eaa... nyambung besok ya. hehe😁❤️
**FLASHBACK DUA HARI SEBELUMNYA** "George, kurasa... aku... aku tidak akan kembali kepada Regan," tukas Bella seraya mengepalkan kedua tangannya untuk menguatkan diri. "Begitukah?" Lelaki paruh baya itu mengangguk-angguk pelan untuk sesaat. "Boleh kutahu apa alasannya?" "Terlalu banyak alasannya, hingga aku tak tahu lagi harus dari mana untuk menjelaskannya." Secarik senyum sedih menghiasi bibir merah muda alami tanpa perona itu. Bella merasa cukup tahu diri dengan keadaannya. Bukan cuma Regan masih terikat pernikahan dengan Patricia, dan Chelsea yang sangat membencinya, kini bertambah satu lagi penghalang antara cinta mereka. Ada seseorang yang menginginkan kematian Bella, dan pada akhirnya hal itu malah berakibat fatal untuk Regan yang terbaring koma, gara-gara ingin melindungi dirinya. Bella tidak akan pernah membuat Regan berada dalam bahaya lagi. Ia harus menjauh dari pria itu, meskipun hatinya seolah menjerit ingin bertemu. "Bagaimana jika aku memberikan informasi yang m
"Halo juga, George." Chelsea kini saling berdiri berhadapan dan beradu pandang dengan lelaki yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati. Bahkan dulu harga dirinya pun rela ia singkirkan, demi untuk mendapatkan cinta dari seorang George Bradwell, meskipun ternyata cinta itu tak jua datang untuknya. "Syukurlah kamu terlihat sehat," ucap George tersenyum, seraya mengamati wanita di depannya lamat-lamat. Wanita itu pun menghela napas pelan. Bertemu dengan lelaki yang dulu menjadi suaminya benar-benar sebuah kejutan yang tidak ingin ia dapatkan hari ini. Atau hari-hari lain juga, jujur saja. "After all these years, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Chelsea sembari mengerutkan kening. "Aku mendengar kabar kalau Regan kecelakaan. Aku hanya ingin mengetahui bagaimana keadaan putraku," sahut George santai. "Sekaligus juga menemui Renata untuk melepas rindu." Wanita bersurai pirang berpotongan bob itu pun memicingkan netra biru safirnya. "Kau sudah berjanji untuk tidak akan pernah mena
"Mass..."Bella mendesah nikmat ketika Anggra, suaminya, mempermainkan puncak dada miliknya dengan kuat.Hujaman demi hujaman yang diarahkan Anggra ke dalam miliknya membuat Bella seakan terbang melayang ke nirwana.Pagi ini, seperti hari-hari sebelumnya, Bella sedang sibuk di dapur memasak sarapan untuk suaminya yang akan berangkat ke kantor.Namun saat masakannya baru setengah matang, Anggra tiba-tiba muncul dari belakang dan menyibak gaun tidur selututnya, lalu meraba-raba bagian bawah tubuhnya dengan beringas.Tak butuh waktu lama bagi suaminya itu untuk segera membuka semua pakaian Bella di dapur, lalu bercinta dengan penuh semangat."Sayang, aku mau keluar... hhh... " Anggra memeluk istrinya erat dari belakang, seraya menembakkan seluruh cairan kenikmatannya ke dalam milik Bella.Lelaki itu kemudian mengecup bibir istrinya sekilas setelah memakaikan gaun tidur Bella yang tadi ia lemparkan ke atas kabinet."Makasih, Sayang. Kamu istri terbaik, tak pernah menolak dimana pun dan ka
"M-Mas..." Bella kembali berbisik di telinga Anggra dengan gestur tidak nyaman. Semua sorot penuh arti dari para lelaki itu membuatnya menggigil ketakutan. Mata tajam mereka seakan hendak meneelanjangi tubuhnya."Kok aku merasa dilihat dengan cara yang tidak senonoh ya?" Bella semakin mengeratkan tangannya yang melingkar di lengan Anggra. Sengaja ia sembunyikan tubuhnya di belakang suaminya itu, untuk menghindari tatapan bak serigala liar yang tak lepas terarah kepadanya.Anggra mengecup puncak kepala istrinya. "Santai saja, Sayang. Mungkin karena kamu itu terlalu cantik dan seksi, jadi wajar kalau jadi sorotan semua orang di sini.""Mas kok tidak merasa terganggu sih, istrinya dipelototin seperti itu sama lelaki lain?" Cebik Bella kesal. Wanita bersurai ikal itu menganggap Anggra terlihat terlalu santai, bahkan terkesan tidak peduli. Bukankah seharusnya seorang suami akan merasa marah kalau istrinya ditatap dengan penuh nafsu seperti itu?Anggra terkekeh pelan dan mengelus pipi ist
