Share

Bab 39

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-15 14:39:38

Matahari masih nyaman mengintip dari balik awan ketika langkah Hanna memasuki halaman rumah Dina. Meskipun sudah hampir menjelang makan siang, tetap saja, udara dingin masih terasa menusuk kulit. Wajar saja karena sudah masuk musim penghujan.

Hanna menginjak rumput di halaman rumah Dina yang masih basah. Hujan deras yang mengguyur semalam hingga pagi hari membuat beberapa bagian di halaman ini masih menyisakan genangan air. Tak ayal, membuat Hanna begitu memperhatikan langkahnya.

Rumah Dina cukup besar dengan garasi yang cukup untuk menampung tiga buah mobil. Meskipun memiliki suami yang mapan namun, Hanna kagum dengan sepupunya itu yang masih sering terlihat tampil begitu sederhana.

Seorang asisten rumah tangga yang nampak beberapa tahun lebih muda darinya, datang dari arah samping rumah dan langsung menghampirinya, sebelum tangan Hanna mengetuk menekan bel yang berada di sudut atas pintu.

"Mbak Hanna!" Serunya begitu sudah beberapa langkah di hadapannya.

"Bu Dina ada?" Tanya Hanna.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 40

    Dina memandang Hanna dengan pandangan mata yang sulit diartikan. Meski ia sudah lama mengenal Hanna, tetap saja, baginya tak mudah untuk menebak isi pikiran sepupunya itu.Ekor matanya meneliti setiap jengkal wajah itu, selain senyum tipis yang tampak misterius, dan raut wajah yang nyaris tidak menampakkan ekspresi apapun, membuat Dina menyerah untuk terus mencari tahu.Dengan pandangan yang masih tetap terfokus pada Hanna, tangannya meraih gelas berisi jus apel di meja. Menyesapnya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya rasa penasaran membuatnya melempar tanya."Kado istimewa? apa maksudmu Hanna?" Dina memiringkan kepalanya dan meletakkan kembali gelas di tangannya setelah menghabiskan isinya."Tentu saja, bukankah kita harus membawa hadiah jika datang ke pernikahan seseorang? Aku juga ingin ikut merasakan kebahagiaan sang pengantin dengan memberikannya hadiah," Jawab Hanna."Kado? hadiah? Apa itu artinya kau akan membiarkan mereka menikah?" Tanya Dina tak mengerti.Hanna menggeleng.

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 41

    Aldo menghela nafas berat, pekerjaan kantornya begitu menyita waktunya hari ini. Biasanya ia selalu menyuruh orang untuk mengerjakan laporan di hadapannya ini. Namun, apalah dirinya sekarang, ia bukanlah seorang manager lagi.Dengan gaji yang telah berkurang nyaris setengahnya, tentu saja ikut mengubah gaya hidupnya. Biasanya ia menikmati segelas kopi di St*rbucks di sela-sela waktu senggangnya atau pikirannya sedang kusut. Tapi sekarang, makan ataupun menikmati segelas kopi di warteg terpaksa di lakukannya demi menghemat pengeluaran.Kembali Aldo menghela nafas berat, pertengkaran dengan Siska seminggu yang lalu masih menyisakan masalah untuknya. Desakan wanita itu untuk segera menikahinya sungguh menambah beban pikirannya."Wanita itu membuat hidupku sengsara," keluh Aldo dengan wajahnya yang suram.Aldo memandang sebuah kertas yang terletak di ujung meja kerjanya. Surat panggilan dari pengadilan yang meminta untuk hadir di sidang mediasi masih tergeletak di sana. Entah mengapa saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 42

    Kau membuatku menunggu dua puluh menit, mas, untung saja, aku membuat janjinya jam tujuh," keluh Siska ketika menghampiri Aldo yang baru saja keluar dari lobby kantornya."Aku banyak pekerjaan, lagipula jika kau bosan menungguku, bukankah kau bisa pergi sendiri saja ke sana?" Balas Aldo dengan tatapan bosan."Kau benar-benar berubah, mas. Dulu kau begitu lembut dan perhatian padaku ...""Tapi sekarang ...." Kembali Siska mengeluarkan keluhannya."Berisik, jika memang masih ingin kutemani lebih baik jangan membicarakan sesuatu yang membuatku kesal." Mata Aldo melotot tajam."Terserah kau saja," ujar Siska cemberut.Dengan menggunakan taksi online, mereka segera meninggalkan bangunan perkantoran itu, menuju sebuah rumah sakit."Mengapa tidak periksa di bidan saja, bukankah hanya untuk memeriksa dan meminta resep vitamin saja kan?" Keluh Aldo ketika mereka berdua sudah duduk di dalam taksi. Lalu membuang pandangan ke luar jendela."Aku tidak mau, aku ingin anak ini mendapat fasilitas yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 43

