Share

Bab 6

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2022-02-21 04:35:41

"Mas, maaf aku lupa meminta izin padamu, tadi siang aku keluar menemui seseorang?" Ucapku saat kulihat ia naik ke atas ranjang kami.

"Iya, tak apa apa, hati hati jika kau keluar sendiri," jawabnya.

"Humm ..."

"Aku pergi bertemu Kania," lanjutku.

Ia tak menjawabnya, hanya helaan nafasnya saja yang terdengar, aku meliriknya, ia tampak memejamkan mata, entahlah. Mungkin memikirkan Kania.

"Kau tak ingin tahu mengapa ia menemuiku?" Pancingku.

"Aku yang memintanya agar menemuimu, Alina." Akhirnya ia bicara.

"Harusnya, kau tak melakukan hal itu, mas. Kau tahu, aku bahkan sempat menamparnya tadi," lanjutku.

Ia tampak tak terkejut. Matanya masih terpejam, membuatku sedikit kesal.

"Alina, aku memintanya menemuimu agar kalian berdua bisa berdamai. Aku ingin semuanya berakhir baik baik saja. Aku berjanji padamu, Kania tak kan tinggal bersama kita, kalian tak akan berada dalam satu atap."

Begitu mendengar ucapannya, aku langsung berdecak kesal. Hatiku seketika kembali bergemuruh. Tapi aku tak bisa melarangnya karena poligami sendiri diperbolehkan dalam agama. 

"Mas, bisakah kau mengabulkan satu saja permohonanku? Setelah itu aku tak akan meminta apapun lagi padamu," lirihku.

"Katakan saja, Alina."

"Akan kukatakan pada hari kau melamar Kania."

Ia mendelik padaku, aku membalasnya dengan senyuman.

"Tenang saja, mas. Kau tak perlu gelisah, Aku takkan memintamu membatalkan rencana lamaran itu, aku sadar hal itu diperbolehkan dalam agama."

"Baiklah, selagi tidak melanggar hukum agama, aku akan mengabulkan apapun permintaanmu, Alina, tapi jangan memaksaku mengucap kata talak untukmu, karena aku tak akan melakukannya. Kau adalah tanggung jawabku, amanah dari Almh. ibu yang harus kujaga."

"Aku tahu Alina, tak ada wanita yang ingin diduakan, tapi aku mencintai Kania. Jauh sebelum aku bertemu denganmu. Tolong jangan membuatku berada diposisi sulit."

Aku menunduk dalam diam ketika kulihat ia membuang pandangannya  dariku, rasa sesak kembali menyapa, rasanya ingin sekali berteriak.

Tuhan, mengapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Mengapa hak talak hanya diberikan pada suami? Dan mengapa kau memberikan ujian kesabaran ini untukku?

Aku hanya bisa berteriak didalam hati. Perih itu kini menusuk ulu hatiku.

"Mas!"

"Iya, ada apa?" Jawabnya.

"Kau tahu, kisah 1001 malam, Kisah tentang seorang ratu Wangsa Sasan, Syahrazad yang menceritakan rangkaian kisah-kisah yang menarik kepada suaminya, Raja Syahriar, demi menunda hukuman mati atas dirinya."

"Sang Ratu menceritakan kisah kisah seru selama seribu satu malam. Tiap-tiap malam, Syahrazad mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati agar dapat mendengar kelanjutan kisah yang diceritakannya."

"Iya, aku tahu. Alina, ibu sering menceritakan dongeng dongeng itu sewaktu aku kecil, Aladin, Alibaba, si bungkuk. Kenapa dengan itu, Alina?

Aku tersenyum mendengarnya, ia kini menatapku, membuat rasa kesalku sedikit mencair.

"Ia membutuhkan waktu 1001 malam demi dapat meluluhkan hati suaminya, tapi aku ...."

"Aku mungkin tak akan sekuat itu mas. Dua tahun sudah aku berusaha untuk menarik perhatianmu, tapi bayang bayang Kania dalam dirimu, terlalu sulit untuk ku tembus, mungkin kisah ku tak akan sampai 1001 malam."

"Alina ..."

