Share

Bab 146

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2022-08-16 14:51:32

Bab 146

"Halah, kau tak tahu rasanya hidup serba pas-pasan seperti itu. Harusnya kau bersyukur, bisa sekolah dan kuliah ditempat yang bagus, bisa membeli barang apapun yang kauinginkan, dan sekarang kau menyalahkanku setelah semua kenikmatan dan kemewahan itu kau nikmati? Anak bodoh!"

"Setidaknya ayahku menyayangiku," tegas Erika membela ayah kandungnya.

"Terserah kau saja, mama sudah tak peduli lagi. Lagipula, ayahmu itu sudah mati, tak ada perlunya lagi untuk dibahas," ketus Tante Nur sambil membuang muka.

***

Mendengar kalimat yang diucapkan Tante Nur, spontan Erika mendelik tajam pada ibunya, ada rasa tak terima dalam hatinya, membuat tangannya tanpa sadar mengepal.

Suasana mendadak kembali hening. Tampak Tante Nur yang masih berdiri angkuh dan memalingkan wajah dari putrinya, seakan menghindari tatapan mata yang dihujamkan Erika padanya, atmosfir ruangan ini masih panas, membuat siapapun yang berada dalam ruangan ini merasa gerah.

Kedua pria bertubuh besar yang berada di dekat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Susiani Zalogo
udh sekian lma gk update..cma 1 bab updatenya..klo gk pny ide lg dibuata tamat aja ni novel thor...ntarkan bsa tulis novelyg lain
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 147

    "Tuan dan Mbak Aisyah adalah orang baik, entah mengapa mereka bisa mengenal wanita seperti nyonya," lanjut mbok Sum bicara.Aku hanya diam dan memilih tak merespon ucapan mbok Sum. Rasa keterkejutanku masih membuatku belum bisa berpikir jernih."Mengapa?" "Mengapa kau menyalahkan Aisyah untuk perbuatan yang kaulakukan, Tante?" Suara Mas Reyhan terdengar berat, membuatku refleks menoleh padanya.***Ekor mata Tante Nur berpaling menatap Mas Reyhan dengan sorot mata yang sinis. Bibirnya masih tampak seperti menggerutu panjang, entah apa yang diucapkannya.Kulihat Erika yang masih duduk di anak tangga dengan kedua kaki yang menekuk, isakan pelan masih terdengar dari bibirnya, rasa kehilangan masih menyelimutinya.Aku bersandar di sofa, mencoba mencari sedikit ketenangan. Kulirik Mbok Sum yang di sebelahku pun terlihat menatap Erika dengan iba."Mengapa kau menyalahkan Aisyah, tante?" Terdengar Mas Reyhan kembali mengulang pertanyaannya."Aku tidak harus menjawabnya," tolak Tante Nur.Me

    Last Updated : 2022-08-19
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 148

    "Siapa pria ini?" Tanya Tante Nur."Jangan berpura pura bodoh, tante. Kau begitu sangat mengenal pria ini karena kau yang membayarnya untuk menabrak Aisyah hingga tewas."Ucapan Mas Reyhan membuat tubuhku menggigil dan membeku. Tuhan, apa yang baru saja kudengar ini? Menabrak hingga tewas, jadi Aisyah tidak meninggal karena Kecelakaan seperti yang pernah diceritakan Mas Reyhan padaku?****Tubuhku mematung diam karena tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar, bibirku pun kelu untuk sekedar mengucapkan sebuah kalimat. Kenyataan yang baru saja ku dengar ini membuatku semakin enggan mengasihani adik tiri papa itu.Bukan hanya aku yang merasa kejutan ini terlalu menyakitkan, tapi juga Mbok Sum yang sedari tadi duduk bersama denganku disofa ini juga merasakan hal yang sama . Tak lama, isakan pelan terdengar dari bibirnya yang tertutup rapat oleh kedua tangannya.Nafasku terasa sesak. Pernyataan Mas Reyhan yang menuduh Tante Nur cukup sulit untuk kuterima, Meski rasanya tak ingin me

    Last Updated : 2022-08-20
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 149

