"Maksud ibu apa?" tanya Lana yang bingung mendengar penjelasan sang ibu. Saat ini Lana sedang mendengarkan penjelasan sang ibu tentang rahasia masa lalu hubungan diantara sang ibu dan ayah yang selama ini tak lama ketahui. Dan baru sebentar sang ibu mengatakan tentang hubungan diantara mereka berdua Lana sudah dibuat takjub serta kaget secara bersamaan. "Sebenarnya hubungan ayah dan ibu tidak di setujui oleh keluarga ayah kamu karena status sosial kami yang berbeda jauh. Dulu ayah kamu merupakan anak seorang keluarga kaya raya sedangkan ibu hanya putri seorang pelayan yang kebetulan bekerja di rumah keluarga ayah kamu. Awalnya ibu tak menyadari perhatian yang diberikan oleh ayah kamu karena memang selama ibu tinggal di rumah itu ayah kamu memang selalu baik kepada semua pekerja yang ada di rumah itu. Sampai pada suatu kesempatan ayah kamu mengatakan perasaannya kepada ibu hingga akhirnya ibu dan ayah menjalin hubungan yang secara sembunyi-sembunyi karena kita tahu jika keluarga ayah
Hari sudah berganti hari Senin lagi dan Lana sudah bersiap untuk kembali bekerja. Soal keputusan yang sudah Lana putuskan hari ini ia akan menyelesaikan semuanya. Ia harap apa yang sudah menjadi keputusannya adalah keputusan terbaik yang bisa ia buat. Saat ini Lana sedang menikmati sarapan paginya bersama dengan sang ibu. "Lana ibu sudah bawakan bekal buat kamu makan siang. Dan juga ada buah mangga yang ibu beli kemarin jangan lupa dimakan karena kamu pasti sibuk jadi harus makan makanan yang bergizi," pesan Dahlia kepada sang putri. "Makasih ibu. Ibu tahu aja kalau aku hari ini lagi banyak pekerjaan jadi bekal dari ibu sangat membantu aku," kata Lana yang memakan sarapan buatan sang ibu. Ibu dan anak itu pun mulai memakan sarapannya hingga sang ibu kembali membuka suaranya. "Sepertinya akhir-akhir ini kamu punya banyak pekerjaan memangnya di kantor lagi banyak kerjaan ya sayang?" tanya Dahlia lagi. "Iya Bu. Perusahaan sedang melakukan beberapa project pembangunan resort dan hote
Dante masih saja mencium bibir Lana yang begitu candu bagi dirinya setelah baru saja Lana memberikan jawaban lebih memilih dirinya daripada laki-laki yang mengutarakan perasaannya lebih dulu. Dan untuk menunjukkan rasa senangnya Dante langsung mencium bibir Lana hingga Lana tak bisa berkata apa-apa ketika mendapatkan perlakuan itu. Tapi untung saja mereka berada di ruang kerja Dante yang tak mungkin orang luar bisa seenaknya masuk ke ruangan ini. Jadi tak akan ada yang tahu apa yang dilakukan oleh bos mereka di ruangan ini. Lana sendiri mulai kehabisan napas ketika Dante terus menciumnya. Ciuman yang awalnya lembut berubah menuntut membuat Lana harus menyudahi ciuman ini sebelum nantinya mereka akan melakukan hal yang lebih sedangkan Lana tak mau itu sampai terjadi. "Dante stop," pinta Lana dengan suara yang mulai serak. Dante pun menuruti permintaan dari Lana dengan menghentikan ciumannya kepada Lana tapi tetap tangannya berada di pinggang Lana. "Kita harus berhenti jika tak ing
Lana benar-benar tak habis pikir dengan laki-laki yang berada di sampingnya itu. Laki-laki yang sudah menjadi laki-laki pilihannya siapa lagi kalau bukan Dante Alfonso. Dante dengan sangat diktatornya mengantarkan Lana untuk bertemu dengan dokter Fandi. Memang tadi Lana sudah mengirim pesan kepada dokter Fandi jika ia ingin bertemu dan untung saja dokter bisa datang menemui Lana setelah ia selesai melakukan operasi tapi tadi dokter Fandi bilang akan datang sedikit lebih terlambat karena mungkin operasinya akan lebih lama dari biasanya. Dan bagi Lana tak jadi masalah sama sekali karena memang ia tahu kesibukan dari dokter Fandi. Jadi ia akan membiarkan dokter Fandi menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu baru setelah itu mereka bisa berbicara dengan lebih enak lagi. "Dante tadi kamu udah janji kan cuma akan mengantar aku sampai ke restoran ini dan gak mau ikut campur dengan apa yang akan aku lakukan didalam kan?" tanya Lana mengingatkan. "Aku akan tunggu kamu disini dan mengantark