"Tidak, kali ini tolong Jangan menyela dulu, mas. Biarkan dulu aku bicara, dadaku terlalu sesak menahan semua ini,"

"Aku akan berusaha berbuat adil, Alina. Kau bisa mengingatkan aku, jika aku mulai bertindak zholim padamu."

"Bagaimana jika sekarang aku bilang kau sudah bertindak zholim, mas?"

Terdengar ia menghembuskan nafas kasar, tak lama ia lalu meraih tanganku, dan mengusapnya lembut.

"Aku mengerti maksudmu, Alina."

"Jika kau mengerti, maka seharusnya kau tidak melakukan hal yang dapat menyakiti hati istrimu, Mas."

"Aku tidak menentang poligami, itu perbuatan yang dihalalkan dalam agama, cuma aku tak mampu berbagi ragamu dengan wanita lain. Aku sadar, kau tidak mencintaiku, tapi, dengan melakukan hal ini, kau  membuat pernikahan kita serasa neraka untukku."

Ia menatapku dalam, ada getar terasa saat kubalas tatapan matanya.

"Alina, bukankah sejak awal aku memintamu agar jangan salah menafsirkan sikap baikku?"

"Aku tahu itu, mas. Kau mengatakan hal itu berkali kali padaku, Tapi, apakah aku berdosa jika jatuh cinta padamu? Kau suamiku, pria yang telah dihalalkan untukku, salahkah jika aku meminta untuk menjadi satu satunya ratu di hatimu?"

Air mataku lolos tanpa bisa kutahan, rasa  sesak yang sedari tadi membuatku serasa sulit bernapas, kini sedikit menghilang. Seolah sedikit beban berat itu terlepas dari pundakku.

Ia bangkit dari ranjang kami, diam tanpa mengucap apapun, berjalan meninggalkanku menuju kamar mandi, aku mengusap air mata yang semakin deras. 

Maaf mas, tapi sebelum kau melamar kekasihmu itu, setidaknya aku ingin kau tahu bagaimana perasaan dan keinginanku. Aku tak bermaksud membuatmu ragu, hanya saja aku terlalu naif ingin memiliki jiwa dan raga mu seutuhnya.

Aku menarik selimut, menutup sebagian wajahku dengannya. Kisah pernikahanku mungkin tak sama seperti Kisah pernikahan Ratu Syahrazad yang mampu meluluhkan hati suaminya dalam 1001 malam. Cintaku ternyata tak cukup kuat untuk membuat Mas Bayu berpaling padaku.

Tuhan, ampunilah aku, tapi keputusanku  sudah bulat. 

****

PoV Kania.

"Istrimu menamparku, Mas," laporku pada Mas Bayu, begitu pria itu datang menemuiku di cafe ini.

"Kau mungkin membuatnya marah, aku cukup baik mengenal Alina, dia takkan bertindak kasar jika kau tidak memancing kemarahannya."

"Mas, kau membelanya?" Aku melotot padanya.

"Aku tidak membelanya, hanya mengatakan kebenaran," jawabnya cepat.

Ia membuang napas beberapa kali, aku mengerucutkan bibir, menunggunya bicara.

"Kania, aku memintamu menemui Alina, agar kalian bisa saling mengenal satu sama lain. Alina adalah istriku, dan kau sebentar lagi juga akan menjadi istriku. Aku hanya berharap kalian bisa rukun."

"Mas, kenapa tidak kau ceraikan saja dia?" Protesku lalu mencebik kesal padanya.

"Jangan memintaku melakukan sesuatu yang dibenci Allah, Kania. Alina sudah menjalankan semua hak dan kewajiban seorang istri selama ini, Tak ada alasan bagiku untuk menceraikannya, lagipula aku sudah menceritakan padamu, tentang janjiku pada Almh. Ibuku." 

"Alina adalah amanah dari ibuku, aku telah berjanji dihadapan ibu, agar menjaganya. Tak bisakah kau jangan meminta sesuatu hal yang tak bisa kupenuhi?"

"Kau egois, mas," keluhku.