"Arabella sangat cantik," ucap lelaki bermanik sebiru lautan dengan suara beratnya yang mengalun menggoda.Bella hanya bisa diam terpaku di bawah tatapan Regan Bradwell yang seakan menghipnotisnya, membuat wanita itu bagaikan seonggok kotak tanpa tangan dan kaki untuk digerakkan."Te-terima kasih," ucap gugup Bella akhirnya. Ia hanya bisa meringis serta mengutuk diri sendiri dalam hati karena terlihat bodoh di hadapan kedua manusia yang nyaris sempurna ini.Anggra ikut berjalan mendekati istrinya dan menyalami Regan Bradwell. "Sekali lagi terima kasih untuk undangannya, Tuan Bradwell. Acara ini sangat luar biasa. Megah dan berkelas, sangat pantas mengingat nama Bradwell Company yang berada di baliknya," ucap suami Bella itu sambil tersenyum lebar.Regan mengalihkan manik biru safirnya dari Bella kepada Anggra dengan enggan, karena ia masih ingin mengagumi keindahan wanita itu. "Silahkan menikmati pestanya, Tuan Anggra. Anda dan...," Regan kembali menatap Bella dengan intens, "Arabella
"Bella!"Wajah Anggra terlihat menggelap karena gusar melihat istrinya yang turun dari belakang panggung dan hendak berlari keluar melewati pintu samping.Beberapa pengawal yang melihat gelagat salah satu 'barang lelang' mereka yang sepertinya hendak melarikan diri, sontak berlari ke arah Bella dan segera memegang tangan wanita itu erat-erat."Lepaskan aku!! Aaak!!" Bella meronta-ronta dan menjerit ketika salah satu pengawal itu membopongnya serta menyampirkan tubuh Bella di atas bahunya."Kamu mau kemana, hah?!" Bentak Anggra gusar seraya mencengkram pergelangan tangan Bella, ketika wanita itu telah dibawa kembali ke hadapannya.PLAAAKKK!!Dengan kemarahan yang sudah berada di ubun-ubun, Bella menampar suaminya dengan satu tangannya yang bebas."Kamu benar-benar keterlaluan, Mas!!" Bella menjerit histeris dan memukuli dada Anggra dengan membabi-buta."Kamu bohong!! Kamu kira aku bisa percaya begitu saja kalau Regan Bradwell itu hanya ingin makan malam denganku, hah??! Mana mungkin se
"Tuan Regan, stoop..." kalimat larangan itu berbanding terbalik dengan rintihan lembut yang terus lolos dari bibir Bella. Saat ini dirinya telah duduk di atas pangkuan lelaki yang sejak tadi sibuk menikmati dirinya dengan rakus.Gaun seksi berwarna perak yang semula membalut ketat tubuhnya, kini telah berantakan tak berbentuk. Bagian depannya telah terekspos jelas, menampakkan dua bulatan penuh yang sempurna dan membuat Regan tak henti-henti mengagumi melalui sikapnya yang mendamba.Bagian bawah gaun Bella telah terangkat hingga terlihat mengumpul kusut di pinggangnya. Jika mulut Regan sibuk bergerilya menyesap dan menyapu pucuk bukit merah muda Bella dengan lidahnya, maka tangannya pun ikut sibuk menjelajah di bagian inti surgawi yang telah basah, menyelinap memasuki pakaian dalam berenda hitam."Uuh..."Regan menyeringai mendengar guman lirih Bella yang sangat sen sual dan mampu memancing gairahnya hingga serasa terbang tinggi bersama awan putih yang berarak lembut di langit.Efek '
"Haah... yaaa... teruuss, Arabella... ahh... kamu pintar sekali melakukannya... " Regan meracau dan mengerang ketika Bella sedang menikmati miliknya. Gerakan wanita itu bersemangat namun masih canggung, sangat tidak berpengalaman, tapi entah kenapa hal itu justru membuat Regan semakin terbang. Ia sudah terbiasa bersama istri-istri koleganya yang liar dan sangat mahir dalam permainan ranjang. Mereka memang sangat panas dan menantang. Dan Arabella... dia ternyata polos sekali. Mungkin jika Regan tidak memberinya obat, wanita ini pastilah akan menolak untuk tidur dengannya. Wanita itu menyentuhnya dengan ragu namun sangat ingin tahu. Aarrghhh!! Kenapa hal itu terlihat sangat seksi dimatanya?! "Stop." Sambil menggeram menahan gejolak, Regan menangkap pergelangan tangan Bella yang menggenggam miliknya. Bella pun berhenti menyesap benda keperkasaan Regan dan menatap lelaki itu dengan mata coklatnya yang sayu namun penuh tanda tanya. "Ada apa, Tuan? Apakah saya menyakiti Tuan? Maaf, s