    Bab 149Dengan gugup pria itu mengangguk pelan. Nampak tubuhnya juga gemetar. "Iya, saya mengenalnya," jawabnya perlahan."Dialah wanita yang membayarku untuk menabrak seseorang."Perkataan pria bernama Amran itu membuat Tante Nur melempar tatapan yang begitu tajam padanya.****"Benarkah?" Aku menyipit memandang Tante Nur yang terlihat begitu geram."Tidak, itu tidak benar, pria ini berbohong, aku bahkan tidak mengenalnya, bagaimana mungkin bisa menyuruhnya menabrak Aisyah," Teriak Tante Nur menyanggahnya."Benarkah? Kau yakin tidak sedang berbohong, Tante?" Tanya Mas Reyhan sambil memiringkan kepalanya."Tentu saja tidak!""Bodoh, jika mempercayai ucapan pria itu, tuduhannya sama sekali tidak berdasar. Semua yang dikatakannya adalah bohong," lanjut Tante Nur membela diri.Aku melirik Mbok Sum yang memperhatikan pria itu dengan begitu seksama. Pria bertubuh tinggi, sedikit kurus dengan bola mata yang cekung dan lingkar mata yang agak menghitam itu nampak gugup dan berkeringat dingin

    Last Updated : 2022-08-23
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 150

    "Apa yang kau katakan? Bukankah Aisyah memang tertabrak?" Suara Tante Nur tampak gugup, meski demikian ia masih saja mempertahankannya kebohongannya.Pertanyaan yang di lontarkan Tante Nur, membuat Mas Reyhan tertawa."Menarik sekali, entah mengapa bicara denganmu membuatku bersemangat, Tante," ujar Mas Reyhan "Baiklah, karena kau yang meminta, maka aku akan membawanya kesini padamu," ucap Mas Reyhan lalu memanggil salah seorang pria berbadan besar yang ada berdiri didekatnya.****"Bang, coba lihat kedepan, apakah ada seorang wanita dan pria sudah menunggu disana.""Terakhir aku menelpon mereka, katanya sedang dalam perjalanan kemari. Kurasa sebentar lagi mereka akan tiba," pinta Mas Reyhan sambil melirik arloji ditangannya."Beres bos. Begitu mereka tiba, akan segera kubawa kesini." Sahut Bang Togar, pria bertubuh besar itu, lalu berbalik meninggalkan ruangan menuju ke halaman depan.Kulihat rahang Mas Reyhan sedikit mengeras. Sanggahan Tante Nur yang menolak mengakui bahwa dirinya

    Last Updated : 2022-08-25
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 151

    Hentakan ujung sepatu terdengar ramai dan mendekat padanya. Setidaknya ada lebih dari dua orang sedang melangkah kemari, membuat perasaan tak nyaman yang kurasakan sedikit menghilang. Tak lama, Togar dan dua orang yang tidak kukenal masuk kedalam. Semua pandangan kini terfokus pada mereka, kulihat wajah Tante Nur semakin muram. Entahlah. Karena saat ini kulihat tangannya mengepal kuat hingga buku buku-buku jarinya sampai memutih."Terima kasih bang," ujar Mas Reyhan pada pria bertubuh besar dan tegap itu. Beberapa saat kemudian."Siapa mereka?" Aku berbisik pelan. ***Tampak disana berdiri dua orang yang tidak kukenal, seorang pria berbadan tegap berpakaian formal sedang berbicara dengan Mas Reyhan, sedang satunya lagi adalah seorang wanita berpostur sedikit mungil dengan rambut coklat yang di curly.Mataku menyipit mencoba mengingat. Namun, tetap saja aku tak mampu mengingat apapun. Kurasa memang sebelumnya aku belum pernah bertemu dengan mereka berdua.Aku mengalihkan pandanganku

    Last Updated : 2022-08-26
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 152

    "Ka-karena Alina?" Ucap Tante Nur tak percaya."Iya, karena Alina. Andai kau dan putrimu tidak datang ke kehidupan kami dan mengusik ketenangan rumah tangga yang baru kami bangun, aku tak akan bertindak hingga sejauh ini.""Awalnya aku hanya ingin menyelidikinya siapa pengirim paket teror ke rumah Alina, Namun, semakin dalam aku menyelidikinya, semakin banyak kenyataan lain yang kuketahui, termasuk pertemuanku dengan ibu Tere yang tak sengaja, ketika aku dan Fikri membahas kasus tabrak lari Aisyah di sebuah cafe. Aku tidak menyangka jika ibu Tere mendengar pembicaraan kami dan mengatakan jika dirinya melihat langsung tabrakan waktu itu," jelas Mas Reyhan yang nampak begitu geram.****Kembali aku terhenyak mendengarnya, ucapan Mas Reyhan begitu mengejutkan. Untuk beberapa saat aku merasa jika apa yang ia katakan tadi rasanya begitu manis.Rasanya sulit untuk menyembunyikan wajah yang sedang bersemu ini. Tak heran jika saat ini Mbok Sum menoleh dan tersenyum padaku."Mengapa Tante? Har