    Mata Hanna membulat mendengar pengakuan Reza yang tiba-tiba sangat mengejutkan. Bukan hanya dirinya, tapi juga pasangan pengkhianat itu kini memandang Reza dengan begitu intens.Untuk beberapa saat tubuh Hanna membeku dan mematung diam. Tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, ucapan Reza sudah seperti sebuah kalimat lamaran untuknya.Siska pun bungkam dengan ekor mata yang terus menerus memperhatikan Reza, sosok dokter tampan itu lebih menarik perhatiannya ketimbang melihat pertengkaran Hanna dan Aldo. Suara bising kendaraan bermotor di jalanan tak juga mengalihkan perhatian mereka dan tetap memfokuskan pandangan pada dokter muda itu. Kalimat yang di ucapkan dokter muda itu seolah mantra yang menyihir mereka. Hingga akhirnya sebuah kedipan mata mengembalikan kesadaran Hanna."A-apa yang baru saja kau katakan, Reza? Melamar?" Tanya Hanna gugup."Kau sudah mendengarnya sendiri, Hanna.""Aku ingin melamarmu dan aku serius dengan ucapanku,," Reza mengulang perkataannya sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 44

    "Jika sampai kau berani menyentuh wajah Hanna, maka kau akan berurusan denganku," ancamnya.Melihat wajah suram lelaki itu, refleks Aldo menurunkan tangannya. Ia dapat merasakan kakinya yang kini lemas dan gemetar. "Paman Hanif!" Panggil Hanna begitu lelaki paruh baya itu menghentikan langkah di dekatnya."Maaf, paman membuatmu menunggu lama di sini, nak.""Oom ... Om Hanif!?" Suara Aldo terdengar gemetaran.Aldo memandang lemah lelaki paruh baya itu. Ia tak menyangka jika sosok yang selama ini membuatnya segan, ada di sini. Lelaki itu merutuki kebodohannya karena sempat terpancing emosi tadi.Siapapun yang mengenal Hanif akan tahu, jika lelaki paruh baya itu tidak bisa dianggap remeh. Adik lelaki dari mendiang ayah mertuanya itu kini membuat keberaniannya sedikit menciut. Sosok yang menjadi wali nikah Hanna kala itu memang memiliki postur tubuh dan latar belakang yang membuat orang tidak bisa memandangnya sebelah mata.Sosok dokter militer yang juga memiliki pangkat kemiliteran di p

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 45

    Suasana mendadak berubah hening. Entah mengapa, Hanna tak mampu menggerakkan lidahnya karena pengakuan Reza yang terlalu mengejutkannya.Angin malam yang berhembus mulai menyakiti kulit. Namun, hal itu tak jua mengalihkan perhatian Hanna dari Reza. Kedua manik matanya masih membulat memandang Reza "A-apa yang kau baru saja kau katakan?" Ujar Hanna gugup setelah mampu menguasai dirinya kembali."Kau sudah mendengarnya, Hanna. Aku serius ingin melamarmu."Hanna menggeleng, lalu tersenyum getir."Terima kasih, tapi aku belum ingin menjalin hubungan dengan siapapun saat ini. Proses perceraianku juga masih bergulir. Setidaknya untuk beberapa waktu aku ingin menikmati kesendirian dan mengelola bisnisku." Ucapan Hanna membuat Reza tersenyum."Aku sudah menduga kau akan menolaknya, Hanna. Justru jika kau langsung menerima lamaranku, itu membuatku curiga.""Tapi, kau tidak keberatan jika aku mengajakmu makan malam atau sekadar nonton di bioskop, kan?" Tanya Reza penuh harap."Tentu saja, aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 46