Di halaman belakang ada laki-laki paruh baya bernama Edwin Atmaja sedang mengobrol santai dengan cucunya yang bernama Mark Atmaja. Satu-satunya orang yang ia miliki setelah anak laki-laki satu-satunya pergi meninggalkan rumah ini. Dan cucunya yang bernama Mark ini yang sekarang mengurus semua bisnis milik keluarga Atmaja. Walaupun Mark bukan cucu kandungnya tapi Edwin sudah menganggap Mark adalah cucunya kandungnya sendiri. "Sudah lama kamu tidak datang ke rumah Opa. Apakah pekerjaan di kantor benar-benar banyak sehingga membuat kamu sibuk Mark?" tanya Edwin kepada cucunya itu. "Maaf Opa bukannya aku tidak mau datang ke rumah Opa tapi memang banyak urusan yang harus aku selesaikan. Bahkan aku tadi baru saja mendarat dari Amerika setelah mengecek beberapa pekerjaan disana jadi maaf jika aku jarang datang ke rumah Opa," jawab Mark sambil menikmati teh yang disiapkan oleh pelayan di rumah ini. Edwin pun ikut menikmati teh yang sudah disiapkan oleh pelayan. Keduanya menikmati teh itu
Saat ini mobil milik Dante sudah sampai di depan gang masuk rumah Lana tapi Lana belum keluar dari mobil milik Dante karena memang sedang mencoba menghapus air mata yang jatuh dari matanya. Lana tak mungkin membiarkan sang ibu tahu jika dirinya baru saja menangis karena akan membuatnya merasa khawatir. "Dante makasih sudah nengantarkan aku sampai rumah dan maaf tadi sudah membuat kamu repot dengan sikap aku yang berantakan seperti ini," kata Lana yang bersiap untuk turun. "Its ok sayang. Kamu gak usah berkata seperti itu. Setelah kamu memberikan jawaban dengan memilih aku maka sejak saat ini juga aku akan menjaga kamu. Dan kamu tidak perlu meminta maaf jika kamu bersikap berantakan seperti tadi. Aku senang karena menunjukkan sikap seperti itu ketika di hadapan aku dan itu benar-benar membuat aku merasa dibutuhkan. Jadi kapanpun kamu butuh bantuan maka jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada aku," jawab Dante masih menatap kearah Lana. Ada rasa lega yang Lana rasakan ketika mend
Lana sedang menikmati sarapan paginya sedang ibunya sedang menyiapkan makanan yang akan dibawa oleh Lana ke kantor. "Lana ini ibu sudah membungkus kue yang nanti kamu berikan kepada teman-teman kamu dan juga ada kue untuk bos kamu. Selain itu ibu juga sudah menyiapkan bekal makan siang untuk kamu," kata Dahlia yang sudah selesai membereskan semuanya. "Ok Bu. Makasih sudah siapkan semuanya. Pasti teman-teman Lana suka dengan kue buatan ibu yang enak," puji Lana. "Ibu harap juga seperti itu karena ibu ragu mau membuat kue-kue ini tapi semoga teman kamu suka dengan kue buatan ibu," kata Dahlia penuh harap. "Lana yakin mereka pasti senang mendapatkan kue buatan dari ibu. Jadi ibu gak usah khawatir," jawab Lana mencoba mengurangi rasa khawatir yang sang ibu rasakan. Dahlia pun hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya. Ia berharap jika apa yang dikatakan oleh sang putri benar adanya. Karena kemarin hampir seharian ia membuat kue-kue ini karena niatnya me
Lana masih terdiam seribu bahasa ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Dante. Bisa-bisanya laki-laki yang ada dihadapannya mengatakan jika dirinya ingin menikahi Lana. Walaupun Lana tahu jika mereka berdua memang ingin memulai sebuah hubungan tapi tetap saja Lana tak menyangka bisa sampai di titik dimana Dante melamarnya. Sungguh Lana tak bisa membayangkan akan menikah dengan seorang Dante Alfonso. "Dante kamu sedang bercanda kan?" tanya Lana memastikan. "Memang kamu bisa melihat wajah aku sedang bercanda? Aku benar-benar serius dengan apa yang aku katakan. Selama ini aku gak pernah punya rencana untuk menikah setelah apa yang aku alami di masa lalu membuat aku membuat keputusan tak mau terlibat dalam urusan percintaan bahkan sampai memikirkan soal pernikahan. Tapi semuanya berbeda ketika bersama dengan kamu. Sikap kamu yang apa adanya dan terkadang suka membantah semua perintah yang aku katakan yang secara otomatis membuat aku semakin penasaran dengan sosok wanita yang