"Jika kau masih ingin kunikahi, maka terimalah kondisi ini. Jangan  mempersulitnya. Bukankah sebelumnya, kau bilang bersedia menjadi istri kedua?" Ketusnya.

"Iya, aku memang bersedia menjadi Istri kedua, dengan harapan, tak lama setelah kita menikah, kau menceraikan Alina. Enam tahun sudah aku menunggu, jangan coba coba membuat penantianku selama ini berakhir sia sia," bentakku.

" ... Atau jangan jangan kau mulai jatuh  cinta pada Alina, hingga kau ...."

"Jangan memulai suatu prasangka, selama ini Alina menjaga sikapnya padaku, andaipun aku jatuh cinta, itu hal yang wajar, sebab Alina adalah istriku."

Ucapannya membuatku semakin kesal. Enam tahun sudah aku menunggu untuk menikah dengannya, inikah hasil penantianku?

"Apa kau mencintaiku, mas?" 

Ia menatapku tajam, seolah kalimat yang kuucapkan mengganggu telinganya.

"Jika aku tidak mencintaimu, untuk apa aku berusaha meyakinkan Alina agar bisa menerimamu, Kania?" Suaranya meninggi, membuatku sedikit terkejut dengan sikapnya.

"Aku mau pulang. Bicara denganmu semakin membuatku kesal." Aku bangkit dari kursi, lalu berjalan meninggalkannya.

"Akan kuantar kau pulang," Jawabnya sambil berdecak kesal.

****

Aku memandang fotoku bersama Mas Bayu diponselku, foto yang diambil saat kami berdua menghadiri acara pernikahan seorang teman. Sungguh, kami terlihat sangat serasi disana.

Bayangan pertemuan dengan Alina, membuat perasaanku menjadi tak enak. Jika bukan karena permintaan dari Mas Bayu. Aku tak ingin bertemu muka dengannya.

Enam tahun sudah aku menunggu, akhirnya datang juga masa Mas Bayu melamarku, rasanya tak sabar lagi bersanding dengannya. Akhirnya kesabaran dan penantianku selama ini akan berbuah manis.

Kata kata makian dan sumpah serapah, entah kenapa tiba tiba terngiang di telingaku, aku mencoba menepisnya, aku yakin sumpah wanita itu takkan terjadi padaku.

[Ingat Kania, karma itu ada dan nyata, suatu saat nanti kau akan menuai apa yang sudah kau tanam, tuhan tidak pernah tidur.] 

Kalimat itu kembali terngiang, sudah bertahun tahun berlalu tapi mengapa tak bisa hilang dari kepalaku?

Suara suara sumbang itu kembali terdengar, membuatku sedikit frustasi, aku marah, kesal, hingga tak sadar sesuatu kulempar keras dan mengenai cermin dihadapanku ini, hingga retak.

"Argghh ...!" Aku berteriak keras. 

Aku memijat kepala, lalu berganti meremas rambutku kuat. Lagi, suara suara sumbang yang lain kembali melintas ditelingaku, seolah mengejekku.

[Bayu, tidak akan pernah menikah denganmu, aku akan menikahkannya dengan seorang gadis yang baik, akan kulepaskan pengaruhmu dari hidup anakku.]

"Mengapa ...?"

"Mengapa kalian semua menghalangiku? aku sudah mengorbankan segalanya demi bisa bersama Mas Bayu, bisakah kalian semua tidak lagi mengganggu hidupku!"

 

Berkali kali aku berteriak keras, hingga tak sadar tubuhku limbung dan akhirnya terjatuh.

Bersambung

Comments (6)
goodnovel comment avatar
St_Carols
ga mau cerai karena takut melakukan sesuatu yang tak disukai Allah,tapi dia sendiri selingkuh itu juga sesuatu yang dibenci Allah bayu
goodnovel comment avatar
Ririez Iskandar
sayang bacanya nunggu koin dulu
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
ayo Kania sekalian gila aja yang terbaik buatmu di RSJ
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 7

