Beranda / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 130. Mengikuti Arus

Share

130. Mengikuti Arus

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 17:20:39

Luna langsung merasakan kegugupan yang luar biasa saat melihat keluarga besar suaminya berkumpul di ruang tengah yang sanga luas itu, pantas tadi Laksa memilihkan gaun ini untuk Luna, dia pasti tak ingin penampilan Luna yang memang jauh berbeda dengan orang-orang di sekitar Laksa semakin mencolok.

Sampai sekarang dia bahkan masih kesulitan mencari warna lipstik yang sesuai untuk kulitnya, yang tidak pucat tapi juga tidak terlalu mencolok mata.

Laksa memang bilang dia menyukai Luna yang tidak memakai make up tebal, tapi dia juga bukan orang bego yang sama sekali buta kalau Laksa pasti menginginkan dia bisa berdandan dengan baik dan tidak mempermalukan laki-laki itu saat menentengnya ke kondangan misalnya, mengingat mantan kekasih Laksa yang seorang model internasional.

Luna menghela napas dalam, dia celingukan mencari suaminya yang tadi digeret Dirga entah kemana meninggalkan dia sendiri.

Sekarang apa yang harus dia lakukan, dia tak mengena
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   131. Aku Percaya Padamu

    Hari ini Luna bangun kesiangan lagi, sudah menjadi kebiasaannya sejak berhenti bekerja, dia menjadi istri super pemalas yang pernah ada di muka bumi ini, padahal tadi malam dia selalu berniat untuk bangun lebih awal dan menyiapkan semua kebutuhan Laksa seperti dulu. Dengan sedikit tergesa dia bangun dari tidurnya dan memperbaiki penampilannya, setidaknya dia tidak membiarkan rambutnya megar seperti rambut singa. Bunyi notifikasi ponsel menghentikan gerakan Luna yang akan membuka lemari pakaian. Akan tetapi Luna mengabaikannya, mungkin pesan dari Vira atau ayahnya, dia bisa melihatnya sebentar lagi. Hidup ini memang selalu berputar seperti roda kadang ada di atas kadang ada di bawah, begitulah yang kata pepatah yang pernah Luna dengar. Dan sepertinya itu memang benar, baru saja kemarin dia merasakan kebahagiaan bertambah dekat dengan sang suami dan juga kebahagiaannya bertambah dengan rencana keluarga suaminya yang akan mengadakan pesta untuk pernikah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Wanita Yang Kau Pilih   132. Susah Sendiri

    Keterangan Luna tadi pagi langsung ditanggapi Laksa dengan serius, sebagai pimpinan dia merasa kecolongan, dia bahkan melupakan detail siapa perusahaan yang biasa bekerja sama dengan hotel tempatnya bekerja. Pengadaan makanan dan minuman kemasan memang mereka lakukan sebagai suprt untuk orang-orang yang menyewa hotel mereka untuk acara tertentu, memang bukan hal yang krusial tentu saja, tapi cukup membuat Laksa was-was, apalagi sejarah panjang mereka yang buruk di masa lalu. Laksa memasuki kantor divisi pembelian yang terletak di sebelah selatan kantornya sendiri, para pegawai yang baru saja bersiap-siap untuk melakukan rutinitas pagi mereka tentu saja terkejut, biasanya Laksa hanya melihat sepintas lalu pada divisi mereka, karena divisi ini sendiri sudah dipimpin oleh orang lama dari jaman kakeknya. “Apa Pak Bagja sudah datang?” tanya Laksa pada sekretaris yang terlihat masih muda itu, gadis itu memandang Laksa dengan melongo. “Mbak,” pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Wanita Yang Kau Pilih   133. Kamu adalah Kamu

