Share

Bab 4

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-26 06:24:54

Siska melempar tas yang dipegangnya dengan begitu keras hingga terdengar suara berdebum ketika benda itu membentur lantai kamarnya. Dengusan panjang dikeluarkannya, seakan hendak memberitahu betapa emosi dirinya saat ini.

Perkelahiannya dengan Hanna menyisakan begitu banyak rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuhnya. Mulutnya bahkan tak henti memaki ketika melihat beberapa lebam di bagian wajah dan lengannya.

Kakinya melangkah ke sebuah cermin yang cukup besar yang menempel di lemarinya. Salah satu tangannya menyentuh pipi kanannya masih terasa begitu nyeri akibat tamparan Hanna yang bertubi, ia juga menyibak poninya, nampak jelas bekas cekaran kuku wanita itu yang masih menjejak manis disana.

"Si4lan kau Hanna, dasar bar-bar, wanita gila! Wajar saja Mas Aldo lari dari pelukanmu." Siska mengumpat.

Kembali Siska memandang ke arah cermin. Mengamati rambutnya yang tampak kusut meski sudah ia rapikan. Rasa sakit akibat jambakan tangan Hanna masih terasa nyeri, membuat wanita itu kembali memaki.

"Keterlaluan kau Hanna!" Teriaknya frustasi.

Puas memandangi semua lebam, Siska akhirnya merebahkan tubuhnya di kasur pegas sederhana miliknya. Udara panas didalam kamar kostnya mulai membuatnya tidak nyaman, seolah mengejek keadaannya saat ini. Meski kipas angin kecil sudah menyala tetap saja ia merasa gerah.

Kedua manik mata Siska kini beralih menatap langit-langit kamarnya. Kamar seluas 4X5 meter inilah tempat tinggalnya selama setahun terakhir. Kamar ini jugalah tempat ia sering bertukar peluh dengan suami temannya, ah salah, mantan temannya.

"Aku bosan tinggal di kost-kostan sumpek seperti ini. Si4lan kau Hanna!" Jerit Siska frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri.

Awwww! Wanita itu menjerit ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh bekas jambakan Hanna yang masih meninggalkan rasa nyeri di kepalanya. Tak ayal, kembali mulutnya mengumpat, mengeluarkan begitu banyak sumpah serapah.

Setelah puas mengumpat dan memaki, tak lama ia pun terdiam, namun, kilatan amarah masih nampak jelas di matanya.

"Wanita gila itu benar-benar mempermalukanku. Bagaimana jika semua semua orang yang mengenaliku menonton video itu."

"Aarrgghh!"

Teriak Siska masih dengan tangan yang menjambak rambut, Kedua mata kini terpejam kembali mengingat akan banyaknya kamera ponsel yang mengarah pada wajahnya ketika bergulat dengan Hanna di dalam mall tadi. Untunglah, ojek online langganannya bersedia menjemputnya jika tidak, entah bagaimana penampilannya ketika menunggu kendaraan diluar.

"Pasti Video dan foto-foto pertarungan itu sudah tersebar di dunia maya. Hidupku benar-benar si4l."

"Kemana pula lelaki itu, ponselnya tidak aktif sejak tadi, apa dia tahu jika sekujur tubuhku nyeri dan remuk karena istrinya yang bar-bar itu!" Siska bersungut.

Ponsel Siska akhirnya berdering, nampak tertera nama My love disana, tanpa menunggu dering yang kedua, segera tangannya menyambut panggilan telepon itu.

"Tolong kesini mas, tubuhku penuh luka, aku bahkan tidak mampu berjalan untuk ke kamar kecil. Istrimu itu memukulku tanpa ampun di tengah keramaian pengunjung mall," Siska merengek manja.

Rahang Siska mengeras, karena tak menyangka jika lelaki yang ia perjuangkan hingga membuat sekujur tubuhnya lebam dan babak belur kini mengabaikan ucapannya, karena biasanya, suami temannya itu selalu menuruti apapun kehendaknya.

"Aku ingin kau menghajar istrimu itu, mas, setidaknya itu setimpal dengan rasa sakit di sekujur tubuhku." Kembali Siska merengek manja.

"Jangan gila! Apa kau tidak mengenal tabiat Hanna?" Terdengar suara di seberang sambungan.

"Mas, aku ingin malam ini kau tidur menemaniku disini." Suara Siska mendes4h.