    PoV. KaniaSentuhan lembut tangan mama, membangunkanku, perlahan aku membuka mata, tampak jelas wajah mama yang kini tersenyum menatapku."Kau sudah bangun, sayang?" Terdengar mama bertanya.Aku hanya mengangguk lemah, perlahan mencoba bangkit dari tidurku.Kupijat pelan pelipisku, entah mengapa kepalaku masih terasa pusing, kulihat mama menuangkan segelas air, lalu duduk ditepian ranjang ini."Ini minumlah dulu." Mama menyodorkan gelas berisi air itu padaku.Aku mengambil gelas itu dari dalam genggaman tangan mama, lalu segera menghabiskannya."Apa yang terjadi padamu, Kania?" Aku mendengar pertanyaan mama, hanya saja kepalaku masih terasa pusing, aku mengerjap mata beberapa kali, lalu kembali memijat pelipisku."Entahlah ma, kepalaku tiba tiba pusing," jawabku asal.Mama tampak menggelengkan kepala, lalu membantu menaruh bantal dipu

    Last Updated : 2022-02-22
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 8

    Waktu seperti sangat cepat berlalu, tak kusangka acara lamaran Mas Bayu tinggal seminggu lagi. Aku mematung saat melihat kalender dinding ini, berharap bisa menghentikan Sang Waktu berjalan.Tak ada persiapan khusus untuk acara lamaran nanti, semua saudara Mas Bayu, sudah di beri kabar. Mas Adi sudah menyampaikan pesan akan menghadiri acara itu, sedang adiknya, Carissa. Memilih menolak untuk menghadirinya.[Maaf, aku menolak hadir di acara lamaranmu, mas. Sejak ibu masih hidup, ia menolak keras hubunganmu dengan Kania, jika sekarang aku datang ke acara lamaranmu, aku akan merasa amat bersalah pada Almh. Ibu.][Terserah kau, jika ingin marah atau kesal padaku, tapi jika kau tetap menikahi wanita itu, aku tak akan pernah menganggapnya sebagai saudara iparku. Bagiku cuma Mbak Alina dan hanyalah dia saja yang kuakui sebagai kakak iparku.][ ... Kuharap kau tidak memaksaku untuk bersikap baik pada calon istri keduamu itu, maaf,

    Last Updated : 2022-02-23
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 9

    PoV. BayuBrakk!Terdengar suara berdebum cukup keras dari arah dapur, disusul suara dentingan beberapa alat makan yang berjatuhan, membuatku terkejut. "Alina ...!"Aku memanggilnya, namun, tak ada jawaban, seketika atmosfir rumah ini terasa hening membuat perasaanku mulai tidak enak.Khawatir terjadi sesuatu pada Alina, aku berjalan cepat kearah dapur, tampak tubuh Alina yang sudah terbaring dilantai, dengan kedua mata yang tertutup rapat."Ya tuhan, Alina!" pekikku.Aku menghampirinya, langsung meraih kepalanya dan meletakkannya di atas pangkuanku, ku tepuk pipinya beberapa kali, mencoba membuatnya sadar, namun, mata itu masih terpejam, seolah usahaku tak berarti. sia sia.Ku gendong tubuh kurus ini menuju kamar kami, dengan perasaan yang tak menentu, kurebahkan tubuhnya perlahan diatas ranjang kami. Wajah itu sangat pucat, seolah tak ada aliran darah disana.

    Last Updated : 2022-02-24
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 10

    Aku menatap pantulan wajahku  dicermin, pucat dan tirus. Ku usap pelan wajahku, kehamilan ini benar benar membuat selera makan ku hilang.Wajah Mas Bayu terlihat cemas kemarin malam, sungguh aku tak menyangka akan merepotkan dan membuat dirinya cemas. Semua terjadi begitu tiba tiba, aku pun tak menyangka akan jatuh pingsan kemarin.Mas Bayu sudah berangkat kekantor dua jam yang lalu, sebelum pergi ia masih terlihat mengkhawatirkanku dan berpesan agar aku beristirahat. Bahkan, ia juga meminta Bi Imah, membuatkan bubur untukku.Ting ... Tong!Terdengar suara bel berbunyi, sepertinya ada yang datang bertamu. Tak ingin membuat tamuku menunggu lama, aku pun melangkah keluar meninggalkan kamar."Siapa Bi?"Tanyaku pada Bi Imah, yang mengintip dari balik gorden disana."Cewek Mbak, rasanya bibi pernah lihat wajahnya. tapi gak tahu namanya," Jawab Bi Imah.Aku mengernyitkan d