    Luna dulu sering tak mengerti kenapa para sepupunya yang akan menikah terlihat sangat khawatir dan tegang, padahal sebagai perempuan dia hanya perlu duduk manis sambil cengar cengir menyalami tamu yang datang, tapi sekarang dia merasakan sendiri perasaan tegang dan khawatir itu. Bahkan dia sampai ditegur oleh penata rias yang mendandaninya karena tak bisa dia saat dirias. “Kamu kenapa, gelisah gitu? Jangan bilang kamu takut Laksa kabur dari acara? Ya ampun Lun, kalain itu sudah suami istri dan ini hanya pesta yang tertunda, dia tak mungkin sebego itu mempermalukan dirinya dan keluarganya dengan kabur saat resepsi pernikahan,” cerocos Vira yang hari ini memang sengaja datang pagi-pagi untuk menemani Luna dirias. Luna menatap sahabatnya yang sok tahu itu dengan sebal. “Aku bukan takut hal itu.” “Lalu?” “Nggak tahu, rasanya deg degan terus dari tadi, khawatir ada yang tidak beres.” “Ckkk itu hanya perasaanmu saja, jadi t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Wanita Yang Kau Pilih   134. Bukan Tamu

    Malam itu Luna akhirnya bisa kembali tidur dalam pelukan Laksa, suaminya, pelukan hangat yang selama seminggu ini sangat dia rindukan, Luna dengan rakus menghirup aroma suaminya ini. dalam hati dia sangat tak rela jika harus kehilangan pelukan hangat ini. Laksa mengeratkan pelukannya pada tubuh sang istri, dia sangat bersyukur hari ini bisa kembali memeluk Luna setelah satu minggu hanya memeluk guling. “Senangnya bisa peluk kamu lagi,” bisik Laksa lembut. Luna hanya mampu membalas dengan semakin membenamkan keplanya di dada sang suami. “Apa semuanya akan baik-baik saja, maksudku dengan keterangan yang kita berikan tadi?” Laksa hanya mengangkat bahu. “Setidaknya kita sudah berusaha menjelaskan semuanya, lagipula aku sebenarnya tidak peduli orang lain percaya atau tidak, aku hanya ingin kamu nyaman di sisiku.” “Terima kasih.” “Untuk apa?” “Untuk semuanya, mau membersihkan namaku dan juga mau menjad

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Wanita Yang Kau Pilih   135. Kesalahan Fatal

    Laksa tahu kedatangan ibunya ke rumah ini bukan karena merindukannya atau memperbaiki hubungan mereka, tapi Laksa tidak punya gambaran apa yang diinginkan ibu kandungnya itu. Wanita yang melahirkannya itu tampil dengan pakaian sopan dibandingkan terakhir kali mereka bertemu, kulot panjang berwarna hitam serta blus lengan pendek berwarna krem, sederhana memang tapi wajah sang ibu yang cantik meskipun usianya tak muda lagi, dalam hati Laksa mengakui kalau sang ibu memang sangat menarik pantas saja ayahnya dulu sempat tergila-gila padanya, meskipun pada akhirnya membuangnya begitu tahu sifatnya yang tidak secantik wajahnya. Andai saja.... Laksa langsung menggelengkan kepalanya dia tak suka berandai-andai, apalagi untuk sesuatu yang sudah jelas duduk permasalahannya. “Saya tidak tahu anda mendengar berita itu dari mana, tapi iya kami baru mengadakan pesta pernikahan,” kata Laksa tenang. Laksa menghela Luna untuk duduk di sofa lalu mengambil te

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Wanita Yang Kau Pilih   136. Batas Tipis

