Home / Romansa / Wanita Untuk Sang CEO / 65. Bertemu Mertua

Share

65. Bertemu Mertua

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Semilir angin di pagi hari yang menyambut Hana serta Andhika ketika mereka keluar dari gedung apartemen, membuat Hana menghirup udara dalam-dalam.

“Udara pagi ini segar sekali setelah semalam turun hujan. Harusnya tadi pagi kita jalan-jalan di sekitar apartemen ini, Mas. Pasti segar banget itu. Bagus kan untuk ibu hamil,” ucap Hana dengan suara manja. Dia bergelayut manja di lengan kekar Andhika.

“Kenapa tadi kamu nggak ajak aku jalan pagi?” sahut Andhika seraya membuka pintu mobil untuk sang istri.

Tak lama, Andhika menyusul duduk di kursi penumpang belakang, setelah Hana duduk manis di sana.

Selanjutnya, sopir pun mulai melajukan mobil meninggalkan area apartemen.

“Lho, kok malah tanya ke aku? Kamu yang nggak lepasin aku semenjak bangun tidur tadi. Kamu bilang...” Hana sengaja menggantung kalimatnya, Dia lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Adhika dan berbisik di sana. “Kamu bilang mau kasih serangan fajar. Masih saja nggak cukup. Padahal semalam sudah kasih serangan juga ke aku.”

A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Untuk Sang CEO   66. Siapa Pelakunya, Mas?

    Untuk sesaat tak ada suara yang terucap di ruang rawat inap itu. Andhika dan Aryo tampak senang dengan sikap Lestari yang bisa menerima Hana. Sedangkan Hana tampak terharu ketika sang ibu mertuanya terus mengusap perutnya, meskipun dengan dibantu oleh Andhika.Di saat yang sama, pintu ruang rawat inap itu terbuka. Menampilkan seorang gadis cantik dan seorang wanita paruh baya.“Assalamualaikum,” sapa kedua wanita beda generasi itu.“Wa’ alaikumsalam.” Aryo, Andhika dan Hana menyahut bersamaan.“Eh, ini istri kamu ya, Dhika. Kamu sombong amat sih, nikah diam-diam,” celetuk wanita paruh baya itu, yang kini menatap lekat wajah Hana. “Cantik.”Hana mengangguk dan menyalami wanita paruh baya itu.“Aku memang hanya melaksanakan akad nikah saja kok, Tante. Insya Allah, resepsinya menyusul. Soalnya aku sibuk, jadi belum sempat bikin acara resepsi,” sahut Andhika beralasan.“Tapi, istri kamu sudah hamil. Apa jangan-jangan kamu menikahi dia karena...” Wanita paruh baya itu tak meneruskan kata-k

  • Wanita Untuk Sang CEO   67. Gosip

    “Han, sebaiknya kita masuk dulu deh. Masak kita ngomongnya di sini sih? Nggak enak nanti kalau ada orang yang dengar,” elak Andhika.“Kamu juga sih begitu, Mas. Sudah tahu pelakunya, tapi nggak cerita ke aku. Kamu tenang saja seolah nggak terjadi apa-apa. Padahal masalah itu kan yang membuat aku pergi dari rumah,” sahut Hana tampak kesal. Wanita cantik itu lantas menekuk wajahnya. Membuat pria yang ada di hadapannya, yang berstatus pak suami merasa gemas padanya.“Aku akan cerita pada akhirnya nanti. Sekarang aku sedang melepas kangen sama kamu. Jadi aku habiskan dulu lah waktuku untuk selalu bersama kamu. Nanti juga aku akan cerita. Eh, kamu malah sudah tanya duluan sekarang,” cetus Andhika dengan senyuman. Dia meraih tangan istrinya untuk segera diajaknya masuk ke dalam unit apartemen.Hana menepis tangan Andhika. “Sebutkan satu nama dulu, Mas! Setelah itu, kamu boleh menyentuh tanganku dan kita masuk.”Andhika terdiam sesaat. Setelah terdiam beberapa detik, dia memenuhi permintaan