    Pertemuan dengan Hanna tiga hari yang lalu masih menyisakan sesak di dada Aldo. Meski ia terus berusaha menepis semua bayangan kejadian malam itu, tetap saja, ingatan itu seakan tak ingin menjauh dari benaknya.Suasana kantor yang cukup berisik oleh suara mesin printer tak membuat Aldo terusik. Biasanya suara tersebut membuatnya jengah karena menggangu konsentrasinya bekerja. Namun tidak kali ini, lelaki itu seakan tak peduli."Pak Aldo, sudah waktunya istirahat, mau ikut makan siang di kantin bareng atau sudah bawa bekal dari rumah?" Pertanyaan seorang rekan kerjanya membuat Aldo refleks menoleh."Ah, aku tidak bawa bekal.""Kalau begitu, ayo kita makan ke kantin saja," ajaknya."Terima kasih, tapi aku sudah pesan sama OB tadi," tolak Aldo sambil memaksa diri tersenyum."Baiklah, kalau begitu saya tinggal, pak."Aldo tersenyum getir, memandang punggung rekan kerjanya hingga menghilang di balik pintu, bukan keinginannya menolak ajakan tersebut, hanya saja, uang di dompetnya yang menip

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 47

    Mata Reza kembali menyipit melihat tubuh Aldo yang masih setengah berbaring di atas paving blok parkiran swalayan itu. Tak lama ia membuang ludah karena rasa besi dan amis akibat luka di sudut bibirnya.Suasana ramai di area parkiran swalayan ini menyebabkan beberapa pasang mata menoleh kearah mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka sengaja berhenti untuk melihat kejadian tersebut.Kembali Reza menyentuh dan menyeka sudut bibirnya yang masih terasa perih. Tatapan tajam masih ia lempar pada Aldo yang perlahan mulai berdiri."Apa masalahmu, hah?" Hardik Reza emosional."Sabar brother!" Seorang lelaki yang tadi menjadi lawan bicara Reza berusaha menenangkan amarah lelaki itu. Tak lama ia bertanya."Kau mengenal pecundang ini?" Tunjuk teman Reza yang bernama Yoga itu."Aku tidak mengenalnya," tolak Reza mengakui.Aldo yang mendengar jawaban Reza spontan menyahut."Jangan berpura pura? Kau sangat tahu siapa aku?" Sungut Aldo sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Reza."Lalu?" "Apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 91

    Bab Ekstra 2Sementara itu di tempat lain."Darimana saja kau Siska?" Ketus seorang pria padanya "Aku keluar sebentar, mas," Jawab Siska gugup."Aku tahu kau keluar, yang kutanyakan darimana?""A-aku ke minimarket depan, mas. Beli beberapa perlengkapan mandiku yang sudah habis," jawab Siska menunduk."Mana?""Hah?""Aku tanya mana perlengkapan mandi yang kau beli itu? Aku tak melihatnya?" "Itu, a-ada ..." Ucap Siska gugup, karena ia tahu mengapa pria itu bertanya padanya seperti ini.Plak!Sebuah tamparan keras diberikan pria itu di wajah Siska, belum puas, pria itu lantas menjambak rambutnya dengan kasar."Kau pikir aku tidak tahu, kau baru saja menemui istriku, bukan?""Sial," umpat Siska dalam hati."Kau benar benar lacur! Apa semua yang kuberikan padamu belum cukup hingga kau membuat onar di rumahku, Hah!" "Mas, istrimu yang lebih dulu menghinaku. Lagipula, kau sudah berjanji akan menceraikan istrimu setelah menikahiku!" Siska meraung."Kau benar-benar lancang!" Hardik pria itu

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 90

    Bab Extra 1Aldo termangu memandangi Andira, putri semata wayangnya dengan Siska, dengan tatapan sayu. Hatinya menjerit melihat anak perempuannya itu tumbuh tanpa sosok ibu di sampingnya.Balita berusia dua tahun itu tampak sedang berpegangan tangan pada ujung meja, sedang asyik belajar berjalan, sesekali tampak ia terjatuh.Dipandanginya wajah putrinya, wajah yang persis sama dengan Siska. Lelaki itu berharap jika putrinya tidak mengikuti jejak ibunya, bahkan demi bisa fokus merawat dan mengasuh Andira, Aldo terpaksa keluar dari pekerjaannya.Membuka sebuah warung bengkel kecil di depan rumah, itulah pekerjaannya yang ditekuni Aldo sekarang untuk menafkahi putrinya. Sesekali ia menerima pekerjaan sampingan sebagai sales freelance. Untung saja ia tak perlu mengeluarkan uang untuk tempat tinggal, karena Ridwan mengizinkan dirinya dan putrinya untuk tinggal bersamanya. Sudah dua tahun berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Roy, sang ayah biologisnya. Sesekali beliau menelpon, sekedar