    Menjadi gadis rumahan, membuat Luna hanya memiliki sedikit pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain, apalagi pada dasarnya dia adalah gadis yang pendiam, teman-temannya tak begitu suka bicara dengannya. Membosankan, itu kata yang sering Luna dengar dulu. Pertama kali mendengar itu secara langsung saat masih duduk di bangku SMP, Luna langsung pulang dengan menangis tersedu, membuat ayah dan bundanya khawatir, tapi lambat laun Luna mulai terbiasa dengan itu. bukannya dia tak mau mengakrabkan diri dengan teman-temannya, tapi apa yang mereka bicarakan kadang tak dimengerti oleh Luna, begitupun sebaliknya saat Luna berbicara tentang tarian yang menjadi hobinya mereka malah tidak nyambung. Jadi Luna hanya bisa duduk pasrah saja, telinganya sudah cukup kebal dengan itu. Teman dekatnya hanya bisa dihitung dengan jari dan yang masih sering berhubungan dengannya sekarang adalah Vira, si cerewet yang memang sangat senang di dengarkan itu tentu saja meras

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Wanita Yang Kau Pilih   137. Kata Cinta

    Laki-laki tua itu menjalankan kursi rodanya dengan tenang di lobi hotel, sesekali ada satu dua pengunjung yang menatap ke arahnya, tapi dia seperti tak peduli, tujuannya jelas, meja resepsionis. “Selamat siang, apa seminar kesehatan di hotel ini sudah mulai?” tanya laki-laki tua itu pada dua resepsionis yang cantik dan wangi itu. “Iya, sudah mulai lima belas menit yang lalu, apa bapak salah satu peserta di sana?” tanya sang resepsionis ramah. “Iya, bisakah anda mengantar saya ke sana?” tanya laki-laki itu. Resepsionis itu saling berpandangan sejenak, lalu salah satu dari mereka mendorong kursi roda laki-laki itu untuk menuju ke tempat seminar berlangsung. “Oh tunggu sebentar, Mbak, tolong bookingkan kamar sekalian untuk saya.” Laksa memandang laki-laki tua itu dengan wajah datar. “Apa yang dia lakukan di sini?” tanya Dirga yang tiba-tiba ada di belakang Laksa.” Laki-laki itu memang sepeperti jelangkung saja datang tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Wanita Yang Kau Pilih   138. Temuan Opa

    Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia pura-pura tak langsung memalingkan mukanya saat Laksa membalas tatapannya dengan sangat lembut dan dalam, Luna yang memang miskin pengalaman dengan laki-laki tentu saja langsung salah tingkah. Oh, ternyata dinding hotel ini warnanya sangat bagus, berwarna tosca yang sangat lembut, yang mendekornya pasti punya selere yang sangat tinggi. Batin Luna berusaha menyibukkan diri dengan pikiran lain, dia tak mau memikirkan Laksa... tidak...tidak mau, nanti dia geer, dan harapannya jadi melambung tinggi, kalau jatuh tentu sangat sakit nantinya. “Apa aku perlu menggendongmu untuk menuju ruanganku, atau sekalian kita mengambil kamar di atas?” “Ah, apa? tidak.. aku bisa jalan sendiri, kenapa kakak harus menggendongku, nanti encok tahu rasa.” Laksa langsung menjitak kepala Luna, kalau sedang gugup wanitanya ini memang suka bicara sembarangan. “Aku masih muda, penyakit encok nggak berani dekat-dekat.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

  • Wanita Yang Kau Pilih   173. Keputusan

    Luna menyadarkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa di kursi penumpang, di sampingnya Laksa menyetir mobil dengan wajah keruh, membuat Luna enggan untuk memulai pembicaraan dengannya. Beberapa saat yang lalu memang Laksa menjemputnya di sanggar saat dia sedang ngobrol dengan Vano di halaman belakang dan tentu saja hanya berdua karena Vira benar-benar tak muncul sampai akhir. "Hhh." Helaan napas panjang dan lelah Luna bahkan tak membuat Laksa menoleh laki-laki itu masih fokus dengan kemudinya. Luna tak tahu apa sebenarnya kesalahannya sehingga Laksa berubah dingin seperti ini. Apa karena Luna menemui mantan kekasih suaminya itu? Atau karena di pergi ke sanggar? Tapi Luna sudah minta Izin dan kalau ternyata Laksa terlambat membukanya itu bukan salahnya kan. Kenapa Laksa marah? "Kakak sudaah makan siang?" tanya Luna mencoba untuk membuka pembicaraan dengan suaminya meski dia sedikit ngeri sendiri dengan sikap Laks