  • Wanita Untuk Sang CEO   68. Murka

    Andhika lalu meraih ponselnya dan melangkah mendekati pria itu.“Katakan, situs mana yang ada gosip murahan itu?! Saya akan menuntut David setelah ini!”Pria itu jadi gelagapan, melihat sorot tajam mata Andhika dan amarah yang terpancar di wajah pria yang berstatus suami Hana.Pria itu lantas menyebutkan situs gosip yang dia lihat beberapa menit yang lalu, di mana gosip tentang Hana dan David beredar.Andhika pun lantas membuka laman situs yang disebutkan oleh karyawan perusahaan produk bayi itu. Dia telah menemukan gosip tersebut dan membacanya hingga tuntas, dengan rahang yang mengeras dan gigi yang bergemeletuk.“Mbak, pantas saja tadi beberapa orang memandang aku dan Mas Dhika dengan tatapan menyelidik. Tak tahunya karena ada gosip ini,” ucap Hana lirih dengan mata yang berkaca-kaca, dan tangannya yang mengelus perut buncitnya. “Kasihan anakku ini, diaku Pak David sebagai anaknya. Padahal disentuh pun nggak pernah.”“Sabar ya, Han. Serahkan semuanya pada suami kamu. Pasti Pak Dhik

  • Wanita Untuk Sang CEO   69. Jumpa Lagi

    Widya masih termangu menatap lurus ke depan. Dia tak menyadari kalau Andhika tengah memperhatikannya. ‘Kenapa ibu mertuaku sepertinya keberatan kalau harus tinggal di sini? Apa...karena papa? Sebenarnya ada hubungan apa sih dengan mereka berdua? Sepertinya nanti aku harus tanya sama papa tentang ibu mertuaku ini. Papa pernah akan menjelaskan, tapi tertunda,’ ucap Andhika dalam hati. “Bu,” panggil Andhika lembut. Widya seketika menoleh ke arah Andhika. “Eh, iya. Ada apa?” “Ayo, kita masuk sekarang! Sopir saya sudah pergi mengantar pengacara saya ke hotel. Ibu istirahat dulu, ya. Hana sudah menunggu kedatangan Ibu.” Andhika berkata sambil mengangsurkan tangannya ke depan, mengisyaratkan agar Widya berjalan mendahuluinya. Widya mengangguk, dan berjalan menuju ke lobi apartemen. Mereka kemudian masuk ke dalam lift yang kebetulan pintunya sedang terbuka. Setibanya di lantai paling atas, lift berhenti. Tibalah mereka di penthouse milik keluarga Andhika. Di sana Hana sudah menunggu mere

  • Wanita Untuk Sang CEO   70. Sepenggal Kisah Masa Lalu

    “Iya, Dhika. Maafkan Papa, ya,” ucap Aryo lirih.Andhika geleng-geleng kepala. Dia menatap sang papa seraya berkata, “Itu artinya Papa selingkuh dengan ibunya Hana? Karena nggak mungkin kalau Papa lebih dulu menikah dengan ibunya Hana, tapi dengan cara menikah siri. Pasti Papa menikah siri karena Papa sudah berkeluarga, iya kan?”Aryo mengangguk lemah. Dia menatap anak sulungnya dengan tatapan sendu.“Sekali lagi Papa minta maaf, Dhika. Ini semua salah Papa. Kamu jangan menyalahkan Widya. Dia juga nggak tahu kalau aku ini sudah punya anak istri. Aku mengaku bujangan padanya dulu.”Andhika menghela napas panjang mendengar pengakuan papanya. Dia terduduk di sofa dan mengusap wajahnya kasar.“Pantas saja ibunya Hana sangat membenciku, pada saat dia tahu aku mempunyai perjanjian menikah dengan Hana. Dia memakiku dengan menyebut aku ini sebagai lelaki bejat. Terlebih setelah tahu kalau aku ini anak Papa, lengkap sudah makiannya untukku. Itu karena dia merasa tertipu oleh Papa.”“Iya, mau b