    Last Updated : 2022-02-24
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 11

    "Alina, jangan menguji kesabaranku!" Bentaknya."Mengapa? kau tak bisa, Kania? Tentu saja kau tak mampu melakukannya, jika kau bisa membujuknya menceraikanku, kau takkan menemuiku dan menawarkan hartamu padaku.""Aku tak akan menawarkan kesempatan ini dua kali padamu, Alina!" Tegasnya."Baik, katakan apalagi yang bisa kau tawarkan padaku?" Pancingku lagi."Apapun yang kau inginkan, Alina. Uang, perhiasan, tanah, liburan ke luar negeri,  katakan saja padaku, tapi setelah itu, kuminta kau pergi sejauh mungkin dari kehidupan Mas Bayu," sinisnya.Aku benar benar tertawa mendengarnya. Kulipat kedua tangan didada sambil menghela nafas panjang. "Setakut itukah kau padaku, Kania? Hingga kau merelakan hartamu untukku demi bisa membuatku pergi menjauh dari sisi Mas Bayu," sindirku."Kau wanita terhormat, cantik, dan berpendidikan. Kau juga kaya, bisnis keluargamu juga berkembang dengan

    Last Updated : 2022-02-24
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 12

    Hari ini Mas Bayu izin kerja, hingga dua hari kedepan, ia terpaksa meminta libur, karena ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikannya hari ini, terkait acara lamaran dirumah Kania, besok.Ting ... tong!Terdengar suara bel rumah berbunyi, ketika baru saja hendak menghempaskan bobot tubuhku di kursi.Kulirik sekilas jam yang menempel di dinding ruang tamu, sudah pukul sembilan pagi. Tak lama akupun membuka pintunya."Mas Adi!"Sapaku saat kulihat kakak iparku itu sudah berdiri di teras rumah ketika pintu ini terbuka, ia tak datang sendiri, melainkan bersama, Lisa, istrinya dan anak perempuan semata wayang mereka, Caca, yang berusia lima tahun.Aku mempersilahkan mereka masuk dan duduk, entah mengapa, untuk sesaat aku merasa jika tatapan mata mereka seolah memandangku penuh iba. "Aku buatkan minum sebentar ya, sekalian panggil Mas Bayu. Tadi sih ia sedang mandi, kurasa mungkin sudah selesai," pamitku pada mereka."Alina!" Panggil Mbak Lisa,

    Last Updated : 2022-02-25
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 13

    Aku terbangun ketika mendengar suara mobil Mas Bayu. Aku duduk, bangkit dari tidurku, melirik sekilas jam weker di atas nakas yang sudah menunjukkan angka sembilan malam, dan bergegas keluar kamar, membukakan pintu untuknya.Raut wajah lelah Mas Bayu langsung terlihat begitu pintu ini terbuka. Setelah mengucap salam, ia langsung menuju kekamar. Membuatku segan untuk bertanya sesuatu.Begitu tiba dikamar, ia langsung beringsut ke kamar mandi. Rasa lelah mungkin membuatnya ingin segera mengguyur tubuhnya dengan air. Aku membuka lemari menyiapkan pakaian ganti untuknya.Besok sore acara lamaran itu akan dilaksanakan, kulirik sebuah paper bag milik sebuah desainer terkenal, aku yakin isinya adalah pakaian yang akan dipakai Mas Bayu di acara lamarannya esok.Aku memejamkan mata sejenak. Entah mengapa rasanya ingin menyentuh paper bag ini, niatku hanyalah ingin memindahkan isinya ke dalam lemari. Namun, akhirnya kuurungkan niatan itu karena tanganku tiba tiba berubah

    Last Updated : 2022-02-25
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 14