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 89

    Dua tahun kemudian."Aku tak menyangka jika kau akan membeli keripik kentang sebanyak itu," keluh Hanna sambil melirik beberapa jenis merk keripik kentang yang ada dalam troli."Aku hanya membeli untuk jatah satu minggu," jawab Reza santai.Hanna menggeleng melihat kelakuan dokter tampan itu, lalu kembali memandang deretan produk pencuci wajah yang ada di hadapannya.Awalnya Hanna hanya berdua saja dengan mbok Yem, asisten rumah tangganya, belanja dan mendorong troli supermarket ini, tapi di tengah perjalanan ke supermarket tadi, Reza mendadak meneleponnya, dan entah bagaimana caranya tiba tiba lelaki itu bisa ada di supermarket tersebut dan akhirnya ikut berbelanja."Apa masih ada yang ingin dibeli, mbok?" Tanya Hanna pada Mbok Yem ketika meletakan sebuah sabun pencuci wajah kedalam troli belanjanya."Nggak ada, semuanya sudah ada dalam troli," jawab mbok Yem."Baguslah, berati kita langsung saja ke kasir," sahut Hanna lalu menoleh pada lelaki yang berdiri di sebelahnya."Aku juga su

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 88

    Hanna melirik arloji di tangannya, ketika tangan Dina menyenggol lengannya. Hanna mengerti apa yang ingin disampaikan Dina, wajahnya tampak mengangguk perlahan, lalu berpaling melirik ke sekelilingnya.Ridwan dan Roy terlihat sedang menyandarkan punggung mereka sementara Aldo menjambak rambutnya. Kemarahan masih terlihat jelas di matanya. Hanna bisa mengerti, mantan suaminya itu membutuhkan waktu untuk bisa menerima semua kenyataan ini."Hanna, ayo kita pulang," bisik Dina di telinga Hanna."Baiklah." sahut Hanna. Hanna dan Dina terlihat meraih tas mereka, lalu melirik Ridwan yang masih diam, segera saja mereka mengutarakan niatnya untuk pamit pulang dan segera pergi dari sini."Amanah ibu Marina sudah saya sampaikan, mohon maaf saya dan Dina pamit pulang, pak," ucap Hanna pada Ridwan."Oh ya, terima kasih banyak atas bantuannya, Hanna. Tunggu sebentar," ujarnya lalu bangkit dan berjalan tergesa masuk ke salah satu ruangan di dalam rumahnya.Hanna hanya bisa menunggunya, untung saja

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 87

    "Tenangkan dirimu, nak. Bapak tahu, sulit bagimu menerima kebenaran ini, tolong jangan biarkan kemarahanmu yang berbicara karena itu tidak baik. Karena bagaimanapun dia adalah ibumu, seseorang yang harus kau hormati."Hanna melirik Roy yang tampak diam dengan kepala tertunduk. Ada luka dan kesedihan di wajah lelaki paruh baya itu. Sesekali mata tua itu melirik putranya yang masih belum bisa menerima dirinya dan kenyataan tersebut.Sentuhan tangan Dina membuat Hanna menoleh, mata Dina mengisyaratkan jika mereka harus pamit pulang, segera Hanna melirik ke arah jam di pergelangan tangannya, seakan meminta waktu sebentar lagi."Baiklah, tapi sebentar saja ya," bisik Dina."Iya." Bisik Hanna pelan."Sejak kapan bapak tahu semua ini dan tahu bahwa aku bukan anak kandung bapak?" Tanya Aldo dengan suara parau, sungguh, wajah lelaki itu kini tampak begitu muram."Satu bulan sebelum ibumu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah," ujar Ridwan sambil terus memandang Aldo." ... Saat itu?" Kenin