  • Wanita Untuk Sang CEO   71. Penyesalan

    Aryo terdiam. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Membuat Andhika kebingungan.“Pa, ada apa? Apa yang terjadi dengan Kartika?” desak Andhika.Aryo menghela napas panjang seraya menggelengkan kepala. “Aku nggak berhasil menemukannya, Dhika. Eyang kamu nggak mau buka mulut. Kebenciannya pada Widya sangat dalam. Walaupun aku sudah memberitahu bahwa aku yang memulai. Widya sama sekali nggak menggoda aku, tapi eyang kamu nggak percaya. Tindakan itu diambil agar mama kamu nggak akan pernah tahu, dan memberi pelajaran pada Papa agar nggak berselingkuh lagi, tetap setia pada istri. Papa akui kalau maksudnya benar. Tapi, dengan memisahkan anak dengan orang tuanya, itu yang nggak benar. Kalau yang perlu dihukum, adalah aku karena aku yang memulai semua ini. Jangan Kartika. Dia nggak berdosa. Dia hanya anak yang nggak tahu apa-apa urusan orang tua.”“Yang melakukan eyang kakung atau eyang putri?” tanya Andhika lagi.Pertanyaan Andhika sontak membuat kesal Aryo. Dia menatap tajam anak sulungnya itu

  • Wanita Untuk Sang CEO   72. Kekhawatiran Widya

    Hana menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil terus berucap ketidakpercayaannya atas kabar yang Andhika bawa.“Kamu bohong kan, Mas. Ini nggak benar. Nggak mungkin ibuku jadi orang ketiga dalam rumah tangga orang tua kamu. Aku nggak percaya ini. Ibuku nggak seperti itu. Lalu, kita bersaudara, begitu? Lalu anak yang sedang aku kandung ini, hasil dari pernikahan sedarah? Benar begitu, Mas?”Hana terus meracau dengan air mata yang berlinang di pipinya. Wajahnya seketika menjadi pucat dan tampak stres.Andhika yang melihat itu, langsung memeluk tubuh Hana dengan erat.“Han, dengar dulu kata-kataku. Kita ini bukan bersaudara. Kita orang lain yang sama sekali nggak ada hubungan keluarga. Pernikahan kita nggak masalah. Ibu kamu memang memiliki anak dari papaku. Namanya Kartika. Dia itu adik tiriku, dan juga kakak tiri kamu. Ibu kamu saat menikah dengan ayah kamu, menyandang status janda,” jelas Andhika yang membuat Hana menghentikan tangisannya.“Serius ini, Mas?”“Hu’um. Aku barusan mi

  • Wanita Untuk Sang CEO   73. Tuntutan

    “Mutia kenapa itu?” tanya Andhika dengan wajah malas karena harus mengakhiri aksinya yang baru saja dimulai beberapa menit yang lalu.“Mana aku tahu. Aku kan di sini sama kamu dari tadi. Kamu buka saja dulu pintunya supaya tahu sebabnya. Aku mau rapikan pakaianku yang berantakan,” sahut Hana yang membuat Andhika tertawa.Andhika akhirnya beringsut dari tempat tidur dan melangkah ke arah pintu. Setelah pintu dibuka, dilihatnya Mutia yang kini tampak panik.“Ada apa, Mutia?” tanya Andhika.“Tante Widya sedang mengemasi pakaiannya ke koper, Pak Dhika,” sahut Mutia lirih.“Hah? Mengemasi pakaian? Kalau mau pindah ke apartemen kalian, besok saja,” sahut Andhika dengan tatapan ke arah pintu kamar tempat Widya berada saat ini.Mutia mengerutkan keningnya seraya berkata, “Lho, memangnya Tante Widya mau pindah? Pak Dhika sudah tahu, ya?”Andhika menghela napas panjang. Dia tak menyangka kalau persoalannya jadi rumit seperti ini. Dia baru saja akan menjawab, tiba-tiba Hana sudah muncul di sampi

