan walimatul urs'. Salwa nggak ingat banyak Mas karena hadistnya banyak. Tapi Salwa ingat satu hadist lagi mas!"Dari Anas, ia berkata, "Nabi SAW tidak pernah menyelenggarakan walimah atas (pernikahannya) dengan istri-is

DMCA.com Protection Status