    "Kau yakin akan melakukan hal ini, Bayu? Aku bertanya untuk terakhir kalinya padamu," ucap Mas Adi menatap tajam pada Mas Bayu."Iya mas, maaf jika keputusanku mengecewakanmu," Jawab Mas Bayu mantap."Baiklah, jika kau sudah mantap dengan keputusanmu, aku hanya bisa mengingatkan saja. Ingatlah Bayu, berpoligami itu tidak mudah, jika sampai kau tidak berlaku adil pada salah satu istrimu, maka akan menjadi dosa untukmu, bahkan Rasulullah sendiri melarang pria untuk berpoligami jika khawatir tidak mampu berlaku adil pada istri istrinya, karena perbuatan zhalim kepada wanita adalah dosa yang amat berat disisi syari’at."Aku mengerti, mas. Terima kasih karena telah mengingatkanku.""Ya sudah, sebaiknya kita berangkat, tak enak jika membuat keluarga Kania menunggu," ajak Mas Adi, lalu memandang kearah kami.Mas Adi berjalan bersisian dengan Mas Bayu, sementara aku dan Mbak Lisa, mengikuti mereka dari belakang, tentu saja sambil menggandeng Caca, keponakanku, menuj

    Last Updated : 2022-02-26

Latest chapter

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 169 (Ending)

    "Apa ini untukku?" Tanyaku pada Mas Reyhan saat ia memperlihatkan sebuah kunci padaku."Iya, itu untukmu Alina, rumah yang kemarin kau lihat. Itu adalah hadiah dariku atas kehamilanmu ini," jawab Mas Reyhan.Mataku berbinar mendengarnya," benarkah itu mas?" Sahutku meraih kunci itu dari tangannya."Tentu saja, apa kau suka?""Pake nanya lagi, ya tentu saja mas," desisku cemberut.Mas Reyhan tertawa melihat sikapku, segera saja ku cubit lengannya. Tak mungkinlah aku menolak hadiah sebagus itu. Rasanya tak akan ada istri yang akan menolak diberi hadiah rumah mewah berlantai dua oleh suaminya, iya kan?Kadang aku merasa suamiku ini benar-benar absurb."Syukurlah jika kau suka. Sertifikatnya juga sudah ku ubah menjadi namamu," ujar Mas Reyhan."Terima kasih mas, kau sungguh baik," aku memujinya."Ini tidak sebanding dengan hadiah yang kau berikan padaku, sayang. Kau memberikan kebahagiaan dan kehidupan yang sempurna untukku, apapun yang kau minta jika aku mampu, pasti akan kuberikan," uca

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 168

    "Apa tante bersedia tinggal di panti jompo? Maaf tante, aku tidak bermaksud buruk, kupikir daripada tante tinggal disini sendiri, lebih baik di panti jompo, jangan khawatir, aku yang akan menanggung biayanya." Ujarku hati hati karena takut akan menyinggung perasaannya."Alina ...!" mata itu mendelik tajam padaku."Tidak tante, tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin melihat tante hidup sendiri disini, setidaknya jika di panti, ada teman sekedar untuk bicara dan yang terpenting ada perawat yang akan mengurus." Lanjutku sambil melempar tatapan teduh padanya.***"Tante mengerti, Alina. Terima kasih atas niat baikmu, tapi tante tak ingin tinggal di panti jompo, biarlah di sini saja, lagipula tante malu jika harus menerima bantuan darimu," jawabnya."Mengapa harus malu, tante? yang berlalu biarlah saja berlalu. Yang penting sekarang adalah tante sudah menyadari semuanya dan mau berubah, bagiku itu sudah cukup," ujarku berusaha membujuknya."Kau memang baik, Alina. Tante menyesal