"Kau sudah membuatku terjebak dalam masalah besar, Siska."

Pembicaraan mereka terputus, lebih tepatnya diputuskan sepihak oleh lawan bicaranya, membuat Siska begitu murka, tak lama terdengar suara teriakan Siska yang histeris hingga memenuhi ruangan, tak lama, ia membanting ponselnya sebelum akhirnya wanita itu rebah di atas ranjangnya.

***

Hanna melirik jam dinding dengan hati yang bergemuruh. Jarum jam itu sudah menunjuk angka pukul sembilan lebih sepuluh menit, namun, belum juga ada tanda-tanda kepulangan Aldo, suaminya.

Tangannya mengepal lalu melangkah ke ruang tamu, sesekali ia mengintip dari balik gorden. Sekedar untuk memuaskan hatinya jika teman hidupnya itu memang belum menjejakkan langkah kembali ke rumah mereka setelah tiga malam berlalu.

Sejak tadi tangannya begitu gatal ingin membanting foto pernikahan mereka yang tergantung manis di kamar dan ruang tamu ini. Entah mengapa, malam ini foto itu terasa begitu menyakitkan matanya.

"Kau benar-benar ingin mencari masalah denganku, mas." Geram Hanna yang masih belum mampu mengusir amarahnya.

Sejak kembali dari rumah Dina, Hanna sudah berpesan pada Mbok Iyem, asisten rumah tangganya, agar tidak keluar kamar jika terdengar pertengkaran antara ia dan Aldo nantinya. Ia tak mau membuat wanita yang bekerja di rumahnya itu merasa tak nyaman. Karena wanita itu sudah mengganggap Hanna seperti putrinya sendiri.

"Awas saja jika aku mendapat laporan bahwa lelaki tak tahu malu itu pulang ke rumah selingkuhan lagi!" Desis Hanna sambil mengigit kepalan tangannya.

Tiga bulan terakhir Hanna mulai mengendus aroma perselingkuhan antara suaminya dan Siska, teman semasa SMA nya dulu, namun, ia masih diam, karena berpikir dan merasa yakin jika tak mungkin Siska ataupun Aldo mengkhianatinya.

Semua pikirannya berubah, ketika Dina tak sengaja melihat kedua pengkhianat itu keluar dari sebuah hotel. Sejak saat itu, Hanna mulai mengikuti semua jejak langkah Aldo. Bahkan, Hanna nekat meminta tolong seorang teman kerja suaminya untuk memberikan informasi seputar kegiatan suaminya dikantor.

Awalnya, Aldo dan Siska tidak saling mengenal. Hanna lah yang memperkenalkan mereka. Kala tak sengaja bertemu makan di sebuah cafe. Hanna tak mengetahui jika Siska bekerja sebagai pelayan di cafe tersebut. Entah sejak kapan, tiba-tiba saja, Siska jadi sering bertamu kerumahnya, Tanpa alasan yang jelas.

Pernikahan Hanna memang masih terbilang baru. Baru berjalan satu setengah tahun, sungguh, ia tak habis pikir, secepat itu Aldo bisa mengkhianatinya. Padahal, begitu besar usaha lelaki itu untuk mendapatkan cintanya dulu.

"Kau benar-benar ingin cari mati, mas!" Kembali Hanna mengumpat.

Hanna berdiri dan terus berjalan mondar mandir di dalam ruangan itu. Bibirnya tak henti memaki sambil sesekali menggigit tangannya yang terkepal. Namun, tetap saja tak mampu meredam amarahnya.

Suara deru mobil akhirnya terdengar mendekat, membuat langkah Hanna seketika berhenti. Helaan nafas berat kini terdengar dari hidungnya yang nampak mengembang.

Segera saja ia memutuskan untuk duduk manis di sofa, lampu ruang tamu memang sudah ia matikan sejak tadi, membuat ruangan itu sedikit temaram, setidaknya masih ada pendar cahaya dari ruang keluarga yang ada di sebelahnya yang membuat mata bulatnya masih bisa melihat dengan seksama.

Terdengar kunci rumah diputar dari luar, membuat Hanna mendengkus tak percaya bahwa kunci cadangan yang selalu tergantung di kamar. Entah sejak kapan berpindah tangan ke lelaki itu. Membuat Hanna memaki dirinya karena lengah.