    Last Updated : 2022-08-28
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 153

    "Andai saja Aisyah tidak mengancam mama dan tetap bersikap menjadi gadis yang penurut dan patuh, pasti saat ini ia masih hidup." Ucapan Tante Nur seketika membuat kerongkonganku tercekat. Aku tidak menyangka jika ia benar-benar melakukan kejahatan sebesar itu. Tapi untuk apa ia melenyapkan nyawa Aisyah, bukankah selama sisa hidup gadis itu, Tante Nur seakan telah memberi neraka dunia padanya?Entahlah. Kurasa untuk mendengar alasannya, aku harus menguatkan hati.***Mataku masih fokus memandang sosok wanita paruh baya yang kini duduk berlutut dalam rangkulan putrinya. Ada rasa haru menggelitik hatiku kala melihat mereka berdua yang duduk saling memeluk di sana.Ruangan ini sudah tidak setegang tadi. Itu bisa terlihat dari pengawal Mas Reyhan yang sudah sedikit menurunkan kewaspadaannya. Bahkan pria bernama Togar itu kulihat duduk bersandar di dinding dengan mata yang masih terarah pada momen haru ibu dan anak itu.Tangan Erika mengelus lembut punggung ibunya seakan mengatakan bahwa i

    Last Updated : 2022-08-29
  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 154

    Aku menggeleng pelan, mendengar alasan Tante Nur. Bagaimana pun juga uang lah yang membuat wanita paruh baya itu bertahan dan uang juga yang membuat matanya tertutup kenikmatan dunia yang terkadang menyesatkan."Lalu kau meracuninya?""Ya, kupikir akan lebih baik ia mati saja dengan begitu aku tidak perlu lagi merasakan sakit hati karena sikapnya, apa aku salah jika mengharapkan kematiannya? Aku mencintainya tapi aku juga membencinya," ujar Tante Nur dengan mata yang tampak berkaca-kaca, sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya.***Erika memiringkan kepalanya, memandang ibunya dengan dengan pandangan yang seakan tak percaya. Sungguh, bukan hanya dirinya, tapi aku juga merasa kepalaku terlalu sulit untuk kuajak berpikir.Ucapan Tante Nur yang entah mengapa mengingatkan aku pada Kania, wanita itu juga pernah mengatakan hal yang hampir sama. Mengingat Kania membuat suasana hatiku tiba tiba memburuk.Terkadang mencintai seseorang memang sesakit itu, aku pernah mengalaminya ketika bagai

    Last Updated : 2022-09-01

Latest chapter

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 169 (Ending)

    "Apa ini untukku?" Tanyaku pada Mas Reyhan saat ia memperlihatkan sebuah kunci padaku."Iya, itu untukmu Alina, rumah yang kemarin kau lihat. Itu adalah hadiah dariku atas kehamilanmu ini," jawab Mas Reyhan.Mataku berbinar mendengarnya," benarkah itu mas?" Sahutku meraih kunci itu dari tangannya."Tentu saja, apa kau suka?""Pake nanya lagi, ya tentu saja mas," desisku cemberut.Mas Reyhan tertawa melihat sikapku, segera saja ku cubit lengannya. Tak mungkinlah aku menolak hadiah sebagus itu. Rasanya tak akan ada istri yang akan menolak diberi hadiah rumah mewah berlantai dua oleh suaminya, iya kan?Kadang aku merasa suamiku ini benar-benar absurb."Syukurlah jika kau suka. Sertifikatnya juga sudah ku ubah menjadi namamu," ujar Mas Reyhan."Terima kasih mas, kau sungguh baik," aku memujinya."Ini tidak sebanding dengan hadiah yang kau berikan padaku, sayang. Kau memberikan kebahagiaan dan kehidupan yang sempurna untukku, apapun yang kau minta jika aku mampu, pasti akan kuberikan," uca

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 168

    "Apa tante bersedia tinggal di panti jompo? Maaf tante, aku tidak bermaksud buruk, kupikir daripada tante tinggal disini sendiri, lebih baik di panti jompo, jangan khawatir, aku yang akan menanggung biayanya." Ujarku hati hati karena takut akan menyinggung perasaannya."Alina ...!" mata itu mendelik tajam padaku."Tidak tante, tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin melihat tante hidup sendiri disini, setidaknya jika di panti, ada teman sekedar untuk bicara dan yang terpenting ada perawat yang akan mengurus." Lanjutku sambil melempar tatapan teduh padanya.***"Tante mengerti, Alina. Terima kasih atas niat baikmu, tapi tante tak ingin tinggal di panti jompo, biarlah di sini saja, lagipula tante malu jika harus menerima bantuan darimu," jawabnya."Mengapa harus malu, tante? yang berlalu biarlah saja berlalu. Yang penting sekarang adalah tante sudah menyadari semuanya dan mau berubah, bagiku itu sudah cukup," ujarku berusaha membujuknya."Kau memang baik, Alina. Tante menyesal