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 167

    Bab 167"Tidak ada aku hanya mampir saja, kebetulan tadi lewat sini dan aku ingat pernah melihat tante di sekitar sini. Sekalian saja aku mampir," ujarku beralasan."Hmm ... Tante, dari tadi aku tidak melihat Erika, dimana dia?" Lanjutku kemudian bertanya.***Mendengar perkataanku seketika wajah Tante Nur berubah murung, entahlah, rasanya tak ada yang salah dengan ucapanku, lagipula bertanya tentang kabar seseorang tidak salah, bukan?Tante Nur nampak gelisah, ekor matanya tampak ingin menghindar dari tatapan mataku, tak lama, kulihat matanya seperti berkaca-kaca.Ah, seharusnya mungkin tadi aku tidak bertanya, tapi, aku juga ingin tahu dimana Erika sekarang. Yah, anggap saja mungkin aku sedang cemburu saat ini.Tante Nur mendesah, lalu menunduk, memainkan jemarinya yang keriput. Untuk beberapa saat tak ada dari kami yang bicara. Membuat keheningan diantara kami seolah menjadi jarak."Erika, dia ...."Hembusan nafasnya terdengar berat, ia menggantung ucapannya sesaat, seakan sedang

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 166

    Kemana Erika? Mengapa ia bisa tega meninggalkan ibunya sendirian?Batinku kini berperang antara ingin melanjutkan perjalanan ini atau berhenti saja. Hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi ke gang, menuntaskan rasa penasaran yang sedari tadi menggangu pikiranku.***Aku menatap nanar pada bangunan rumah yang ada dihadapanku, tidak, ini tidak seperti rumah pada umumnya, ini adalah petakan yang hanya terdiri dari tiga sekat saja didalamnya.Langkahku terhenti di petakan empat pintu ini, tampak disana seorang ibu bertubuh gempal dan seorang wanita yang usianya lebih muda sedang menggendong bayi kini sedang memandangiku penuh tanya. Seorang wanita tiba-tiba datang dari arah belakang dan tak sengaja menyenggol lenganku, lalu meminta maaf. Segera saja ku tahan langkahnya dan menanyainya sebentar."Maaf mbak mau tanya, apa benar ibu nur tinggal disini?""Oh si tante sombong itu? Iya ada tuh di petakan paling ujung," jawabnya sambil menunjuk arah petakan yang berada persis disebelah pohon pis

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 165

    Baiklah, kau bisa ikut, nanti aku akan minta Pak Budi mengantar kita berdua, setelah mengantarku, akan kuminta Pak Budi untuk menemanimu, bagaimana?" Ucap Mas Reyhan menyerah."Tapi sebenarnya kau mau pergi kemana?" Pertanyaan Mas Reyhan membuatku seketika menelan ludah, haruskah aku mengatakan bahwa aku ingin tahu keberadaan Erika sekarang?***"Emm itu sebenarnya," ah, sial mengapa tiba-tiba mendadak tubuhku gemetar dan gugup. "Alina?!" Entah mengapa kali ini suara Mas Reyhan yang terdengar menakutkan."A-aku ingin memastikan keadaan Tante Nur," Jawabku gugup.Mata Mas Reyhan menyipit ketika mendengarnya, aku tahu rasanya perkataanku tadi mungkin terdengar konyol dan tidak masuk akal, tapi aku penasaran ingin tahu keberadaan Erika sekarang?Astaga, apakah aku cemburu?Entahlah, aku tak ingin mengakuinya, kurasa mungkin ini karena hormon kehamilanku, ah ... anggap saja begitu."Untuk apa, bukankah kemarin kita sudah melihatnya, ia nampak sehat dan baik baik saja," sahut Mas Reyhan g

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 164

    "Mana?" Mas Reyhan memalingkan wajahnya, mencari arah yang kutunjuk."Itu mas!" Mata Mas Reyhan mengikuti arah pandang yang kutunjukkan."Benar, itu memang dia." Sahut Mas Reyhan membenarkan."Tapi aneh mas, di mana Erika, lagipula lihatlah tangannya, ia hanya membeli sebungkus nasi saja," Ucapku sambil terus memandangi Tante Nur yang kini berjalan memasuki sebuah gang yang tak jauh dari warung makan tadi.***"Mungkin Erika sedang tidak ada di rumah jadi Tante Nur hanya membeli sebungkus nasi untuk dirinya sendiri," timpal Reyhan santai."Masa, rasanya aku tak percaya? Tapi ya mungkin saja."Mas Reyhan tampak tak begitu tertarik, wajahnya kini lurus memandang ke depan, menunggu lampu merah ini berubah hijau.Aku masih memandang gang itu, mengingatnya area ini dalam memori ingatanku. Kurasa tak ada masalah jika sewaktu-waktu aku ingin mengunjunginya. Entahlah, aku penasaran dengan keadaannya, apakah ia baik baik saja sekarang? Meskipun aku tahu bahwa perubahan gaya hidup pasti akan me