"Bahkan, ia tak membutuhkanku untuk membuka pintunya! Pantas saja bisa ia bisa leluasa pulang kapan saja."

Hanna masih diam, menunggu pintu itu terbuka, tak lama, langkah kaki terdengar setelah lebih dulu suara klik di pintu memfokuskan pendengarannya.

"Bisa pulang juga kau mas, setelah tiga hari tanpa kabar!"

"Ha-hanna, kau belum tidur?" Suara Aldo terdengar gugup. Seketika membuat Hanna terkekeh.

"Kupikir kau lupa jalan pulang ke rumah, mas, karena sudah terlalu nyaman tinggal di kamar selingkuhanmu itu ...." Hanna menjeda kalimatnya.

"Sepertinya lubang selingkuhanmu itu selalu gatal hingga kau tak ingat telah memiliki istri karena terus menerus menggaruk lubang J4lang murahan simpananmu itu!" Sarkas Hanna menyambut kepulangan Aldo sambil melangkah ke arah saklar untuk menyalakan lampu.

Bab terkait

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 5

    Aldo terdiam mendengar tudingan Hanna yang begitu menusuk. Wajah Hanna yang menahan amarah dengan nafas yang nampak memburu, membuat lelaki itu memilih untuk menahan diri.Ekor mata Aldo melihat Hanna dengan kedua tangan bersidekap di depan dada. Sebuah posisi pertahanan diri yang biasa refleks dilakukan. Aura panas yang dikeluarkan wanita itu begitu terasa, membuat tengkuk Aldo menegang.Ucapan Hanna tidak ada yang salah. Aldo memang menginap di tempat Siska selama tiga hari. Awalnya ia dan Siska, wanita gelapnya itu memutuskan untuk bertemu sebentar setelah pulang kantor, namun ditengah perjalanan, tiba tiba saja Siska mengubah rencana, wanita itu mengatakan ingin menonton film berdua saja di kamar kostnya.Permintaan Siska langsung dijawab Aldo dengan anggukan kecil. Bagai mendapat hadiah, tanpa berpikir panjang, mengikuti keinginan dan juga hasratnya.Suasana mendadak berubah, acara menonton film tersebut seketika berganti, ketika Siska tiba tiba mengganti pakaiannya dengan linge

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 6

    Aldo menggigit kepalan tangannya yang tadi gagal digunakan untuk kembali menampar Hanna, matanya masih menatap nyalang pada istrinya, amarah masih membuatnya panas, serasa ingin meledakkan tubuhnya."Si4l!" Kembali Aldo mengumpat.Prang!Sebuah vas bunga kristal yang terpajang di meja tamu tiba-tiba di lempar Aldo untuk mengalihkan kekesalannya. Sengaja lelaki itu melemparnya didekat Hanna, untuk menunjukkan betapa emosi dirinya saat ini.Vas bunga itu keras membentur dinding dan hancur. Kepingan-kepingan vas itu berserakan di lantai. Hanna memandang vas yang hancur itu dengan sorot mata yang dingin. Dengan wajah yang menyeringai."Kau benar-benar keterlaluan. Aku menyesal menikah denganmu. Siska bahkan sepuluh kali lebih baik darimu." Sesal Aldo sambil terus memaki."Oh, benarkah! Baguslah. Artinya setelah ini, aku tak perlu mengurusi kebutuhanmu lagi," balas Hanna spontan.Ada rasa nyeri dihati Hanna ketika mendengar pernyataan Aldo. Mata dengan bulu mata lentik itu nampak berkaca.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 7

    Keesokan harinya,Hanna duduk memandang sepiring nasi goreng yang dibuat Mbok Iyem, Assisten rumah tangganya dengan wajah masam dan tak berselera. Pertengkaran dengan Aldo semalam masih menyisakan rasa nyeri di kepalanya yang terluka akibat berbenturan dengan kaki lemari. Sikap brutal yang dilakukan Aldo semalam masih terekam jelas dalam memori ingatannya. Hanna tak habis pikir mengapa Aldo yang begitu mencintainya bisa berubah begitu cepat membencinya. Apa yang dilakukan Siska hingga bisa membuat Aldo begitu cepat berpaling darinya?Adakah kesalahannya? Atau pelayanannya yang tidak sesuai keinginan suaminya? Entahlah, Hanna merasa yakin jika tak melakukan hal yang buruk yang bisa membuat Aldo berpaling dan menjauh darinya.Semalam, setelah puas mengeluarkan amarah, Hanna membanting pintu kamarnya dan menguncinya begitu rapat. Hingga Aldo terpaksa tidur mengungsi ke kamar tamu. Dan pagi ini lelaki itu tak terlihat di meja makan ini.Ah, tapi mengapa ia harus peduli? "Mbak Hanna, tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 8