Latest chapter

  • Wanita Untuk Sang CEO   121. Extra Part

    Andhika dan Hana sontak menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang pria sebaya dengan Andhika kini tengah melangkah serta tersenyum pada Andhika.“Siapa dia, Mas?” bisik Hana.“Dia Sakti. Teman semasa SMA yang berselingkuh dengan Devy,” sahut Andhika datar.Hana hanya manggut-manggut dan memperhatikan perubahan ekspresi sang suami.Rahang Andhika mengeras. Tampak jelas kalau kini dia sedang menahan emosinya. Terbayang masa lalu Sakti bersama dengan Devy yang mengkhianatinya.“Dhika, apa kabar?” sapa sakti ketika dirinya sudah berada di hadapan Andhika.“Kabarku baik, alhamdulillah,” sahut Andhika datar.Sakti yang paham dengan sikap Andhika yang dingin padanya, kini tersenyum canggung.“Aku tahu kamu mau makan malam ke restoran itu. Tapi, bisakah kita bicara sebentar saja. Aku mau...minta maaf padamu,” ucap Sakti agak grogi.Andhika menghela napas panjang. Dia tersenyum samar kala mendengar permintaan maaf yang baru saja Sakti ucapkan. Baru sekarang pria itu minta maaf. Ke mana saja

  • Wanita Untuk Sang CEO   120. Extra Part

    Aryo lalu mendekati Widya seraya berkata, “Aku akan mencarinya. Aku akan lapor ke polisi. Kamu tenang saja, ya.”“Aku ikut ke kantor polisi, karena aku yang mendapat kabar dari sekolah kalau Tika dijemput oleh seseorang yang mengaku masih keluarga,” sahut Widya setelah dapat menghentikan isak tangisnya. Dia lalu melirik ke arah Wiryo.Aryo yang paham akan lirikan Widya, menoleh pada mertuanya. Dia menatap Wiryo seraya berkata, “Apa Ayah yang menyuruh seseorang untuk menjemput anak kami di sekolahnya?”Wiryo terkekeh mendengar ucapan Aryo. “Buat apa aku melakukan hal itu? Urusanku adalah mengamankan aset perusahaan milik anakku, yang otomatis adalah milik kedua cucuku. Selain itu juga, kamu adalah suami anakku. Jadi aku berusaha untuk mengembalikan posisi kamu seperti semula, sebagai suami Lestari satu-satunya. Jadi setelah kamu menceraikan perempuan ini, dan menyuruhnya pergi dari sini, maka selesai sudah urusanku. Masalah anak kalian, aku sama sekali nggak tahu menahu.”Jawaban Wiryo

  • Wanita Untuk Sang CEO   119. Extra Part

    Wajah Aryo pun semakin pucat pasi mendengar ancaman dari ayah mertuanya. Dia lalu beranjak dari sofa dan bersimpuh di kaki sang mertua.“Ayah, maafkan aku. Maafkan atas kekhilafanku ini. Aku berjanji akan mengakhiri semua, asalkan jangan usik kehidupan adikku. Aku mohon Ayah,” ucap Aryo memelas.Wiryo tersenyum mendengar permohonan menantunya itu. Dia lalu berdiri karena tak sudi kakinya disentuh oleh pria macam Aryo, yang jelas telah membuatnya kecewa.“Apa kamu pikir aku akan percaya dengan perkataanmu ini, Aryo? Aku bukan orang bodoh yang bisa kamu bohongi untuk kedua kalinya. Kamu mau mengakhiri ini semua, maksudnya mau kamu ceraikan istri simpananmu itu? Apa bisa kamu menceraikannya? Sementara kamu tergila-gila sama dia, iya kan. Kalau kamu nggak tergila-gila, tentu nggak mungkin kamu selingkuh sampai menikahi perempuan itu. Semua yang kamu lakukan itu sudah terlalu jauh, Aryo, dan jujur aku sangat kecewa dan menyesal telah berbaik hati padamu dulu. Jadi salah satunya cara agar k