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 167

    Bab 167"Tidak ada aku hanya mampir saja, kebetulan tadi lewat sini dan aku ingat pernah melihat tante di sekitar sini. Sekalian saja aku mampir," ujarku beralasan."Hmm ... Tante, dari tadi aku tidak melihat Erika, dimana dia?" Lanjutku kemudian bertanya.***Mendengar perkataanku seketika wajah Tante Nur berubah murung, entahlah, rasanya tak ada yang salah dengan ucapanku, lagipula bertanya tentang kabar seseorang tidak salah, bukan?Tante Nur nampak gelisah, ekor matanya tampak ingin menghindar dari tatapan mataku, tak lama, kulihat matanya seperti berkaca-kaca.Ah, seharusnya mungkin tadi aku tidak bertanya, tapi, aku juga ingin tahu dimana Erika sekarang. Yah, anggap saja mungkin aku sedang cemburu saat ini.Tante Nur mendesah, lalu menunduk, memainkan jemarinya yang keriput. Untuk beberapa saat tak ada dari kami yang bicara. Membuat keheningan diantara kami seolah menjadi jarak."Erika, dia ...."Hembusan nafasnya terdengar berat, ia menggantung ucapannya sesaat, seakan sedang

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 166

    Kemana Erika? Mengapa ia bisa tega meninggalkan ibunya sendirian?Batinku kini berperang antara ingin melanjutkan perjalanan ini atau berhenti saja. Hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi ke gang, menuntaskan rasa penasaran yang sedari tadi menggangu pikiranku.***Aku menatap nanar pada bangunan rumah yang ada dihadapanku, tidak, ini tidak seperti rumah pada umumnya, ini adalah petakan yang hanya terdiri dari tiga sekat saja didalamnya.Langkahku terhenti di petakan empat pintu ini, tampak disana seorang ibu bertubuh gempal dan seorang wanita yang usianya lebih muda sedang menggendong bayi kini sedang memandangiku penuh tanya. Seorang wanita tiba-tiba datang dari arah belakang dan tak sengaja menyenggol lenganku, lalu meminta maaf. Segera saja ku tahan langkahnya dan menanyainya sebentar."Maaf mbak mau tanya, apa benar ibu nur tinggal disini?""Oh si tante sombong itu? Iya ada tuh di petakan paling ujung," jawabnya sambil menunjuk arah petakan yang berada persis disebelah pohon pis

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 165

    Baiklah, kau bisa ikut, nanti aku akan minta Pak Budi mengantar kita berdua, setelah mengantarku, akan kuminta Pak Budi untuk menemanimu, bagaimana?" Ucap Mas Reyhan menyerah."Tapi sebenarnya kau mau pergi kemana?" Pertanyaan Mas Reyhan membuatku seketika menelan ludah, haruskah aku mengatakan bahwa aku ingin tahu keberadaan Erika sekarang?***"Emm itu sebenarnya," ah, sial mengapa tiba-tiba mendadak tubuhku gemetar dan gugup. "Alina?!" Entah mengapa kali ini suara Mas Reyhan yang terdengar menakutkan."A-aku ingin memastikan keadaan Tante Nur," Jawabku gugup.Mata Mas Reyhan menyipit ketika mendengarnya, aku tahu rasanya perkataanku tadi mungkin terdengar konyol dan tidak masuk akal, tapi aku penasaran ingin tahu keberadaan Erika sekarang?Astaga, apakah aku cemburu?Entahlah, aku tak ingin mengakuinya, kurasa mungkin ini karena hormon kehamilanku, ah ... anggap saja begitu."Untuk apa, bukankah kemarin kita sudah melihatnya, ia nampak sehat dan baik baik saja," sahut Mas Reyhan g