    "Apa yang akan didapatkan wanita bodoh itu dengan melaporkan Hanna?" ucap Aldo yang tanpa sadar mengingat kembali senyum yang begitu menakutkan di wajah Hanna semalam.***Awan mendung masih menggelayut di langit, begitu juga dengan angin yang mulai berhembus kencang, menerpa dedaunan dan menggoyangkan ranting pohon seperti tubuh seorang penari yang meliuk.Entah mengapa cuaca seperti begitu cepat berubah. Padahal tadi pagi matahari masih begitu garang memperlihat keperkasaannya. Seolah meyakinkan diri jika tetesan air tak akan mungkin bisa jatuh ke tanah.Hanna memandang halaman rumahnya dengan tatapan sayu dari teras, niatnya untuk pergi ke suatu tempat, terpaksa ditunda, karena cuaca yang tidak mendukung, ia yakin tak akan lama lagi hujan akan turun.Ditengah pikirannya yang seakan ingin mempermainkannya, sebuah motor matic berhenti tepat di depan rumahnya. Melihat siapa gerangan yang datang bertamu, sebuah senyuman kini terlukis indah wajahnya."Dina, tumben main ke rumahku?" Han

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 9

    "Terserah kau saja, tapi jika kau butuh bantuan pengacara, Jangan sungkan menelponku." Ujar Dina khawatir.Hanna menggangguk."Tentu saja.""Aku pasti akan meminta bantuan padamu sebab kantor polisi adalah langkah terakhir bagiku, sebelum itu aku ingin melihat wajah pucat lelaki itu karena telah kehilangan segala hal yang dibanggakannya selama ini. Aku ingin melihat rasa penyesalan yang tulus di wajahnya, dan yang terpenting aku ingin melihatnya hancur di depan mataku sendiri.""Kau memiliki bukti KDRT yang dilakukan Aldo padamu Hanna.""Aku tahu, tapi melaporkannya ke kantor polisi tidak semudah yang dibayangkan, akan banyak waktu dan materi yang dibutuhkan dan aku tidak punya waktu untuk itu, lagipula melaporkannya juga tidak menyelesaikan masalah. Tuduhan KDRT dan perzinahan bisa menahannya berapa lama? Tiga bulan, satu tahun, tiga tahun? Tuduhan itu tidak akan membuatnya membusuk selamanya dipenjara, lalu begitu lelaki itu keluar nanti, adakah jaminan Jika dia tidak mencariku lagi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 10

    Aldo memandang foto Hanna yang sedang tersenyum manis di sudut kiri meja kerjanya dengan sorot mata yang dingin. Entah apa yang ada dalam pikirannya hingga setelah beberapa saat, foto itu di lepas dari piguranya dan di robek beberapa bagian hingga berakhir dalam kotak sampah.Dengan punggung yang menyandar di kursi, Aldo membuang nafas kasar. Pertengkarannya dengan Hanna dua malam lalu kini berkelebat di benaknya. Sungguh, selama satu setengah tahun mereka menikah, baru malam itu ia bisa lepas kendali dan memukul istrinya dengan begitu kasar.Aldo memandang kedua telapak tangannya sesaat, lalu mengusapnya ke wajah sambil menatap ke langit-langit ruang kerjanya. Rasa penyesalan sedikit terbetik dalam hatinya, karena sebelumnya tak pernah sekalipun ia memperlakukan Hanna sekasar itu."Mengapa Hanna?""Kau membuat tanganku menyakitimu. Jika memang kau sudah bosan padaku, mengapa tidak mengatakannya terus terang saja, kita bisa berpisah secara baik-baik." Gumam Aldo.Sebuah laci di sisi k