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 163

    Sekitar lima belas menit kemudian, Merry pamit, tentunya setelah saling bertukar nomor telepon terlebih dahulu. Tak lama ia pun melangkah dengan anggun keluar dari cafe ini.Melihat tubuh Merry yang telah menghilang dibalik dinding itu, Mas Reyhan yang sedari tadi duduk di meja lain kini beralih duduk di dekatku, dengan pandangan mata yang mengarah pada amplop coklat yang sudah terbuka itu.***"Amplop itu?" Tanya Mas Reyhan lalu meraih amplop coklat itu."Isinya uang dua puluh juta yang dipinjam Risa sebelum ia menghilang," Jawabku cepat."Mas mendengar semuanya kan?"Mas Reyhan menggeleng," tidak semuanya, begitu aku merasakan bahwa wanita tadi tidak akan berniat buruk padamu, aku memutuskan sambungan teleponnya." Terang Mas Reyhan lalu membuka lipatan kertas itu, dan membacanya."Lalu surat ini sudah kau baca?""Surat? Ah iya, isinya hanya permintaan maaf Risa karena ia tidak bisa langsung mengembalikan uang yang dipinjamnya padaku," balasku singkat."Surat ini isinya tidak sepert

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 162

    Sepuluh menit kemudian akhirnya, wanita yang ku tunggu pun tiba. Aku tidak mengerti, ternyata ia sudah mengenalku lebih dulu, terbukti dengan langkahnya yang langsung menuju ke arahku, tanpa menghiraukan pengunjung cafe yang lain."Maaf, saya terlambat Bu Alina."Sapaan itu mungkin terdengar biasa, namun tidak bagiku, ucapannya telah membuktikan jika wanita ini mengenalku cukup baik."Kau mengenalku? Siapa kau?" Spontan aku bertanya padanya.**Aku menyipitkan mataku, memandangnya dengan seksama. Ku coba menggali ingatanku, sungguh, aku merasa yakin belum pernah sekalipun bertemu dengannya.Wanita itu mengenakan kemeja putih yang dipadu dengan rok hitam dan blazer berwarna senada yang gantung di tangannya. Selain membawa sebuah tas 'Hermes Kelly' ukuran 30, ia juga membawa sebuah paper bag berwarna hitam dengan logo sebuah brand ternama.Wajahnya tersenyum ramah padaku, melihat sikap dan bahasa tubuhnya, kurasa ia datang dengan niat baik. Semoga, apa yang ku cemaskan tidak terjadi.Ah

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 161

    "Dari nomor yang sama, bicaralah dengan hati hati," pesannya.Aku mengangguk, hati hati sekali aku bangkit dan bersandar karena takut menggangu tidur Diyara. Tak lama, Mas Reyhan menyerahkan ponsel berwarna silver itu padaku."Halo!" Aku menyapanya lebih dulu, Namun, hanya suara statis jaringan yang kudengar, hingga tiga kali aku menyapa akhirnya suara seseorang terdengar membalas sapaanku dari ujung sambungan.***"Halo!?""Maaf, dengan siapa saya bicara?" Aku langsung bertanya, sambil mengaktifkan mode loudspeaker pada ponselku, agar Mas Reyhan juga ikut mendengarkan percakapan kami."Perkenalkan nama saya Merry, apakah ini nomor telepon Bu Alina, istrinya Pak Reyhan?""Iya, saya Alina, maaf ada perlu apa dengan saya, Mbak?" Tanyaku bingung sambil memandang Mas Reyhan yang terlihat penasaran."Bisakah saya bertemu dengan anda, bu? Ada sesuatu yang ingin saya beritahu pada anda. Sesuatu yang sangat penting," Dengan sopan, Ia balik bertanya.Untuk sesaat aku diam lalu memandang Mas R

DMCA.com Protection Status