  • Wanita Untuk Sang CEO   118. Extra Part

    Sementara itu, Aryo yang tengah berada di apartemen tampak tak tenang. Semenjak kepergiannya dari rumah meninggalkan Lestari yang marah, dan Andhika yang menangis dengan kening yang berdarah, membuat rasa bersalah menyelimuti hati Aryo. Tiba-tiba rasa penyesalan hinggap di hatinya, karena dia tak menuruti permintaan anak sulungnya, anak kesayangannya.‘Dhika maafkan Papa ya, Nak,’ ucap Aryo dalam hati.Aryo memejamkan matanya dan menjambak rambutnya karena kesal pada dirinya sendiri. Ingin dia berteriak sekedar meringankan sesak di hati. Namun, dia tak ingin Widya mengetahui masalahnya.Widya yang baru saja meninabobokan Kartika, tercenung melihat Aryo yang tampak gusar di ruang tengah. Wanita itu melangkah menghampiri sang suami.“Ada apa, Mas?” tanya Widya dengan perlahan.Aryo membuka kelopak mata dan menggelengkan kepalanya. “Nggak ada apa-apa kok, Wid. Aku hanya pusing saja. Aku mau tidur saja sekarang. Mungkin dengan tidur, sakit kepalaku akan hilang.”Tak menunggu jawaban dari

  • Wanita Untuk Sang CEO   117. Extra Part

    Aryo sedikit tersentak mendengar pengakuan Widya. Namun, tak lama dia pun tersenyum karena sadar apa yang mereka lakukan selama ini akan membuahkan hasil.“Aku akan menikahi kamu. Tapi, aku nggak bisa menikahi kamu secara resmi.”“Lho, kenapa?” tanya Widya bingung. “Kamu ini ngakunya bujangan, Mas. Masak menikahi aku nggak menikah resmi sih? Atau...kamu sudah punya keluarga?”Aryo tampak sedikit gugup. Dia melihat wajah Widya yang menatapnya dengan penuh selidik.“Bu-bukan begitu, Widya. Tapi, aku ada ikatan dinas di kantorku yang melarang karyawannya untuk menikah dulu selama lima tahun. Nanti kalau ikatan dinas itu sudah selesai, aku akan meresmikan pernikahan kita. Jadi nanti kita menikah di Bogor saja, ya. Kalau di Jakarta nanti ada teman-temanku yang tahu. Bisa bahaya untuk karirku,” sahut Aryo berbohong. Tentu saja dia tak mau menikah di Jakarta, karena Lestari atau keluarga yang lainnya yang juga tinggal di Jakarta akan tahu. Aryo tak ingin itu terjadi.“Oh, ya sudah kalau begi

  • Wanita Untuk Sang CEO   116. Extra Part

    Aryo menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala.“Aku nggak akan macam-macam, apalagi selingkuh, Tari,” ucap Aryo serius.“Aku hanya jaga-jaga saja, Mas. Aku lakukan ini demi anak kita. Kalau nanti kamu macam-macam, aku bisa mengambil tindakan tegas. Lalu aku pastikan kalau masa depan anakku juga aman. Aku berkata begini bukan sombong, tapi aku hanya mengambil tindakan yang tepat untuk anakku kelak,” sahut Lestari yang juga serius.Akhirnya pasangan suami istri itu berhasil mendirikan CV Barata yang bergerak di bidang kontraktor kecil-kecilan. Lestari sendiri yang menangani dibantu oleh empat orang karyawan. Sedangkan Aryo masih tetap bekerja sambil mencari klien untuk CV Barata. Bahkan Aryo pun mulai berani ikut tender proyek pendirian sekolah swasta. Proyek itu pun sukses. Dari situlah lambat laun CV Barata mulai dikenal orang. Hingga dua tahun pendirian badan usaha itu yang semula bernama CV Barata, kini berubah menjadi PT. Barata.Usaha mereka pun semakin maju pesat. Omsetnya