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 11

    "Keterlaluan kau Hanna," geram Siska sambil mengepalkan tangannya.***Siska mengigit bibirnya cukup kuat hingga lidahnya dapat merasakan sesuatu yang kental dan amis di sana. Kerongkongannya tercekat seakan tak mampu untuk menelan sesuatu. Ancaman Hanna benar-benar menguasai pikirannya saat ini. Ia tak menyangka jika wanita g!l4 itu bisa berpikir sampai sejauh itu untuk membalasnya.Amarah begitu menyeruak di dadanya saat ini, segera ia tinggalkan area kafe menuju meja kasir karena ada sedikit tempat tertutup disana yang sering digunakan para karyawan untuk melepas penat sesaat.Ting.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Tanpa perlu melihat Siska yakin bahwa itu pesan dari Hanna untuknya. Entah mengapa, jemarinya begitu enggan untuk menyentuh kembali benda pipih yang telah dimasukkan kembali ke dalam saku belakang celana jeans-nya."Kau sengaja melakukannya kan, Hanna?" Bisik Siska geram.Seorang pengunjung melambaikan tangan untuk memanggilnya. Untuk sesaat Siska mengabaikan pesan di po

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 12

    "Jika kau masih ingin bekerja di sini, lebih baik kau bereskan meja-meja di sana, Siska," perintah Kanaya, sang manager cafe ini. Ketika memergoki Siska yang masih duduk di belakang meja kasir dengan kaki menekuk.***Melihat nada suara managernya yang tidak bersahabat, Siska pun berdiri, meski kedua lututnya masih terasa lemah untuk menopang berat tubuhnya."Mbak, bisakah aku izin pulang, perutku tiba tiba kram," pinta Siska memelas."Izin pulang?" ekor mata Kanaya mendelik tajam."iya Mbak.""Aku bosan mendengarmu selalu meminta izin, Siska. Asal kau tahu, bulan ini saja sudah tiga kali kau minta izin pulang cepat, dengan banyak alasan, aku bahkan tidak enak dengan pegawai lain karena selalu memberimu izin." Tolak Kanaya tegas dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Sekali ini saja, mbak." Kembali Siska memohon.Kanaya menggeleng cepat."Tidak! Maaf kau terus saja membuang waktu, jika kau masih ingin bekerja maka layani pelanggan kita di sana, jika kau merasa keberatan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 91

    Bab Ekstra 2Sementara itu di tempat lain."Darimana saja kau Siska?" Ketus seorang pria padanya "Aku keluar sebentar, mas," Jawab Siska gugup."Aku tahu kau keluar, yang kutanyakan darimana?""A-aku ke minimarket depan, mas. Beli beberapa perlengkapan mandiku yang sudah habis," jawab Siska menunduk."Mana?""Hah?""Aku tanya mana perlengkapan mandi yang kau beli itu? Aku tak melihatnya?" "Itu, a-ada ..." Ucap Siska gugup, karena ia tahu mengapa pria itu bertanya padanya seperti ini.Plak!Sebuah tamparan keras diberikan pria itu di wajah Siska, belum puas, pria itu lantas menjambak rambutnya dengan kasar."Kau pikir aku tidak tahu, kau baru saja menemui istriku, bukan?""Sial," umpat Siska dalam hati."Kau benar benar lacur! Apa semua yang kuberikan padamu belum cukup hingga kau membuat onar di rumahku, Hah!" "Mas, istrimu yang lebih dulu menghinaku. Lagipula, kau sudah berjanji akan menceraikan istrimu setelah menikahiku!" Siska meraung."Kau benar-benar lancang!" Hardik pria itu

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 90

    Bab Extra 1Aldo termangu memandangi Andira, putri semata wayangnya dengan Siska, dengan tatapan sayu. Hatinya menjerit melihat anak perempuannya itu tumbuh tanpa sosok ibu di sampingnya.Balita berusia dua tahun itu tampak sedang berpegangan tangan pada ujung meja, sedang asyik belajar berjalan, sesekali tampak ia terjatuh.Dipandanginya wajah putrinya, wajah yang persis sama dengan Siska. Lelaki itu berharap jika putrinya tidak mengikuti jejak ibunya, bahkan demi bisa fokus merawat dan mengasuh Andira, Aldo terpaksa keluar dari pekerjaannya.Membuka sebuah warung bengkel kecil di depan rumah, itulah pekerjaannya yang ditekuni Aldo sekarang untuk menafkahi putrinya. Sesekali ia menerima pekerjaan sampingan sebagai sales freelance. Untung saja ia tak perlu mengeluarkan uang untuk tempat tinggal, karena Ridwan mengizinkan dirinya dan putrinya untuk tinggal bersamanya. Sudah dua tahun berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Roy, sang ayah biologisnya. Sesekali beliau menelpon, sekedar