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 86

    "Pe-pemeriksaan apa ini, apakah ini adalah pemeriksaan identifikasi DNA milikku? Siapa itu Mario Darmawan? Apakah itu nama asli dari lelaki bernama Roy ini?" Lanjut Aldo sambil memandang fokus pada Ridwan, ayahnya.Ridwan tak menjawabnya, manik mata lelaki itu memandang lurus pada Aldo dengan tatapan teduh dan sikap yang begitu tenang, tak tampak kegelisahan dan rasa takut di wajahnya. Di lihatnya tangan Aldo yang gemetar, ia tahu suatu saat, hari ini pasti akan tiba, hari di mana lelaki itu mengetahui jati dirinya. Hari di mana sebuah rahasia yang disimpan bertahun-tahun akan terbongkar.Suasana hening sesaat, baik Hanna maupun Dina memilih diam, tak bersuara. Tak terkecuali Roy, lelaki berusia lima puluh tahunan itu juga memilih bungkam."Apa maksud semua ini pak? Tes DNA?" Kembali Aldo bertanya lirih."A-pa pemeriksaan ini benar?" Mendengar pertanyaan Aldo, Ridwan hanya mengangguk. Di lihatnya wajah Aldo yang tampak begitu terluka. Sungguh, ia tak berharap melukai perasaan Aldo,

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 85

    Ekor mata Aldo melirik lelaki yang duduk di sebelah ayahnya dengan begitu tajam. Suasana hatinya mendadak buruk. Ia tak menyangka jika ayahnya bisa mengundang lelaki itu untuk bergabung bersama mereka di sini.Tangannya mengepal kuat, melihat wajah lelaki itu, telapak tangannya terasa gatal untuk memukul atau pun mengajak lelaki itu bertengkar.Sesekali tampak lelaki itu melirik pada Aldo, sekilas ia melihat beberapa bagian dari wajah Marina yang terpahat di sana. Mata mereka begitu mirip. Begitu juga dengan bentuk dagunya yang persis sama dengan Marina, ibunya."Untuk apa mengundangnya kemari, Pak? aku tak suka melihatnya ada di sini," ujar Aldo setengah berbisik pada Ridwan ayahnya."Bapak mengundangnya karena kehadirannya berhubungan dengan isi amplop itu, nak," jawab Ridwan."Tapi ..." Ujar Aldo yang masih tampak begitu keberatan.Yah, Aldo mengetahui persis siapa lelaki itu. Lelaki yang menjadi penyebab rumah tangga kedua orang tuanya berakhir di pengadilan. Lelaki itu pula yang

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 84

    "Maaf membuatmu menunggu. Aku memintamu datang kesini karena ingin menyampaikan amanah dari ibumu," ujar Hanna sambil meletakkan sebuah amplop putih yang masih bersegel di atas meja.Aldo tampak mengernyitkan dahi, tatapan matanya lurus pada amplop putih yang baru saja diletakkan Hanna di meja, ada gurat kebingungan di wajahnya, wajar saja karena di matanya Hanna seakan ingin bermain teka-teki dengannya.Amplop itu tampak rapi dengan logo sebuah rumah sakit di salah satu sudutnya. Sebuah amplop yang berisi rahasia kelahiran Aldo.Menyadari kemana arah pandangan Aldo, Hanna terlihat menuduk sesat, lalu berbicara pelan."Sebelumnya aku minta maaf padamu, mas. Karena menahan amanah ini cukup lama. Aku tahu aku sangat egois dan salah, karena tidak langsung menyampaikannya padamu.""Sebenarnya, ibu memintaku untuk segera memberikan amplop ini padamu setelah ia meninggal, namun, saat itu kau sangat gencar menuduhku berselingkuh, hal itu membuatku geram dan sakit hati hingga ..." Hanna menje

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 83

    Sementara itu di tempat lain."Kita tunggu Hanna datang, karena dia yang memegang amanah ibumu," Sahut Ridwan yang langsung di balas dengan kerutan di kening Aldo."Hanna? Amanah ibu? Apa sebenarnya maksud semua ini, pak?""Tunggulah sebentar, bapak yakin tak lama lagi Hanna akan tiba.""Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini," ungkap Aldo dengan wajah kebingungan.Untuk beberapa saat mereka saling diam, tak lama, terdengar Ridwan berdehem cukup keras."Bapak ke belakang sebentar membuatkan teh hangat untukmu. Sementara itu, buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Lagipula, sudah lama kau tidak pulang ke rumah," Selesai mengucapkan kalimat itu, Ridwan pun berlalu meninggalkan Aldo sendiri.Aldo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, mengikuti saran sang ayah untuk membuat dirinya senyaman mungkin. Sesekali terlihat ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan di sana.Rumah ini adalah tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Selepas menyelesaikan pendidikan das

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status