  • Wanita Untuk Sang CEO   115. Extra Part

    Beberapa minggu kemudian, hubungan Aryo dan Lestari semakin akrab. Hal itu diketahui oleh orang tua mereka. Sehingga Wiryo dan Dirjo sepakat untuk segera melangsungkan pernikahan mereka.Aryo dan Lestari hanya menuruti keinginan orang tua mereka. Meskipun belum ada perasaan cinta di hati keduanya, namun kedua insan itu telah berkomitmen untuk saling menyayangi dan menghargai satu sama lain. Mereka juga sepakat akan membina rumah tangga dengan baik, sehingga bisa menjadikan rumah tangga mereka rukun dan tenteram.Lima bulan pasca pernikahan, Lestari telah lulus kuliah dengan predikat terbaik. Selain itu, dia juga telah mengandung anak Aryo. Hal itu tentu saja membuat pasangan suami istri sangat bahagia karena mendapat hadiah yang terindah dari Yang Maha Kuasa.“Alhamdulillah, di saat aku telah lulus kuliah, aku hamil,” ucap Lestari suatu malam ketika dia dan Aryo sudah berada di peraduan.“Iya, Tari. Aku sangat bahagia sekali. Kamu jaga ya kandungan kamu ini. Biar bayi kita tumbuh deng

  • Wanita Untuk Sang CEO   114. Extra Part

    Aryo hanya diam. Dia bingung dengan jawaban yang harus dia berikan pada kedua orang tuanya. Dia ingin menolak, tapi tak mau mengecewakan orang tuanya. Kalau dia menerima, itu bertentangan dengan hati nuraninya.“Nak, cinta itu bisa tumbuh setelah tinggal bersama nanti setelah kalian menikah. Dulu Bapak dan Ibu juga menikah tanpa adanya cinta. Tapi, pernikahan kami langgeng sampai sekarang,” ucap Narti-sang ibu, seolah tahu dilema yang Aryo rasakan saat ini.Aryo hanya menghela napas panjang. “Lalu bagaimana dengan Lestari sendiri? Apa dia bersedia punya suami kere seperti aku ini. Aku nggak bisa menjanjikan apa-apa untuk dia. Ya...hanya gajiku saja sebagai staf keuangan di perusahaan swasta, yang bisa aku berikan untuknya. Tentunya nggak seratus persen, karena aku juga ingin memberi uang untuk kalian. Aku ingin membantu perekonomian orang tua.”Dirjo dan Narti tersenyum mendengar penuturan anak sulung mereka.“Terima kasih kamu sudah punya niat baik untuk kami, Nak. Bapak yakin kalau

  • Wanita Untuk Sang CEO   113. Extra Part

    Semenjak Aluna menikah dan tinggal bersama dengan sang suami, Aryo tinggal sendiri di rumahnya. Pria itu hanya ditemani oleh asisten rumah tangga, sopir dan penjaga rumahnya. Membuat Aryo merasa kesepian. Kadang kala dia menginap di rumah Andhika. Dia ingin menginap di rumah Aluna maupun Kartika, tapi dirinya merasa sungkan. Aryo lebih nyaman menginap di rumah anak laki-lakinya. Hal itu membuat Aluna maupun Kartika secara bergantian mengunjungi ayah mereka.Seperti hari ini, Kartika datang berkunjung setelah pulang dari bekerja di rumah sakit.“Kenapa kamu masih bekerja, Tika? Apa uang suami kamu nggak cukup untuk biaya hidup kamu?” tanya Aryo ketika mereka sedang berbincang di taman belakang sambil minum teh di sore hari.“Mas Rafli memang sudah berulang kali menyuruhku berhenti bekerja, Pa. Tapi aku keberatan, karena aku masih menikmati pekerjaanku merawat orang-orang di rumah sakit,” sahut Tika kalem.“Kalau begitu, jadilah perawat Papa. Apa kamu masih keberatan juga kalau harus me

DMCA.com Protection Status