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 89

    Dua tahun kemudian."Aku tak menyangka jika kau akan membeli keripik kentang sebanyak itu," keluh Hanna sambil melirik beberapa jenis merk keripik kentang yang ada dalam troli."Aku hanya membeli untuk jatah satu minggu," jawab Reza santai.Hanna menggeleng melihat kelakuan dokter tampan itu, lalu kembali memandang deretan produk pencuci wajah yang ada di hadapannya.Awalnya Hanna hanya berdua saja dengan mbok Yem, asisten rumah tangganya, belanja dan mendorong troli supermarket ini, tapi di tengah perjalanan ke supermarket tadi, Reza mendadak meneleponnya, dan entah bagaimana caranya tiba tiba lelaki itu bisa ada di supermarket tersebut dan akhirnya ikut berbelanja."Apa masih ada yang ingin dibeli, mbok?" Tanya Hanna pada Mbok Yem ketika meletakan sebuah sabun pencuci wajah kedalam troli belanjanya."Nggak ada, semuanya sudah ada dalam troli," jawab mbok Yem."Baguslah, berati kita langsung saja ke kasir," sahut Hanna lalu menoleh pada lelaki yang berdiri di sebelahnya."Aku juga su

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 88

    Hanna melirik arloji di tangannya, ketika tangan Dina menyenggol lengannya. Hanna mengerti apa yang ingin disampaikan Dina, wajahnya tampak mengangguk perlahan, lalu berpaling melirik ke sekelilingnya.Ridwan dan Roy terlihat sedang menyandarkan punggung mereka sementara Aldo menjambak rambutnya. Kemarahan masih terlihat jelas di matanya. Hanna bisa mengerti, mantan suaminya itu membutuhkan waktu untuk bisa menerima semua kenyataan ini."Hanna, ayo kita pulang," bisik Dina di telinga Hanna."Baiklah." sahut Hanna. Hanna dan Dina terlihat meraih tas mereka, lalu melirik Ridwan yang masih diam, segera saja mereka mengutarakan niatnya untuk pamit pulang dan segera pergi dari sini."Amanah ibu Marina sudah saya sampaikan, mohon maaf saya dan Dina pamit pulang, pak," ucap Hanna pada Ridwan."Oh ya, terima kasih banyak atas bantuannya, Hanna. Tunggu sebentar," ujarnya lalu bangkit dan berjalan tergesa masuk ke salah satu ruangan di dalam rumahnya.Hanna hanya bisa menunggunya, untung saja

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 87

    "Tenangkan dirimu, nak. Bapak tahu, sulit bagimu menerima kebenaran ini, tolong jangan biarkan kemarahanmu yang berbicara karena itu tidak baik. Karena bagaimanapun dia adalah ibumu, seseorang yang harus kau hormati."Hanna melirik Roy yang tampak diam dengan kepala tertunduk. Ada luka dan kesedihan di wajah lelaki paruh baya itu. Sesekali mata tua itu melirik putranya yang masih belum bisa menerima dirinya dan kenyataan tersebut.Sentuhan tangan Dina membuat Hanna menoleh, mata Dina mengisyaratkan jika mereka harus pamit pulang, segera Hanna melirik ke arah jam di pergelangan tangannya, seakan meminta waktu sebentar lagi."Baiklah, tapi sebentar saja ya," bisik Dina."Iya." Bisik Hanna pelan."Sejak kapan bapak tahu semua ini dan tahu bahwa aku bukan anak kandung bapak?" Tanya Aldo dengan suara parau, sungguh, wajah lelaki itu kini tampak begitu muram."Satu bulan sebelum ibumu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah," ujar Ridwan sambil terus memandang Aldo." ... Saat itu?" Kenin