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 164

    "Mana?" Mas Reyhan memalingkan wajahnya, mencari arah yang kutunjuk."Itu mas!" Mata Mas Reyhan mengikuti arah pandang yang kutunjukkan."Benar, itu memang dia." Sahut Mas Reyhan membenarkan."Tapi aneh mas, di mana Erika, lagipula lihatlah tangannya, ia hanya membeli sebungkus nasi saja," Ucapku sambil terus memandangi Tante Nur yang kini berjalan memasuki sebuah gang yang tak jauh dari warung makan tadi.***"Mungkin Erika sedang tidak ada di rumah jadi Tante Nur hanya membeli sebungkus nasi untuk dirinya sendiri," timpal Reyhan santai."Masa, rasanya aku tak percaya? Tapi ya mungkin saja."Mas Reyhan tampak tak begitu tertarik, wajahnya kini lurus memandang ke depan, menunggu lampu merah ini berubah hijau.Aku masih memandang gang itu, mengingatnya area ini dalam memori ingatanku. Kurasa tak ada masalah jika sewaktu-waktu aku ingin mengunjunginya. Entahlah, aku penasaran dengan keadaannya, apakah ia baik baik saja sekarang? Meskipun aku tahu bahwa perubahan gaya hidup pasti akan me

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 163

    Sekitar lima belas menit kemudian, Merry pamit, tentunya setelah saling bertukar nomor telepon terlebih dahulu. Tak lama ia pun melangkah dengan anggun keluar dari cafe ini.Melihat tubuh Merry yang telah menghilang dibalik dinding itu, Mas Reyhan yang sedari tadi duduk di meja lain kini beralih duduk di dekatku, dengan pandangan mata yang mengarah pada amplop coklat yang sudah terbuka itu.***"Amplop itu?" Tanya Mas Reyhan lalu meraih amplop coklat itu."Isinya uang dua puluh juta yang dipinjam Risa sebelum ia menghilang," Jawabku cepat."Mas mendengar semuanya kan?"Mas Reyhan menggeleng," tidak semuanya, begitu aku merasakan bahwa wanita tadi tidak akan berniat buruk padamu, aku memutuskan sambungan teleponnya." Terang Mas Reyhan lalu membuka lipatan kertas itu, dan membacanya."Lalu surat ini sudah kau baca?""Surat? Ah iya, isinya hanya permintaan maaf Risa karena ia tidak bisa langsung mengembalikan uang yang dipinjamnya padaku," balasku singkat."Surat ini isinya tidak sepert

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 162

    Sepuluh menit kemudian akhirnya, wanita yang ku tunggu pun tiba. Aku tidak mengerti, ternyata ia sudah mengenalku lebih dulu, terbukti dengan langkahnya yang langsung menuju ke arahku, tanpa menghiraukan pengunjung cafe yang lain."Maaf, saya terlambat Bu Alina."Sapaan itu mungkin terdengar biasa, namun tidak bagiku, ucapannya telah membuktikan jika wanita ini mengenalku cukup baik."Kau mengenalku? Siapa kau?" Spontan aku bertanya padanya.**Aku menyipitkan mataku, memandangnya dengan seksama. Ku coba menggali ingatanku, sungguh, aku merasa yakin belum pernah sekalipun bertemu dengannya.Wanita itu mengenakan kemeja putih yang dipadu dengan rok hitam dan blazer berwarna senada yang gantung di tangannya. Selain membawa sebuah tas 'Hermes Kelly' ukuran 30, ia juga membawa sebuah paper bag berwarna hitam dengan logo sebuah brand ternama.Wajahnya tersenyum ramah padaku, melihat sikap dan bahasa tubuhnya, kurasa ia datang dengan niat baik. Semoga, apa yang ku cemaskan tidak terjadi.Ah

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 161

    "Dari nomor yang sama, bicaralah dengan hati hati," pesannya.Aku mengangguk, hati hati sekali aku bangkit dan bersandar karena takut menggangu tidur Diyara. Tak lama, Mas Reyhan menyerahkan ponsel berwarna silver itu padaku."Halo!" Aku menyapanya lebih dulu, Namun, hanya suara statis jaringan yang kudengar, hingga tiga kali aku menyapa akhirnya suara seseorang terdengar membalas sapaanku dari ujung sambungan.***"Halo!?""Maaf, dengan siapa saya bicara?" Aku langsung bertanya, sambil mengaktifkan mode loudspeaker pada ponselku, agar Mas Reyhan juga ikut mendengarkan percakapan kami."Perkenalkan nama saya Merry, apakah ini nomor telepon Bu Alina, istrinya Pak Reyhan?""Iya, saya Alina, maaf ada perlu apa dengan saya, Mbak?" Tanyaku bingung sambil memandang Mas Reyhan yang terlihat penasaran."Bisakah saya bertemu dengan anda, bu? Ada sesuatu yang ingin saya beritahu pada anda. Sesuatu yang sangat penting," Dengan sopan, Ia balik bertanya.Untuk sesaat aku diam lalu memandang Mas R

DMCA.com Protection Status