  • Wanita Yang Kau Pilih   172. Pengalihan 2

    "Maaf, kak. Aku kira tidak ada orang," kata Luna tak enak hati. "Masuklah, sudah lama kamu tidak kemari." Luna bimbang di dalam sana hanya ada Vano yang sedang melakukan entah apa, tapi kalau dia langsung pergi rasanya juga tidak sopan bagaimanapun Vano juga orang yang sangat berjasa untuknya. "Apa kabar kak?" sapa Luna sedikit sungkan. Vano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek. "Baik. Setidaknya aku tidak menangis hari ini," kata Vano menyebalkan. Luna mengerucutkan bibirnya, Vano masih tetap sama menyebalkanya seperti dulu."Aku tidak menangis." "Percaya." Jawaban yang makin mempertegas kalau laki-laki itu hanya sedang ingin mengejek Luna. "Kakak ngapain di ruangan Vira?" tanya Luna sebal sendiri. "Bumil habis nangis otaknya ikut eror juga. Kamu tidak lupa kan kalau aku pemilik tempat ini dna bisa bebas berada di mana saja yang aku suka." Ish sebel banget Luna dikatain seperti itu, dia yang sudah duduk di sofa langsung bangkit dan melangkah pergi. Lebih baik dia jalan

  • Wanita Yang Kau Pilih   171. Pengalihan

    Luna keluar dari cafe dengan kaki yang bergetar hebat, dia tak pernah suka bertengkar dengan orang lain. Saat akan berkonfrontasi dengan orang lain Luna lebih memilih mengatakan apa yang memang perlu dikatakan lalu pergi begitu saja, tanpa mau menoleh lagi. Terkesan pengecut memang tapi seperti itulah Luna. JIka hari ini dia mampu berkonfrontasi dengan Raya, itu semata-mata karena rasa cemburu yang mendominasi pikirannya. Dia mencintai Laksa dengan tulus dan laki-laki itu juga mengatakan kalau hanya Luna yang akan menjadi masa depannya, meski tanpa ada kata cinta, tapi bagi Luna itu sudah cukup. Dia jadi punya keberanian untuk melawan. "Mbak Luna baik-baik saja?" tanya sopir yang mengantarkan Luna. Dia menatap khawatir menantu majikannya ini. Luna terlihat pucat dan lemas. "Saya baik-baik saja, Pak." Luna memberi senyum sebahai ucapan terima kasih, si bapak membukakan pintu mobil untuknya. "Kita langsung pulang, mbak?" tanya sang sopir. Luna menimbang sejenak, dia tak

  • Wanita Yang Kau Pilih   170. Hanya Masa lalu

    Tanpa menunggu dipersilahkan Luna meanrik kursi dan duduk di sana. Perutnya yang besar memang membuatnya tak betah untuk berdiri terlalu lama. "Mau pesan apa?" tanya Raya yang telah mampu menguasai dirinya. Sepertinya beberapa bulan menjadi istri Laksa membuat wanita lebih berani tak sepolos dan sepengecut dulu. LUna melihat buku menu dan dia langsung menginginkan oreo milkshake dan brownies yang terlihat menggoda di sana. "Kamu cukup berani juga memesan minuman itu padahal tubuhmu sudah gendut," Komentar Raya saat Luna menyebutkan pesanannya. Wah bodyshaming ini. "Sya memang sedang hamil jadi wajar kalau tubuh saya berisi, justru kalau kurus suami saya akan khawatir." "Hati-hati. Laki-laki tidak suka dengan wanita gendut," kata Raya sok menasehati. Luna tersenyum mendengar nasehat 'baik hati' dari mantan kekasih Laksa ini. "Mungkin, Tapi suami saya bilang lebih suka memeluk saya yang lebih berisi d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status