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 86

    "Pe-pemeriksaan apa ini, apakah ini adalah pemeriksaan identifikasi DNA milikku? Siapa itu Mario Darmawan? Apakah itu nama asli dari lelaki bernama Roy ini?" Lanjut Aldo sambil memandang fokus pada Ridwan, ayahnya.Ridwan tak menjawabnya, manik mata lelaki itu memandang lurus pada Aldo dengan tatapan teduh dan sikap yang begitu tenang, tak tampak kegelisahan dan rasa takut di wajahnya. Di lihatnya tangan Aldo yang gemetar, ia tahu suatu saat, hari ini pasti akan tiba, hari di mana lelaki itu mengetahui jati dirinya. Hari di mana sebuah rahasia yang disimpan bertahun-tahun akan terbongkar.Suasana hening sesaat, baik Hanna maupun Dina memilih diam, tak bersuara. Tak terkecuali Roy, lelaki berusia lima puluh tahunan itu juga memilih bungkam."Apa maksud semua ini pak? Tes DNA?" Kembali Aldo bertanya lirih."A-pa pemeriksaan ini benar?" Mendengar pertanyaan Aldo, Ridwan hanya mengangguk. Di lihatnya wajah Aldo yang tampak begitu terluka. Sungguh, ia tak berharap melukai perasaan Aldo,

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 85

    Ekor mata Aldo melirik lelaki yang duduk di sebelah ayahnya dengan begitu tajam. Suasana hatinya mendadak buruk. Ia tak menyangka jika ayahnya bisa mengundang lelaki itu untuk bergabung bersama mereka di sini.Tangannya mengepal kuat, melihat wajah lelaki itu, telapak tangannya terasa gatal untuk memukul atau pun mengajak lelaki itu bertengkar.Sesekali tampak lelaki itu melirik pada Aldo, sekilas ia melihat beberapa bagian dari wajah Marina yang terpahat di sana. Mata mereka begitu mirip. Begitu juga dengan bentuk dagunya yang persis sama dengan Marina, ibunya."Untuk apa mengundangnya kemari, Pak? aku tak suka melihatnya ada di sini," ujar Aldo setengah berbisik pada Ridwan ayahnya."Bapak mengundangnya karena kehadirannya berhubungan dengan isi amplop itu, nak," jawab Ridwan."Tapi ..." Ujar Aldo yang masih tampak begitu keberatan.Yah, Aldo mengetahui persis siapa lelaki itu. Lelaki yang menjadi penyebab rumah tangga kedua orang tuanya berakhir di pengadilan. Lelaki itu pula yang

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 84

    "Maaf membuatmu menunggu. Aku memintamu datang kesini karena ingin menyampaikan amanah dari ibumu," ujar Hanna sambil meletakkan sebuah amplop putih yang masih bersegel di atas meja.Aldo tampak mengernyitkan dahi, tatapan matanya lurus pada amplop putih yang baru saja diletakkan Hanna di meja, ada gurat kebingungan di wajahnya, wajar saja karena di matanya Hanna seakan ingin bermain teka-teki dengannya.Amplop itu tampak rapi dengan logo sebuah rumah sakit di salah satu sudutnya. Sebuah amplop yang berisi rahasia kelahiran Aldo.Menyadari kemana arah pandangan Aldo, Hanna terlihat menuduk sesat, lalu berbicara pelan."Sebelumnya aku minta maaf padamu, mas. Karena menahan amanah ini cukup lama. Aku tahu aku sangat egois dan salah, karena tidak langsung menyampaikannya padamu.""Sebenarnya, ibu memintaku untuk segera memberikan amplop ini padamu setelah ia meninggal, namun, saat itu kau sangat gencar menuduhku berselingkuh, hal itu membuatku geram dan sakit hati hingga ..." Hanna menje

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 83

    Sementara itu di tempat lain."Kita tunggu Hanna datang, karena dia yang memegang amanah ibumu," Sahut Ridwan yang langsung di balas dengan kerutan di kening Aldo."Hanna? Amanah ibu? Apa sebenarnya maksud semua ini, pak?""Tunggulah sebentar, bapak yakin tak lama lagi Hanna akan tiba.""Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini," ungkap Aldo dengan wajah kebingungan.Untuk beberapa saat mereka saling diam, tak lama, terdengar Ridwan berdehem cukup keras."Bapak ke belakang sebentar membuatkan teh hangat untukmu. Sementara itu, buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Lagipula, sudah lama kau tidak pulang ke rumah," Selesai mengucapkan kalimat itu, Ridwan pun berlalu meninggalkan Aldo sendiri.Aldo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, mengikuti saran sang ayah untuk membuat dirinya senyaman mungkin. Sesekali terlihat ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan di sana.Rumah ini adalah tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Selepas menyelesaikan pendidikan das

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status